Pesona Kefamenanu

Durasi kehidupan malam terasa lebih lama. Rumah makan tersebar di beberapa tempat. Pilihan menu pun bervariasi. Satu hal yang membuat girang, ada menu kuah ikan asam dan ikan bakar. Makanan kesayangan saya.

Di warung pinggir jalan kita berhak pilih sendiri jenis ikan, umumnya  masih segar dalam kotak khusus berisi es batu. Baru sekali mati, kata empunya rumah makan melukiskan kondisi ikan.

Sungguh malam itu beta melihat wajah Kefamenanu yang sudah jauh berubah. Ya, setelah lima tahun beta kembali ke ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara tersebut di penghujung Februari 2024.

Saya ke sana bersama dua rekan dari Harian Pos Kupang, Paul Kopong Burin dan Kristanto Bisilisin. Kami ke sana untuk silaturahmi dengan mitra kerja di Kefa.

Terakhir saya ke Kefa 27 Januari 2019, juga bersama kolega dari Pos Kupang dalam perjalanan silaturahmi termasuk ke Belu dan Malaka.

Sesudah itu saya ke Pulau Dewata menunaikan tugas dari pemimpin Tribun Network di Harian Tribun Bali sampai Oktober 2021. 

Selanjutnya saya bergeser ke Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di nusa molek berkat keanggunan Gunung Rinjani itu, beta bantu merintis lahirnya portal berita ke-60 Tribun Network bernama TribunLombok.com.

Kembali ke Kefa - sapaan populer Kefamenanu - merupakan kerinduan lamaku yang akhirnya terwujud pada 26 dan 27 Februari 2024.

Kota ini lama nian bukanlah favorit di Timor Barat. Orang lebih kuat  mengingat Kota Kupang dan Atambua sebagai jantung dan barometer kemajuan Indonesia di Timor.

Dulu Kefa hanya tempat transit. Banyak orang cuma mampir sejenak manakala letih menghampiri dalam perjalanan Atambua-Kupang atau sebaliknya. 

Kala malam menjelang, Kefa lekas amat menuju peraduan. Tak banyak aktivitas yang memaksa pemilik toko dan atau rumah makan bertahan sedikit lebih lama.

Hari ini Kefa telah berubah. Tuan dan puan tak perlu cemas bila baru keluar dari rumah atau penginapan untuk makan malam di atas pukul 21.00 Wita. Niscaya anda tidak kelaparan.

Mengapa Kota Kefamenanu berubah? Faktor pemicu kemajuan Kota Kefa tentunya tidak tunggal. Tapi menurut beta,  ada satu fakta paling menonjol yaitu kehidupan kampusnya yang luar biasa pesat.

Saat ini tercatat lima perguruan tinggi di Kota Kefamenanu (sumber https://datapendidikan.com/perguruan-tinggi/kab/timor-tengah-utara).

Kelima kampus tersebut yaitu  Universitas Timor (Unimor) yang beralamat di Jalan El Tari, Km 9 Kelurahan Sasi,  Kecamatan Kota Kefamenanu. 

Kedua, Akademi Kebidanan Santa Elisabeth Kefamenanu di Jl. El Tari Km 9 Kecamatan Bikomi Selatan.

Ketiga, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Cendana Wangi di Jl. Timor Raya Km  6, Kelurahan Tubuhue, Kecamatan  Kota Kefamenanu.

Keempat, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya Kasih di Kecamatan Kota Kefamenanu. 

Kelima, Sekolah Tinggi Pastoral St. Petrus Keuskupan Atambua yang beralamat di Jalan  El Tari,  Km 9 Desa Naiola, Kecamatan Bikomi Selatan.

Dari kelima perguruan tinggi tersebut, Unimor merupakan satu-satunya universitas negeri di Kefa. Sedangkan empat lainnya adalah perguruan tinggi swasta.

Unimor terbesar dan tersohor. Kehadiran universitas yang berdiri pada 16 Juli 2000 ini mengubah kawasan Sasi yang dulu sepi menjadi riuh ramai oleh aktivitas para mahasiswa. 

Status awal Unimor adalah perguruan tinggi swasta. Tahun 2014 berubah menjadi universitas negeri. 

Sejak saat itu  minat mahasiswa dari berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk kuliah di Unimor terus meningkat dari tahun ke tahun.

Saat ini Unimor memiliki 15 program studi yang terbagi ke dalam lima fakultas yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Sains dan Teknologi.

 Ketika saya  temui di ruang kerjanya, Selasa 27 Februari 2024,  Wakil Rektor Unimor Bidang Akademik dan Kerja sama, Dr. Yoseph Nahak Seran, S.Pd., M.Si mengatakan, Unimor siap menerima 2.700 orang calon mahasiswa baru melalui Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) tahun 2024.

 Demi  mendukung jangkauan penyebaran informasi ke sekolah dan siswa tentang SNPMB  tahun 2024, kata Yoseph Seran, panitia sudah membekali  tim sosialisasi dan promosi pada 24 Januari 2024. Kegiatan ini dibuka  Rektor Unimor Dr. Ir. Stefanus Sio, MP.

“Untuk tahun 2024, kita usulkan 2.700 orang calon mahasiwa baru. Untuk mencapai ini kita harus melakukan berbagai kegiatan. Salah satunya turun melakukan sosialisasi," kata rektor dikutip dari situs web Unimor.

Total jumlah mahasiswa Unimor sekarang  kurang lebih 12 ribu orang. Bukan angka yang kecil. Ditambah para mahasiswa dari empat perguruan tinggi lainnya, maka mahasiswa di Kota Kefamenanu lumayan banyak. 

Bisa dilukiskan Kefamenanu merupakan  kota pelajar dan mahasiswa nomor dua terbesar di Timor setelah Kota Kupang.

Keberadaan mereka memberi warna baru kehidupan warga Kota Kefa. Bisnis pemondokan, kuliner dan sebagainya tumbuh subur. Perputaran uang hari-hari  ini terjadi dalam skala lebih gemuk dan menggiurkan dibandingkan belasan tahun silam.

Kiranya itulah yang mengubah wajah Kefa lebih bergairah, anggun dan mempesona.

Pesona Kefa pun memikat hati para mahasiswa mancanegara. Menurut Yoseph Seran, Unimor memiliki mahasiswa asing sejak tahun akademik 2023-2024. "Ada sembilan orang, semuanya dari Timor Leste," kata dia.

Untuk tahun 2024 sebanyak 200 calon mahasiswa asal Timor Leste sudah menyatakan minatnya bergabung. Yos  Seran memperkirakan sekira 40 persen dari jumlah tersebut akan mewujudkan niat menjadi mahasiswa Unimor Kefamenanu. 

"Kami yakin mahasiswa asing bertambah jumlahnya tahun ini. Keberadaan mereka meningkatkan grade Unimor," ujarnya.

Bagaimana kemampuan berbahasa Indonesia? "Sebelum kuliah di Unimor mereka kursus Bahasa Indonesia di KBRI Dili," kata Yos Seran.

Begitulah tuan dan puan sekeping cerita dari Kefamenanu, kota pelajar yang bergairah di tapal batas negeri Indonesia-Timor Leste. (*)

Sumber: Pos Kupang



Pemilu yang Pilu


Oleh Dion DB Putra

PEMILU 2024 adalah pemilu yang pilu bagi seluruh rumpun keluarga Marselina Hoar. Marselina adalah Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di  TPS 07 Desa Bakiruk, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Marselina Hoar meninggal dunia setelah menjalankan tugas bersama rekan-rekannya KPPS TPS O7 Desa Bakiruk.

"Kami keluarga besar KPU Kabupaten Malaka turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya Ketua KPPS TPS 07 Desa Bakiruk," kata Ketua KPU Kabupaten Malaka, Yuventus Adrianus Bere, Jumat 16 Februari 2024.

Yuventus menyebut almarhumah Marselina Hoar sebagai pejuang demokrasi karena meninggal saat mengawal pemilihan presiden dan wakil presiden sampai pemilihan anggota legislatif.

Marselina bukan satu-satunya korban Pemilu yang pilu. Sampai artikel ini beta racik pada Sabtu siang 17 Februari 2024,  Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat 35 orang meninggal dunia setelah menjalankan tugas dalam proses penghitungan suara Pemilu 2024.

Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari menungkapkan, dari 35 orang yang meninggal dunia, 23 di antaranya anggota adalah KPPS termasuk Marselina. 

Hasyim mengatakan, selain anggota KPPS, tiga orang panitia pemungutan suara (PPS) dan sembilan petugas perlindungan masyarakat (linmas) juga wafat setelah bertugas di Pemilu 2024. 

Selain meninggal dunia, KPU mencatat 3.909 petugas yang sakit seusai mengawal penghitungan suara. Mereka yang sakit terdiri dari 119 panitia pemilihan kecamatan (PPK), 596 PPS, 2.878 KPPS dan 316 anggota linmas. 

Tuan puan dan beta tentu berharap senada. Jangan tambah lagi korban jiwa gara-gara Pemilu 2024. Cukup sudah 35 orang yang meninggal dunia di seantero Nusantara. Angka itu pun sudah merupakan tragedi, betapa pesta demokrasi di ini negeri selalu meninggalkan luka dan air mata. 

Sistem pemilu kita masih lumayan rumit. Untuk Pilpres dan Pileg serentak, petugas di TPS bekerja lebih dari 16 jam bahkan hampir 24 jam nonstop. Mana mampu fisik manusia bertahan selama itu?

Kita memang telah sedikit belajar dari prahara Pemilu 2019  yang menelan korban jiwa mengerikan yaitu sebanyak 894 orang, dan 5.175 petugas jatuh sakit. 

Petugas penyelenggara di TPS Pemilu 2024 umumnya anak muda. Namun, pekerjaan administratif yakni merekap data suara secara manual pada sejumlah formulir butuh konsentrasi tinggi dan tenaga ekstra. 

Bekerja semalam suntuk

Bukan sekali dua beta menyaksikan pekerjaan KPPS yang melelahkan. Selama  era reformasi, setidaknya empat kali Tempat Pemungutan Suara (TPS) berada persis di depan rumah beta.

Rumah cilik di Perumahan Lopo Indah Permai atau warga Kota Kupang lebih doyan menyebutnya perumahan BTN Kolhua, Kecamatan Maulafa.

Rumahku terletak di tengah Blok W, berdampingan dengan kediaman ketua RT Nikolaus N Kuba.

Mungkin lantaran letaknya semacam itu sehingga sejak Pemilu 2014, TPS didirikan di depan rumah kami berdua.

Pada Pilpres dan Pileg 2024 ini TPS 13 Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa Kota Kupang berdiri di depan rumah beta dan Nikolaus Kuba.

KPPS dipimpin Agustina Sepang yang rumahnya cuma selemparan batu dari beta. Anggota KPPS anak-anak muda di perumahan Lopo Indah. Separuhnya  baru tamat kuliah. Energik. Antusias dan semangat tinggi.

Meski demikian kelelahan mulai tampak di wajah mereka pada Rabu larut malam 14 Februari 2024. 

Bayangkan saja. Mereka sudah siaga di TPS 13 sejak pukul 06.00. Pukul 07.00 WITA mengucapkan sumpah dan janji dipimpin Agustina. Setelah itu mulai melayani para pemilih yang berdatangan ke TPS.

Pukul 08.13 WITA hujan deras melanda Kolhua selama hampir satu jam. Di Hari Kasih Sayang itu hujan bermurah hati untuk bumi Timor, dia datang silih berganti sampai malam. 

Petugas benar-benar bekerja dalam tekanan cuaca yang kurang bersahabat. 

Semula beta menduga pekerjaan mereka akan berakhir sekira pukul 01.00 atau 02.00 dini hari Kamis, 15 Februari 2024.

Dugaanku keliru besar. Agustina dan kawan-kawan baru rampung bekerja pada sekira pukul 10.20 WITA, Kamis 15 Februari 2024.

Tuan dan puan bisa hitung sendiri berapa jam yang mereka lalui tanpa henti (kecuali istirahat makan dan atau ibadah) untuk merampungkan semua data pemilih. Pemilu Indonesia sungguh menguras energi.

Syukur kepada Tuhan semua petugas di TPS 13 Kolhua Kupang tetap sehat walafiat. Tak ada hal serius yang menimpa mereka.

Beda dengan rekan-rekannya di TPS lain yang sampai jatuh sakit bahkan meninggal dunia. Demokrasi tak luput dari tangis dan air mata.

Begitulah sekelumit kisah Pemilu 2024 yang pilu. Bagi yang unggul dan nanti diumumkan sebagai pemenang tak perlu jemawa. Bersukaria silakan. Overdosis jangan. 

Pihak yang kalah atau sukses tertunda, mari berlapang dada. Bak pertandingan sepak bola selalu ada yang menang dan kalah.  

Sejujurnya sistem pemilu kita masih jauh dari ideal. Tak elok pura-pura menutup telinga untuk mendengar riuhnya suara curang di mana-mana. Belum lagi soal pelanggaran etika yang sebagian orang anggap biasa-biasa saja. 

Seorang netizen bertanya lirih, adakah hal baik yang dihasilkan dari pelanggaran demi pelanggaran? Wallalualam. (*)

Sumber: Pos Kupang



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes