Generasi HaPe


SEPULUH bahkan sampai tiga atau empat tahun lalu, kita tidak pernah membayangkan dari Wolonio, sebuah kampung di pedalaman Kabupaten Ende, Flores, NTT bisa berkomunikasi dengan saudara, famili atau kerabat kita di Kupang, Batuputih, SoE, Niki Niki, Atambua, Rote, Rottedam, Jakarta, Medan, Amsterdam atau sampai ke pelosok dunia manapun.
Hari ini dengan cuma bermodalkan gerakan ujung jari menekan tuts barang kecil bernama handphone alias hape, seluruh pesan bisa terkirim dan sampai di alamat tujuan dalam hitungan detik. Maka berbahagialah kalian semua, kaum muda zaman ini!
Anda sekalian adalah "generasi hape", generasi yang sungguh dimanjakan oleh pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi. Hanya waspadalah selalu. Hape itu berwajah ganda. Bisa membawa untung sekaligus buntung!

Memudahkan hidup
Ilustrasi tentang hape di atas sekadar menggambarkan betapa revolusi media informasi dan komunikasi begitu dahsyat dewasa ini. Sampai lima atau enam tahun lalu, hape masih merupakan barang luks dan hanya dimiliki segelintir orang di kota. Sekarang, nona-nona manis dan nyong ganteng di desa punya hape. Opa dan oma pun punya hape. Om dan tanta apalagi. Tak punya hape sonde gaul, bu!
Di Nusa Tenggara Timur, jaringan telepon seluler (HP) telah merambah seluruh kota kecamatan dan lebih dari 40 persen dari total jumlah kelurahan/desa. Hidup kita terasa kian mudah dengan kehadiran hape sebagai salah satu alat komunikasi dan informasi. Dengan hape, seorang petani atau peternak sapi di Fatuleu, Tarus dan Sulamu dapat berkomunikasi kapan saja dengan anaknya yang sedang kuliah di Kupang atau kota lainnya di Pulau Jawa, misalnya. Tidak perlu lagi mengirim surat via Pos yang pasti lebih lama sampai. Untuk apa kirim telegram karena merepotkan. Dengan hape, informasi cepat sampai. Kirim pesan bisa dari mana dan kapan saja. Sambil beri makan sapi dan babi pun bisa. Dari kamar tidur silakan. Kirim jam dua dinihari pun bukan masalah. Apalagi pake pulsa gratis. Kalau lagi bakumarah, Opa dan Oma kita tidak perlu tegang urat leher. Cukup sms-sms saja. Oh indahnya...
Media komunikasi -- sekali lagi --sungguh memudahkan hidup manusia. Begitu besar manfaatnya bagi kehidupan kita sehari-hari. Bayangkan Anda puasa mendengar radio, nonton televisi atau membaca koran dalam setahun. Hampir pasti Anda ketinggalan dalam banyak hal.
Dengan mendengar radio, mengakses jaringan internet, menonton televisi atau membaca koran dan majalah, pengetahuan kita bertambah. Kita bisa mengetahui semua peristiwa yang terjadi di seluruh pelosok dunia dalam sekejap. Itulah manfaat media bagi manusia lewat tiga keunggulannya yaitu berlangsung serentak, interaktif dan mendunia. Dunia menjadi seolah tanpa sekat dan batas-batas lagi. Media mampu menjadi jembatan antara kelompok yang berbeda dan terpisah domisilinya. Media mampu memberikan tawaran jalan keluar atau solusi terhadap masalah yang dihadapi setiap orang. Melalui media pula orang dapat menyampaikan aspirasi atau mencurahkan unek-uneknya. Melalui media orang bisa berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain.
Media juga menghibur (entertainment). Media massa memberikan hiburan yang sehat dan kesenangan kepada masyarakat. Sekarang televisi (tv) sudah masuk sampai ke kampung-kampung.Televisi bukan barang mewah lagi. Dengan bantuan antene parabola, kita di kampung pun bisa menonton acara yang disajikan berbagai stasiun televisi, baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk menyenangkan diri, tinggal beli perangkat VCD/DVD. Bisa nonton film (cd), mendengar musik dan lagu-lagu. Bisa lihat goyang Inul bahkan ikut bergoyang seperti Inul. Dengar lagu hits Ungu, Peter Pan, Dewa 19, dll. Demikianlah kurang lebih keuntungannya.

Merusak akhlak
Dulu di zaman saya menjadi anggota Mudika -- terakhir saya menjadi Sekretaris Mudika Paroki St. Familia Sikumana-Kupang, kalau pacaran senjata andalan kami adalah surat cinta kalau sonde berani omong langsung. Kami berusaha cari kertas surat yang bagus, pakai amplop bergambar hati tanda cinta.
Kami selalu berusaha menulis rangkaian kata-kata seindah mungkin agar si harim (cewek) yang ditaksir terbuai lalu jatuh hati. Terima surat balasan, yang bisa berminggu atau berbulan-bulan kemudian, senangnya setengah mati. Bukan main. Pacaran masa saya muda -- berputar-putar. Tujuan ke Lili tapi berkelana dulu sampai ke Sulamu dan Pariti.
Sekarang to the point saja. Langsung tancap gas. Tak perlu surat-suratan. Tidak butuh peras otak mencari kata-kata indah dan puitis. Kalau tidak percaya coba cek sendiri ke toko-toko di Kota Kupang. Permintaan akan kertas surat cinta menurun tajam. Sekarang ini omong cinta cukup sms saja.
Dan, terjadilah kisah ini di suatu desa di Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupan-NTT tentang sepasang kekasih yang mabuk asmara meski baru dua bulan berkenalan di Pasar Oesao. Nyong ganteng dan nona manis berjanji ketemu via sms. "Eh, nanti malam katong katumu di bawah pohon kusambi. Jam 7 malam. Jang lupa oo sayang.." Demikian sms dari si nyong dan mata sang noni berbinar-binar. Kedua sejoli jadi bertemu di bawah pohon kusambi di ujung kampung. Rembulan di langit biru tersenyum. Mereka lupa kusambi itu ada setannya. Kuntilanak genit mengintip dari balik daun sambil senyum-senyum nakal.
Awalnya jarak duduk satu meter. Lama-lama tinggal nol koma sekian. Semula cuma pegang tangan, lama-lama mana tahan. Tak tahu lagi apa yang dipegang. Dua sejoli lupa daratan. Menikmati surga dunia belum waktunya.Sebulan kemudian, nyong dan nona putus hubungan. Kata putus via sms juga. Nyong ganteng pergi entah ke mana tanpa pesan. Si noni pun tidak menunjukkan rasa kecewa. Celaka tujuh belas! Sebulan berikut, "tamu langganannya" tak datang jua. Nona manis mulai kurang enak badan. Ia menangis sesenggukan. Bapa dan mama yang menanggung bebannya. Menyesal kemudian tiada guna. Maka hati-hatilah "generasi hape" karena tantangan Anda jauh lebih berat.
Kisah rekaan di atas cuma mau menggambarkan betapa kemudahan hidup lewat media komunikasi yang kian canggih dewasa ini bisa merusak akhlak dan moral. Menjadi racun bagi kehidupan kita. Hape bisa merusak kehamonisan suami-istri. Tiba-tiba sms masuk ke hape istri tetangga. Gawat, ketika istri tahu suaminya "ada main" dengan wanita di sebelah rumah. Bukti hukumnya adalah sms yang lupa dihapus.
Televisi yang masuk sampai ke pelosok kampung bukan tanpa bahaya. Banyak saluran televisi nasional dan asing yang menyajikan acara yang kurang sesuai dengan budaya kita. Film-film atau sinetron di TV dengan vulgar mempertontonkan sesuatu yang tidak mendidik, terutama bagi anak-anak dan remaja (kaum muda). Dulu mungkin cuma cium pipi, sekarang televisi tidak malu menyajikan adegan cium bibir. Cup..cup.. Ahh! Dan, anak muda di kampung kita langsung meniru tanpa pikir panjang. Memeluk dan mencium pacar bukan dianggap tabu lagi.
Membanjirnya CD/DVD bisa membuat segalanya hancur. Demikian pula dengan kemudahan mengakses dunia maya via internet. Pemuda di kampung malam-malam nonton film porno dari cd yang dijual bebas di pasaran. Selepas nonton, darah putih su naik ke kepala. Mendidih. Kepala pening. Harus cari penyaluran. Anak gadis orang menjadi korban.
Pengalaman saya sebagai wartawan menunjukkan, tidak sedikit kasus perkosaan atau kekerasan seksual di NTT berawal dari kebiasaan nonton film porno itu. Tidak cuma melanda kaum muda. Kakek-kakek pun tergoda melihat paha putih dan dada montok. Kakek-kakek tidak peduli sekalipun korban mungkin seusia cucunya.
Ada juga yang mencari penyaluran dengan menggauli wanita PSK (pekerja seks komersial). Kaum ini banyak di Kota Kupang dan kota lainnya. Menggauli tanpa beban. Tanpa mempertimbangkan dampak kesehatannya. Pakai kondom? No! "Sonde enak ma," kata mereka. Hendaknya diingat bahwa NTT masuk kelompok 10 besar untuk jumlah penderita HIV/AIDS dan sebagian besar adalah kelompok muda.
Radio, koran dan majalah juga dapat menyesatkan. Pengelola media itu mengemas berita gossip, sensasi, konflik dan seks. Mereka tidak memperdulikan etika, kepatutan , dampak negatif dan kode etik jurnalistik. Ada media yang memutarbalikkan fakta dan mencampuraduk antara fakta dan opini. Ada pula praktek "jurnalisme talang‑air", yang menuangkan begitu saja informasi dari lapangan/sumber berita ke halaman suratkabar tanpa dipilah‑pilah terlebih dahulu melalui kacamata kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Media semacam itu dapat menjerumuskan masyarakat.
Demikian beberapa catatan kecil saya sebagai bahan refleksi untuk kita semua. Satu pesan saya bagi Anda terutama kaum muda, manfaatkan media komunikasi dan informasi secara cerdas dan bijaksana. Ambil sisi positifnya. Buang jauh dan hindari dampak buruknya. **

Kisah Penjual Mutiara

Dua orang pedagang permata sampai ke tempat para kafilah berhenti di padang gurun, pada waktu yang sama malam hari. Masing-masing sadar akan kehadiran yang lain. Sementara membongkar muatan untanya, salah seorang dari mereka tidak dapat menahan godaaan untuk membiarkan sebuah mutiara besar jatuh ke tanah, seolah-olah tanpa disengaja. Mutiara itu menggelinding ke arah pedagang yang lain, yang dengan sikap dibuat-buat memungutnya dan mengembalikan kepada pemiliknya dengan berkata, "Mutiara Anda ini sungguh indah. Besar dan bercahaya."

"Terima kasih atas pujian Anda," kata yang satu.
"Sebenarnya mutiara ini baru merupakan salah satu dari mutiara-mutiara yang kecil milik saya."

Seorang badui yang duduk di dekat api dan mengamati peristiwa itu bangkit berdiri dan mengundang kedua orang itu untuk makan bersamanya. Ketika mereka mulai makan ia menceritakan kisah ini:
"Kawan-kawan, dulu saya pun pernah menjadi pedagang mutiara seperti Anda. Pada suatu hari saya dihantam badai besar di gurun. Badai itu menghantam saya dan kafilah saya, hingga saya terpisah dari rombongan dan sama sekali kehilangan arah. Hari-hari berlalu dan saya meraca cemas karena sadar bahwa saya hanya berputar-putar terus tanpa tahu saya sedang berada di mana atau kemana saya harus berjalan. Lalu ketika saya hampir mati kelaparan, saya membongkar semua kantong yang ada di punggung unta saya. Dengan was-was saya memeriksanya sampai beratus-ratus kali.
Bayangkanlah betapa saya gembira ketika menemukan kantong yang sebelumnya lepas dari perhatian saya. Dengan jari-jari yang gemetar saya membukanya dengan harapan menemukan sesuatu yang dapat dimakan. Bayangkan betapa saya kecewa ketika melihat bahwa semua yang ada di dalamnya adalah mutiara!
(Sumber: Doa Sang Katak, Anthony de Mello, SJ)

Salah kira

Menurut surat kabar gelombang panas menyebabkan banyak orang pingsan. Maka seorang wanita muda tidak heran ketika melihat seorang pria setengah umur yang duduk di sampingnya di gereja melorot ke lantai. Segera ia berlutut di sampingnya, memegang kepalanya kuat-kuat dan mendorongnya turun sampai berada di antara dua lututnya. "Tahan kepalamu terus ke bawah," bisiknya mendesak. "Engkau akan merasa lebih baik kalau darah dapat mengalir ke kepalamu."

Istri pria itu memandangnya sambil tertawa tergelak-gelak dan tidak melakukan sesuatu untuk membantu suaminya atau wanita muda itu. Wanita muda itu berpikir, pastilah istri orang itu yang tidak punya hati.
Lalu wanita muda itu terkejut karena pria tua itu dapat melepaskan diri dari pegangan tangannya dan mendesis, "Kau buat apa, tolol? Saya mau mengambil topi saya yang jatuh ke bawah bangku!"
(Sumber: Doa Sang Katak, Antony de Mello, SJ).


Tak semua sejalan...


Saya sungguh menyadari
Tidak semua bisa
sejalan
Dengan pikiran kita
Jadi jangan paksakan kehendak

Jalan terbaik adalah sabar
Ketika pandanganmu ditolak
Ajakanmu tak digubris
Dan motivasimu seolah menembus tembok

Kita bukan makhluk yang sempurna
Tidak semua niat baik
Bisa diterima dengan baik

Dion D Bata
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes