Oma Wilhelmina Mogot (kiri) |
Hanya beratapkan terpal berukuran sekitar tiga kali empat meter yang mulai bocor, perempuan tua ini melewati hari-hari bersama anaknya, Benna Rintjap yang menderita gangguan jiwa. Tidak ada dinding yang menghalau angin dingin saat malam hari dan hujan.
Kondisi hidup seperti ini harus dijalani Oma Wilhemina karena rasa sayangnya pada sang anak dan himpitan ekonomi. Sejak Benna menderita gangguan jiwa, dia sering kumat dan dikhawatirkan melukai atau mengganggu orang lain. Keinginan untuk melakukan perawatan di rumah sakit jiwa harus dipendam dalam-dalam karena tidak ada uang untuk biaya perobatan. Dengan berat hati, Oma Wilhemina mengambil keputusan pahit untuk menjauhkan anaknya dari warga.
Lokasi yang dipilih adalah sebuah pohon besar setinggi sekitar 15 meter yang berada di pinggiran Desa Kaima, Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa. Jarak pohon ini sekitar 20 meter dari jalan utama desa tersebut. Pada tempat bernaung, Oma Wilhemina dan anaknya tidur beralaskan papan.
"Saya terpaksa menempuh kehidupan seperti ini untuk anak saya. Saya tidak mau dia menggangu apalagi sampai melukai warga. Saya sayang pada anak saya dan saya akan menjaga dia walau dalam kondisi apapun," ujar Oma Wilhemina saat diwawancarai Tribun Manado, Sabtu (10/8/2013).
Untuk memenuhi kebutuhan makan sehar-hari, Oma Wilhemina hanya berharap pada uluran tangan warga, dekat tempat tinggalnya. Sering dia harus ke pasar untuk menjual hasil kebun yang diberikan warga padanya. Dalam keterbatasan tersebut Oma Wilhemina dan anaknya telah terbiasa menahan lapar. Sering dia hanya makan ubi yang diambil dari kebun tetangga. "Paling sulit kalau musim hujan karena kami sering basah saat malam. Sering merasa sedih melihat kehidupan ini namun tidak bisa berbuat apa-apa," ujarnya.
Di balik kondisi kehidupan yang sangat tidak layak, ternyata Oma Wilhemina tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Dia tidak pernah terdaftar sebagai penerima beras miskin dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Dapat dikatakan dalam kondisinya saat ini Oma Wilhemina tidak terdaftar sebagai warga miskin bahkan keberadaannya tidak diketahui pemerintah setempat.
Hukumtua Desa Kaima, Marten Tombeng saat dikonfirmasi kondisi Oma Wilhemina dan anaknya ini bahkan mengatakan mereka baru mengetahui kondisi Oma Wilhemina bulan lalu sejak dilakukan pendataan warga lanjut usia.
Menurutnya selama ini tidak pernah ada laporan soal keberadaan keluarga tersebut.
"Baru sebulan terakhir kami mengetahui keberadaan Oma Wilhemina dan anaknya yang tinggal di bawah pohon. Sejak saat itu kami mulai mengumpulkan bantuan seadanya untuk mereka," ujarnya.
Bantuan Mengalir
Bantuan dari berbagai pihak mulai mengalir untuk Wilhemina Mogot (82) yang selama 10 tahun terakhir tinggal di bawah pohon bersama anaknya yang mengalami gangguan jiwa. Bantuan itu berupa pakaian, bahan makanan, uang, bahkan janji untuk dari pengusaha membelikan tanah.
Pantauan Tribun Manado, Senin (12/8/2013), posko pengumpulan bantuan untuk Oma Wilhemina dan anaknya banyak didatangi warga. Mereka tergerak hatinya untuk membantu dan malihat langsung kondisi Oma Wilhemina dan anaknya yang diberitakan telah 10 tahun tinggal di bawah pohon hanya beratapkan terpal.
Sekitar 50 anak sekolah minggu dari jemaat GMIM Abraham, Tataaran Patar, Kecamatan Tondano Selatan tampak berkumpul dekat pohon kemiri tempat Oma Wilhemina berlindung. Mereka antusias melihat sosok Oma Wilhemina dan kondisi tempat tinggalnya.
Ketua rombongan, Olvie Masinambow mengatakan setelah membaca berita di media massa, mereka tergerak untuk membantu. Menurutnya sangat tragis mengetahui ada orang yang telah 10 tahun tinggal di bawah pohon. "Kami selalu mengajarkan anak-anak untuk peduli dan mengasihi sesama. Kami ingin melihat langsung kondisi kehidupan Oma Wilhemina dan memberikan bantuan. Anak-anak mengumpulkan pakaian dan bahan makanan. Ada anak yang mengambil pakaian oma mereka untuk diberikan pada Oma Wilhemina," ujarnya.Olvie mengatakan pada hari Minggu (18/8) mereka berencana mengajak Oma Wilhemina untuk beribadah bersama di gereja.
Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) yang menjadi penggagas gerakan bantuan untuk Oma Wilhemina mengatakan, sejak terekspos di media massa, banyak orang yang mulai memberikan bantuan. Menurutnya selain pengumpulan uang dan bantuan lain dari warga yang berkunjung, mereka juga mengumpulkan dana melalui transfer rekening bank.
"Kami telah membuka rekening tabungan atas nama Oma Wilhemina dan telah banyak orang yang telah mengirimkan bantuan. Kami bersyukur respon masyarakat untuk membantu Oma Wilhemina sangat besar," ujarnya.
Dia menjelaskan, dalam akun jejaring sosial yang memberitakan kondisi Oma Wilhemina dan anaknya banyak mendapat perhatian warga dalam daerah bahkan sampai luar negeri. Menurutnya ada warga Kawanua yang berada di luar negeri menyatakan keprihatinan dan menyatakan kesiapan membantu.
"Tadi ada seorang pengusaha yang menghubungi kami dan menyatakan akan membantu. Pengusaha ini meminta kami mencari tanah seharga Rp 5 juta sampai Rp 10 juta untuk tempat mendirikan rumah untuk Oma Wilhemina dan anaknya. Pengusaha ini berjanji membayar tanah tersebut," ujarnya.
Oma Wilhemina terlihat menikmati saat-saat melihat banyak orang yang berkunjung padanya. Walau pendengarannya mulai lemah namun dirinya tetap coba berinteraksi dengan orang-orang yang datang.
"Saya bersyukur karena sekarang banyak orang yang datang memberikan bantuan. Bantuan ini sangat berarti bagi saya dan anak saya," ujarnya. Pemerintah Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa dibantu warga sedang menyelesaikan pembangunan tempat tinggal sementara untuk Oma Wilhemina dan anaknya. Bangunan beratap seng dan berdinding triplek hampir selesai dibangun. (lucky kawengian)
Sumber: Tribun Manado 12-13 Agustus 2013 hal 1