Nurtaman Bertahan Sejak 1998

ilustrasi
Di tengah sulitnya mencari lapangan kerja di tanah kelahirannya, Nurtaman dan beberapa saudaranya merantau ke Manado dan sukses berbisnis keripik singkong.
BERBEKAL modal seadanya dari kampung halamannya di Jawa Barat, Nurtaman dan saudara-saudaranya coba memulai usaha keripik singkong tahun 1998 di rumah kontrakan mereka di  Kelurahan Teling Manado. "Kami memulai usaha keripik singkong sejak 1998, saat itu saya diajak sepupu saya untuk bantu usahanya," kata Nurtaman kepada Tribun Manado, Rabu (4/7/2012).

Diceritakannya, pada masa itu pengusaha keripik singkong di Kota Manado masih minim sehingga produk mereka laris-manis di pasaran Kota Manado dan daerah sekitarnya seperti Airmadidi, Tomohon dan Bitung. Seiring meningkatnya permintaan konsumen, mereka menambah jumlah produksi. Kebutuhan akan bahan baku singkong pun meningkat.

"Pasokan bahan baku singkong biasa kami dapat dari pedagang dari Matungkas. Saat itu harganya  Rp 12.500 per karung dan mereka bisa memenuhi permintaan," ujar Nurtaman. Pada tahun 2001, usaha yang mereka rintis itu mengalami penurunan jumlah produksi karena berkurangnya  pasokan bahan baku dari petani  langganan. Usaha sempat terancam berhenti. Nurtaman malah beralih profesi menjadi penjual alat- alat perabotan rumah tangga. Usaha itu pun ternyata kurang memuaskan. Tahun 2005 Nurtaman kembali merintis  usaha keripik singkong.

Keripik singkong buatannya diberi nama Hikmah,  diambil dari nama anak sulungnya,  Fitria Hikmah. Dia berharap nama itu memberi hikmah dalam menjalani kehidupan. Pada tahun berikutnya Nurtaman sekeluarga ditawari sepupu istrinya  tinggal di Desa Paniki Atas, Jaga VIII Kecamatan Tawalaan, Minahasa Utara, kawasan perkebunan kelapa yang agak jauh dari pemukiman penduduk.

Tawaran itu dia terima dengan pertimbangan biaya produksi bakal menurun karena tidak perlu lagi menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar, melainkan kayu dan pelepah kelapa kering. "Semenjak tinggal di sini, biaya produksinya menurun, karena bahan bakar untuk goreng keripik tidak lagi pakai  minyak tanah atau gas,"  tuturnya. Sejak itulah usaha berkembang dan bertahan hingga sekarang.


Dalam seminggu,  Nurtaman mengaku bisa mengolah hingga enam karung singkong menjadi keripik yang siap dipasarkan. Bahan bakunya dia beli dari langganan lama yaitu para  pedagang Matungkas dengan harga Rp 120.000 per  karung.

"Belakangan ini memang agak sulit dapat singkong. Kalau pun dapat harganya sangat mahal, bisa lebih dari Rp 120.000 per  karung. Namun demi memenuhi kebutuhan hidup dan biaya anak sekolah, saya tetap berusaha," katanya. Sebetulnya dia berminat menambah modal dengan mengajukan kredit perbankan. Namun, diakuinya sejumlah persyaratan kredit belum bisa dia sanggupi. "Yang penting bisa bertahan meskipun dengan jumlah produksi terbatas," ujarnya.(susanto amisan)

Sumber: Tribun Manado 5 Juli 2012 hal 1

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes