Apresiasi untuk Andmesh Kamaleng

Andmesh Kamaleng
Penampilan Andmesh Antonio Kamaleng pada grand final Rising Star Indonesia 2017 di Studio RCTI, Senin (27/3/2017) malam,  sungguh luar biasa menggetarkan penggemar musik Indonesia. Remaja berusia  19 tahun asal Kota  Kupang itu meraih gelar juara Rising Star Indonesia  2017 setelah melantunkan lagu berjudul  Making Love Out Of Nothing At All  dari Air Supply.

Andmesh Kamaleng unggul atas tiga kontestan lainnya yakni Fauziyah Khalida, Trio Wijaya dan Zerosix  Park. Menurut catatan Pos Kupang, ini merupakan prestasi ketiga yang diraih  anak muda asal NTT di blantika musik Indonesia dalam tiga tahun terakhir.

Pada tahun 2016 lalu prestasi gemilang  diraih  putra Malaka,  Mario G Klau dalam ajang The Voice Indonesia dan Azizah asal Maumere, Kabupaten Sikka  menjuarai ajang Kontes Dangdut Indonesia (KDI).

Dihubungi dari Kupang, Selasa (28/3/207) sore, Andmesh  mengucapkan terima kasih atas dukungan masyarakat  NTT.  "Terima kasih atas dukungannya. Tanpa masyarakat NTT, saya tidak bisa mencapai prestasi ini. Ini semua bukan karena hebatnya Andmesh  tapi karena dukungan banyak orang. Saya tidak bisa balas satu per satu. Tuhan akan membalas dukungan Andmesiah di seluruh Indonesia," ujar Andmesh.

Andmesh benar. Antusiasme masyarakat NTT sudah terlihat sejak pekan pertama dia tampil bersenandung di televisi. Dukungan pun terus mengalir dari hari ke hari. Masyarakat NTT  baik di  Kota Kupang, Kalabahi, kota-kota lain dan di  Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) memberikan dukungan dengan cara masing-masing. Yang utama tentunya memilih (vote) Andmesh setiap kali dia tampil.

Perjuangan Andmesh di ajang Rising Star Indonesia  serentak mempersatukan masyarakat dari berbagai pelosok Flobamora. Mereka rela korban waktu, pikiran, tenaga bahkan materi demi mendukung Andmesh hingga meraih predikat the best.

Pendukung Andmesh pun mulai dari masyarakat akar rumput hingga para tokoh penting NTT. Di malam grand final, Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya bahkan hadir langsung di Studio RCTI memberikan dukungan.

Prestasi Mario G Klau, Azizah dan kini Andmesh Kamaleng memberi bukti nyata bahwa anak-anat NTT memiliki talenta, bakat dan kemampuan yang tidak kalah kualitasnya dibandingkan dengan anak bangsa ini dari provinsi lain. Maka buanglah  jauh-jauh perasaan rendah diri, minder atau kurang percaya diri. Jika ada kemauan dan kerja keras jalan sukses pasti terbuka. Kiprah Mario, Azizah dan Andmesh memberi inpirasi bagi  putra-putri NTT untuk berjuang meraih yang terbaik di bidang apapun.

Tentu saja eforia kemenangan Andmesh tidak boleh dirayakan secara berlebihan. Segera setelah ini Andmesh bakal memasuki dunia industri musik Indonesia yang keras bahkan kejam persaingannya.

Andmesh harus berjuang agar tetap bertahan di tengah lemahnya perlindungan hukum  atas karya para musisi serta  marak meriahnya aksi pembajakan. Andmesh harus belajar dari kegagalan orang lain. Tetap rendah hati dan teguh bertarung. Selamat memasuki industri musik nasional, Andmesh. *

Sumber: Pos Kupang 30 Maret 2017 hal 4

Inilah Hasil Pilkada Flores Timur 2017

ilustrasi
DUA bola mata Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Flores Timur (Flotim),  Ernesta Katana tampak memerah dan berkaca-kaca. Nada bicaranya juga serak-serak saat memberikan sambutan usai pleno penetapan bupati dan wakil bupati terpilih Flotim,  Antonis Gege Hadjon dan Agustinus Payong Boli di halaman Kantor KPUD Flotim,  Kamis (16/3/2017).

Erni, demikian sapaan akrab Ernesta,  bicara sangat pelan mengungkapkan isi hatinya selama proses dan tahapan pemilihan bupati Flotim sampai pada puncaknya penetapan pasangan calon (paslon)  terpilih. "Dalam proses yang begini panjang, ada perbedaan pilihan politik masyarakat. Namun persaudaraan dan kekeluargaan masyarakat Flotim terjaga sampai saat ini," kata Erni memberi alasan mengapa ia terharu.

Ia melukiskan hasil pemilihan bupati Flotim sebagai restu Tuhan dan Lewotanah Flotim dan tanpa indikasi kecurangan sedikit pun. Tidak pula ada keberatan dari pasangan calon yang belum direstui masyarakat Flotim menjadi bupati.

Meski ada keberatan di luar perolehan suara, bagi KPUD, kata Erni, hal itu merupakan dinamika  biasa dalam politik. KPU sebagai penyelenggara juga bisa mempertanggung jawabkan secara regulasi terhadap keberatan paslon.

Disaksikan Pos Kupang, pleno penetapan bupati dan wakil bupati Flotim terpilih periode 2017-2022 berlangsung dalam suasana sederhana. Bupati Flotim terpilih Anton Hadjon hadir bersama istri dan Wakil Bupati terpilih Agus Payong Boli. Hadir pula Ketua Panwaslih Flotim,  Rofin Kopong, Penjabat Bupati Emanuel Kara, Sekretaris Daerah Anton Tonce Matutina, Ketua DPRD Flotim Yoseph Sani Bethan, Kapolres Flotim AKBP Yandri Irsan, Kasdim 1624/Flotim Mayor Inf  Muhamad Yamin, Ketua Pengadilan Larantuka Setyo Yoga Siswantoro.

Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan tokoh perempuan ikut menyaksikan penetapan bupati terpilih.  Perwakilan paslon lain yang hadir hanya DOA EMA (Yoseph L Herin-Marius Payong Pati)  diwakili Ketua RPRD Flotim Yoseph Sani Bethan. LURUS (Lukman Riberu - Marianus Arkian Bulin)
diwakili Marthinus Kudu Ipir dan RUMAH KITA (Yoseph Usen Aman-Michael Fernandez) diwakili Gerard Bacenty. Tidak ada perwakilan dari Paslon ANDE-PAUL (Andreas Ratu Kedang-Paulus Tokan) dan ANTERO (Anton Doni Dihen -Theodorus Wungubelen).

Marthinus Kudu Ipir meyakini kepemimpinan baru akan membawa Flotim pada suasana baru. "Kalau bicara masalah konkrit yah, di Kota Larantuka air dan listrik. Kalau di desa-desa, bupati terpilih mempunyai visi membangun desa menata kota, tinggal jalankan visi dan misi itu," kata Kudu Ipir.

Sekretaris tim pemenangan Rumah Kita, Gerard Bacenty menyatakan dukungan dan proficiat kepada bupati dan wakil bupati terpilih. Rumah Kita, kata Gerard memastikan pelaksanaan pilkada Flotim 2017 transparan dan jauh dari kecurangan.

Seusai penetapan bupati terpilih, Ernesta Katana bersama komisioner KPU Ajiz Tupen Peka, Fransiskus Vinsent Diaz, Kornelis Abon Tabi, Gregorius Sule Sanga dan sekretaris KPUD Flotim  Kondradus Liwu menggelar jumpa pers. Erni mengungkapkan,  KPU  segera menyerahkan berita acara penerapan bupati terpilih ke DPRD Flotim pada Jumat (17/3/2017) ini.

Kemenangan Bersama
Bupati terpilih Anton Gege Hadjon menyatakan kemenangan dirinya dan Agus Boli menjadi kemenangan bersama. Sebelum ia dan Agus Boli terpilih, ada Paket ANDE-PAUL, LURUS, DOA EMA, ANTERO, RUMAH KITA dan BEREUN. Tetapi saat ini hanya ada BEREUN sejati dalam arti sesungguhnya dari kata itu untuk bersama membangun Flores Timur.

Pada kesempatan tersebut, Anton Hadjon berbicara tentang laut dan perikanan Flores Timur. Kerusakan laut Flores Timur oleh aksi pengeboman ikan oleh nelayan telah merugikan nelayan sendiri. Selama pemerintahannya bersama Agus Boli, akan memastikan perlindungan terhadap laut Flores Timur. (lik)

Hasil Pilkada Flores Timur 2017
1. ANDE-PAUL (Andreas Ratu Kedang-Paulus Tokan): 7.319
2. LURUS (Lukman Riberu - Marianus Arkian Bulin): 22.859
3. DOA EMA (Yoseph L Herin-Marius Payong Pati)  : 16.999
4. ANTERO (Anton Doni Dihen -Theodorus Wungubelen) : 29.800
5. RUMAH KITA (Yoseph Usen Aman-Michael Fernandez): 11.613
6. BEREUN (Antonis Gege Hadjon dan Agustinus Payong Boli) : 32.947
Jumlah Suara Sah: 121.537







Sumber: Pos Kupang 17 Maret 2017 hal 1

Inilah Hasil Pilkada Kota Kupang 2017

ilustrasi
KUPANG, PK -Walikota Kupang terpilih, Dr.Jefri Riwu Kore, M.M,M.H dan Wakil Walikota Kupang terpilih,  dr. Hermanus Man (FirManmu) optimistis segera  mengakhiri polemik pengelolaan PDAM dengan Pemerintah Kabupaten Kupang.

Untuk itu,  langkah awal Jefri adalah melobi Bupati Kupang, Ayub Titu Eki untuk membicarakan pengelolaan PDAM Kabupaten Kupang di Kota Kupang. Jefri menyampaikan hal ini saat ditemui Pos Kupang seusai mengikuti pawai bersama pendukungnya setelah rapat terbuka pleno KPU Kota Kupang  dengan agenda penetapan pasangan calon walikota dan wakil walikota Kupang terpilih, Kamis (16/3/2017). Pleno berlangsung di Grand Mutiara, Jalan Timor Raya, Kota Kupang.

Jefri mengatakan, ia dan Herman Man akan membicarakan langkah strategis yang akan dilakukan setelah pelantikan nanti. "Kami punya niat yang sungguh-sungguh untuk memberikan pelayanan air bersih bagi masyarakat Kota Kupang. Langkah awal yang kami lakukan bertemu Bupati Kupang, Ayub Titu Eki," kata Jefri.

Ia menjelaskan, pertemuan dengan Bupati Kupang dalam rangka penyelesaian masalah PDAM Kabupaten Kupang, terutama pengelolaan.  "Kita tidak akan ambil alih, tetapi cari solusi terbaik sehingga pelayanan air bersih kepada warga Kota Kupang bisa optimal. Kita juga tempuh solusi itu tanpa orientasi bisnis," tegas Jefri.

Ia menyatakan, Pemkot Kupang akan mengedepankan solusi orientasi pelayanan sehingga dengan Pemkab Kupang bisa tempuh kerja sama. "Kita juga mencari sumber-sumber mata air baku atau air tanah. Kerja sama dengan pihak lain dalam membantu penyediaan air bersih di Kota Kupang," ujarnya.

Ikhwal  pembenahan birokrasi, Jefri mengatakan, hal itu mutlak dilakukan demi  pemerintahan yang bersih. "Pejabat-pejabat kita usahakan ada uji kelayakan dan kepatutan serta melihat kompetensi di bidang masing-masing. Kita fokus pada bidang pengelolaan keuangan daerah karena pengelolaan keuangan daerah adalah kunci mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK," katanya.

Dalam sambutannya pada rapat pleno, Jefri mengatakan,  penetapan ini  merupakan langkah awal dalam merajut kembali persaudaraan dengan seluruh elemen masyarakat Kota Kupang, yang sempat retak akibat proses demokrasi. Menurut Jefri, pesta demokrasi telah usai dan semua elemen masyarakat Kota Kupang yang sempat retak persaudaraan akibat perbedaan pilihan politik harus merajut kembali tali persaudaraan.
"Demokrasi itu harus terus kita bina dan bangun bersama dalam bingkai kebersamaan. Kita harus bisa merangkul semua," ujarnya. Jefri meminta maaf kepada semua pihak apabila selama proses pilkada ada hal yang tidak berkenan di hati.

Harapan Warga Kupang
Warga Kota Kupang mengharapkan Walikota Kupang terpilih, Dr. Jefri Riwu Kore dan Wakil Walikota terpilih, dr. Hermanus Man (FirManmu) menyelesaikan masalah air bersih. Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah penataan birokrasi harus profesional dan tidak boleh ada sistem balas jasa tim sukses pada pilkada lalu.

Harapan itu disampaikan Hendrikus Aran, Agustina Lado, Siprianus Tade, Yonatan, Tony Kalake, Oktovianis T, Agustina Afliana, Katharina Rini yang dihubungi Kamis (16/3/2017).

Hendrikus mengatakan, agenda pertama yang harus diselesaikan FirManmu adalah mengatasi masalah PDAM.  Untuk itu, FirManmu harus membangun komunikasi yang baik dengan Bupati Kupang, Ayub Titu Eki. "Kalau PDAM itu sudah selesai, saya yakin pembangunan bidang lainnya akan lancar," kata Hendrikus.

Dalam menata birokasi, Hendrikus harapkan FirManmu jangan lagi menggunakan pola lama yaitu balas jasa terhadap tim sukses."Jangan karena si A dukung pada pilkada lalu mulai gunakan pola balas jasa. Paket FirManmu harus jalankan apa yang sudah disampaikan pada saat kampanye," harapnya.

Agustina Lado mengharapkan walikota terpilih menata pembangunan lebih baik lagi, terutama pelayanan publik seperti listrik, air dan jalan. Siprianus Tade mengatakan, warga Kota Kupang sedang menunggu realisasi janji kampanye FirManmu.

Warga lainnya, Yonatan mengatakan, persoalan yang belum tuntas pada masa pemerintahan sebelumnya adalah air bersih. Ini harus menjadi prioritas walikota terpilih. Tony Kalake, warga Oebufu berharap agar  pemerintahan baru nanti memerhatikan jalan. Masih banyak jalan yang berlubang. "Kelihatannya sepele tapi berdampak besar, apalagi jalan yang berlubang ada genangan air, ketika orang lewat dan masuk genangan air  bisa mengalami kecelakaan," katanya.

Oktovianis T, Warga Fatukoa, mengharapkan pemerintahan Jefri Riwu Kore dan Herman Man memperhatikan daerah pinggiran seperti Kelurahan Fatukoa (Kecamatan Maulafa) dan Kelurahan Naioni (Kecamatan Alak).  "Kami merasa dianaktirikan. Jika dibandingkan dengan wilayah lainnya, Fatukoa dan Naioni masih terbelakang dari aspek pembangunan. Salah satu kesulitan yang dirasakan masyarakat Fatukoa dan Naioni adalah transportasi. Tidak ada angkutan umum resmi yang melayani masyarakat di wilayah tersebut," kata Oktovianis.

Untuk diketahui sekitar 90 persen warga Fatukoa dan Naoni adalah petani. Jangankan untuk bepergian, menjual hasil pertanian dan perkebunan ke Kota Kupang rasanya sulit karena ketiadaan angkutan umum. Agustina Afliana, warga Kelurahan Oetete, mengharapkan, FirManmu memperhatikan drainase di Oetete. Sebab, saat musim  hujan, Oetete jadi daerah langganan banjir. "Kami menanti gebrakan walikota dan wakil walikota terpilih," ujarnya.

Katharina Rini, warga Kelurahan Penkase Oeleta,  mengharapkan pemerintahan baru nanti harus lebih memperhatikan daerah pinggiran Kota Kupang yang selama ini terkesan diabaikan. Perkembangan pembangunannya lambat. Angkutan umum tidak ada sehingga warga lebih menggunakan ojek. Menurut dia, terjadi disparitas pembangunan antar kelurahan yang mencolok. Ada kelurahan yang maju dan berkembamg sekali, sementara ada yang lambat. Apsek infrastuktur air bersih, jalan dan drainase harus diperhatikan. Rini mengatakan, di Penkase Oeleta dan sebagian besar wilayah Alak, tidak ada drainase. Tidak heran kalau musim hujan terjadi banjir dan genangan air. "Saya percaya walikota dan wakil walikota terpilih bisa menata kota ke arah lebih baik," ujarnya. (yel/yon/yen/aca)


Kawal Selama Lima Tahun

PARTAI koalisi pengusung dan pendukung pasangan calon Walikota Kupang dan Wakil Walikota Kupang terpilih, Dr. Jefri Riwu Kore dan dr. Hermanus Man (FirManmu)  bertekad mengawal kinerja FirManmu selama lima tahun memimpin Kota Kupang. Pengawalan terutama menyangkut visi, misi dan program kerja.

Hal ini disampaikan Ketua Koalisi Perubahan untuk Kota Kupang, Feliks Dando, SE ketika ditemui di Posko Paket FirManmu, Kamis (16/3/2017). "Kami minta hanya satu, apa yang dijanjikan kepada warga Kota Kupang  harus ditepati. Harus berani jujur terhadap rakyat," kata Feliks Dando.

Dijelaskannya, semboyan berani jujur untuk rakyat yang digaungkan FirManmu selama kampanye diharapkan tidak menjadi slogan semata. "Jadi kami akan kawal, mulai setelah pelantikan sampai akhir masa jabatan. Kalau salah akan kami tegur,"  katanya. Feliks  juga meminta masyarakat Kota Kupang mengawal pemerintahan Jefri-Herman selama lima tahun.

Dalam pleno penetapan, Kamis (16/3/2017),   Ketua KPU Kota Kupang, Marianus Minggo mengatakan pihaknya akan menyerahkan berita acara kepada Pemkot Kupang, DPRD Kota Kupang, Panwaslih Kota Kupang dan pasangan calon terpilih. "Khusus DPRD Kota Kupang, dokumen ini sebagai salah satu dokumen untuk mengajukan, mengesahkan pengangkatan dan pemberhetian walikota dan wakil walikota Kupang," ujarnya.

"Kami berterima kasih karena dua paslon sudah sama-sama menenangkan hati rakyat. Walau paslon nomor urut satu (FirManmu) menang, namun kedua paslon cukup sportif serta mengangkat martabat warga Kota Kupang," kata Marianus lagi.

Marianus memberi apresiasi kepada  paslon nomor urut dua, Jonas Salean-Nikolaus Frans atau populer dengan Paket Sahabat yang mengakui kemenangan paslon nomor urut satu serta menjaga kondisi aman selama pilkada. "Kedua paslon ini menunjukkan hal yang baik bagi masyarakat Kota Kupang dan akan  jadi contoh bagi  pilkada daerah lain di NTT,"ujarnya.

Saat pleno Marianus menyebutkan,  perolehan suara paslon nomor urut 1 sebanyak  87.160 dan paslon nomor urut 2 mendulang suara 77.745 suara. Jumlah suara  sah kedua paslon sebanyak 164.905. Pleno dipimpin  Marianus Minggo didampingi empat komisioner KPU lainnya, Deki Balo, Maria Seto Sare, Lodowyk Fredrik dan Daniel B. Ratu. Hadir Forkompimda Kota Kupang, Ketua Panwaslih Kota Kupang, Germanus Atawuwur dan anggota, pimpinan dan pengurus  parpol koalisi  pengusung dan pendukung Paket FirManmu, PPK, PPS dan undangan lainnya.

Seusai penetapan, massa pendukung FirManmu melakukan arak-arakan bersama Jefri-Herman mulai dari depan Grand Mutiara, Ina Boi, Patung Kirab, Bundaran PU, TDM-Oebufu-Oepura-Halte kembali Jalan Timor Raya hingga Oesapa dan kembali ke Posko FirManmu. 

Merangkul Semua
Wakil Ketua DPRD Kota Kupang, Kris Baitanu meminta kepada walikota dan wakil walikota terpilih jangan mencerai-beraikan warga Kota Kupang karena perbedaan pilihan politik saat pilkada. Kini saatnya merangkul semua.  "Kami minta supaya pemerintahan baru ini tidak cerai-beraikan masyarakat Kota Kupang, tetapi rangkulan semua agar bersatu membangun Kota Kupang," kata Baitanu.

Menurut Baitanu, proses demokrasi melalui pilkada telah selesai, sehingga tiba saatnya merangkul semua elemen masyarakat sehingga bisa berkontribusi dalam pembangunan lima tahun ke depan. "Saya juga minta supaya pak walikota dan wakil walikota terpilih jangan sakiti masyarakat. Pilkada sudah selesai sekarang kita bersama merajut persaudaraan untuk membangun Kota Kupang," ujarnya.

Wakil Walikota Kupang, dr. Hermanus Man mewakili Pemkot Kupang pada kesempatan itu  mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Kota Kupang yang sudah mengikuti pesta demokrasi dengan damai.

"Memang saya  sulit menempatkan posisi saat ini, karena selain sebagai wakil walikota juga saya sebagai wakil walikota terpilih. Saya meminta maaf karena Pak Walikota tidak hadir sebab beloau menjalankan suatu tugas yang tidak bisa ditinggalkan," kata Herman.
Dikatakannya, ada beberapa masalah yang ditemukan saat pilkada antara lain, Daftar Pemilih Tambahan (DPT) sebanyak 5.408. "Ini tanggung jawab bagi pemerintah ke depan, sehingga dalam 100 hari pertama kami akan fokus di Dispenduk dan berkoordinasi dengan KPU Kota Kupang agar hak warga Kota Kupang dalam demokrasi jangan diabaikan. Ke depan ada pilgub, pileg dan pilpres sehingga diharapkan kondisi itu jangan terjadi lagi," katanya. (yel)


Perolehan Suara Pilkada Kota Kupang
1. FIRMANMU (Jefri Riwu Kore- Herman Man): 87.160
2. SAHABAT (Jonas Salean - Nikolaus Frans)     : 77.745
Jumlah Suara Sah: 164.905

Sumber: Pos Kupang, 17 Maret 2017 hal 1

Inilah Hasil Pilkada Lembata 2017

ilustrasi
KETUA KPUD Lembata, Petrus Payong Pati, menandaskan, tugas KPU sudah berakhir dengan penetapan pasangan calon bupati dan wakil bupati terpilih Kabupaten Lembata. Tapi KPU masih punya tanggung jawab moril untuk kelangsungan kepemimpinan Lembata ke depan.

Untuk itu, dalam sambutannya, pada Rapat Pleno Penetapan Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Lembata, Rabu (15/3/2017) siang, Payong Pati mengatakan "Meski tugas kami sebagai penyelenggara Pilkada Lembata sudah berakhir, tapi kami juga punya tanggung jawab moril untuk menyampaikan pesan ini kepada pasangan calon bupati dan wakil bupati terpilih Lembata periode 2017-2022.

"Yang kami minta adalah dalam pilkada yang sudah kita lalui bersama, ada banyak perbedaan, ada saling sidang pendapat yang terjadi dalam masyarakat. Untuk itu kami minta supaya pasangan calon terpilih segera melakukan rekonsiliasi, memulihkan keadaan ini untuk Lembata yang lebih baik," ujar Payong Pati.

Pesan itu, lanjut dia, merupakan wujud dari tanggung jawab moril KPUD setelah menghadirkan duet Eliaser Yentji Sunur-Thomas Ola Langoday sebagai pasangan calon yang memenangkan Pilkada Lembata melalui pemungutan suara pada 15 Februari 2017 lalu.

"Kami harap pasangan ini segera melakukan konsolidasi dan rekonsiliasi di tengah masyarakat untuk menyatupadukan semua pihak agar bersama-sama lagi dalam bekerja membangun daerah ini," ujarnya.

Ia menyebutkan, seluruh tahapan pilkada mulai dari awal hingga rapat pleno penetapan itu telah berjalan dengan baik. Hingga saat ini tidak ada selisih sengketa yang diproses di Mahkamah Konstitusi (MK).

Untuk itu, lanjut dia, semua masyarakat hendaknya menghormati seluruh proses tersebut. Tapi seluruh rangkaian kesuksesan tersebut merupakan hasil dari campur tangan Tuhan serta partisipasi aktif semua pihak.

Sementara calon Bupati Terpilih Kabupaten Lembata, Eliaser Yentji Sunur, didampingi Calon Wakil Bupati Terpilih, Thomas  Ola Langoday, mengatakan, setiap gading pasti ada retaknya. Tapi kalau kita tambal bersama-sama retaknya itu maka gading yang ada pasti tidak retak lagi.

Ia juga meminta semua pihak untuk menghentikan pernyataan-pernyataan yang bersifat spekulatif tentang kejelasan pelantikan bupati dan wakil bupati terpilih hasil pemungutan suara pada 15 Februari 2017 lalu. "Pelantikan itu urusan Mendagri. Cepat atau lambat, pasangan calon terpilih pasti akan dilantik," ujar Sunur.

Karena tahapan hingga ditetapkannya jadwal pelantikan adalah urusan Mendagri, maka para pihak di Kabupaten Lembata jangan melontarkan pernyataan yang spekulatif tentang pelantikan bupati dan wakil bupati terpilih.

Pada kesempatan tersebut, ia juga mengingatkan simpatisan dan para pendukung Paket Sunday (Eliaser Yentji Sunur-Thomas Ola Langoday) agar selalu menjaga kondisi yang kondusif di masyarakat saat ini dan yang akan datang.

Pada kesempatan itu, Sunur mengajak semua pihak, terutama simpatisan dan pendukung Paket Sunday agar menyerahkan seluruh proses pilkada dan hasil yang diperoleh ke dalam tangan Tuhan.

Disaksikan Pos Kupang, Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Lembata, berjalan lancar. Rapat itu berlangsung dalam pengawalan ketat aparat Polres Lembata.

Hadir pada kesempatan itu, Penjabat Bupati Lembata, Sinun Petrus Manuk, didampingi Pelaksana Harian (Plh) Sekda Lembata, Niko Paji Liariang; Kapolres Lembata, AKBP Arsdo Simatupang, perwira penghubung Kodim Larantuka serta pejabat yang mewakili Kajari Lembata.

Hadir pula Yohanes de Rosari, Wakil Ketua DPRD Lembata. Namun kehadiran Yohanes de Rosari pada rapat plneo tersebut bukan dalam kapasitas sebagai salah satu pimpinan Dewan. Ia hadir sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Lembata. (kro)


Empat Paket Tak Terima

EMPAT pasangan calon bupati dan wakil bupati yang bertarung dalam Pilkada Lembata 15 Februari 2017 tidak menerima surat keputusan (SK) KPUD yang berisi penetapan pasangan calon terpilih bupati dan wakil bupati terpilih Kabupaten Lembata.

Dipanggil beberapa kali oleh pembawa acara, tak satu pun dari empat pasangan calon tersebut yang berdiri kemudian melangkahkan kaki ke depan untuk menerima SK yang diserahkan Ketua KPUD Lembata, Petrus Payong Pati.

Pasangan Herman Loli Wutun-Yohanes Vianney Burin atau Paket Titen Nomor Urut 1 tidak hadir dalam rapat pleno tersebut. Pasangan calon itu pun tidak mengirimkan utusan untuk menerima SK tersebut, padahal sudah diundang.

Pasangan calon Viktor Mado Watun-Muhammad Nazir atau Paket Viktor Nomor urut 2 yang dipanggil dua kali berturut-turut untuk menerima SK penetapan itu pun tidak ada utusan yang maju dan menerimanya.

Demikian pula pasangan calon Lukas Lipataman Witak-Ferdinand Leu atau Paket Winners yang diusung Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN) serta pasangan calon dari jalur independen, Tarsisia Hani Chandra-Linus Beseng atau Paket Halus Nomor Urut 4.

Ketika dipanggil dua kali berturut-turut oleh master ceremony (MC), baik Paket Winners maupun Paket Halus tak satu pun yang maju menerima SK Penetepan KPUD Lembata. Pasangan calon ini pun tak mengirimkan utusannya untuk menghadiri rapat penting itu.

SK Penetapan KPUD Lembata itu tidak satu pun diserahkan kepada keempat pasangan calon tersebut. Yang diserahkan hanyalah SK untuk pasangan calon Eliaser Yentji Sunur-Thomas Ola Langoday atau Paket Sunday Nomor Urut 5.  (kro)


HASIL PILKADA LEMBATA 2017:
1. Paket Titen  (Herman Loli Wutun-Yohanes Vianney Burin)    : 16.540 Suara

2. Paket Viktori  (Viktor Mado Watun-Muhammad Nazir) : 14.753 Suara

3 Paket Winners (Lukas Lipataman Witak-Ferdinand Leu) :   4.913 Suara

4. Paket Halus (Tarsisia Hani Chandra-Linus Beseng)   :   2.773 Suara

5. Paket Sunday (Eliaser Yentji Sunur- Thomas Ola Langonday) : 24.211 Suara

* Pemilih Lembata berdasarkan DPT: 74.650 pemilih
* Pemilih yang ikut mencoblos:  63.666 pemilih
* Suara sah Pilkada Lembata  : 63.190
* Paket Sunday meraih 38,31 persen suara sah
* Partisipasi masyarakat 86,2 persen
* Partisipasi pemilih Lembata tertinggi di NTT
* Melampaui target Nasional 77,5 persen


Sumber: Pos Kupang 16 Maret 2017 hal 9

Makna Kenaikan Status Polda NTT

ilustrasi
Kepolisian daerah (Polda) Nusa Tenggara Timur (NTT) menapaki babak baru dalam sejarahnya yang hampir setua usia negara ini. Institusi yang hadir di bumi Flobamora sejak awal tahun 1950-an itu terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat.

Kita mencatat sejumlah tonggak penting. Pada tahun 1985 statusnya masih sebatas Kepolisian Wilayah (Polwil) NTT. Sebelas tahun kemudian yaitu tahun  1996 naik status menjadi Polda tipe C. Pada tahun 2000 statusnya meningkat lagi menjadi Polda tipe B.  Kini kita kembali mendapat  kabar gembira yakni kenaikan status Polda NTT dari tipe B ke A. "Surat Keputusannya sudah ditandatangani oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur," kata Wakil Kepala Polda (Wakapolda)  NTT, Kombes Pol Sumartono kepada wartawan di Kupang, Sabtu (11/3/2017).

Selain NTT, Sumartono menyebutkan ada dua polda masuk dalam daftar naik status yakni Polda Sumatra Barat dan Polda Maluku. Menurutnya, Polda  NTT sudah layak bertipe A karena secara geografis  berbatasan langsung dengan dua negara tetangga, Timor Leste dan Australia. Kenaikan status itu pun berimplikasi pada pangkat kepala Polda NTT. Selanjutnya Polda NTT akan dipimpin jenderal polisi berbintang dua (irjen) dan Wakapolda berpangkat brigadir jenderal (brigjen).

Tentu kepentingan kita tidak sebatas warta gembira naik status itu. Kenaikan status tidak ada maknanya manakala pelayanan Polri kepada masyarakat Flobamora tidak berubah menjadi lebih baik. Kenaikan status akan kehilangan pesonanya bila jajaran kepolisian di daerah ini tidak berupaya memperbaiki citra negatif yang terlanjur melekat dalam benak sebagian besar masyarakat.

Sebagai misal, masih kuat kesan umum di masyarakat bahwa Polri belum cukup gesit dan efektif menangani perkara korupsi. Padahal praktik korupsi di NTT tak kalah riuh dibandingkan dengan daerah lain. Masyarakat percaya praktik korupsi di sini bak fenomena gunung es. Yang muncul di permukaan sangat sedikit. Jika aparat penegak hukum lebih serius mestinya banyak kasus yang terungkap dan diproses hingga pengadilan. Ini tentu menjadi satu di antara litani pekerjaan rumah Polda NTT yang segera dipimpin Kapolda berpangkat irjen.

Kasus lain yang sangat menonjol di NTT adalah human trafficking (perdagangan manusia). Begitu banyaknya kasus hingga daerah ini dinyatakan darurat human trafficking. Penegakan hukum kasus perdagangan manusia bisa dilukiskan cenderung berjalan di tempat. Yang masuk sampai meja hijau bisa dihitung dengan jari. Pelaku dan aktor intelektualnya masih bebas beraksi di luar sana. Dan, korban akan terus berjatuhan.

Kita berharap kenaikan status Polda NTT menjadi pintu masuk untuk lebih serius mencegah praktik perdagangan orang di bumi Flobamora.  Pelaku dan seluruh jaringannya patut dihukum seberat mungkin sesuai ketentuan yang berlaku. Akhirnya kita ucapkan proficiat kepada keluarga besar Polda NTT.*

Sumber: Pos Kupang, 15 Maret 2017 hal 4

Menepati Janji bagi Atlet NTT

ilustrasi
Untuk para atlet NTT  yang meraih medali emas, perak dan perunggu di PON dan Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) tahun 2016,  Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT menggelontorkan dana hampir Rp 5 miliar untuk bonus uang dan rumah.Jumlah tersebut, menurut Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya,  merupakan yang terbesar sepanjang sejarah keikutsertaan NTT dalam pesta olahraga multievent.

Janji bonus dari pemerintah terbukti manjur. Pada kedua event berskala nasional tersebut, sebanyak 52 atlet NTT sukses mempersembahkan medali emas, perak dan medali perunggu. Dengan demikian pemerintah perlu menyiapkan 52 unit rumah tipe 36 sebagaimana dijanjikan sebelum pelaksanaan PON dan Peparnas 2016.

Kurang lebih lima bulan setelah PON Jawa Barat 2016, ternyata para atlet NTT belum mendapatkan rumah sebagaimana dijanjikan pemerintah. Itulah sebabnya masalah ini mengemuka pada Raker KONI NTT di Swiss Belinn Kristal Hotel, Kupang tanggal  27-28 Februari 2017. Tidak cuma itu. Sebagian atlet dan pelatih yang belum bekerja pun  menagih janji menjadi tenaga honorer. Sedangkan pelatih berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) menagih janji kenaikan pangkat dan promosi jabatan.

"Kami tetap menunggu janji itu. Beberapa waktu lalu ada mutasi tapi tidak satupun dari para pelatih atau atletnya meraih medali yang dipromosikan. Mudah-mudahan di mutasi mendatang, janji ini bisa direalisasikan," kata seorang pelatih yang enggan namanya dipublikasikan media

Lalu bagaimana tanggapan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya?  Gubernur sangat memahami harapan itu. "Apresiasi memang mesti diberikan karena mereka (atlet dan pelatih) sudah mengharumkan nama daerah," katanya ketika membuka acara Raker KONI tersebut

Hal senada disampaikan  Ketua Harian KONI NTT, Ir. Andre W Koreh, MT.  Andre mengatakan, janji itu tetap menjadi perhatian KONI dan Pemprov NTT, namun prosesnya tidak semudah yang dipikirkan. "Proses kepegawaian itu tidak mudah. Itu memang sudah menjadi niat saya. Saya tetap akan perjuangkan perbaikan nasib bagi para atlet dan pelatih berprestasi," kata Andre Koreh.

Terkait bonus rumah bagi 52 atlet yang berhak mendapatkannya, Andre Koreh mengaku dalam tahun ini akan segera direalisasikan. Andre mengatakan, sebanyak 52 rumah untuk para atlet PON XIX maupun Peparnas XV saat ini sedang disiapkan. Informasi dari Dinas Pendapatan dan Aset Daerah, saat ini sudah dibangun 25 unit rumah dan sisanya 27 unit segera  dibangun dalam tahun ini juga.

Mekanismenya setelah dibangun, rumah-rumah itu akan dihibahkan oleh Pemprov NTT kepada KONI. KONI NTT kemudian menyerahkan rumah kepada para atlet peraih medali PON dan Peparnas 2016. Kiranya penjelasan Andre Koreh menjadi jaminan bahwa pemerintah akan menepati janjinya. Semoga. *

Sumber: Pos Kupang 3 Maret 2017 hal 1


Pendeta di Kupang Kembangkan Rempah Pengawet Mayat

POS KUPANG.COM, KUPANG  -Pendeta Octovina Metboki Nalle, S.Th, bersama jemaat Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) Pniel Manutapen, Kota Kupang mengembangkan rempah-rempah menjadi ramuan pengawet mayat atau jenazah.  Rempah-rempah ini bisa digunakan sebagai pengganti formalin yang sudah dikenal luas untuk mengawetkan jenazah.

Ditemui Pos Kupang di kediamannya, Selasa (23/2/2016), Pdt. Octovina Metboki-Nalle, S.Th mengatakan, pengawetan mayat pakai rempah-rempah belum dikenal luas oleh masyarakat Kota Kupang. Rempah-rempah pengawet jenazah baru dikenal  jemat gereja yang dipimpinnya, seperti di Gereja Genazaret Oesapa, Gereja Maulafa dan Gereja Pniel Manutapen.

Ia menjelaskan, penggunaan rempah-rempah untuk pengawetan mayat sudah ia kembangkan sejak tahun 1994 saat neneknya meninggal dunia di Sabu. Saat itu, lanjut Pdt. Octovina, ia masih kuliah. Ketika ia melakukan pengawetan jenazah menggunakan rempah-rempah, jenazah bisa bertahan sampai satu minggu baru dimakamkan.

"Saat nenek meninggal, saya mencoba membuat rempah untuk pengawetan dan hasilnya bagus. Mayat nenek bisa bertahan sampai satu minggu, karena menunggu paman saya dari Papua," ujar Octovina.

Menurutnya, selama ini penggunaan rempah-rempah untuk mengawet mayat belum dikembangkan secara luas karena ia belum yakin dengan temuannya ini. "Saya khawatir belum diterima oleh masyarakat umum karena orang sudah terbiasa menyuntik formalin pada jenazah," katanya.

Jika ada yang meninggal dunia, demikian Octovina, ia belum berani menawarkan  rempah buatannya untuk pengawetan. Ia hanya menunggu jika ada keluarga yang meminta, ia akan meracik rempah dan melakukan pengawetan. Octovina mengatakan, di Kelurahan Manutapen, ia melayani permintaan jemaat yang keluarganya meninggal di rumah. Dan, itu jika keluarga yang meminta. Di Kelurahan Manutapen sudah tiga keluarga yang meminta pengawetan jenazah gunakan rempah-rempah.

Dari tiga orang ini, kata Octovina, dua orang tidak mengungkapkan terkait pengawetan memakai  rempah, tapi ada satu keluarga yang berbicara. Saat itu, katanya, keluarga tidak menyampaikan kepadanya terkait kondisi jenazah yang terdapat luka. Karena, untuk luka di jenazah ada ramuan lain yang ia gunakan untuk mengeringkan luka tersebut.

"Ada satu keluarga yang mengungkapkan terkait rempah yang saya awetkan pada jenazah. Kalau saja mereka menyampaikan ada luka, saya sudah mengantisipasinya. Tetapi mereka tidak menyampaikan  sehingga saya tidak tahu," katanya..

Selain itu, Octovina juga membantu beberapa jemaat di Maulafa dan Gereja Genazaret Oesapa, ketika ada anggota keluarga yang meninggal. Kebetulan ia sering berpindah tugas pelayanan di gereja. Rata-rata yang ia awetkan adalah orang yang meninggal di rumah.

Octovina menjelaskan, rempah pengawet mayat yang diraciknya berbahan bumbu dapur, seperti pala, daun teh golopara, adas dan daun pandan. Selain pengawetan yang disiram di badan, juga  untuk diminumkan pada jenazah sebagai pengawetan bagian dalam.
Untuk pengawetan jenazah di bagian dalam, jelas Octovina, cuka dicampur dengan adas dan diminumkan pada jenazah. Biasanya untuk pengawetan bagian dalam ini, minuman yang diberikan adalah pada jenazah yang baru meninggal dua jam. Sebab, dalam kondisi tersebut, biasanya mulut jenazah masih bisa dibuka.

Selain diminum dan ditaburkan pada tubuh jenazah, rempah ini juga bisa disuntik, tetapi karena dirinya bukan tenaga kesehatan, sehingga ia melakukannya secara alamiah.
Octovina mengatakan, rempah-rempah sebagai pengawet jenazah didapatkan sebagai anugerah dari Yang Maha Kuasa. Selain rempah-rempah untuk pengawetan mayat, ia juga sudah membuat rempah obat-obatan herbal, seperti sirup diabetes, minyak untuk sakit stroke, vertigo, migran, dan kerusakan saraf. Bahkan bisa digunakan untuk menyembuhkan orang gila.

Saat ini, ia sudah memproduksi minyak rempah-rempah untuk orang yang sehat. Minyak rempah ini  sudah ada sertifikat halal dan ada nomor registrasi dari Balai POM, serta izin kelayakan dari Dinas Kesehatan.

Octovina mengatakan, rempah-rempah untuk pengawetan mayat belum dikembangkan karena khawatir belum banyak yang berminat. Ia sudah pernah menyampaikan hal ini kepada Walikota Kupang, Jonas Salean,  ketika berkantor di Kelurahan Manutapen, tapi belum ada tanggapan yang konkret.

Saat masih bertugas sebagai Pendeta di Gereja GMIT Genazareth Oesapa, Octovina juga menjadi Ketua Koperasi Ora Et Labora Lasiana. Saat itu, bersama anggota koperasi ingin memproduksi rempah-rempah ini untuk berbagai kebutuhan pengobatan, namun ia kemudian dipindahkan ke Manutapen.

Saat ini, Octovina ngin kembali mengembangkan rempah-rempat tersebut bersama jemaat di Gereja Pniel Manutapen.  "Saya punya keinginan untuk kembangkan karena sudah ada banyak orang yang ditangani. Namun, dukungan dari pihak lain belum ada. Selama ini masih di kalangan terbatas di gereja," ujarnya.

Untuk pengawetan mayat, katanya, rempah yang dibutuhkan tergantung dari kondisi jenazah, apakah orang dewasa atau anak-anak dan tergantung besar kecilnya tubuh jenazah.

Untuk orang dewasa, membutuhkan pala 25 biji,  adas sebanyak dua kg, daun teh tiga bungkus. Semua bahan ditumbuk atau diblender. Biasanya rempah ini sebagianya dimandi, sebagian disiram pada jenasah dan sedikit saja (setengah gelas) untuk diminum, sebagian dihambur di badan, sebelum pakaian, dan setelah pakaian dan di cela pakaian.
"Selama ini masih di kalangan gereja saja yang tahu, dan biasanya hanya keluarga jenazah saja yang tahu, belum untuk masyarakat umum," katanya.

Sementara itu, rempah-rempah ini parnah ia gunakan  untuk pengawetan mayat ketika ia bertugas sebagai pendeta di Desa Kuanbaki, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). "Kalau di Desan Kuanbaki, semua masyarakat sudah tahu tentang rampah ini dan mereka biasa menggunakannya jika ada yang meninggal. Terkadang, mereka merasa risih meminta bantuan kepada saya, karena saya harus menumbuh terdahulu rempah ini," katanya.

Ke depan, demikian Octovina, ia ingin  mengembangkan rempah-rempah ini sebagai salah satu bahan pengawet mayat. Pengunaan rempah-rempah ini sangat alamiah, ketimbang menggunakan bahan kimia seperti formalin yang bisa berdampak pada lingkungan, terutama pencemaran tanah.

"Selama ini pernah terlintas mengampanyekan agar orang menghentikan formalin dan menggunakan rempah-rempah ini. Tetapi, saya tidak enak dengan petugas kesehatan. Saya tidak mau mengambil rezeki mereka. Tapi mungkin, ke depan ada kerja sama dengan orag-orang ini, bagaimana kalau yang tukang suntik ini yang menangani dan tinggal saya sampaikan caranya," ujarnya.

Octovina mengatakan, pengawetan jenazah menggunakan ramuan rempah-rempah  harganya tidak mahal dibandingkan bahan kimia seperti formalin.   Bahan pengawet dari rempah-rempah  harganya Rp 150.000 untuk mendapatkan bahan rempah di pasar. Itupun untuk orang dewasa yang badanya besar, tapi untuk anak kecil pasti takarannya berkurang dan harganya murah. (nia/ira)

Bahan untuk Pengawet Jenazah Murah dan Mudah Didapat

POS KUPANG.COM, KUPANG - Beberapa warga Kelurahan Manutapen, Kota Kupang,  sangat antusias menjadikan rempah-rempah sebagai bahan pengawet jenazah. Selain mudah didapatkan di pasar,  bahan-bahan yang  digunakan juga sangat murah jika dibandingkan dengan membeli formalin.

Beberapa warga Kelurahan Manutapen, Kota Kupang, yang sudah melihat sendiri khasiat rempah-rempah untuk pengawetan  jenazah, seperti Selfi Kale, Semuel Hauteas, Uly Rensini, dan Ani Nafi. Ditemui Kamis (25/2/2016) di rumah masing-masing, mereka  menyatakan sangat mendukung jika pemerintah mau menggandeng swasta mengembangkan bahan-bahan herbal sebagai pengganti bahan kimia.

Selfi Kale mengatakan, banyak masyarakatyang belum tahu bahwa rempah-rempah bisa untuk  mengawetkan jenazah. Selama ini  kebanyakan orang mencari formalin untuk pengawetan jenazah.

"Jika bisa menggunakan rempah-rempah, saya rasa ini bagus untuk membantu sesama. Dan sudah diujicoba di Manutapen, ternyata hasil dan khasiatnya lebih bagus daripada formalin. Bertahan lama dan mayatnya dalam kondisi bagus, tidak rusak," ujarnya.

Kalau pakai formalin, demikian Slefi, selain mahal harganya, juga harus mengurus izin dari RT baru bisa dapat. Sedangkan rempah-rempah ini dapat dengan mudah karena bisa dibeli di pasar.  Harapan ke depan, kata Selfi,  pemerintah perlu  mensoalisasikan bahwa selain formalin ada rempah-rempah untuk pengawet mayat.

Semuel Hauteas mengatakan, saat ibu kandungnya meninggal dunia belum lama ini di Kelurahan Manutapen, jenazah ibunya diawetkan dengan rempah-rempah racikan  ibu pendeta. Semuel mengaku tidak terlibat langsung saat melakukan pengawetan, tapi ia melihat khasiat rempah-rempah sangat bagus. "Yang saya lihat, jenazah  mama saya tidak bau dan tidak kaku, walau sampai tiga hari baru dimakamkan. Saya melihat seperti mama saya tidur biasa saja," ujar Semuel, pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi NTT.

Ia mengatakan, sejauh ini ada keinginan untuk membantu ibu pendeta mengembangkan rempah-rempah ini. Hanya saja karena berbagai kesibukan di kantor, sehingga belum bisa mendiskusikan hal ini bersama pendeta dan jemaat di Gereja Pniel Manutapen.

Semuel berjanji  jika sudah pensiun dari PNS, ia akan fokus mengembangkan obat-obatan herbal  bersama kelompok masyarakat di Kelurahan Manutapen. Sebab, saat ini selain rempah-rempah untuk pengawetan jenazah, juga sudah mulai memproduksi bahan-bahan herbal untuk pengobatan herbal. Dan, yang ia tahu  sudah ada obat herbal yang memiliki izin dan nomor registrasi dari Balai Pengawasan Obat Makanan (POM) Kupang.

Uly Rensini mengatakan, ia dan keluarga sudah menyaksikan sendiri bagaimana pengawetan mayat menggunakan rempah-rempah yang diramu dan dilakukan oleh pendeta di Gereja Pniel Manutapen.

Jenazah yang  diawetkan pakai rempah-rempah tahan lama dan tidak bau. Bahkan, wangi rempahnya harum. "Kami juga melihat mayat sepertinya tidak kaku, kalau dibandingkan jika disuntik  formalin biasanya kaku dan hitam," ujar Uly.

Warga lainnya, Ani Nafi, mengatakan,  sudah dua atau tiga kali di Kelurahan Manutapen, jika ada orang yang meninggal langsung ditangani oleh ibu pendeta.

"Biasanya, ibu pendeta yang menakar bahan-bahan rempah, dan kami membantu meraciknya. Ibu pendeta juga langsung menaburkan di jenazah, dan pengawetan bagian dalam diminumkan pada jenazah," katanya.

Ia berharap, warga bisa menggunakan rempah-rempah ini sebagai bahan pengawet jenazah. "Tidak dipaksakan dan tergantung dari keluarga yang berduka, mau atau tidak menggunakannya," ujarnya. (nia/ira)

Ramuan Tradisional
Bahan
*  Pala
*  Daun teh golopara
*  Adas
*  Daun pandan
*  Cuka

Pengolahan
Semua bahan yaitu pala,  daun teh, adas dan cuka diulik atau diblender hingga merata

Penggunaan
* Taburkan pada jenazah
* Bisa juga diminumkan setengah gelas pada jenazah
* Jenazah baru meninggal dua jam
* Bila jenazah ada luka ditaburi minyak kayu putih


Suntik Formalin untuk 1.300 Jenazah

KEPALA Instalasi Pemulasaran  Jenazah (IPJ)  Rumah Sakit Umum Prof. Dr.WZ Johannes Kupang, Okto Boymau mengatakan, sampai saat ini belum ada bahan pengganti, selain formalin untuk pengawetan jenazah.

Ditemui Kamis (25/2/2016), Okto mengatakan penggunaan formalin untuk pengawetan jenazah  hanya diberikan kepada pasien yang meninggal di rumah sakit. Ia mengatakan, jika saat ini ada bahan rempah sebagai alternatif untuk mengawetkan mayat, baik sekali dikembangkan. Bahkan, kata Okto, pihaknya mendukung karena mudah didapat.
Ia menjelaskan,  data tahun 2015, pasien yang meninggal dunia di RSU Prof. Dr.WZ Johanes Kupang sebanyak 1.609 orang. Dari jumlah itu yang menggunakan formalin untuk pengawetan  sebanyak 1.300 jenazah.

Untuk penggunaan formalin yang disuntik biasanya satu jenazah satu liter, tetapi  disesuaikan dengan ukuran badan. Kalau  badan besar, penggunaan formalin bisa lebih dari satu liter. Selama ini, jelas Okto, formalin di rumah sakit  tidak dibeli dan tidak dijual, karena keluarga yang berduka  mendapatkan cuma-cuma.

Sepengetahuanya jika membeli formalin di toko harus ada izin dari pemerintah setempat, yakni    RT/RW dan kelurahan. Harganya bisa mencapai Rp 400.000/liter.
Untuk jenazah yang dikirim ke luar Kota Kupang,  formalin yang disuntik dua liter.

"Penyuntikan formalin membuat jenazah bisa bertahan lama sampai satu minggu. Jenazah tidak rusak dan tidak bau," kata Okto. Menurutnya, formalin yang digunakan adalah formalin pekat 40 persen. Untuk penyuntikan jenazah  dioplos dengan air 500 cc sampai satu liter.

Okto mengatakan, di RSU Johannes Kupang masih menggunakan formalin sesuai standar medis. Jika jenazah sudah ada belatung atau ulat biasanya menggunakan kapur. Sementara bahan herbal lainnya seperti rempah belum ada. Ke depan, kata Okto, jika ada yang mau membuat rempah sebagai bahan pengawet jenazah, pihaknya sangat mendukung karena itu bisa menggantikan formalin. (nia/ira)


NEWS ANALYSIS
dr Bobby Koamesah MMR MMPK
Dekan Fakultas Kedokteran Undana
Tidak Berbahaya

FORMALIN adalah bahan yang dibuat untuk tujuan pengawetan, misalnya mengawetkan binatang atau organ, termasuk untuk jenazah. Formalin memang murah, mudah didapat dan regulasi tidak ketat sehingga secara umum dipakai oleh masyarakat. Mau beli sendiri juga bisa dan gampang pakainya. Siapa saja bisa pakai.

Tapi bahaya yang kadang tidak disadari adalah sulit diurai di dalam tanah. Jadi dipakai pada jenazah, kandungan formalin itu akan lama tinggal di dalam tubuh. Tidak gampang terurai dan bisa bertahun-tahun.   Bahayanya adalah waktu merembes masuk ke tanah terbawa dan mencapai sumber air tanah. Itu akan terjadi bencana untuk kita.

Kalau ada ramuan alternatif  seperti rempah-rempah  bagus sekali, asalkan bisa dibuat karena sejak dulu sudah dikenal. Misalnya, pada zaman Mesir. Prinsipnya sama untuk pengawetan. Bahkan, di Papua juga memakai bahan alternatif misalnya membuat mumi. Sampai bertahun-tahun, tetapi perawatan membutuhkan teknik khusus dan  bahan yang lebih banyak, serta mungkin lebih mahal.

Untuk jangka pendek, saya kira bisa dipikirkan  bahan yang lebih murah. Kalau bahan alam, tidak masalah dan tidak ada bahaya jangka panjang. Sekarang mari kita lihat perilaku orang Kupang, mempermudah bahan formalin masuk dalam air tanah. Misalnya, kita suka kubur jenazah berformalin di halaman, yang jaraknya dengan sumur hanya satu dua meter.

Geologi tanah di sini adalah kapur berporus. Artinya, formalin  gampang sekali masuk ke dalam tanah. Kalau hujan datang, bahan itu dibawa air hujan dan menerobos masuk ke dalam air tanah. Ada beberapa peneliti yang mengatakan belum ada formalin yang masuk ke dalam air tanah. Saya kira itu penelitian belum bisa dipegang karena kita belum tahu bahan formalin itu sampai di mana.

Bisa saja dia ambil sampel di sumur yang belum ada formalin, tapi ini dalam perjalanan ke air tanah. Mungkin butuh waktu lima tahun atau 10 tahun lagi. Apakah kita akan menunggu sampai seperti itu. Saya kira kalau seperti itu sudah terlambat.

Harus ada regulasi yang tegas dari pemerintah sebagai regulator untuk mengatur perdagangan formalin. Tidak boleh dipakai untuk jenazah, tidak boleh sembarang dijual dan harus dikontrol di tingkat masyarakat.  Masyarakat harus diberdayakan. Kalau tahu ada yang pakai formalin di jenazah harus lapor, kalau perlu polisi memeriksa orang yang menggunakan formalin secara sembunyi-sembunyi.

Masyarakat harus diberikan pengertian bahwa menggunakan formalin untuk pengawetan jenazah itu dampaknya berbahaya untuk masa yang akan datang. Berapa liter dikirim dari Jawa, harus ditelusuri, siapa saja yang pakai. Untuk mengawetkan jenazah butuh dua sampai empat liter, tergantung besar kecilnya jenazah. Secara epidemiologi, angka kematian di NTT misalnya satu sampai dua persen, maka akan ada sekian ribu orang yang mati maka dikali dua liter atau empat liter, sudah berapa ton liter di dalam tanah. Nah ini sudah berlangsung bertahun-tahun.

Ini kan bom waktu. Untuk jangka panjang kita bisa teliti dampak dari formalin, angka kejadian kanker misalnya, angka gagal ginjal, angka keracunan saraf orang menjadi gila, itu dampak dari formalin. Apakah kita mau tunggu ada dampak dari formalin baru kita bilang betul itu ada. Pada saat itu sudah tercemar.Harus dicari bahan lain yang tidak seganas formalin.

Pemerintah harus memberikan penjelasan dan pemahaman kepada masyarakat kalau hanya satu dua hari baru dikuburkan tidak perlu pakai formalin. Masyarakat belum tahu kalau itu berbahaya, kalau sudah tahu berbahaya masyarakat tidak akan pakai.
Menurut saya harus ada peraturan daerah yang mengatur tentang hal ini sehingga dokter, perawat atau siapa saja yang menggunakan formalin ditindak tegas. Kalau perlu proses hukum sehingga akan berkurang dengan sendirinya. (ira)

Sumber: Pos Kupang 2 Maret 2016 hal 1

Mengapa Bapak Tinggalkan Saya Sendiri?

Gerson Poyk
Bapak tinggalkan saya sendiri. Biasanya saya ikut ke mana bapak pergi, saya kenal banyak sastrawan dari bapak. Mengapa bapak tinggalkan saya sendiri?

HUJAN tiba-tiba mengguyur rumah duka tempat  jenazah maestro sastra Gerson Poyk disemayamkan. Jenazah Gerson Poyk disemayamkan di rumah adiknya Richard Poyk di Jalan Dua Lontar, Kelurahan Kayu PutiH, Kota Kupang sejak tiba dari Jakarta pada Minggu (26/2/2017) hingga dimakamkan Selasa (28/2/2017).

Meski hujan, namun ratusan pelayat tetap mengikuti prosesi pemakaman jenazah sastrawan terkemuka Indonesia kelahiran Pulau Rote tersebut. Ibadah pemakaman dipimpin oleh Pendeta (Pdt) Tera D.Klaping dari GMIT Klasis Kota Kupang. Saat itu keluaga besar Poyk mempersembahkan lagu Yesus Malole.  Sementara sahabat karib almarhum Gerson Poyk dari Ruteng membacakan puisi untuk mengantar kepergian Gerson ke tempat peristirahatan terakhir.


Romo Amanche  Ninu mewakili komunitas sastra diberi kesempatan membacakan riwayat hidup Gerson Poyk. Wakil Walikota Kupang, dr. Herman Man, Pius  Rengka dan Peter A. Rohi menyampaikan sambutan dan apresiasi kepada almarhum.

Adik sepupu  almarhum Gerson Poyk, Marthen G. Lun mewakili keluarga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah, rekan-rekan jurnalis,  sastrawan dan seniman yang dengan caranya masing-masing membantu dan menguatkan keluarga yang ditinggalkan.

"Kami percaya Tuhan yang memberi, Tuhan pulalah yang mengambil. Bahkan alam semesta yang kita cintai ini mengucurkan air matanya. Itu pertanda baik. Jika ada yang kurang berkenan dengan bapak ibu sekalian selama beliau hidup, kami keluarga menyampaikan permohonan maaf. Kami juga menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah, rekan-rekan jurnalis, para seniman, sastrawan, kerabat dan kenalan yang telah mendukung kami keluarga," ujar Marthen.

Marthen juga mengucapkan terima kasih kepada komunitas sastra Kota Kupang dan daerah lainnya di NTT  yang mengapresiasi perjuangan Gerson Poyk pada Senin (27/2/2017) malam yang bersepakat menjadikan tanggal lahir almarhum Gerson Poyk -- pada 16 Juni -- sebagai Hari Sastra NTT.

Ibadah pemakaman mulai pukul 11.00 Wita dan berakhir pukul 13.30 Wita. Setelah itu,  jenazah Gerson Poyk  diantar ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Damai di Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang. Perjalanan menuju TPU Damai Fatukoa melintasi Jalan Frans Seda - Jalan El Tari - Jalan Soeharto - Jalan HR Koroh dan belok kanan ke arah barat melintasi ruas Jalan Jalur 40. Ratusan sepeda motor  dan puluhan mobil mengiring jenazah Gerson Poyk menuju  TPU Damai. Tiba di TPU Damai Fatukota sekitar pukul 14.54 Wita.

Para seniman bersama keluarga mengangkat peti jenazah Gerson Poyk dan ditempatkan persis di sebelah kiri tempat makam Pahlawan Nasional, IH Doko.  Isak tangis sang anak, Fanny Jonathans Poyk  pecah saat menaburkan bunga ke dalam liang lahat ayahnya.

 "Bapak tinggalkan saya sendiri. Biasanya saya ikut ke mana bapak pergi, saya kenal banyak sastrawan dari bapak. Mengapa bapak tinggalkan saya sendiri? Selama ini saya coba menahan tangis, terlalu cepat bapak pergi" ucap Fanny berlinang air mata sambil memeluk anaknya.

Prosesi pemakaman Gerson Poyk di TPU Damai Fatukoa ditutup dengan menaruh krans bunga secara simbolis dari berbagai elemen di pusara sang maestro sastra Indonesia itu. (enold amaraya)

Sumber: Pos Kupang 1 Maret 2017 hal 1

Gerson Poyk Bertemu Guru Sintus di Surga

Gerson Poyk
KABAR kematian sastrawan Indonesia asal NTT, Gerson Poyk, saya dapat dari media sosial. Banyak orang membagikan tautan di Facebook perihal kepergiannya. Ucapan belasungkawa terus mengalir dari berbagai pihak.

Banyak kalangan mengungkapkan rasa kehilangan dan sekaligus kekaguman mereka terhadap Sang Guru. Orang-orang NTT patut berbangga memiliki seorang Gerson Poyk. Ia seorang sastrawan jenius, jurnalis handal, seorang guru yang rendah hati dan seorang budayawan yang humanis.

Sudah banyak sekali buku novel, prosa, cerpen, puisi dan tulisan-tulisan yang ia hasilkan di sepanjang perjalanan hidupnya. Beberapa yang saya bisa ingat: Cumbuan Sabana (1979), Sang Guru (1972), Matias Akankari (1972), Giring-Giring (1982), Petualangan Dino (Novel anak-anak, 1979), Poti Wolo (1988), Jerat (cerpen, 1978) dan masih banyak lagi buku dan kumpulan-kumpulan tulisannya. Novelnya Sang Guru, adalah salah satu dari tiga novel Indonesia yang memenangkan SEA Write Award.


Sastrawan kelahiran Pulau Rote, 16 Juni 1931 ini juga banyak menulis tentang pengalaman masa kecil yang banyak ia habiskan di beberapa tempat di Flores, Sumba dan Timor. Ayahnya, Johanes Laurens Poyk, adalah seorang mantri Belanda saat Gerson dilahirkan.

Sebagai mantri ayahnya beberapa kali pindah tugas; di Pulau Semau, di Langgaliru di Sumba dan di Bajawa, tempat ia memulai pendidikan formalnya di HIS. Gerson menamatkan sekolah dasarnya di Ruteng tahun 1945. Di kota dingin Bajawa dan Ruteng, Gerson memiliki banyak kenangan yang membekas baik. Banyak karyanya juga turut mengambil latar tempat, sosial dan budaya yang ada di Flores.

Dari Ruteng, keluarga Gerson sempat berpindah-pindah kota, ke Maumere, Ende, Soe, Kupang sebelum akhirnya ia pindah ke Surabaya dan menjadi guru di Ternate. Sewaktu di Ende, Gerson sempat masuk sekolah Protestan saat ayahnya bekerja sebagai seorang pengacara amatiran. Oleh karena himpitan ekonomi, Gerson dan ibunya, Yuliana Manu, sempat kembali ke Rote dan tinggalah ayahnya sendiri di Flores bekerja sebagai pengacara amatiran.

Beberapa waktu kemudian setelah tinggal berpindah-pindah di rumah kerabat ibunya, Gerson akhirnya bertemu dengan ayahnya lagi di Rote. Mereka kemudian pindah ke Kupang setelah ayahnya mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan Amerika di sana dan kemudian pindah lagi ke Ruteng dimana ayahnya sempat mendekam di penjara karena dituduh menggelapkan uang perusahaan seratus gulden. Situasi ini membuat ibunya harus membawa anak-anaknya ke rumah-rumah sahabat kenalan yang ada di sana demi bertahan hidup.

Sekali lagi, di Ruteng, Gerson, bisa dikatakan, menghabiskan masa-masa kecilnya yang penuh tragedi dan komik. Dan di kota inilah ia menyadari secara tidak sengaja bakat sastranya yang luar biasa. Adalah seorang guru kelas limanya yang bernama Tuan Sintus de Rodriques, seorang Larantuka yang pertama kali melihat potensi besar Gerson Poyk sebagai seorang sasrawan. Tentang pengalamannya yang tak terlupakan itu, ia mengenang,

"selain senang pada pelajaran berhitung terutama hitung-hitungan yang hanya memakai angka, tanpa kata-kata, untuk pertama kali aku mendapat `hadiah sastra'. Aku membuat sebuah esei di sebuah batu tulis. Ia membacanya. Tiba-tiba ia menyuruh kami diam dan ia membaca eseiku di depan kelas. Rasanya dialah, guru Sintus itulah yang mengantarkan aku menjadi seorang sastrawan Indonesia. Aku selalu mengingatnya sehingga berita kematiannya di Jakarta karena sakit, sangat menyedihkan aku karena aku sangat ingin sekali bertemu dengannya untuk memberitahukan bahwa aku telah menjadi seorang sastrawan di negeri ini."

Gerson benar, ia telah menjadi seorang sastrawan di negeri ini. Lebih dari yang ia sendiri bayangkan, lebih dari yang ia sendiri impikan, tulisan-tulisannya abadi. Ia telah berhasil menulis seperti ia sendiri berbicara. Bahasanya lugas, mudah dicerna dan menghibur. Dalam bukunya Nostalgia Flobamora, ia menyuguhkan secara menarik kisah-kisah masa kecilnya yang penuh canda di tengah kerasnya bertahan hidup sebagai anak Rote diaspora.

Hidup dari keluarga yang sering berpindah-pindah membuat khazanah berpikir Gerson semakin luas dan beragam. Hampir semua tulisannya berakar kuat pada kondisi sosial dan budaya Flobamora sebagaimana yang dialaminya sendiri dan terekam baik dalam ingatan masa tuanya. Ia tidak malu menceritakan kenakalan dan kekonyolan hidup masa kanak-kanaknya.Hidupnya sendiri telah menjadi sebuah cerita yang apik.

Membaca tulisan Gerson sama dengan membaca NTT dengan segala macam konteks sosial dan politiknya saat itu.Ciri khas lokalitas mantan jurnalis Sinar Harapan ini tidak berhenti dalam tulisan-tulisannya. Bahkan pada saat ia menerima Southeast Asian Write Award di Bangkok pada 1989, ia mengenakan pakaian adat Rote lengkap dengan Ti'ilangga. Sebagai seorang pemenang dari Indonesia, ia ingin menunjukkan kepada dunia kalau dia orang Rote, orang NTT. Dalam kesehariannya pun, penulis yang juga pernah mengikuti International Creative Writing Program di Universitas Iowa, USA ini juga selalu bersemangat bila bercerita tentang tanah Flobamora tercinta.

Melihat semua yang telah dibuat sastrawan low profile ini, rasa-rasanya tak mungkin ada yang bisa menggantikan kemasyhurannya. Untuk alasan ini tentu saja penghormatan dan apresiasi setinggi-tingginya patut diberikan. Gerson Poyk hanya satu dan sampai kapanpun akan selalu dikenang.Namun, semangat hidup, kraetivitas, nilai-nilai universal yang ia tularkan melalui tulisan-tulisan dan kecintaannya yang luar biasa akan tanah Flobamora harus tetap tumbuh dan berkembang di dalam hati setiap anak NTT.

Secara pribadi saya mau bertemu Gerson Poyk dan menyampaikan bahwa setelah membaca Cumbuan Sabana, Sang Guru, Matias Akankari dan Nostalgia Flobamora, saya ingin sekali bisa menulis sepertinya; spontan, menghibur, lugas tetapi berisi pesan nilai yang sangat mendalam.

Kepergiannya ke rumah Sang Khalik membawa duka mendalam bagi siapa saja yang kagum terhadapnya.Akan tetapi satu hal yang sudah pasti, Gerson Poyk pasti merasa senang; ia bisa bertemu guru Sintus di Surga dan menyampaikan bahwa anak muridnya itu adalah seorang sastrawan besar Indonesia. (Ricko W, Anggota Kahe, tinggal di Wolomarang, Maumere)

Sumber: Opini Pos Kupang 1 Maret 2017 hal 4

Faham Kedaerahan Berbahaya bagi NKRI

Gerson Poyk
TULISAN kecil ini terinspirasi dari goresan pena saudara Usman D. Ganggang di Kompasiana yang terbit 7 September 2013 berjudul, Gerson Poyk: Saya Tak Telan Mentah-mentah. Tulisan ini saya simak berbarengan dengan puluhan ucapan duka di facebook atas meninggalnya perintis sastra NTT tersebut pada 24 Februari 2017 lalu.

Sebagai apresiasi atas ketokohan beliau dalam jagat sastra Indonesia khususnya NTT, saya membuat catatan kecil ini,  tentang makna di balik karya-karyanya yang berlatar lokal, tetapi dibubuhi dengan sentuhan-setuhan modernisme. Karena dia tidak mau terlibat di dalam apa yang dinamakannya dresur.  

Dalam cerpennya "Mutiara di Tengah Sawah" terlihat sangat kental dengan warna lokal. Bahan mentah yang digunakan untuk menciptakan cerpen tersebut sangat NTT (NTT made) dan kawasan sekitarnya seperti Bima dan Indonesia Timur. Nama-nama tokoh, topi, bahasa, tempramen, watak, adat istiadat, dalam setting daerah dimana ia lahir dan besar. Namun seperti dikatakannya, dia tidak telan mentah-mentah apa yang ada di daerah.

Dia mengatakan, kampung halamannya di Ba'a, Pulau Rote, adalah bagian dari NTT, yang masih jauh dari kehidupan modern. Untuk itu, jika ia tercemplung ke dalam kehidupan tradisional yang belum modern, maka dia akan kembali ke mayarakat tertutup. Artinya ditutup di dalam masyarakat tradisional dan dituduh menjauhi keindonesiaan. Karena menurutnya faham kedaerahan sangat berbahaya bagi kesatuan NKRI.

Oleh karena itu, walaupun  dalam karyanya ia mengagumi kearifan budaya daerah, namun untuk take of dari tradisonalisme kedaerahan, dia menggunakan sastra sebagai kebudayaan spiritual yang modern, yang terdiri dari iman, harapan, cinta kasih, sains dan teknologi.  Dengan demikian, sastra dapat menumbuhkan masyarakat terbuka. Menurut dia, kalau mimpi adalah via regia, jalan ke dunia tak sadar, maka karya sastranya adalah jalan ke utopia. Novelnya, "Enu Molas di Lembah Lingko" adalah perjalanan ke utopia itu.

Dalam novel itu dia menyusun ceritanya, dimulai dari seorang profesor matematika berlibur ke Kupang. Lalu dia melihat terlalu banyak sarjana yang menganggur. Dan seorang gadis sarjana memipin sebuah sanggar yang anggotanya terdiri dari beberapa sarjana berbagai bidang. Ketika sang profesor mencari kuburan ibunya, ia bertemu dengan mereka di sebuah bangunan asal jadi. Sang Profesor terkejut melihat begitu banyaknya sarjana penggali kubur. Rupanya, mereka berharap untuk bisa hidup, meski banyak yang mati. Lalu dia mengajak mereka ke lembah lingko dan membuat kebun lodok lingko.

Dalam novel itu, dia menjelaskan bahwa iman diperkuat oleh cinta kasih, cinta kasih diperkuat oleh kerja yang bukan sembarang kerja. Tapi kerja yang memakai conceptual tool berupa bare maximum (kebutuhan maksimum untuk setiap individu). Kita belum mencapai bare maximum itu karena kita terasing dari bumi subur laut kaya. Kita di bumi subur dan laut kaya tapi kepala kita di padang pasir. Karena itu, dia mengajak agar kita berusaha menghilangkan keterasingan itu, dengan kembali ke kearifan budaya kita tapi jangan berhenti di sana. Kita harus melibatkan ilmu, sains, dan teknologi.

Modernisasi, menurut Gerson Poyk, adalah jika orang tua kita menghitung sektor dan segmen kebun dengan tali dan jari, kita menghitung dengan komputer (program Microsoft Office Excel). Nenek moyang kita memakai cangkul, kita memakai traktor. Kita tidak perlu menjadi orang daerah saja, tetapi harus juga menjadi orang Indonesia dan warga dunia. Itu pula sebabnya, roh dari sastra  dia adalah  sastra humanisme universal. "Dimulai dari absurs walls, diselesaikan dengan moral rebel, moderation".

Sejumlah karya Gerson Poyk dengan setting NTT dapat kita jumpai dalam cerpen, Kain Tenun, Batu Ginjal, Matias Akankari, Sepasang Mata Ibu, Kabut Rendah Dataran Tinggi, Joki Ulung dan masih banyak lagi. Dia telah pergi tetapi pesannya sungguh jelas, bahwa kita boleh memiliki banyak kearifan lokal yang bisa kita angkat dalam berbagai teks sastra dan drama. Tetapi itu tidak boleh mengkooptasi kita ke dalam faham kedaerahan (juga SARA) yang pada gilirannya mengoyak tenun kebangsaan kita.

Bernama lengkap Herson Gubertus Gerson Poyk, lahir di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur pada 16 Juni 1931. Dia dikenal luas di panggung sastra Indonesia melalui karya-karyanya berupa cerita pendek maupun novel yang menjadi rujukan dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Antara lain "Sang Guru" dan "Di Bawah Matahari Bali. Mengawali karier kepenulisannya sejak 1950, berbagai penghargaan pernah di terimanya, seperti dari Majalah Horison, Piala Adinegoro (PWI), Southeast Asia Write Award 1982, Lifetime Award dari Harian Kompas.

Hingga masa tuanya, ia masih terus menerbitkan karya. Antara lain "Meredam Dendam, " Tarian Ombak" serta "Sang Sutradara" dan "Wartawati Burung. (Yohanes Mamun,
Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang)

 
Sumber: Opini Pos Kupang 28 Februari 2017 hal 4

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes