Menguji Kesabaran Kesebelasan Milenial


Harry Kane
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM - St. Petersburg, kota pelabuhan yang eksotik di tepi Sungai Neva dan Teluk Finskiy ternyata meninggalkan luka di hati Lukaku. Bikin Kevin de Bruyne meringis dan Eden Hazard meradang pada Selasa malam 10 Juli 2018. Belgia baru sebatas kembang penyegar, bukan pahlawan bagi negaranya musim ini.

Berakhir sudah petualangan Si Merah. Prancis menang dengan sebiji gol Samuel Umtiti untuk meraih satu kursi terhormat di partai Final Piala Dunia 2018 tanggal 15 Juli nanti. Didier Deschamps berada sejengkal lagi untuk mencetak sejarah sebagai orang ketiga di planet ini yang sukses sebagai pemain dan pelatih di ajang World Cup.

Umtiti melengkapi kepiawaian bek timnas Prancis yang mencetak gol selama putaran Final Piala Dunia 2018 bersama Benjamin Pavard dan Raphael Varane. Ini kali pertama tiga bek Prancis mencetak gol setelah tahun 1998.



Tahun ini untuk ketiga kalinya Les Bleus mencapai babak final setelah Piala Dunia 1998 dan 2006. Rekor itu sudah selevel dengan Belanda yang tahun ini absen di Rusia. Deschamps menjadi pelatih Prancis pertama yang meraih dua kali final pada turnamen besar yaitu Final Piala Eropa 2016 dan Final Piala Dunia 2018.

Menghadapi Belgia yang bertaburan pemain bintang, Didier Deschamps kembali ke watak dasarnya sebagai gelandang bertahan. Prancis tidak obral serangan ofensif sebagaimana pada pertandingan-pertandingan sebelumnya.

Paul Pogba dan kolega lebih santai. Tidak terburu-buru menusuk ke jantung pertahanan Belgia yang memang rapat dan padu. Statistik FIFA menunjukkan, Belgia lebih banyak menguasai bola dengan persentase mencapai 64 persen.

Menghadapi Belgia, Selasa malam 10 Juli 2018 atau Rabu dini hari 11 Juli 2018 waktu Indonesia, Prancis cenderung defensif. Itulah yang membuat trio Belgia, Eden Hazard, Thibaut Courtois dan Kevin De Bruyne meradang. Kesal tak terkira.

"Saya lebih memilih kalah dengan tim Belgia ini daripada menang dengan cara Prancis," kata Hazard seperti dikutip Kompas.com dari Metro, Rabu (11/7/2018).

Hal serupa diungkapkan kiper Belgia, Courtois. "Prancis menerapkan sepakbola negatif. Saya tidak pernah melihat ada seorang striker sangat jauh dari gawang lawan," kata Courtois. "Menurut mereka itu adalah cara bermain yang benar, tetapi itu tidak enak dilihat," tambah kiper Chelsea tersebut.

Kevin De Bruyne agak diplomatis dengan mengatakan sudah terbiasa bermain melawan tim yang selalu bertahan saat membela Manchester City. "Apakah saya terganggu dengan permainan Prancis? Tidak, saya bermain di Man City dan saya sudah sering melawan tim yang bermain 90 persen bertahan. Inilah sepakbola, dan yang membedakan adalah gol," ucap De Bruyne.

Belgia gagal menciptakan gol. Begitulah faktanya. Prancis lebih beruntung. Meskipun lebih banyak menciptakan peluang dalam 19 percobaan, gol Prancis justru tercipta dari sepakan bola mati. Bermula dari sepak pojok, sundulan Samuel Umtiti pada menit ke-51 sudah cukup memulangkan Belgia lebih lekas.

***

KINI mari kita beralih ke babak semifinal berikutnya Rabu 11 Juli 2018 malam ini atau Kamis (12/7/2018) dini hari Wita. Inggris kontra Kroasia. Dua tim yang sebenarnya tidak begitu difavoritkan penggemar bola sejagat mengingat performa mereka belakangan ini.

Tak dinyana Inggris dan Kroasia sudah melangkah sedemikian jauh di Rusia dan berhak merebut satu kursi untuk meladeni Prancis di babak Final Piala Dunia 2018.

Bagi Inggris, berada di babak semifinal merupakan sesuatu yang membanggakan.  Terakhir mereka mencapai level itu pada tahun 1990. Selebihnya langkah terbaik pasukan Tiga Singa adalah babak perempafinal.

Dalam dua turnamen besar terakhir yakni Piala Dunia 2014 dan Piala Eropa 2016, Inggris malah meraih hasil mengecewakan.

Pada putaran Final Piala Dunia 2014 tim berjuluk The Three Lions ini terhenti di fase grup. Dua tahun berselang, pada ajang Piala Eropa, tim Tiga Singa pun tersingkir di babak 16 besar. Inggris bahkan kalah melawan tim debutan dari negara kecil di Eropa, Islandia.

Kegagalan Inggris dua tahun silam melengkapi berakhirnya era kejayaan sejumlah nama besar yang pernah menghiasi percaturan sepakbola Eropa dan dunia. Pelatih Roy Hodgson tinggalkan kursi pelatih timnas Inggris. Steven Gerrard, Frank Lampard, Michael Carrick, Jermain Defoe, James Milner, dan Wayne Rooney pun mengumumkan pensiun dari timnas Inggris.

Pelatih baru Gareth Southgate menata ulang tim Inggris yang lebih segar. Mereka terbilang anak-anak milenial seperti Jesse Lingard, Marchus Rashford dan Ashley Younh (Manchester United), Harry Kane dan Delle Ali (Tottenham Hotspur), Raheem Sterling dan John Stones (Manchester City), Jordan Pickford (Everton), Harry Maguire (Leicester), Jordan Henderson (Liverpool) dan lainnya.

Kapten timnas Inggris Harry Kane usianya baru memasuki 25 tahun pada 28 Juli 2018 nanti. Tapi kematangan dan ketenangannya sebagai pemimpin di lapangan sudah terbukti. Dia juga pencetak gol paling subur sejauh ini di putaran Final Piala Dunia 2018. Gelar top scorer Piala Dunia 2018 kemungkinan besar menjadi miliknya.

Bermaterikan hampir 90 persen pemain muda usia, Inggris 2018 pantas disapa sebagai kesebelasan milenial. Hebatnya lagi mereka tidak bernaung di bawah bayang-bayang pemain bintang. Misalnya dibandingkan dengan timnas Inggris pada era David Beckham, Michael Owen, Steven Gerrard dan Wayne Rooney.

Pemain Inggris yang bisa disebut bintang saat ini hanyalah Harry Kane seorang. Yang lainnya biasa-biasa saja. Nama mereka tenggelam oleh kebesaran legiun asing yang merajai klub-klub terbaik Liga Inggris.

Justru karena itulah Inggris 2018 bermain lebih rileks alias tanpa beban sejak fase grup. Mereka memperlihatkan diri sebagai anak-anak milenial Britania yang mampu menyihir dan memabukkan lawan.

Mungkin Kroasia menjadi korban berikutnya sekaligus membawa Inggris ke final di Moskwa. Kuncinya adalah kesabaran serta kerja tim yang kompak. Pelatih Gareth Southgate kiranya sudah tahu apa yang akan diraciknya.

Satu yang pasti Inggris tidak memandang rendah lawannya. Inggris tahu betul bahwa Kroasia merupakan lawan paling tangguh dari Eropa Timur. Krosia mencapai hasil luar biasa di Rusia 2018 bila acuannya adalah perjuangan mereka di babak kualifikasi. Terakhir negeri itu mencapai babak semifinal pada putaran Final Piala Dunia 1998 di Prancis.

Timnas Kroasia mendapatkan tempat pada gelaran Piala Dunia 2018 setelah mengalahkan Yunani pada babak play-off kualifikasi zona Eropa dengan agregat 4-1. Mereka harus melalui play-off karena kalah bersaing dengan Islandia yang pada babak penyisihan Grup 16 Juni 2018 lalu membuat pusing kepala Lionel Messi dkk dalam laga yang berakhir 1-1.

Dari sisi kematangan tim jelas milik Kroasia. Pelatih Zlatko Dalic mempunyai pemain dengan kemampuan merata di semua lini. Mulai dari Danijel Subasic di bawah mistar hingga tukang jebol gawang Mario Mandzukic.

Ivan Strinic, Domagoj Vida, Dejan Lovren dan Sime Vrsaljko merupakan pilar pertahanan yang sangat solid. Di lapangan tengah, ada jenderal inspirator Luka Modric. Modric begitu padu menjaga irama permainan bersama Ivan Rakitic, Ivan Perisic, Ante Rebic dan Andrej Kramari. Aksi para gelandang Kroasia akan sangat merepotkan Inggris.

Jangan lupa Kroasia adalah reinkarnasi Yugoslavia, nama besar dari timur Eropa yang selalu diperhitungkan lawan dalam ajang Piala Dunia sejak tahun 1930 hingga 1990. Yugoslavia sudah berakhir gara-gara perang Semenanjung Balkan yang melahirkan sejumlah negara baru termasuk Kroasia sekarang. Tradisi sepakbola di negeri itu sudah berakar lama dan membumi.

Setelah terhenti di babak semifinal tahun 1998, mungkin tahun ini saatnya Kroasia melaju ke grandfinal untuk menghadapi Prancis yang juara di kandangnya sendiri 20 tahun silam. Jika sudah di final laju Kroasia bisa tak tertahankan.

Panggung Rusia 2018 berpeluag melahirkan juara baru. Bukan mustahil pula Dewi Fortuna memihak anak-anak milenial Inggris, negeri asal leluhur bola yang sudah menanti pesta sangat lama sejak 1966. Selamat menonton.  (*)

Orang Ketiga Bernama Didier Claude Deschamps



Didier Deschamps
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG. COM - Prancis beruntung memiliki anak bola bernama Didier Claude Deschamps. Pria kelahiran Bayonne, 15 Oktober 1968 tersebut sejauh ini selalu mempersembahkan yang terbaik dari ladang bola demi keharuman bangsa dan negara.

Didier Deschamps memang tak setenar Zinedine Zidane. Apalagi dibandingkan si flamboyan Eric Cantona dan anak ganteng David Ginola. Tapi hanya dia pekerja cerdas di tubuh Les Bleus. Tangguh dan efektif sebagai gelandang bertahan bahkan cukup sering berubah peran sebagai libero.

Dengan daya jelajah yang tinggi, Deschamps melayani dengan sungguh rekan- rekannya. Itulah sebabnya Pelatih Prancis 1998, Aime Jacquet lebih memilih dia ketimbang Cantona dan Ginola.



Dia bagian dari kisah sukses generasi emas Prancis kala merebut trofi Piala Dunia 1998 setelah menekuk tim unggulan Brasil di final. Deschamps bersinar bersama koleganya si botak Fabien Barthez, Marcel Desailly, Laurent Blanc, Bixente Lizarazu, Zinedine Zidane, Lilian Thuram, Emanuel Petit, Thiery Henry, dkk. Tim yang sama pun berjaya di Piala Eropa 2000.

Bagi Prancis, Didier Deschamps yang bermain sebanyak 103 kali untuk timas dan mencetak 4 gol adalah legenda. Nama besar yang akan terkenang selalu.

Dibanding rekan seangkatanya seperti Laurent Blanc dan Zidane, Didier Deschamps tercatat paling sukses menjadi pelatih baik di klub maupun tim nasioal (timnas).

Keberhasilannya sebagai pelatih terlihat sejak ia membawa klub AS Monaco menjadi runner-up Liga Champions Eropa pada tahun 2003. Ia pun sukses membantu bekas klubnya Juventus kembali ke Serie A Italia serta mengantar Marseille juara Liga Prancis hingga akhirnya dipercayakan Federasi Sepakbola Prancis sebagai pelatih timnas tahun 2012.

Didier Deschamps menangani Les Bleus setelah tampil ngos-ngosan di ajang Piala Eropa 2012. Tugas berat dia pada waktu itu adalah mempersiapkan tim untuk Piala Dunia 2014 di Brasil. Dalam berbagai keterbatasan, Didier bisa membawa tim asuhannya bertahan sampai babak perempatfinal. Empat tahun lalu, langkah Prancis dihentikan Jerman yang akhirnya keluar sebagai juara dunia.

Sejak kegagalan di Brasil tersebut, Deschamps melakukan peremajaan pemain. Dia memberi kesempatan lebih besar kepada talenta muda seusia Paul Pogba. Terbukti polesan tangan dinginnya membuahkan hasil.

Selain faktor tuan rumah, Prancis tampil trengginas hingga lolos ke babak grandfinal Piala Eropa 2016. Sayang seribu sayang kala itu Paul Pogba, Olivier Giroud dan Antoine Griezmann dkk kalah melawan Portugal.

Tren kinerja kepelatihan Didier Deschamps bersama pasukan mudanya menjulang positif. Kini mereka sudah berada di babak semifinal Piala Dunia 2018 setelah menyingkirkan tim-tim yang lebih diunggulkan.

Prancis 2018 memiliki peluang besar untuk mengulang sukses 1998. Banyak pemain hebat di tim Deschamps. Sebut misalnya Kylian Mbappe, Ousmane Dembele, Benjamin Pavard dan Nabil Fekir. Mereka merupakan talenta muda berbakat yang bakal terus bersinar.

Selama di Rusia 2018 Deschamps cenderung memakai formasi 4-2-3-1. Kemungkinan skema yang sama bakal dia pakai melawan Belgia, Selasa (10/7/2018) malam atau Rabu (11/7/2018) dini hari Wita.

Paul Pogba dan N'Golo Kante merupakan kunci kekuatan lini tengah Prancis. Ada yang melukiskan peran Kante sebagai mesin perebut bola dan pemutus rantai serangan lawan. Sedangkan Pogba cerdas melihat arah permainan dan mampu mengelolanya dengan apik untuk menghasilkan peluang manis.

Didier Deschamps percaya kekuatan dan kecepatan Mbappe dan serta kelincahan Griezmann akan merepotkan lawan. Apalagi dibantu Olivier Giroud yang bisa hadir mengejutkan dari lini kedua.

Sejarah Piala Dunia mencatat baru dua orang yang pernah memenangi Piala Dunia dalam perannya sebagai pemain dan pelatih, yaitu Mario Zagallo (Brasil) dan Franz Beckenbauer (Jerman). Didier Deschamps berpeluang menjadi orang ketiga bila tahun 2018 ini dia sukses membawa Prancis meraih trofi Piala Dunia di Rusia.

Langkah ke sana terbuka lebar. Malam ini mantan pemain klub Nantes, FC Girondins de Bordeaux, Olympique de Marseille, Juventus, Chelsea dan Valencia ini harus mengalahkan Belgia.

Sanggupkah Prancis? Sulit menjawabnya karena Belgia pun sedang on fire dan memiliki pemain bintang dari kiper hingga striker. Di atas kertas Belgia jelas kurang diunggulkan dan ini menguntungkan. Mereka siap meledak untuk menghentikan langkah Prancis menuju trofi Piala Dunia yang kedua.

Duel di Kota St Petersburg beberapa jam lagi pun akan sangat familiar bagi para pencinta Liga Primer di Indonesia lantaran banyak pemain dari kedua tim yang membela klub anggota liga utama Inggris.

Tercatat 11 pemain Belgia yang berkiprah di Liga Primer, dan lima pemain dari Prancis yang bermain di kompetisi paling meriah sejagat itu.

Kiper Belgia, Thibaut Courtois dan Kapten Belgia, Eden Hazard akan melawan rekannya di Chelsea, Ngolo Kante dan Olivier Giroud. Sedangkan gelandang Prancis Paul Pogba bakal bertarung melawan sobatnya di Manchester United, Romelu Lukaku dan Marouane Fellaini. Seru!

Kita berharap laga semifinal antara Prancis vs Belgia menghasilkan gol. Belgia sejauh ini sudah mengoleksi 14 gol dari lima pertandingan atau rata-rata 2,8 gol di setiap laga.

Tim asuhan Pelatih Roberto Martinez dibantu asistennya yang merupakan rekan seangkatan Didier Deschamps, Thierry Henry merupakan tim haus gol.  Belgia memiliki trisula piawai dalam diri  Eden Hazard, Romelu Lukaku dan Kevin de Bruyne.

Prancis yang sempat mandul di fase penyisihan grup, mulai membaik di babak knock-out dengan menggilas Argentina 4-3 dan Uruguay 2-0.

Dengan komposisi  tim yang relatif seimbang di semua lini, wajar bila Prancis lebih diunggulkan. Namun, sekali lagi perlu diingatkan bagi fans Les Bleus bahwa generasi emas Belgia yang bertabur bintang akan memberikan kejutan. Jangan- jangan Prancis menjadi korban berikutnya setelah Brasil. Selamat menonton. *

Sepenggal Kisah Ngongo dan Nganga


ilustrasi
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM – Langkah Brasil berakhir di Kazan Arena 6 Juli 2018 malam atau 7 Juli waktu Indonesia. Liukan goyang Samba tak sanggup mengalahkan tim bertabur bintang asal Eropa, Belgia. Selecao pulang sebelum babak Final Piala Dunia 2018. Takdir Neymar, Paulinho, Marcelino, Coutinho, Willian, Gabriel Jesus dan kolega hanya sampai di sini. Babak perempat final.

Banyak yang sedih, tak sedikit pula yang kecewa. Air mata tumpah di banyak tempat. Sumpah serapah, ungkapan getir sedih memenuhi linimasa media sosial. Dari musim ke musim rontoknya Brasil selalu menyembulkan kehebohan. Dunia terlanjur jatuh cinta pada tim Samba. Cinta dan air mata kerap seiring sejalan.

Jumlah penggemar Brasil terbesar sejagat raya. Maklum negara ini pemegang trofi Piala Dunia terbanyak yaitu lima kali. Selama pesta Rusia 2018 sudah ada korban nyawa gara-gara bakuolok mengenai kiprah tim Samba. Hukum psikologi idola hanya mau mendengar, melihat dan menerima yang baik-baik saja. Peribahasa bilang tahi kucing pun rasa cokelat.

Apa daya Brasil 2018 tak segarang Brasil 2002. Lagak cengeng, manja dan makan puji menyertainya. Bahkan cukup sering berpura-pura, bikin blunder dan sekadar ngongo dan nganga (baca: bingung alias tidak tahu mau melakukan apa) di mulut gawang lawan sebagaimana dikatakan pencintanya asal Kota Kupang, Pius Rengka.

Baca: Malam Bertabur Bintang di Kazan

Brasil memang sempat berjuang keras setelah tertinggal pada paruh pertama. Namun, secara taktikal Belgia lebih baik sehingga mampu mempertahankan keunggulan 2-1 sampai akhir laga. Belgia pantas berada di semifinal bersua juara 1998, Prancis yang menghentikan langkah menawan Uruguay 2-0. Habis sudah wakil Latin Amerika. Bumi Eropa milik Eropa. Juara dunia 2018 milik benua biru.

Sejumlah orang mengaitkan kegagalan Uruguay dengan absennya striker hebat Edinson Cavani yang cedera saat mereka memulangkan Cristiano Ronaldo dan rekan di babak 16 besar. Sesungguhnya ketidakhadiran Cavani hanya mengurangi daya gedor Uruguay, tetapi bukan itu musabab kekalahan.

Uruguay antiklimas. Penyakit semacam ini kerap melanda tim-tim solid ketika mengikuti kejuaraan bergengsi dalam kurun waktu lama. Setelah meraih hasil sempurna di fase grup dan gagah perkasa menekuk Portugal 2-1 di perdelapan final, Uruguay gagal merawat spiritnya ketika jalannya kompetisi makin menanjak. Melawan Prancis, Uruguay tampil jauh di bawah level terbaik mereka.

Luis Suarez dan kolega yang begitu solid pilar pertahanannya dengan noda hanya sekali kebobolan, mendadak longgar kala melawan Les Bleus. Amat mudah ditembus Antoine Griezmann, Giroud, Kylian Mbape dan Paul Pogba.

Gol serangan udara Varane cermin lemahnya koordinasi Caceres, Godin, Gimenez mengawal musuh. Blunder Musrela yang menghasilkan gol kedua Prancis melengkapi nasib tragis Uruguay. Luis Suaez selama 90 menit hanya berlari-lari kecil karena minimnya umpan matang dari sayap kiri, kanan apalagi assist manis dari blok tengah. Uruguay pantas tersisih.

***

MALAM ini , Sabtu 7 Juli 2018 air mata mungkin akan tumpah lagi di berbagai negeri termasuk di bumi Flobamora ketika Inggris bertempur melawan Swedia demi meraih satu jatah semifinal. Sebagai pusat rujukan liga terbaik dunia, timnas Inggris punya banyak fans. Saban pekan serunya Liga Utama Inggris menjadi tontonan penggemar bola sejagat. Dunia pun familiar dan mengenal nama-nama pemainnya.

Setelah menyingkirkan Kolombia, pasukan Gareth Southgate kini berada di jalur yang benar demi mengulang kejayaan 1966. Ada yang menyebut peluang Harry Kane dan kolega sangat besar untuk menjadi semifinalis lantaran “hanya” bersua Swedia. Tim medioker Eropa yang penggemarnya minim amat.

Jangan salah duga kawan. Swedia itu diam-diam ubi berisi. Mereka memiliki modal kuat untuk menjegal langkah Inggris. Penggemar Italia dan Belanda pasti belum lupa bahwa Swedialah yang memupus harapan tim kesayangan mereka lolos ke Piala Dunia 2018. Di babak kualifikasi zona Eropa, Swedia begitu dingin menghabisi kans Gli Azzuri dan tim Oranye Belanda.

Selama berkiprah di Rusia 2018, Swedia pun mengemas hasil meyakinkan. Sukses Emil Forsberg dkk menjuarai Grup F dengan menggeser Meksiko dan Jerman lalu menekuk Swiss tanpa perpanjangan waktu, merupakan peringatan serius bagi Inggris.

Sejak dulu Swedia selalu menjadi lawan tangguh bagi pasukan Tiga Singa. Selama 43 tahun atau sejak 1968 hingga 2011, Inggris tanpa kemenangan menghadapi Swedia. Dalam pertandingan kompetitif, Inggris bahkan cuma sekali unggul dari delapan pertemuan melawan Swedia.

Pertemuan terakhir mereka di turnamen besar adalah ajang Piala Eropa 2012. Kala itu the Three Lions menang dramatis 3-2 berkat gol Andy Carroll, Theo Walcott, dan Danny Welbeck. "Sebagian besar dari mereka menghormati kami,” kata striker Swedia, Marcus Berg seperti dilansir Reuters.

Buruknya rekor pertemuan Inggris vs Swedia diakui Gareth Southgate. Pelatih yang selalu tampil rapi itu tidak meremehkan Swedia. "Selama bertahun-tahun kita (Inggris) selalu meremehkan mereka (Swedia). Namun, Swedia melahirkan kisah mereka sendiri dan membuat sejarah. Kami tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi,” kata Southgate seperti dikutip Telegraph.

Swedia merupakan tim yang solid. Kinerja pilar pertahanan mereka sangat bagus. Dari empat laga yang sudah dijalani, Swedia hanya sekali kebobolan. Sejak fase grup sampai 16 besar, mereka cuma kemasukan gol saat kalah dari Jerman. Swedia sulit ditembus. Saat bertahan, para striker bisa menjadi bek. Begitu rapi tim ini melindungi kotak penalti dari serbuan lawan.

Sebaliknya, Inggris selalu kebobolan sejauh ini di Piala Dunia 2018. Gawang Jordan Pickford kemasukan masing-masing 1 gol saat melawan Tunisia, Panama, Belgia, dan Kolombia. Artinya Inggris mesti merapikan lini pertahanan mereka sambil menambah daya kreasi untuk menembus barikade Swedia demi menciptakan gol.

Harry Kane, Dele Ali, Raheem Sterling, Jesse Lingard, Kieran Trippier cs hendaknya tidak bosan menggempur. Jauhkan sindrom ngongo dan nganga di kotak penalti Swedia. Diperlukan beragam skenario yang efektif agar bisa mencetak gol dalam waktu 90 menit. Kalau sampai babak perpanjangan waktu dan adu penalti, nasib baik belum tentu memihak Inggris lagi.

Kapten Swedia, Andreas Granqvist sangat optimistis menjelang pertandingan melawan Inggris di Samara Arena malam nanti. Dia yakin Swedia bisa memulangkan Harry Kane dan kawan-kawan lebih dini.

"Ada yang berkata, dari seratus kali pertemuan, sembilan puluh sembilan kali Inggris bakal menang. Ya, mari kita bermain dan lihat hasilnya. Kami tahu Swedia biasanya bermain bagus ketika berhadapan dengan Inggris. Kami selalu mendapat hasil yang baik,” kata Andreas Granqvist.

Mantan pelatih timnas Inggris asal Swedia, Sven-Goran Eriksson juga mengingatkan pasukan Gareth Southgate agar tidak makan puji serta over percaya diri. "Sebuah kesalahan apabila mereka (Inggris) berpikir pertandingan nanti bakal berlangsung mudah. Ini akan menjadi laga tersulit mereka di turnamen," kata Eriksson seperti dilansir oleh Sky Sports.

Kalau Inggris sanggup mengalahkan Swedia, maka jalan mereka sangat mungkin berakhir indah hingga malam 15 Juli 2018 di Kota Moskwa yang bertaburan kerlap kembang api, bir dan vodka. *

Malam Bertabur Bintang di Kazan



Harry Kane (kiri)
Catatan sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM - Pada malam bertabur bintang di Otkrytiye Arena, 2 Juli 2018, Inggris meraih kursi terakhir babak perempatfinal Piala Dunia 2018. Keceriaan meledak di negeri Tiga Singa. Setelah kegetiran panjang, publik Britania kini boleh berharap memori indah 1966 terulang atau sekurang-kurangnya The Three Lions bertahan lebih lama di Rusia 2018.

Dalam laga superalot melawan wakil Amerika Latin, Kolombia hampir saja Inggris mengulangi kegagalan. Untung Dewi Fortuna memihak mereka sehingga menang 4-3 dalam drama adu penalti setelah bermain 1-1 selama dua jam. Pertempuran yang melelahkan bagi Harry Kane dan kawan-kawan.

Dari delapan partai 16 besar yang sudah tersaji, tiga di antaranya harus berakhir dengan drama adu penalti. Selain Kolombia vs Inggris, partai yang berujung adu penalti terjadi saat tuan rumah Rusia menyingkirkan Spanyol dan Kroasia memulangkan Denmark.


Lima pertandingan lainnya berlangsung mulus dalam waktu 90 menit.Prancis yang penuh gairah muda membuat pemuja Argentina sejagat menjerit pada 30 Juni. Laga supersubur dengan tujuh gol tercipta. Skor akhir 4-3 untuk Les Bleus. Lionel Messi dkk pulang kampung.

Duet maut Uruguay Luis Suarez - Edinson Cavani sungguh menodai reputasi pemain terbaik dunia asal Portugal, Cristiano Ronaldo. Portugal kemas koper pada 1 Juli setelah menyerah 1-2 atas La Celeste.

Malam muram bagi CR7. Bintang bersinar untuk Cavani. Setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Piala Dunia 2018 bukan panggung buat Messi dan Ronaldo lagi. Uruguay jika tetap on fire bukan mustahil akan melaju sampai jauh hingga meraih bintang di 15 Juli nanti.

Brasil riang menari-nari. Liukan goyang Samba masih menghibur dunia. Neymar dan rekan mengalahkan Meksiko 2-0 dalam laga impresif. Terima kasih Adenor Leonardo Bacchi alias Tite. Berkat racikan pria inilah penggemar Brasil seluruh dunia masih boleh tersenyum sambil sesekali mengolok pemuja Jerman, Spanyol, Argentina dan Portugal yang sudah cium kanvas duluan.

Tite tak direken banyak orang. Namanya tak setenar rekan sejawat seperti Dunga atau Luis Felipe Scolari. Namun di tangan Tite, Selecao mengemas delapan kemenangan beruntun untuk mengunci satu dari 4 tiket otomatis jatah zona Amerika Selatan saat kualifikasi World Cup 2018.

Tite lahir di Kota Caxias do Sul, di selatan negeri romantis Brasil, 55 tahun lalu. Karirnya di sepakbola lumayan panjang kendati namanya baru terdengar setahun terakhir ketika menangani tim nasional Brasil.

Sebagai pemain Tite tidaklah istimewa. Dia gantung sepatu pada usia 27 tahun karena cedera lutut berkepanjangan. Sejak terjun sebagai pelatih tahun 1990, dia telah menangani 16 klub. Pengalaman lebih dari cukup hingga pimpinan Federasi Sepakbola Brasilia memberinya kepercayaan mengasuh Neymar dkk.

Pertandingan babak 16 besar paling dramatis dipersembahkan satu-satunya wakil Asia, tim Samurai Biru Jepang. Belgia sempat kehabisan ide di babak pertama yang berakhir 0-0. Bahkan mulai sempoyongan ketika tertinggal 0-2.

Jepang mengesankan. Memancing decak kagum. Sayang seribu sayang, pasukan Nippon tidak konsisten hingga menyerah 2-3 pada lawan dan gagal meraih tempat delapan besar. Acungan jemput patut untuk Romelu Lukaku dkk. Dalam tempo 25 menit Belgia mencetak tiga gol sekaligus membalikkan keadaan. Hanya tim bermental baja yang dapat mengejar ketinggalan semacam itu.

Banyak yang bilang laga Swiss versus Swedia paling membosankan di babak 16 besar. Kemenangan Swedia 1-0 lebih karena faktor keberuntungan. Sekadar mengingatkan Swedia itu tim pembunuh berdarah dingin. Italia dan Belanda gagal ke Rusia 2018 antara lain gara-gara dinginnya Swedia mematikan lawan.

Maka Inggris mesti berhati-hati. Salah buka langkah bisa keluar dari gelanggang lebih lekas. Kedua tim akan bertemu di Stadion Samara Arena, Sabtu (7/7/2018) malam. Pelatih Inggris, Gareth Southgate mengakui Swedia merupakan lawan yang berat.

Timnas Inggris punya rekor buruk melawan Swedia. Dari 15 pertemuan, Inggris hanya dua kali menang. Bayangkan tuan dan puan. Itulah sebabnya Southgate sangat menghormati Swedia. "Kami tidak punya rekor bagus melawan mereka. Mereka (Swedia) punya sejumlah pemain bagus dan memiliki cara bermain yang jelas. Sangat susah bermain melawan mereka," katanya seperti dilansir Sky Sports.

***

World Cup Rusia 2018 kini menyisakan tujuh pertandingan lagi sampai 15 Juli. Laga yang akan menguras emosi setidaknya mulai tersaji Jumat malam 6 Juli 2018 ketika babak perempafinal mulai bergulir.

Prancis versus Uruguay, Brasil melawan Belgia, Rusia meladeni Kroasia dan Swedia berjumpa Inggris. Partai paling banyak menyedot penonton sejagat bakal tersaji di Kazan Arena, Jumat malam 6 Juli 2018 atau Sabtu (7/7/2018) dini hari Wita.

Juara dunia lima kali Brasil akan melawan tim bertabur bintang asal Eropa, Belgia. Lagi-lagi sejumlah pengamat bola melukiskan duel ini sebagai final kepagian. Mengingat daftar pemainnya, Belgia memang mendapat catatan spesial.

Di antara kontestan Piala Dunia 2018, Belgia memiliki materi pemain yang sangat hebat. Mulai dari kiper sampai ujung tombak, pemain Belgia berstatus bintang. Di bawah mistar gawang berdiri Thibaut Courtois. Dia dipagari trio pilar lini pertahanan yang solid, Kompany, Jan Vertonghen dan Alderweireld.

Di blok tengah berderet nama besar Kevin De Bruyne, Eden Hazard, Dries Mertens, Axel Witsel sampai Marouane Fellaini yang setiap waktu siap memberikan umpan matang bagi tukang jebol gawang musuh Romelu Lukaku.

Dengan dukungan sumber daya manusia top semacam ini, Belgia siap melukai siapa pun termasuk Brasil yang makin apik kendati Neymar masih saja tergoda untuk cengeng.

Belgia 2018 bisa disebut memiliki generasi emas. Mirip Spanyol 2008 dan 2010. Namun, soal nasib baik lain lagi ceritanya. Delapan tahun terakhir, tak sedikit pemain Belgia yang bersinar di klub terkemuka Eropa tapi prestasi masih menjauh dari mereka.

Empat tahun lalu Belgia bertekuk lutut melawan Argentina pada babak perempat final Piala Dunia Brasil. Dua tahun kemudian di Piala Eropa 2016, Belgia kembali terhenti langkahnya di babak yang sama. Mereka kalah dari Wales.

Piala Dunia 2018 merupakan puncak masa emas Kevin De Bruyne dan rekan. Empat tahun lagi di Qatar mungkin tinggal Romelu Lukaku dan Yannick Carasco yang memperkuat skuat Setan Merah. Artinya, inilah saatnya bagi generasi emas Belgia membuat sejarah.

Namun, di atas kertas Tim Samba pastilah favorit. Makin hari Brasil semakin percaya diri. Setelah bermain 1-1 melawan Swiss, pasukan Selecao tak pernah kebobolan pada tiga laga berikutnya yang berujung kemenangan 2-0 atas Kosta Rika, Serbia, dan terakhir atas Meksiko.

Rakyat Brasil sekarang mulai memuji sentuhan Tite yang juga dijuluki "Profesor" tersebut. Maklum rapor Tite tergolong bagus. Dari 25 pertandingan, Brasil asuhan Tite meraih 20 kemenangan, 4 imbang dan hanya sekali kalah yakni dalam partai persahabatan melawan Argentina setahun yang lalu.

Dari 25 laga tersebut, Neymar dkk hanya kebobolan enam gol. Artinya pertahanan mereka sangat baik. Jadi sungguh sebuah ujian bagi tim bertabur bintang seperti Belgia. Kalau Brasil menang, orang hanya akan berkata ya sudah layak dan sepantasnya. Tapi dunia akan terpukau manakala Belgia masuk semifinal. *

Panggung Para Pemain Muda


Lionel Messi
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM - Lionel Messi pulang pada malam Minggu tanpa bintang 30 Juni 2018. Tiga jam berselang koleganya Cristiano Ronaldo pun berkemas kembali ke tanah kelahirannya.

Bukan karena solider atau setia kawan. Dua bintang La Liga Spanyol dengan penggemar hampir sama banyaknya sejagat itu kembali ke kampung karena kalah.

Kapten timnas Argentina Lionel Messi gagal memimpin rekan-rekannya untuk melanjutkan ziarah bola mereka di Rusia 2018. Tim Tango meski menari lebih impresif dan menghibur dibandingkan fase grup, tapi tidak cukup gol untuk bertahan di Piala Dunia 2018.

Argentina menyerah 3-4 melawan juara dunia 1998 Prancis di babak 16 besar. Gol Sergio Aguero sudah terlalu larut malam ketika oksigen waktu sudah menipis. Usai sudah perjuangan Messi dkk. Runner-up World Cup 2014 tersebut harus tinggalkan Moskwa sebelum 15 Juli 2018.


Banyak orang menduga mungkin Portugal yang dimotori Cristiano Ronaldo akan tetap bersinar. Ternyata CR7 senasib sepenanggungan dengan Messi. Portugal setali tiga uang mengikuti jejak Argentina setelah menyerah 1-2 atas Uruguay. Kursi delapan besar pun milik Prancis vs Uruguay.

Tentu ini bukan sekadar soal nasib baik dan buruk sehingga kiprah Messi dan Cristiano Ronaldo di Piala Dunia 2018 berakhir. Dengan jiwa besar mesti diakui bahwa Prancis dan Uruguay lebih rapi, lebih rancak, solid dan efektif bekerja memenangi pertempuran.

Puncak penampilan Messi sesungguhnya pada Piala Dunia di Brasil empat tahun silam. Jika takdir memihaknya seharusnya saat itu Argentina meraih juara dunia. Sayang Tim Tango kurang fokus di laga puncak melawan Jerman.

Setelah gagal 2014, Messi sempat menyatakan pensiun dari timnas. Keputusan yang dia ralat lagi beberapa bulan kemudian. Dia kembali memakai jersey kebanggaan Argentina namun tetap saja tim ini ngos-ngosan untuk sekadar lolos ke Rusia 2018. Jadi kegagalan di Rusia sebenarnya tidak mengejutkan.

Grafik Portugal 2018 pun menurun tajam. Setelah merebut trofi Piala Eropa 2016 dengan menekuk Prancis di final, Cristiano Ronaldo dkk tidak cepat melakukan konsolidasi untuk menaikkan level permainan menuju kelas dunia.

Dalam empat laga di Rusia 2018, penampilan terbaik Portugal hanya saat menahan Spanyol 3-3 pada pertandingan pertama Grup B. Sesudahnya mereka bermain jauh di bawah level semestinya saat menghadapi tim dari dunia ketiga, Iran dan Maroko.

Saat melawan Uruguay yang sedang on fire dan meraih hasil sempurna di fase grup, Portugal nyaris kalah segalanya. Masih untung Uruguay tidak mencetak lebih dari dua gol.

Tim papan atas yang memiliki banyak pemuja di dunia, Spanyol juga kemas barang lebih awal. Terlepas dari cara tim tuan rumah Rusia yang tidak berani main terbuka, bahkan cenderung parkir kapal selam di luar kotak enam belas meter, tetap saja La Furia Roja tidak cukup kreatif demi menghasilkan gol. Bahkan gol mereka pun hasil bunuh diri pemain Rusia.

Melawan Rusia Andres Iniesta dkk hanya berputar-putar di tengah lapangan. Tika taka seolah hanya menghabiskan waktu tanpa sekalipun serius mengancam gawang Rusia.

Dan, kemenangan Kroasia atas Denmark adalah harga yang pantas atas konsistensi mereka. Denmark sudah memberikan perlawanan yang baik. Pertemuan Rusia vs Kroasia di perempatfinal akan menjadi laga yang menarik apabila Rusia berani bermain lebih terbuka.

***

PIALA Dunia 2018 bukan lagi panggungnya Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Masa mereka sudah berlalu. Ini pesan penting dari Rusia bagi dunia.

Tahun ini adalah panggunya para pemain muda. Tiga nama pantas disebut yaitu pemain Prancis, Kylian Mbappe, kapten dan striker Inggris, Harry Kane, dan tukang jebol gawang dari Belgia, Romelu Lukaku.

Mbappe sudah unjuk kemampuan saat Prancis menyingkirkan Argentina di babak 16 besar. Golnya pada laga tersebut membuat Mbape untuk sementara mengoleksi tiga gol, hanya terpaut dua gol di belakang Harry Kane dan satu di belakang Romero Lukaku.

Mbappe yang baru berusia 19 tahun menorehkan prestasi istimewa dalam 60 tahun terakhir. Dia menjadi pemain muda pertama yang mencetak gol dalam pertandingan Piala Dunia sejak bintang Brasil, Pele melakukannya pada usia 17 tahun di Piala Dunia 1958.

Sementara Harry Kane, setelah empat musim beruntun mencetak 20 gol atau lebih di Liga Utama Inggris, kini dia memperlihatkan kemampuannya di panggung sepakbola terbesar sejagat.

Tidak hanya memimpin lini serang Inggris, ia bahkan dipercaya menjadi kapten tim nasional dalam usia masih 24 tahun. Padahal, di tubuh The Three Lions masih banyak pemain yang lebih senior darinya.

Sejauh ini Kane mampu menjalankan kedua peran tersebut secara baik. Selain memimpin daftar top scorer dengan koleksi lima gol, ia juga sukses membawa Inggris ke babak 16 besar. Di fase knock-out Inggris akan menghadapi Kolombia di Spartak Stadium, Selasa malam 3 Juli 2018 atau Rabu (4/7/2018) dini hari Wita.

Menurutnya, menjadi kapten Inggris sejauh ini masih cukup enteng karena mereka bekerja sebagai satu tim yang solid.

"Segala sesuatunya berjalan baik. Cukup mudah bagi saya karena memiliki banyak rekan yang siap membantu. Jika ada sesuatu yang salah, mereka akan dengan senang hati berbicara dengan manager atau dengan siapapun yang mereka butuhkan. Yang terpenting adalah melakukan apa yang seharusnya dilakukan," katanya.

Dalam laga melawan Kolombia, Selasa malam, Kane hampir pasti akan dikepung lini pertahanan Kolombia. "Dengan segala hormat, Harry Kane adalah pemain ikonik bagi Inggris yang mendemonstrasikan kemampuannya. Tapi kami tidak akan menghadapinya seorang diri. Di Inggris ada banyak pemain besar," kata gelandang Kolombia, Carlos Sanchez.

Kolombia sudah menyiapkan bek andalannya, Yerry Mina, untuk menghentikan pergerakan Kane. Bek berusia 23 tahun itu mengaku sudah tahu cara mematikan striker klub Tottenham Hotspur tersebut.

"Kami akan membuat permainan dia berjalan tidak mudah. Saya kira, ini bisa membantu karena Davinson bermain dengannya di Spurs. Dia telah berlatih dengannya setap hari selama setahun terakhir dan itu akan memberi dia pengetahuan ekstra tentang kualitasnya dan cara dia bermain," kata Mina.

Inggris dan Kolombia terakhir kali bertemu di Piala Dunia pada tahun 1998 di Prancis. Saat itu, Inggris menaklukkan Kolombia 2-0 di babak penyisihan grup lewat gol Darren Anderton dan David Beckham.

Inggris pun berharap kemenangan serupa terjadi di laga nanti malam. "Melawan Kolombia adalah partai terbesar Inggris dalam satu dekade terakhir," kata Pelatih Gareth Southgate seperti dikutip The Guardian.

Menurut Southgate, Inggris sedang dalam kondisi yang sangat baik secara fisik maupun mental. Kekalahan dari Belgia di laga terakhir penyisihan grup tak membuat mereka kehilangan semangat juang.

Jika Inggris lolos dari babak 16 besar, mungkin jalannya akan terus menanjak tinggi. Bersama bintang muda Harry Kane yang sedang bersinar, nasib Inggris bisa saja lebih baik daripada edisi Piala Dunia sebelumnya. *

Menikmati Final Kepagian



Catatan Sepakbola Dion DB Putra
Cristiano Ronaldo

POS-KUPANG.COM- Kemenangan attacking football. Dunia masih menjunjung tinggi sepakbola menyerang yang menghibur, memuaskan dahaga dan meneguhkan cabang olahraga ini tetap terpopuler di masa depan. Begitu secuil simpul atas hasil fase grup Piala Dunia 2018 yang rampung tersaji Kamis 28 Juni 2018.

Total sudah 48 pertandingan yang dimainkan dari delapan grup. Tercipta sebanyak 122 gol atau rata-rata 2,54 per pertandingan. Sangat produktif! Hanya ada satu laga yang berakhir tanpa gol yakni Prancis vs Denmark di Grup C.

Rekor Piala Dunia pun terpecahkan. Terjadi 24 tendangan penalti. Ini meruntuhkan rekor Piala Dunia 1990, 1998, dan 2002 dengan 18 penalti dalam satu kali penyelenggaraan. Jumlah penalti bakal bertambah mengingat Piala Dunia 2018 masih panjang jalannya. Dan, sampai catatan ini ditayangkan, penyerang Inggris Harry Kane memimpin daftar top scorer dengan koleksi lima gol.

Babak 16 besar Piala Dunia 2018 yang mengusung sistem gugur mulai bergulir di penghujung Juni. Prancis bersua Argentina, Uruguay menantang Portugal. Banyak yang bilang inilah partai final kepagian. Pertemuan dini yang menuntut satu di antara mereka harus pulang lebih awal.

Bisa Prancis, bisa juga Argentina. Demikian pula nasib yang sama akan melanda Uruguay dan Portugal. Hanya pemenang boleh meraih satu kursi di perempatfinal. Juara Eropa 2016 agak mencemaskan. Portugal cenderung muram,

Ketika menahan Spanyol, orang kagum pada Portugal. Tapi melawan Maroko dan Iran, sang jenderal Cristiano Ronaldo kehilangan kreativitas termasuk gagal cetak gol penalti yang bikin dunia medsos menyamainya sebagai Miss Penalty bersama Lionel Messi. Tren Portugal menurun. Ini yang bikin galau para pemujanya.

Uruguay luar biasa. Sapu bersih tiga kemenangan di penyisihan. Luis Suarez – Edinson Cavani adalah duet bomber paling asyik saat ini. Kerja samanya apik. Tidak egois. Saling melayani di kotak penalti demi kejayaan Uruguay.

Negara pemegang dua gelar Piala Dunia tersebut dalam posisi dapat menekuk tim mana pun. Masalah mereka hanya satu, over percaya diri dan sedikit merasa inferior bila menghadapi tim-tim papan atas dunia dari konfederasi Eropa. Jika Luis Suarez dkk konsisten menjaga irama selama babak penyisihan grup, mereka pantas meraih satu tempat di babak delapan besar.

Oscar Tabarez merupakan pelatih bertangan dingin penuh kharisma. Meladeni Portugal yang berencana mencetak gol cepat di paruh pertama, sangat mungkin Tabarez buka jurus dalam skema 4-3-3.

Starting line up tak akan jauh dari komposisi Fernando Muslera, Guillermo Varela, Diego Godin, Jose Gimenez, Martin Caceres, Carlos Sanchez, Rodrigo Bentancur, Matias Vecino, Cristian Rodriguez, Luis Suarez dan Edinson Cavani.

Rodriguez yang rajin dan lincah bergerak pindah area akan sedikit didorong menjadi tandem Suarez dan atau Cavani manakala satu dari mereka mendapat kepungan bertubi Portugal di bawah komando Pepe.

Di kubu Portugal Pelatih Fernando Santos masih mengandalkan Cedric Soares, Pepe, Jose Fonte dan Raphael Guerreiro mengawan lini pertahanan demi menopang William Carvalho, Joao Moutinho, Bruno Fernandes dan Bernardo Silva di tengah. Pada akhirnya melayani sang maestro Cristiano Ronaldo untuk mencetak skor kemenangan.

Duel ini paling menjanjikan nihilnya adu penalti sebagai hakim terakhir karena kedua tim bakal bermain terbuka dan mencari target menang dalam waktu normal.

Kalau sampai berakhir adu tendangan penalti berarti sudah berurusan dengan nasib baik. Boleh jadi CR7 gagal eksekusi lagi atau bahkan Suarez dan Cavani harus menderita karena kegagalan cetak gol dari titik putih.

***

SEBELUM Portugal vs Uruguay, penggemar bola sejagat malam ini lebih dulu menikmati big macth dua negara yang sama-sama pernah meraih trofi World Cup yaitu Prancis melawan Argentina. Keduanya pun mewakili kiblat utama sepakbola yaitu Eropa vs Latin Amerika.

Jorge Sampaoli boleh jadi membuka langkah strategi dalam racikan klasiknya 4-4-2, Pilar pertahanan masih dihuni Nicolas Tagliafico, Nicolas Otamendi, Gabriel Mercado dan sang pahlawan Marcos Rojo.

Di blok tengah akan bertumpu pada kelincahan Angel Di Maria atau Maximiliano Meza, Enzo Perez atau Cristian Pavon 61, Javier Mascherano dan Ever Banega. Mereka diharapkan rajin menyodorkan umpan-umpan manis buat Gonzalo Higuain dan Lionel Messi.

Pelatih Prancis Didier Deschamps tidak jauh dari taktiknya menggabungkan 4-4-2 dan 4-2-3-1 manakala dalam tekanan lawan. Lucas Hernandez, Presnel Kimpembe, Raphael Varane dan Djibril Sidibe di belakang.

Di tengah ada Steven Nzonzi, N'Golo Kante, Thomas Lemar. Dan, demi menjebol gawang Argentina, Prancis andalkan Antoine Griezmann, Ousmane Dembele dan Olivier Giroud.

Ingat Tim Tango mendadak kangen Diego dan merindukan Armando. Argentina membutuhkan pemain jenius yang mendekati Diego Armando Maradona agar bisa memperpanjang asanya di Piala Dunia.

Demikian harapan publik Argentina melihat kiprah Messi dkk yang mendebarkan jantung di Rusia 2018. Saat kualifikasi pun rakyat Argentina sudah gemas pada tim kesayangan mereka. Timnas Argentina lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 dengan hanya menempati posisi ketiga pada klasemen kualifikasi zona Conmebol.

Di fase penyisihan grup capaian Lionel Messi Cs pas-pasan. Hampir saja Argentina gagal lolos. Tapi itu sudah cerita lalu. Faktanya Argentina sudah di babak 16 besar dan grafiknya mulai menanjak. Pemuja Tango memang berharap Messi memberi yang terbaik tahun ini setelah gagal pada tiga laga final turnamen bergengsi sebelumnya.

Lionel Messi dkk gagal di Copa America 2015, Copa Americe Centenario serta final Piala Dunia 2014 melawan Jerman. Rusia 2018 merupakan kesempatan terakhir bagi Messi membela timnas Argentina dalam usia emas seorang pesepakbola. *

Suami Idaman itu Seperti Pemain Jerman




Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM - Kalau hari ini ada teman tiba-tiba jadi pendiam, ditegur malah tersinggung, diajak makan malah nolak, dipelototi tambah marah, bisa dipastikan karena dua hal. Jika bukan karena calonnya kalah pilkada, maka dia adalah suporter Jerman. Biarkan dia menyendiri dulu!

Suami idaman itu seperti pemain Jerman. Ganteng, gagah dan pulang cepat ke rumah. Hahaha... Begitulah antara lain meme yang sempat tersebar luas di jagat medsos pascakekalahan Jerman 0-2 melawan tim pekerja keras dari Asia, Korea Selatan 27 Juni 2018.

Ya, Rabu 27 Juni 2018 banyak yang baper dan melo di negeri ini. Tak sedikit yang meringis pedih. Tumpah air mata karena calon idolanya gagal total di arena pilkada, entah level pilgub, pilbub atau pemilihan walikota. Banyak pula tawa dan canda merayakan kemenangan 27 Juni.



Pilkada punya hukumnya sendiri. Banyak yang maju berdua-dua tapi hanya satu pasangan calon terpilih. Piala Dunia pun demikian. Banyak finalis gagah perkasa namun cuma satu juara sejati. Pilkada dan sepakbola itu sama dan sebangun dalam satu hal: mengaduk-aduk emosi, mengharubiru hati.

Tim nasional Jerman punya ratusan juta pemuja di seantero dunia. Dari Berlin hingga Besikama, dari Leningrad sampai Lewoleba, Moskwa hingga Mokantarak dari Porto Alegre sampai Papua.

Mengingat reputasinya yang mengagumkan, Jerman adalah barometer sepakbola sejagat. Maka wajar jika mereka kalah melawan tim mungil seperti Korea Selatan, semua orang seolah tak percaya. Apalagi ini kegagalan pertama Jerman di fase grup sejak terakhir di Piala Dunia 1938. Rekor terburuk dalam 80 tahun!

Jerman empat kali juara Piala Dunia dan mereka pergi ke Rusia dalam status sebagai juara bertahan (2014). Pada laga terakhir Grup F, mayoritas orang yakin Der Panzer bisa mengatasi pasukan dari negeri gingseng. Menang atas Korsel berarti lolos babak knock -out.

Hanya sedikit yang menyadari bahwa Jerman 2018 bukan Jerman 2014. Jauh sekali kualitasnya meskipun juru masaknya masih orang yang sama. Pria parlente yang doyan pakai kaus oblong, Joachim Loew. Loew sudah kehilangan sentuhan kreatifnya meramu Der Panzer untuk bekerja disiplin dan efektif dalam 90 menit.

Di Kazan Arena 27 Juni, serangan Jerman mentok di luar kotak enam belas meter. Jonas Hector, Sami Khedira, Toni Kroos, Leon Goretzka, Mesut Oezil, Marco Reus dan Timo Werner kehabisan ide untuk menerobos masuk arena terlarang Korsel.

Kuartet pilar pertahanan Korea, Yong Lee, Yun Young-sun, Lom Young-gwon dan Chul Hong begitu dingin dan taktis mengawal setiap pergerakan Oezil dkk. Lee Jae-sung, Jung Woo-young, Jang Hyun-soo dan Moon Seon-min pun sigap membantu saat dikepung Der Panzer.

Dua gol injury time Korea Selatan persembahan Kim Young-gwon menit ke-90+4 dan Son Heung-min menit ke 90+6 adalah tanda Jerman tidak hanya kehabisan stamina tapi otak dan hati sudah letih tak terampunkan.

Dalam deraan frustrasi berat, Kapten Manuel Neuer coba bantu serangan di menit terakhir. Terinspirasi gaya kiper eksentrik Kolombia, Rene Hiquita. Eh malah gawangnya kebobolan gol Son Heung-min.

Tahun 2014 di kota eksotik Belo Horizonte, Jerman mempermalukan tuan rumah Brasil 7-1 di babak semifinal. Empat tahun kemudian, anak-anak ganteng dari semenanjung Korea memulangkan mereka amat lekas.

Ini bukan soal kutukan juara bertahan yang gagal lolos grup sejak 2006. Kinerja Jerman memang tak baik amat. Joachim Loew pun mengakuinya. "Kami tak pantas memenangi Piala Dunia sekali lagi. Kami tak patut melaju ke 16 besar," ujar Loew dilansir BolaSport.com dari FIFA.

Begitulah hukum bola. Selalu ada tawa dan tangis. Seperti dikatakan legenda sepakbola Jerman, Franz Beckenbaur, tidak pernah ada tim yang selalu menang dan berjaya. Bola mengajarkan manusia tentang menang dan kalah. Yang kalah mesti legawa yang menang tak patut jumawa.

Di Kazan, Jerman berurai air mata dan Korea Selatan boleh pulang kampung sambil memeluk senyum. Sama-sama pulang tapi gejolak batin berbeda.

***

WORLD Cup Russia 2018 sudah menyelesaikan fase penyisihan grup pada 28 Juni 2018. Enam belas tim meraih tiket yaitu Uruguay, Rusia (grup A), Spanyol, Portugal (grup B), Prancis, Denmark (grup C), Kroasia, Argentina (grup D), Brasil, Swiss (grup E), Swedia, Meksiko (grup F), Belgia, Inggris (grup G) dan Kolombia, Jepang (grup H).

Jepang menjadi satu-satunya wakil Asia di babak knock-out. Prestasi buruk justru melanda tim-tim asal Afrika. Pada Piala Dunia tahun ini tidak satupun yang masuk kelompok 16 besar dunia. Konfederasi Eropa mengirim wakil terbanyak (10), disusul Amerika Utara, Tengah dan Karibia (1), Amerika Selatan (4) dan Asia (1).

Pada babak 16 besar mulai 30 Juni 2018, Prancis bertemu Argentina, Uruguay vs Portugal, Spanyol vs Rusia, Kroasia vs Denmark, Brasil vs Meksiko, Belgia vs Jepang, Swedia vs Swiss dan Kolombia vs Inggris.

Mengakhiri fase grup Piala Dunia 2018 ada cerita unik yang patut dicatat dalam sejarah bola. Jepang lolos karena pasukan Samurai Biru itu lebih santun dibandingkan Senegal.

Shinji Kagawa dan kawan-kawan memiliki koleksi poin yang sama dengan Senegal. Baik Jepang maupun Senegal sama memiliki empat poin dan selisih gol identik. Di tabel klasemen jumlah gol memasukkan dan kemasukan Jepang-Senegal serta head to head mereka sama.

FIFA memutuskan Jepang berhak maju ke babak 16 besar karena menang dalam hitung hitungan fair play terkait jumlah kartu kuning. Timnas Jepang sampai akhir babak penyisihan cuma mengoleksi 4 kartu kuning.

Satu kartu kuning saat melawan Kolombia, dua kartu saat bersua Senegal dan satu kartu kuning ketika menghadapi Polandia. Sementara Senegal mengantongi 6 kartu kuning. Dua kartu kuning saat berlaga dengan Polandia, tiga kartu kuning ketika bertemu Jepang dan satu kartu ketika melawan Kolombia.

Berdasarkan aturan FIFA, sebuah tim kehilangan satu poin untuk satu kartu kuning. Jika seorang pemain mendapat dua kartu kuning, timnya mendapat nilai minus tiga. Bila pemain mendapat kartu merah langsung, tim dikurangi lima poin.

Aturan ini memaksa Senegal harus tersingkir karena kalah dalam nilai fair play. Pelajaran berharga bagi tim manapun. Junjung tinggi fair play itu!

Dan, inilah pertama kali dalam sejarah FIFA World Cup, kelolosan sebuah tim ditentukan oleh poin lebih sedikit mengoleksi kartu. Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) memang memiliki delapan poin yang menentukan kelolosan sebuah tim ke fase gugur Piala Dunia 2018.

Delapan poin tersebut sebagai berikut. Pertama, jumlah poin terbanyak yang diraih oleh sebuah tim selama babak penyisihan grup. Kedua, selisih gol di semua pertandingan fase grup. Ketiga, jumlah gol yang dicetak. Keempat, jumlah poin dari pertandingan antartim. Kelima, selisih gol dari laga yang dimainkan antartim.

Keenam, jumlah gol yang dicetak saat tim-tim yang memiliki poin sama bertanding. Ketujuh, jumlah nilai fair play berdasarkan perolehan kartu kuning dan kartu merah dan terakhir undian acak dari FIFA.

Kembali ke kasus Jepang-Senegal,seandainya kedua kesebelasan tersebut memiliki rapor fair play yang sama, maka FIFA akan memakai cara kedelapan. FIFA akan mengundi secara acak. Yang menang adalah yang beruntung.

Sekarang bagaimana peluang 16 kesebelasan berziarah menuju puncak pesta 15 Juli 2018? Dari skema alias bagan pertemuan 16 besar, Prancis vs Argentina, Uruguay vs Portugal, Brasil vs Meksiko dan Belgia Jepang berada di lengan kiri. Lengan kanan berintikan Spanyol vs Rusia, Kroasia vs Denmark, Swedia vs Swiss dan Kolombia vs Inggris.

Dari lengan kiri, banyak yang menduga kursi babak perempatfinal akan menjadi milik Portugal, Argentina, Brasil dan Belgia. Argentina dan Portugal yang terseok- seok makin membalik grafiknya.

Tarian Samba pun kian memikat. Faktor mental akan berperan besar. Duel Prancis vs Argentina bakal alot. Prancis bisa saja melenggang bila Messi dkk tidak konsisten. Brasil juga selalu tak mudah menghadapi Meksiko. Uruguay yang raih hasil sempurna di fase grup bisa tersandung melawan kegigihan CR7 dan kawan- kawan.

Peta kekuatan bagan kanan tak kalah menantang. Spanyol bakal mendapat ujian berat dari tuan rumah Rusia. Tim kebanggaan Vladimir Putin layak diunggulkan. Spanyol 2018 tidak istimewa secara teknis dan kualitas tim. Cuma mereka memiliki harta terpendam yaitu semangat juang ala Matador. Menikam lawan di saat yang tepat. Sekali hantam selesailah sudah.

Tim dinamit Denmark berpeluang merepotkan Luka Modric dan rekan. Swedia dan Swiss merupakan petarung yang sepadan. Kolombia pun bukan lawan ayam sayur bagi Inggris yang lazimnya selalu keok ketika memasuki babak knock-out.

Peluang delapan tim mirip. Kursi delapan besar boleh jadi untuk Rusia, Denmark, Swiss dan Kolombia. Bisa juga sebaliknya. Ini sekadar prediksi. Kemungkinan hanya dua tepat atau tidak sama sekali.

Dan, Anda pun boleh menduga tim mana saja yang bakal melaju sampai jauh. Sampai di Kota Moskwa yang langitnya bertabur kembang api pada malam paling romantis 15 Juli 2018. *

Bahagia Tiba di Menit Terakhir



ilustrasi
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM - Bahagia tiba menit terakhir. Begitulah nasib Jerman yang masih boleh bernapas lega karena terbuka peluang lolos ke babak 16 besar. Gol larut gelandang Toni Kroos ke gawang Swedia pada menit ke-90+4 menjaga asa Der Panzer.

Di saat Joachim Loew hampir pasrah menerima skor 1-1 dan wajah pendukung Jerman berkerut kusut masai, Si Toni melepas tendangan melengkung ke tiang jauh Swedia. Gool! Jerman menang 2-1. Langkah Jerman memang tak mudah. Butuh kemenangan lagi atas Korea Selatan pada laga terakhir Grup F, Rabu 27 Juni 2018.

Bahagia tiba menit terakhir pun menyelimuti wakil Asia, Iran dalam laga terakhir Grup B melawan juara Eropa 2016, Portugal di Mordovia Arena, Saransk, Senin (25/6/2018) waktu Rusia atau Selasa (26/6/2018) dini hari Wita.



Portugal lebih dulu unggul melalui gol Ricardo Quaresma menit ke-45. Gol balasan Iran baru terwujud menit ke-90+3 hasil tembakan penalti Karim Ansarifard.

Iran menggagalkan kemenangan Portugal di depan mata sekaligus melukai hati Cristiano Ronaldo yang gagal mencetak gol lewat titik putih. Lionel Messi tidak sendirian lagi di Rusia 2018. Rivalnya menyusul. Riuh rendah konser siul ala dunia medsos. Netizen sama-sama menggoda CR7 dan Messiah sebagai Miss Penalty!

Iran tidak lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 2018 lantaran hanya mengoleksi 4 poin, tetapi setidaknya mereka pulang ke Teheran dengan kepala tegak. Tim asuhan pelatih asal Portugal, Carlos Queiroz tersebut memainkan sepakbola menyerang yang apik. Mereka hanya kurang beruntung.

Masih di grup yang sama dengan Iran, pemegang trofi Piala Dunia 2010, Spanyol butuh gol menit ke-90 dari Iago Aspas demi menyamakan kedudukan 2-2 melawan tim alot dari Afrika, Maroko pada laga pamungkas di Kaliningrad Stadium, Senin (25/6/2018) malam.

Gol menit terakhir itu menyelamatkan muka La Furia Roja. Seandainya kalah Spanyol harus pulang lebih awal bersama Iran, Mesir, Arab Saudi, Kosta Rika, Polandia dan lainnya.

Di babak knock out, Spanyol akan bertemu Rusia dan Portugal menghadapi Uruguay. Duel Portugal vs Uruguay berlangsung di Fisht Olympic Stadium, Sochi, 30 Juni 2018, sedangkan Spanyol vs Rusia di Luzhniki Stadium, Moskwa, 1 Juli 2018.

Kekuatan tim finalis Piala Dunia 2018 cukup merata. Tim-tim Asia dan Afrika tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Iran dan Maroko serta Jepang adalah contoh betapa kualitas mereka tidak kalah dengan tim dari Eropa dan Latin Amerika.

Dari konfederasi Asia sejauh ini hanya Arab Saudi yang tidak begitu mentereng performanya meskipun menang 2-1 atas Mesir yang sudah kehilangan gairah pada laga terakhir grup A. Dan, kesempurnaan Rusia 2018 baru memihak juara dunia dua kali, Uruguay.

Luis Suarez dkk mengemas poin sempurna. Pada laga ketiga Grup A Piala Dunia 2018 di Stadion Samara Arena, Senin (25/6/2018), Uruguay bahkan menggilas tuan rumah Rusia tiga gol tanpa balas.

Gol-gol kemenangan timnas Uruguay berhasil dicetak oleh Luis Suarez (menit ke-10), bunuh diri Denis Cheryshev (23'), dan Edinson Cavani (90'). Rusia babak belur.

Meski tetap lolos ke babak 16 besar, kekalahan ini mencoreng nama baik Rusia karena gagal menjaga tradisi negara-negara Eropa penyelenggara Piala Dunia. Tradisi yang dimaksudkan adalah sukses menyapu bersih kemenangan dari tiga pertandingan di fase grup.

Kekalahan ini membuat timnas Rusia gagal mengikuti jejak tiga negara Eropa yang sebelumnya menjadi tuan rumah Piala Dunia, yaitu Italia, Prancis, dan Jerman. Italia sukses menyapu bersih tiga kemenangan saat menjadi tuan rumah Piala Dunia 1990. Saat itu, Italia menekuk Austria, Amerika Serikat dan Cekoslovakia.

Rekor mulus tersebut dilanjutkan timnas Prancis di Piala Dunia 1998 dengan menumbangkan Afrika Selatan, Arab Saudi dan Denmark. Jerman melanjutkan tradisi di Piala Dunia 2006. Der Panzer melumat Kosta Rika, Polandia dan Ekuador kala itu.

***

SAMPAI hari Selasa 26 Juni 2018  sebanyak delapan negara telah memastikan diri merebut tiket ke babak 16 besar. Mereka adalah Uruguay, Rusia, Portugal, Spanyol, Prancis, Kroasia, Inggris, dan Belgia. Masih tersisa kursi buat delapan tim lagi.

Pertarungan alot bakal tersaji di Grup E, F dan Grup H. Di Grup E lima kali juara dunia, tim Samba Brasil belum aman posisinya. Neymar dkk sudah dibikin repot oleh Swiss yang menahan mereka 1-1. Beruntung goyang Samba mulai membaik liukan mautnya di laga kedua melawan Kosta Rika. Menang 2-0 sekaligus memaksa Kosta Rika pulang lebih awal dari Rusia.

Brasil wajib menang di partai terakhir penyisihan grup melawan Serbia, Rabu malam 27 Juni 2018 atau Kamis (28/6/2018) dini hari Wita. Soalnya Serbia yang mengoleksi tiga poin hasil kemenangan atas Kosta Rika masih berpeluang lolos ke babak knock-out. Aleksandar Kolarov dkk cuma berjarak satu poin dari Swiss dan Brasil. Seru!

Kemenangan atas Brasil akan membawa Serbia melenggang ke babak selanjutnya sementara Selecao pulang ke rumah. Di laga lain Swiss wajib memenangi pertandingan kontra Kosta Rika agar tak tergantung pada hasil Brasil melawan Serbia. Segala kemungkinan masih bisa terjadi di Grup E.

Kemenangan dramatis Jerman atas Swedia 2-1 menghadirkan persaingan di Grup F yang sempat redup memanas lagi. Kini Meksiko, Jerman dan Swedia, memiliki peluang sama untuk lolos ke babak selanjutnya.

Pasukan Sombrero Meksiko berada di puncak klasemen sementara dengan mengoleksi enam poin. Jerman menyusul di urutan kedua dengan tiga poin, Swedia juga tiga poin di posisi ketiga.

Ketiganya akan sama mengoleksi enam poin jika Swedia mampu menekuk Meksiko dan Jerman mengalahkan Korea Selatan di partai terakhir, Rabu 27 Juni 2018. Jika demikian maka penentuan posisi klasemen akhir grup berdasarkan selisih gol terbaik. Salah hitung langkah bisa keluar gelanggang meski poin enam.

Meksiko sudah membuat dunia jatuh cinta ketika menumbangkan juara bertahan Jerman di laga pembuka lewat gol jarak dekat, Hirving Lozano. Tim Panser kembali pontang-panting pada laga kedua melawan tim pekerja keras Swedia.

Untung pemain klub Real Madrid, Toni Kross hadir sebagai pahlawan. Gol di menit terakhir injury time menyelamatkan Jerman dari kekalahan kedua yang bakal sangat memalukan. Untuk lolos syarat bagi Jerman tidaklah enteng. Manuel Neuer Cs patut mengalahkan Korea Selatan dengan skor sebaiknya lebih dari satu gol sambil berharap Swedia manahan imbang Meksiko.

Bila Swedia menang atas Meksiko, maka Der Panzer harus mengalahkan Korea Selatan dengan skor lebih besar. Jerman bisa lolos dengan hasil seri melawan Korea asal Swedia kalah dari Meksiko. Jerman tentu tidak berharap 'belas kasihan' dari Swedia dan Meksiko.

Korea Selatan, tim juru kunci Grup F, bukan tanpa peluang. Son Heung-min dkk bisa lolos manakala mengalahkan Jerman dengan skor besar dan Swedia tumbang dari Meksiko.

Grup H tak kalah menyeramkan. Di luar perkiraan banyak pengamat bola, grup ini berisi tim kuda hitam lewat penampilan apik wakil Asia, Jepang dan pangeran bola dari benua Afrika, Senegal.

Tim papan atas Eropa, Polandia sudah merasakan pil pahit. Robert Lewandowski dkk menjadi kontestan pertama Grup H yang tersingkir setelah dua kali menelan kekalahan. Kini tiga negara masih berpeluang sama lolos ke 16 besar yaitu Kolombia, Senegal dan Jepang.

Kolombia berada di posisi ketiga klasemen sementara dengan tiga poin, Senegal dan Jepang di puncak dengan poin 4 dan selisih gol yang sama. Ketiga masih berpeluang lolos dengan syarat memenangi laga terakhir fase grup pada 28 Juni 2018.

Jepang akan bertemu Polandia yang sudah terluka, sementara Senegal menghadapi Kolombia. Partai Senegal vs Kolombia menjadi yang paling seru lantaran kedua tim akan tampil habis-habisan demi meraih satu kursi di fase gugur.

Senegal hanya butuh bermain imbang melawan Kolombia, namun Kolombia perlu kemenangan untuk lolos dari Grup H. Sementara Polandia yang sudah tak memiliki target apa-apa akan menghadapi Jepang yang tengah di atas angin. Berharap Jepang lolos agar ada wajah Asia di babak 16 besar.

Apakah mudah bagi Jepang, Senegal dan Kolombia? Tidak begitu kawan. Lagi-lagi segalanya masih mungkin terjadi. Jagat bola hanya mengenal prinsip ini:  Bekerjalah sekeras-kerasnya hingga peluit akhir berbunyi.  Jangan dikau menepuk dada di pagi hari karena bahagia itu hanya tiba di menit terakhir.

Kontribusi sepakbola indah nian bagi kehidupan. Bola selalu mengajarkan dedikasi, totalitas dan kerja tuntas. Kerja dengan hati yang bersih. Tak ada ruang bagi mereka cepat puas, puji diri dan jumawa. Selamat menonton! (*)

Air Mata di Sungai Meenachal



ilustrasi
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM -- Namanya Dinu Alex. Baru 30 tahun. Usia produktif, muda energik. Dinu itu nama familiar untuk telinga kami anak Flobamora, Nusa Tenggara Timur, terlebih yang lahir di Flores tengah seperti Ende dan Nagekeo. Mirip pula nama saudaraku orang Sabu dan Sumba.

Tapi Dinu yang ini bukan putera NTT. Dinu Alex lahir di Kerala, negara bagian India. Wilayah Kerala terletak di India barat daya, berbatasan dengan Tamil Nadu dan Karnataka di sebelah timur serta Samudra Hindia di sisi barat dan selatan.

Hindustan Times seperti dikutip Kompas.com memberitakan, Dinu Alex sakit hati melihat kekalahan telak Argentina 0-3 dari Krosia dalam babak penyisihan Grup D Piala Dunia 2018, Jumat (2/6/2018) dini hari Waktu Indonesia Tengah.



Dinu Alex sulit menerima kenyataan Lionel Messi dkk menyerah kalah dan sangat mungkin gagal lolos ke fase 16 besar. Dinu pun nekat melompat dari sebuah jembatan hanya beberapa jam setelah pertandingan tersebut.

Untuk keluarganya, Dinu meninggalkan sepucuk surat. Dinu tak bisa menahan rasa sakit menyaksikan tim kesayangannya dilumat habis oleh Kroasia. Dinu menulis, tim Tango yang bermaterikan banyak pemain top dunia sudah mengecewakannya.

Keluarga Dinu menjelaskan, pria muda itu sangat terpukul seusai menonton laga Argentina vs Kroasia. Dia tinggalkan rumah. Menghilang. Pihak keluarga yang panik melaporkan ke polisi terdekat. Polisi Kerala bergegas mencari setelah tahu Dinu menuju ke jembatan yang melintang di atas Sungai Meenachal.

Upaya pencarian Dinu terhambat cuaca buruk akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut. Sampai catatan ini tayang Dinu belum ditemukan. Air mata anggota keluarga dan kerabatnya tumpah di bibir Sungai Meenachal. Mereka tak menyangka Dinu memilih jalan pintas. Gara-gara bola!

Sejumlah kawan dekat Alex Dinu mengatakan, pria tersebut amat yakin Argentina akan tampil impresif di Rusia dan akan melaju hingga babak final. Namun, setelah kekalahan dari Kroasia, Dinu menangis dan mematikan telepon genggamnya.

Dia seolah hilang harapan meskipun sesungguhnya peluang Argentina lolos masih terbuka -- walaupun tipis amat dan berharap 'bantuan' tim lain.

Derita batin kiranya tidak hanya milik Alex Dinu. Penggemar timnas Argentina dan terutama pemuja Lionel Messi di berbagai belahan dunua sungguh gundah-gulana. Setelah hanya bermain 1-1 melawan Islandia yang diwarnai kegagalan penalti Messi, Argentina begitu tak berdaya menghadapi Kroasia.

Melawan Nigeria di laga terakhir penyisihan Grup D belum tentu menang. Kalaupun menang masih harus menunggu hasil pertandingan tim lainnya. Lionel Messi dkk memang berada di ujung tanduk.

***

MOMEN kejuaraan sepakbola Piala Dunia selalu menyembulkan warna-warni kehidupan manusia. Selalu ada tawa dan tangis. Bukan pertama kali orang nekat bunuh diri karena kecewa terhadap tim kesayangannya.

Pada level yang lebih ringan, ada saja yang alami serangan jantung serta kecelakaan lalu lintas karena emosi yang tidak stabil. Kisah berikut merupakan satu di antara contoh kasus tersebut.

Harian Wuhan Evening News seperti dikutip Kompas.Com mewartakan, seorang pria berusia 56 tahun, warga Provinsi Hubei China yang mendukung timnas Jerman di Piala Dunia 2018 mengalami serangan jantung setelah tim kesayangannya itu kalah dari Meksiko pada laga pembuka penyisihan Grup F.

Pria bermarga Zhao itu terpaksa dilarikan ke rumah sakit terdekat dan beruntung nyawanya tertolong. Meski kondisinya stabil, dokter mencatat serangan jantung itu dipicu tekanan darah tinggi yang sudah lama diidap Zhao.

Demam Piala Dunia di China yang berdampak negatif berlanjut pada Senin (18/6/2018) di Kota Chongqing. Seorang pria tak kuasa mengandalikan mobilnya dan menabrak sebuah rambu di dekat bandara di kota tersebut.

Ternyata, pria itu menonton siaran langsung laga Belgia melawan Panama sambil mengemudikan mobilnya. Harian Chongqing Morning Post melaporkan, si pengemudi, bermarga Jia, tidak mengalami cedera akibat kecelakaan itu tetapi mobilnya rusak parah.

Jia pernah berenana menjadi satu dari 10 ribu warga China yang berangkat ke Rusia. Namun, dia membatalkan rencananya karena tak bisa meninggalkan pekerjaannya. Polisi akhirnya menjatuhkan denda 100 yuan atau sekitar Rp 216.000 dan membiayai perbaikan rambu lalu lintas yang dirusaknya.

Lain lagi di Provinsi Sichuan. Seorang penggemar bola ditemukan pingsan akibat mabuk berat di jalanan Kota Chengdu usai nonton bareng sebuah laga Piala Dunia 2018. Di samping pria yang tak disebutkan identitasnya itu, sebuah dompet berisi KTP dan uang tunai 4.000 yuan ditemukan tercecer.

Saat polisi yang datang membangunkan pria itu, dia hanya menggumam dan menyemburkan sederet kalimat. "Tinggalkan saya sendiri, kita kalah, kita kalah," ujar pria tersebut. Polisibisa menemukan seorang teman pria itu yang kemudian diminta mengantar penggila bola tersebut ke kediamannya.

China tidak lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 tetapi ratusan juta warga negara ini menggilai sepakbola.

Itulah sebabnya para dokter di negeri Tirai Bambu tersebut memperingatkan penggemar bola yang mengidap kelainan jantung atau tekanan darah tinggi agar mewaspadai meningkatnya risiko serangan jantung saat menyaksikan pertandingan.

Peringatan dokter China kiranya berlaku pula untuk kita di Indonesia serta NTT yang menggilai sepakbola. Silakan tuan dan puan mendukung tim kesayangan masing-masing, tetapi sangat dianjurkan agar tetap kendalikan emosi. Jauhkan fanatisme buta yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan jiwa dan badan.

Tapi Piala Dunia Rusia sungguh membawa berkah bagi Indonesia yang sesaat lagi akan memilih pasangan calon gubernur-wakil gubernur, bupati-wakil bupati serta calon walikota dan wakil walikota.

Seandainya tidak ada Piala Dunia kemungkinan besar jagat media sosial dipenuhi saling sinis dan sindir antara tim sukses dan pendukung paslon. Sejauh ini minim  ujaran kebencian. Yang marak meriah hanyalah bakusindir antara pendukung tim finalis Piala Dunia 2018.

Sepakbola sudah terbukti dalam sejarah bisa mendinginkan tensi politik bahkan menghentikan perang. Terima kasih bola. (*)

Hasil Pilkada Sumba Barat Daya 2018



Kornelius Kodi Mete
TAMBOLAKA, PK---Pasangan calon bupati dan calon  wakil bupati Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD)   periode 2018-2023, dr.Kornelius Kodi Mete-Marthen Christian Taka, S.IP  (paket Kontak) memenangkan pertarungan pilkada Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2018.

Paket Kontak  memenangkan perhelatan pilkada SBD  dengan meraih 67.764 suara disusul pasangan calon bupati dan wakil bupati Markus Dairo Tallu, S.H-Gerson Tanggu Dendo, S.H (paket MDT-GTD) memperoleh  63.886 suara dan paket Dominggus Dama-Kornelius  Tanggu Bore (Damai)  mendapat 11.660 suara.

Demikian  hasil pleno perhitungan perolehan suara tiga pasangan calon bupati dan calon wakil bupati SBD periode 2018-2023 sebagaimana dipimpin Ketua KPUD SBD, Mikael Bulu, S.H didampingi empat komisioner KPU SBD lainnya, dihadiri ketua panwas SBD, Dickson Daly bersama dua anggota  panwas lainya, para saksi pasangan calon, ppk dan undangan.lainnya.


Rapat yang berlangsung pukul 10.30 wita berakhir pukul 19.23 wita berlangsung cukup panas. Hal itu karena sering terjadi perdebatan sengit Ketua KPUD SBD, Mikael Bulu,  dengan saksi pasangan calon MDT-GTD  yakni Ratu Wula Tallu, S.H..

Secara umum rapat pleno perhitungan perolehan suara tiga pasangan calon berjalan aman dan lancar.

Berikut rincian hasil rekapitulasi pergitungan perolehan suara yiga paslon sebagai berikut,  Kecamatan Wewewa Utara, pasangan calon MDT-GTD meraih  3.266 suara, Damai  meraih 414 .

Sedangkan Kecamatan  Kodi Balaghar, pasangan calon bupati dan wakil bupati   (MDT-GTD)2380 suara, Damai 835 suara dan kontak 595.950,Kecamatan WewewaTimur,pasangan kontak-9470 suara, Damai 1541 suara dan kontak 3186 suara,kecamatan Kodi  Bangedo MDT-GTD memperoleh 3075 suara, Damai 340 suara dan kontak raih 5.156 suara.

Selanjutnya Kecamatan wewewa Tengah  MDT-GTD meraih 9635 suara, Damai meraih 1653 suara dan Kecamatan Tengah MDT-GTD meraih 9635  perolehan suara, Damai 1653 dan kontal 2884 suara.

Kecanatan Kodi ,  psangan calon MDT-GTD  meraih 1864, Damai 667  serta Kontak 13.266 suara, Kecamatan Wewewa Selatan, MDT-GTD meraih 7820 suara, Damai meraih 1002 dan kontak memperoleh  2.487 suara, Kecamatan Loura, pasangan MDT-GTD  meraih 2982 suara, Damai mempetoleh 883 suara dan kontak 4056 suara.

Kecamatan Kota Tambolaka  17 pasangan calon bupatin wakil bupati MDT-GTD memperoleh 6.343 suara, Damai 1461 suara dan kontak 7455 suara, kecamatan Kodi Utara, MDT-GTD memperoleh 2954 suara, Damai 1834 suara dan kontak  17.882 suara dan Kecamatan Wewewa Barat, MDT-GTD  14.097 suara, Damai 1010 suara dan kontak 3301 suara.


Hasil Pilkada Sumba Barat Daya 2018

POS-KUPANG.COM| TAMBOLAKA--KPUD Sumba Barat Daya sudah usai jalankan tugasnya, Anda boleh simak perolehan data Pleno KPUD SBD Berikut ini


1. Wewewa Utara

Jumlah Desa. : 12

Jumlah TPS. : 35

Jumlah DPT. : 13.292

Pemilihan Gubernur

1. Esthon-Christ : 603
2. MS -Emi. : 848
3. Harmoni. : 1.133
4. Victory -Joss : 3.225

Suara Sah:5.809

Tidak Sah: 225

Pemilihan Bupati

DPT:13.293

Hak Pilih:6036

1. MDT -GTD. : 3.266
2. DAMAI. : 414
3. KONTAK. : 2.199

Sah:5.879
Tidak Sah:157
2. Kec. Kodi Balaghar

Jumlah Desa. : 14
Jumlah TPS. : 31
Jumlah DPT. : 12.541

Pemilihan Gubernur

1. Esthon -Christ : 1.085
2. MS -Emi. : 3.016
3. Harmoni. : 2.829
4. Victory -Joss : 2.159

Sah: 9089
Tidak Sah: 321

Pemilihan Bupati

DPT: 12541
Hak pilih: 9410

1. MDT -GTD. : 2.380
2. DAMAI. : 835
3. KONTAK. : 5.950

Sah: 9165
Tidak sah:245

3.Wewewa Timur

Jumlah Desa. : 19
Jumlah TPS. : 53
Jumlah DPT. : 21.805

Pemilihan Gubernur

1. Esthon -Christ : 1.302
2. MS -Emi. : 2.165
3. Harmoni. : 1.433
4. Victory -Joss : 9.134

Sah: 14.103
Tidak Sah: 365

Pemilihan Bupati
DPT: 21.095
Pengguna Hak Pilih:14.481

1. MDT -GTD. : 9.470
2. DAMAI. : 1.541
3. KONTAK. : 3.186

Sah:14.197
Tidak Sah:284

4.Kec. Kodi Bangedo

Jumlah Desa. : 15
Jumlah TPS. : 32
Jumlah DPT. : 11.694

Pemilihan Gubernur

1. Esthon -Christ : 716
2. MS -Emi : 3.011
3. Harmoni : 2.219
4. Victory -Joss : 2.545

Sah:8491
Tidak Sah: 318

Pemilihan Bupati

DPT:11.538
Pengguna Hak Pilih:8.809

1. MDT -GTD : 3.075
2. DAMAI : 3403. KONTAK : 5.156
Sah:8.571
Tidak Sah: 238

5.Kec. Wewewa Tengah

Jumlah Desa. : 20
Jumlah TPS. : 72
Jumlah DPT. : 23.640

Pemilihan Gubernur

1. Esthon -Christ : 1.245
2. MS -Emi : 2.276
3. Harmoni : 1.227
4. Victory -Joss : 9.338

Sah: 14.086
Tidak Sah: 495

Pemilihan Bupati

DPT: 24.195
Hak Pilih:14.514

1. MDT -GTD : 9.635
2. DAMAI : 1.653
3. KONTAK : 2.884

Sah:14.172
Tidak Sah:342

6. Kec. Kodi

Jumlah Desa. : 19
Jumlah TPS. : 55
Jumlah DPT. : 23.828

Pemilihan Gubernur
1. Esthon -Christ : 1.025
2. MS -Emi : 6.577
3. Harmoni : 6.378
4. Victory -Joss : 1.695

Sah:15.675
Tidak Sah: 450

Pemilihan Bupati

DPT:23.826
Hak Pilih:16.213

1. MDT -GTD : 1.864
2. DAMAI : 667
3. KONTAK : 13.266
Sah: 15.797

Tidak Sah: 326
7.Kec. Wewewa Selatan

Jumlah Desa. : 14
Jumlah TPS. : 49
Jumlah DPT. : 17.458
Pengguna hak pilih: 11.670

Pemilihan Gubernur

1. Esthon -Christ : 906
2. MS -Emi : 1.491
3. Harmoni. : 1.181
4. Victory -Joss : 7.550

Sah:11.128
Tidak Sah: 542

Pemilihan Bupati

DPT:17.299
Hak Pilih:11.670

1. MDT -GTD : 7.820
2. DAMAI : 1.002
3. KONTAK : 2.487

Sah:11.309
Tidak Sah:361

8.Kec Loura

Jumlah Desa. : 11
Jumlah TPS. : 28
Jumlah DPT. : 11.693
Pengguna hak pilih: 8.075

Pemilihan Gubernur

1. Esthon -Christ : 903
2. MS -Emi : 2306
3. Harmoni : 1514
4. Victory -Joss : 3138

Sah:7861
Tidak Sah: 214
Pemilihan Bupati

DPT:11.693
Hak Pilih:8.775

1. MDT -GTD : 2.982
2. DAMAI : 883
3. KONTAK : 4.058

Sah:7.923
Tidak Sah:152

9.Kec. Kota Tambolaka

Jumlah Desa/Kel : 10
Jumlah TPS : 53
Jumlah DPT : 21.484
Pengguna suara: 15.643

Pemilihan Gubernur

1. Esthon -Christ : 1.663
2. MS -Emi. : 4.611
3. Harmoni : 2.774
4. Victory -Joss : 6.113

Sah:15161
Tidak Sah: 482

Pemilihan Bupati

DPT:21.463
Hak Pilih:15.640

1. MDT -GTD : 6.343
2. DAMAI : 1.481
3. KONTAK : 7.455

Sah:15.279
Tidak Sah:361

10. Kec. Kodi Utara

Jumlah Desa. : 21
Jumlah TPS. : 87
Jumlah DPT. : 33.086
Pengguna hak pilih: 23.221

Pemilihan Gubernur

1. Esthon -Christ : 1.445
2. MS -Emi : 9.493
3. Harmoni : 8.620
4. Victory -Joss : 2.863

Pemilihan Bupati

DPT:33.219
Hak Pilih:23.180

1. MDT -GTD : 2.954
2. DAMAI : 1.834
3. KONTAK : 17.822

Sah:22.610
Tidak Sah:615

11.Kecamatan Wewewa Barat

Jumlah Desa. : 20
Jumlah TPS. : 74
Jumlah DPT. : 18.121
Pengguna hak pilih: 13.064

Pemilihan Gubernur

1. Esthon -Christ : 1.073
2. MS -Emi : 2.151
3. Harmoni : 1.345
4. Victory -Joss : 13.625

Sah:18.194
Tidak Sah: 894

Pemilihan Bupati

DPT:28.185
Hak Pilih:18.964

1. MDT -GTD : 14.097
2. DAMAI : 1.010
3. KONTAK : 3.301

Sah:18.408
Tidak Sah:556

Gubernur:
1.11.966
2.37.945
3.30653
4.61.385

Sah 141.949
Tidak sah: 6.138

DPT 217.849
Pengguna hak pilih 148.086

Bupati:
1.MDT -GTD : 63.886
2. DAMAI : 11.660
3. KONTAK : 67.764

Hasil Pilkada Nagekeo 2018



dr. Yohanes Don Bosco Do
POS KUPANG.COM | MBAY -- Proses rekapitulasi perhitungan suara Pilbu Nagekeo tingkat Kabupaten oleh KPU Nagekeo sudah usai.

Berdasarkan hasil yang diperoleh Pos Kupang.Com dari KPU Nagekeo menyebutkan, Paslon urut 2, dr. Don Bosco Do - Marianus Waja (Paket YES) mendulang suara terbanyak di Pilbub Nagekeo 27 Juni 2018.

Paket memperoleh suara 23.613 suara (30,59 %). Urutan kedua yaitu Paket PAS dengan perolehan suara 22.624 (29,30%). Urutan ketiga Palson nomor urut 3 (Pasangan Drs. Elias Djo-Servas Podhi) dengan rincian perolehan suara 21.884 (28,35%).

Urutan ketiga Paslon urut 4 yaitu Gaspar Batu Bata- Ndait Adrianus jumlah suara 5.000 (6,48%) dan urutan terkakhir yaitu Paslon nomor 1 Paskalis MB Ledo Bude-Oskar Meta  (paket Pakar) yaitu 2.968 suara (3,84 %).



Jumlah suara sah 76.090 suara. Tidak sah 1113 suara. Total suara sah dan tidak sah yaitu: 77.203 suara.

Berikut rincian perolehan suara per Kecamatan:

1. Kecamatan Nangaroro

1.Paket PAKAR (Paskalis MB Ledo Bude-Oskar Meta) : 263 suara.

2. Paket YES (dr. Don Bosco Do-Marianus Waja : 2310 suara

3. Paket EVAS (Drs.Elias Djo-Servad Podhi) : 1940 suara.

4. Paket GARDA (Gaspar Batu Bata-Ndait Adrianuas) : 2390 suara

5. Paket PAS ( Paul Nuwa Veto - Marselinus Ajo Bupu) : 3290

Jumlah Suara Sah: 10.200
Tidak Sah : 159
Total : 10.359

2. Kecamatan Keo Tengah

1. PAKAR : 376 suara

2. YES : 1597 suara

3. EVAS : 1380 suara

4. GARDA: 298 suara

5. PAS : 3974 suara

Jumlah Suara Sah : 7625
Tidak Sah : 81
Total : 7706

3. Kecamatan Aesesa Selatan

1. PAKAR : 113 suara

2. YES : 1.551 suara

3. EVAS : 1187 suara

4. GARDA : 78 suara

5. PAS : 653 suara

Jumlah Suara Sah : 3.582
Tidak Sah : 81
Total : 3663

4. Kecamatan Mauponggo :

1. PAKAR : 487 suara

2. YES : 5527 suara

3. EVAS : 376 suara

4. PAS : 3.220 suara

Jumlah suara sah: 12.335
Tidak Sah : 127
total : 12.208

5. Kecamatan Boawae

1. PAKAR : 599 suara

2. YES : 3.798 suara

3. EVAS : 8.023 suara

4. GARDA: 752 suara

5. PAS: 6029 suara

Jumlah Suara Sah : 19.201
Tidak Sah : 351
Total : 19.552

6. Kecamatan Aesesa

1. PAKAR :1.106 Suara
2. YES : 6.499 Suara
3. EVAS : 6.506 suara
4. GARDA : 1.088 suara
5. PAS : 5.125 suara

Jumlah suara sah: 20.324
Tidak Sah : 291
Total : 20.615

7. Kecamatan Wolowae

1. PAKAR : 24 suara
2. YES : 2.331 suara
3. EVAS : 250 suara
4. GARDA: 12 suara
5. PAS : 333 suara

Jumlah suara Sah : 2.950
Tidak Sah : 23
Total : 2.973

Sumber: KPU Nagekeo Juni 2018
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes