|
Dr Nafsiah Mboi saat dilantik SBY 14 Juni 2012 (tribun) |
DOKTER Nafsiah Mboi menikmati jabatan baru sebagai Menteri Kesehatan. Menurut Nafsiah, dia merasa tertantang dengan berbagai masalah yang akan dihadapi di kementerian tersebut. "Terus terang saya happy," kata Nafsiah dalam konferensi pers di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis 14 Juni 2012.
Nafsiah percaya bahwa jajaran Kementerian Kesehatan akan berlaku profesional dan memberi masukan kepadanya untuk menyelesaikan permasalahan. Nafsiah juga tidak menampik kabar bahwa ia sudah sering dinominasikan menjadi Menteri Kesehatan. Namun semuanya itu ia serahkan kepada Tuhan.
"Tuhan telah mengatur hidup saya dengan memberikan pekerjaan yang saya cintai. Alhamdullilah ada hasilnya, kalau belum, pasti masih ada yang lebih baik dari saya," ujarnya,
Dengan masa tugas selama dua tahun sampai 2014, Nafsiah berjanji bekerja secara profesional memimpin Kementerian Kesehatan mengantikan almarhumah Sri Rahayu Sedyaningsih.
"Saya terus terang merasa happy, bukan karena mendapat mobil yang bagus, itu juga saya senang walaupun hanya dua tahun. Akan tetapi bekerja dengan profesional bagi saya sesuatu kebahagiaan tersendiri dan saya sangat mensyukuri karena saya diberi kesempatan," ungkapnya.
Masuknya Nafsiah Mboi dinilai akan membawa angin baru dan perbaikan di tubuh Kementerian Kesehatan. Setumpuk pengalaman di bidang kesehatan menjadi modal tersendiri bagi Nafsiah. Wakil Menteri Kesehatan, Ali Gufron Mukti mengaku sudah kenal dengan Nafsiah. "Beliau cukup berpengalaman. Kita harapkan Kemenkes bisa lebih baik lagi," katanya di Istana Negara, Jakarta, Kamis (14/6/2012).
Nafsiah, menurut Ali Gufron, adalah pilihan tepat dari Presiden SBY. Diharapkan sepeninggal mendiang Endang setumpuk Pekerjaan Rumah (PR) dalam memberikan dan membenahi pelayanan kepada masyarakat bisa lebih dioptimalkan. Paling tidak, mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Hal itu menurut Ali sangat fundamental dan melibatkan banyak kementerian.
Hal ini tidak mudah. "Jadi itu persoalan yang tidak gampang, di mana seluruh masyarakat Indonesia memiliki jaminan," jelasnya. Selaini itu masalah MDG's , yang juga termasuk bidang yang selama ini digeluti Nafsiah, khususnya mengenai HIV AIDS. "Ini PR yang harus diselesaikan. Dan banyak program yang substansial yang harus menyentuh masyarakat bawah. Itu perlu diselesaikan bersama-sama," lanjutnya.
***
USAI diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (13/6/2012), nama Nafsiah Mboi semakin mencuat ke permukaan. Bagi sebagian pegiat kesehatan masyarakat, nama Nafsiah sudah tak asing lagi. Namun, bagi sebagian masyarakat awam lainnya, nama Nafsiah masih asing. Siapakah Nafsiah, yang pernah dicalonkan sebagai menteri kesehatan pada 2004? Berikut ini adalah profil Nafsiah yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.
Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH adalah dokter spesialis anak yang juga ahli Kesehatan Masyarakat yang telah mengenyam pendidikan di Indonesia, Eropa dan Amerika. Nafsiah memiliki pengalaman karir panjang sebagai Pegawai Negeri di Departemen Kesehatan (1964-1998), sebagai anggota DPR (1992-1997), dan Pegawai Perserikatan Bangsa-bangsa (1999-2002) tepatnya sewaktu menjabat sebagai Direktur Department of Gender and Women's Health pada World Health Organization Pusat di Geneva, Swiss.
Nafsiah yang lahir di Sengkang, Sulawesi Selatan, 14 Juli 1940 adalah lulusan Spesialisasi Dokter Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tahun 1971. Gelar Master of Public Health diperoleh di Prince Leopold Institute of Tropical Medicine, Antwerp, Belgium, tahun 1990. Beberapa penghargaan yang pernah diperolehnya di antaranya Ramon Magsaysay Foundation Award for Government Service dari Ramon Magsaysay Foundation, Manila, Philippines (1986), Satya Lencana Bhakti Sosial diterima dari Presiden Republik Indonesia (1989), Fellow of the Australia-Indonesia Institute (1993), Penghargaan dari Asia HRD Congress (2008) dan Penghargaan Soetomo Tjokronogoro yang diberikan oleh PB-IDI (2009).
Nafsiah menikah dengan Brigjen Purn Dr. Ben Mboi MPH, mantan Gubernur NTT dan dikaruniai 3 orang putra dan 5 cucu. Nafsiah memulai karirnya di Departemen Kesehatan sejak tahun 1964. Beberapa jabatan yang pernah diembannya selama menjadi karyawan Departemen Kesehatan adalah sebagai Kepala Rumah Sakit Umum, Ende, Flores (1964 - 1968), Kepala Seksi Perijinan pada Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Prop. NTT, Kupang (1979 - 1980), Kepala Bidang Bimbingan dan Pengendalian Pelayanan Kesehatan Masyarakat (BPPKM) pada Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Prop. NTT, Kupang (1980 - 1985).
Selain jabatan karir, Nafsiah pernah menjadi Anggota DPR/MPR RI (1992 - 1997), Ketua Komite PBB untuk Hak-hak Anak (1997 - 1999), Direktur Department of Gender and Women's Health, WHO, Geneva Switzerland (1999 - 2002) dan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (2006 - sekarang).
Lebih dari 70 karya dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris telah dipublikasikan, 20 di antaranya adalah makalah dan artikel. Nafsiah dikenal sebagai sukarelawan dan pekerja masyarakat sejak masih berstatus sebagai pelajar. Selain itu, Nafsiah juga dikenal sebagai aktivis bidang keluarga berencana. Dirinya juga mendedikasikan diri untuk upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia.
Komitmen untuk antidiskriminasi dan kesetaraan dalam masyarakat mengarahkan Nafsiah menjadi aktivis untuk hak-hak azasi manusia, dan menjadi salah satu pendiri Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, anggota Komnas HAM, dan Wakil Ketua Komnas Perempuan.
Terlahir dari 6 bersaudara, Nafsiah Mboi merupakan putri sulung dari pasangan Andi Walinono dan Rahmatiah Sonda Daeng Badji. Ayah Nafsiah adalah hakim yang pernah bertugas di Makassar, Surabaya, Jayapura, dan Jakarta serta merupakan tokoh masyarakat dan intelektual di Sulawesi Selatan. Nafsiah memiliki saudara kandung bernama Prof. Dr. Andi Hasan Walinono, Direktur Jenderal dan Sekjen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada era 1980-an, dan Erna Witoelar, aktivis lingkungan yang juga mantan Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah pada Kabinet Persatuan Nasional era Presiden Abdurrahman Wahid.
Suaminya, dr. Aloysius Benedictus Mboi atau kerap dipanggil Ben Mboi sempat menjabat sebagai Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 1978-1988. Keduanya bertemu di kampus FK UI. Ben adalah kakak kelas Nafsiah. Ben sendiri lulus pada 1961 dan sempat terjun bersama Benny Moerdani saat operasi Trikora di Papua Barat pada tahun 1962. Kemudian, setelah Nafsiah lulus pada tahun 1964, mereka menikah dan dikaruniai 3 orang anak. (*)
BiofileNama: Nafsiah Mboi
Jabatan: Menteri Kesehatan Indonesia ke-19
Mulai menjabat: 14 Juni 2012
Presiden: Susilo Bambang Yudhoyono
Didahului oleh: Sri Rahayu Sedyaningsih.
Lahir: 14 Juli 1940
Suami: dr. Aloysius Benedictus Mboi, M.P.H (Mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur)
Anak: Maria Yosefina Tridia Mboi, Gerardus Majela Mboi, Henri Dunant Mboi
Almamater: Universitas Indonesia, Institute of Tropical Medicine, Antwerpen, Belgia
(Sumber: Tribunnews, Kompas, Wikipedia)