ilustrasi |
Pesona pasir putih, pantai yang bersih, air laut yang bening, dan lautan yang teduh memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi mereka yang membutuhkan ketenangan. Di tempat ini, para pengunjung menyatu dengan alam jauh dari suara bising kendaraan, hiruk pikuk manusia dan hingar bingar sorotan lampu.
Ri'i Ta'a dalam bahasa Mbay berarti ilalang mentah atau segar. Pulau itu pertama kali ditemukan para nelayan Mbay. Ketika ditemukan, para nelayan hanya mandapati seonggok ilalang mentah. Ilalang itu diduga dibawa gelombang dan terdampar di pulau itu. Para nelayan Mbay kemudian menamakan pulau itu Ri'i Ta'a. Sejak itu, Ri'i Ta'a menjadi tempat nelayan beristirahat.
Tidak hanya nelayan Mbay. Nelayan dari daerah lain, seperti Ende, Sikka, bahkan Sulawesi sering menyinggahi Ri'i Ta'a sekadar melepas lelah. Di pulau ini tak ada nyamuk, lalat maupun kehidupan lainnya. Ri'i Ta'a unik karena menawarkan panorama pulau dengan hamparan pasir putih nan indah.
Ketika laut pasang, luas Pulau Ri'i Ta'a hanya sekitar 30 meter persegi. Namun ketika surut, luas Ri'i Ta'a bisa mencapai dua hektar. Ri'i Ta'a berada di tengah Laut Flores dan terpisah dari Pulau Flores. Ri'i Ta'a masuk dalam wilayah administrasi Desa Tonggurambang, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo.
Pulau ini bisa dijangkau menggunakan perahu motor dalam tempo satu jam dari Pelabuhan Marapokot. Bisa juga melalui Gheru Moreng dengan waktu tempuh hanya 30 menit. Kepala Desa Tonggurambang, Toa Mualaf, yang ditemui di Pulau Ri'i Ta'a, Jumat (6/6/2014), mengatakan, beberapa tahun terakhir, masyarakat setempat mulai berminat mengunjungi Ri'i Ta'a hanya sekedar untuk bersantai.
Pada tahun 2010, Pemkab Nagekeo melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mulai melirik Ri'i Ta'a dan memperkenalkan kepada dunia luar. Sejak saat itulah, Ri'i Ta'a mulai dikenal publik dan menjadi salah satu tempat tujuan wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sayangnya, di pulau ini belum dilengkapi fasilitas. Pengunjung yang datang ke tempat itu pada umumnya hanya sekedar berjemur.
Kabid Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nagekeo, Wilibrodus Lasa mengatakan, pihaknya telah membuat rencana untuk membangun lopo di pulau itu sejalan dengan penetapan Desa Tonggurambang sebagai desa wisata pada tahun 2012 lalu. Kepala Desa Tonggurambang, Toa Mualaf mengatakan, di Ri'i Ta'a bisa dibangun fasilitas pendopo kecil. Menurut Mualaf, lopo yang dibangun tidak akan terhempas ombak meskipun gelombang pasang. "Masih bisa dibangun lopo meskipun pasang tertinggi," kata Mualaf. (adiana ahmad)
Sumber: Pos Kupang 17 Juni 2014 halaman 14