Kabar Pilu dari Tanah Merah

KABAR pilu datang dari Tanah Merah. Bentrokan yang melibatkan sekelompok masyarakat dari Desa Oebelo dan Desa Tanah Merah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang kembali terjadi pada Kamis (23/8/2018) petang. Insiden kekerasan itu menimbulkan korban jiwa luka-luka. Air mata duka tumpah lagi.

Dua kubu menggunakan benda keras dan senjata tajam. Para korban umumnya mengalami luka potong, terkena anak panah dan tembakan senjata rakitan dan senapan angin.

Sampai kemarin suasana di lokasi kejadian masih mencekam. Bahkan hampir terjadi aksi susulan. Untung aparat keamanan bertindak cepat sehingga mampu meredam bentrokan dalam skala yang lebih luas.

Kita turut berduka bersama keluarga korban yang meninggal dunia. Kita berharap mereka yang luka-luka segera pulih. Kita prihatin dan sedih karena peristiwa kekerasan itu bukan yang pertama.

Menurut catatan Pos Kupang,  kejadian dua hari lalu merupakan yang keenam sejak tahun 2005. Data tersebut berdasarkan pemberitaan Pos Kupang. Boleh jadi ada kejadian yang luput dari pantauan media.

Hampir semua bentrokan sejak tahun 2005 selalu menimbulkan korban manusia dan harta benda. Bakar rumah bahkan disertai pengungsian. Pemicu awal kerap masalah sepele tapi berlanjut penganiayaan serta bentrokan kelompok.

 Dampak psikologisnya pun tak terkira. Ada dendam kesumat. Fakta sosial tersebut  tidak bisa disembunyikan. Bayangkan, sudah lebih dari sepuluh tahun tapi  perdamaian belum sungguh membumi di Tanah Merah dan Oebelo. Ada apa gerangan?

Kita tiada henti  mengajak para tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemimpin pemerintah setempat  agar menempuh langkah yang lebih sungguh guna mengakhiri konflik sosial berkepanjangan itu. Cari akar masalah  sebenarnya dan berikan solusi yang tepat. Kejadian berulang mencerminkan bahwa masalah sesungguhnya belum tuntas. Yang diselesaikan selama ini hanya reaksi permukaan.

Tidak cukup pendekatan hukum semata.Yang bersalah untuk kasus kekerasan hingga menimbulkan korban jiwa memang perlu mendapat hukuman. Namun, itu bukan satu- satunya solusi. Pemerintah hendaknya mengajak tokoh masyarakat kedua daerah itu serta tokoh kunci lainnya duduk bersama membahas masalah ini secara terbuka dalam spirit rekonsiliasi menuju penyelesaian final berjangka panjang. Bukan sekadar reaksi atas insiden dua hari lalu.


Para wakil rakyat baik di lembaga DPRD Kabupaten Kupang maupun DPRD Provinsi NTT kiranya tidak berpangku tangan. Bapak dan ibu  jangan hanya sibuk tebar pesona setelah  mencalonkan diri  lagi untuk Pileg 2019. Tidak cukup sekadar berkata-kata.

Segera bertindak melalui aksi konkret guna memberikan solusi terbaik mengakhiri konflik di Tanah Merah Oebelo. Korban sudah banyak berjatuhan. Tega nian jika tidak memberikan perhatian.

Menciptakan perdamaian di Tanah Merah-Oebeo hendaknya menjadi atensi pemimpin baru Kabupaten Kupang. Juga Gubernur dan Wakil Gubernur NTT terpilih. *

Sumber: Pos Kupang 25 Agustus 2018 hal 4

Aura Positif Joni Kala

Joni Kala dan Jokowi
Siswa Kelas VII SMP Negeri Silawan, Kabupaten Belu,  Yohanes Ande Kala (14) mendadak terkenal pasca aksi heroiknya memanjat tiang bendera setinggi 15 meter untuk membetulkan tali yang putus dan pengait tersangkut.  Dalam sekejap bocah yang akrab disapa Joni itu menjadi buah bibir masyarakat Indonesia.

Mengenakan  seragam putih biru, tanpa sabuk pengaman, ia memanjat  tiang bendera dari pipa pada peringatan HUT ke-73 RI di  lapangan Mota'ain, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, NTT, Jumat 17 Agustus 2018.

Joni sempat berhenti di pertengahan tiang. Beberapa orang berteriak  memintanya turun namun ia tetap semangat  memanjat hingga mencapai ujung tiang bendera.  Tiang bendera sempat melengkung oleh beban tubuhnya. Setelah sukses membenahi ujung tali, Joni pun meluncur  turun. Tepuk tangan membahana.

Sejak hari  itu nama Joni Kala viral di media sosial. Terkenal ke seantero negeri. Dia dan orangtuanya langsung diundang ke Jakarta menemui para petinggi negara. Joni bersua para menteri, antara lain Menpora Imam Nahrawi, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menko Polhukam Wiranto, Menko Kemaritiman Luhut Binsar  Panjaitan dan  bertemu Presiden Jokowi serta Wapres Jusuf Kalla.

Joni Kala  pun  kebanjiran rezeki. Dia mendapat beasiswa dan uang. Tempat tinggalnya di Dusun Halimuti,  Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto  Timur Belu, diperbaiki. Perhatian tersebut datang dari sejumlah pihak, di antaranya manajemen  PT PLN (Persero), Kemenpora, Panglima TNI, Kapolda NTT, Pemerintah Provinsi NTT dan pengacara kondang Hotman Paris Hutapea.

Joni Kala dielu-elukan. Banyak yang menyebutnya sebagai pahlawan. Tidak berlebihan memang sebab anak itu melakukan secara spontan. Bukan diperintah atau dipaksa.  Dia langsung bergerak  ketika mendengar ada masalah di tiang bendera. Padahal saat itu dia sedang sakit perut.

Berkat keberaniannya upacara bendera yang sempat terganggu bisa berjalan sampai tuntas. Bendera Merah Putih pun berkibar di Lapangan Mota'ain --daerah tapal batas antara Indonesia dengan Timor Leste. Beranda  NKRI!

Kepolosan dan spontanitasnya melahirkan simpati, respek dan hormat. Si bocah Joni Kala menebarkan aura positif pada momentum yang tepat, di kala kita menghadapi banyak tantangan dan godaan yang dapat mencederai rasa sebagai satu bangsa, bangsa Indonesia yang bhineka. Joni  mengingatkan kita untuk merawat dan menjaga agar Merah Putih terus berkibar dan NKRI tegak berdiri selamanya.

Sisi lain yang tak kalah penting adalah perhatian tidak sebatas pada Joni dan keluarganya. Tengok dan bangun sungguh-sungguh daerah perbatasan negeri ini, baik yang berbatasan dengan Timor Leste, Malaysia dan Australia maupun Papua Nugini.

Ketika tapal batas kita posisikan sebagai beranda NKRI, maka pembangunan mestinya menjadi prioritas utama. Rakyat di perbatasan harus maju, modern dan sejahtera. Fakta memperlihatkan kehidupan mereka jauh dari makmur.  Infrastruktur dasar umumnya belum memadai. Masih ada yang terisolir, sulit mendapatkan air bersih, fasilitas kesehatan dan komunikasi.

Aura positif Joni Kala hendaknya berlanjut pada ikhtiar membangun negeri ini secara adil dan merata dari Sabang sampai Merauke, Miangas hingga Pulau Rote. Semoga. *

Sumber: Pos Kupang 20 Agustus 2018 hal 4

Prestasi Tetangga NTT Jauh Lebih Baik

DULU  Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan gudang atlet atletik. Juara nasional bahkan juara Asia datang dari provinsi ini. Sebut  beberapa sebagai contoh kisah sukses.

Welmince Adolfina Sonbay.  Tahun 1981 saat dia masih SD meraih medali perak PON X di nomor lari 3.000 meter puteri. Saat upacara penutupan, Presiden Soeharto menggendongnya.

Peristiwa yang sama terulang pada tahun itu juga. Welmince meraih medali perunggu Asian Games di Filipina sekaligus memecahkan rekor nasional 3.000 meter puteri atas nama Starlet.

Lagi-lagi si kecil ini digendong Presiden Marcos. Tiga tahun kemudian pada ajang yang sama Welmince yang masih duduk di bangku SMP kembali merebut medali di Korea Selatan.

Eduardus Nabunome adalah nama besar dari NTT. Dia pemegang 14 rekor nasional (rekornas)   lari. Sampai sekarang lima nomor di antaranya belum terpecahkan. Bahkan di tingkat ASEAN, rekor maraton SEA Games masih milik anak Timor itu.  Rekor Edu sudah bertahan selama 27 tahun.  NTT tidak hanya punya dua legenda ini.  Masih ada nama lain seperti Anton Falo, Osias Kamlasi dan  Oliva Sadi.

Namun, harus diakui secara jujur bahwa setelah masa kejayaan Welmince dan Nabunome, belum ada lagi pelari asal NTT yang mencetak prestasi fenomenal. Belum muncul generasi penerus yang lebih muda setelah Oliva Sadi,  Fery Subnafeu, Mery Paijo, Afriana Paidjo.

Hari-hari ini kita tersentak kaget menyadari betapa tetangga sebelah rumah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dulu tidak masuk hitungan di cabang atletik, sekarang sudah memiliki seorang juara dunia.

Juara dari nomor lari bergengsi 100 meter yang diraih Lalu Muhammad Zohri.  Zohri meraih medali emas nomor lari 100 meter dengan catatan waktu 10,18 detik pada Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Tempere, Finlandia, 11 Juli 2018.

Prestasi Zohri membuka mata Indonesia betapa NTB sejak lama mempersiapkan atlet atletik mereka dengan baik. Mereka fokus dan sangat serius  membentuk atlet berprestasi di cabang atletik. Hasilnya luar biasa. Langsung menjadi juara dunia!

Langkah tetangga mestinya melecut semangat pengurus PASI, KONI, pemerintah  daerah serta seluruh komponen masyarakat yang peduli pada olahraga untuk berbenah. Kembalikan NTT sebagai gudang atlet atletik nasional.

Dalam spirit itulah kita memberi apresiasi tinggi kepada manajemen Naga Timor Sport Club yang sampai saat ini  konsisten dan setia membina atlet atletik di daerah ini. Bekerja sama dengan Harian Pagi Pos Kupang, klub Naga Timor akan menyelenggarakan lomba lari 5K di Kota  Kupang, 11 Agustus 2018.

Lomba lari ini mengusung konsep berbeda dengan kegiatan serupa sebelumnya. Kali ini peserta lomba adalah khusus untuk usia 13-16 tahun. Sifatnya tidak semata olahraga tetapi ada pesan edukatif.

Dari lomba ini diharapkan lahir para juara usia muda seperti Delvita Bakun yang kini sudah menjadi atlet nasional. Poinnya adalah memberi ruang kepada anak-anak NTT kembali menekuni olahraga membanggakan ini.*

Sumber: Pos Kupang 20 Juli 2018 hal 4

Aplikasi Si Karang 13

DINAS Pemadam Kebakaran (Damkar)  Kota Kupang melakukan terobosan yang sejalan dengan spirit menjadikan Kupang sebagai Smart City. Demi  mengurangi dan menekan informasi bohong atau hoax tentang kebakaran di Kota Kupang, Dinas Pemadam Kebakaran akan meluncurkan Aplikasi Si Karang 13.

Si Karang 13 merupakan aplikasi berbasis android yang digunakan untuk melaporkan informasi kebakaran yang terjadi secara akurat kepada pihak Damkar yang memantau dari pusat kontrol di Markas Damkar.

Kepala Bidang Penanggulangan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kupang, Johanes Bell, ST, MT mengungkapkan, selama ini petugas Damkar kerap menerima telepon atau laporan bohong dari masyarakat mengenai  kebakaran. Informasi hoax semacam itu menimbulkan keragu-raguan bagi petugas untuk bertindak cepat mengatasi kebakaran.

Johanes yang merupakan ketua tim kerja aplikasi Si Karang 13 ini mengungkapkan, dengan aplikasi tersebut masyarakat dapat memperoleh banyak manfaat. Selain untuk membuat laporan kebakaran secara cepat, realtime dan tepat, juga ada berbagai fitur penting lainnya terkait kebakaran.

Ada sosialisasi tentang tindakan preventif mencegah kebakaran, informasi tentang data dan tren kebakaran di Kota Kupang, data jalur tercepat dan posisi satuan Damkar serta informasi penting lainnya terkait Dinas Damkar Kota Kupang.

Aplikasi Si Karang 13 juga diproyeksikan untuk meningkatkan response  time Damkar dari 15 menit menjadi 13 menit saja.

Dengan menggunakan  aplikasi ini,  petugas Damkar akan lebih cepat tiba lokasi kebakaran karena aplikasi Si Karang 13  menunjukkan jalur tercepat dari markas Damkar menuju tempat kejadian perkara.

Warga Kota Kupang tentu menyambut gembira aplikasi tersebut. Di zaman digital sekarang keberadaannya sudah menjadi kebutuhan.Yang kita harapkan adalah sikap konsisten dan displin petugas Damkar Kota Kupang menanggapi laporan dari  masyarakat.

Jangan sampai terjadi warga  Kota Kupang sudah melapor dengan cepat dan tepat menggunakan aplikasi Si Karang 13 tetapi tanggapan dari petugas Damkar masih sama dengan kondisi sebelumnya. Poinnya kembali pada sikap profesionalisme  petugas Damkar. Apapun alatnya,   faktor manusia tetap sangat menentukan.

Problem lain yang juga perlu dibenahi adalah sarana dan prasarana pendukung. Menurut pandangan kita armada mobil Damkar di kota ini perlu ditambah jumlahnya mengingat permukiman penduduk, kawasan pusat perbelanjaan, hotel dan sebagainya tumbuh kian subur di Kota Kupang.

Armada yang ada saat ini pun sudah termakan usia sehingga tidak gesit dan tangguh lagi melahap medan dalam kota manakala terjadi musibah kebakaran. Akhirnya tidak kalah penting pelatihan bagi petugas Damkar. Mereka butuh pengetahuan baru dan keterampilan mereka harus terus diasah agar tetap profesional dalam menjalankan tugasnya. *

Sumber: Pos Kupang 12 Juli 2018 hal 4
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes