Messi bukan Messiah

Lionel Messi
RAUT kecewa tak bisa disembunyikan dari wajah Lionel Messi. Di bangku cadangan tim nasional Argentina, ia duduk terperangah dengan sorot mata duka. Sekilas, terlihat air mata menetes di kedua sudut matanya.

Messi tak bisa menahan tangis. Bintang Barcelona yang telah memenangi semua gelar di level klub, plus raihan lima kali trofi Ballon d'Or itu kembali gagal membawa negaranya menjadi juara. Padahal segala cara sudah ia lakukan. Mulai dari membangkitkan semangat rekan-rekan setimnya, hingga nazar tak akan memotong janggut. Ya, pemain yang digadang-gadang sebagai terbaik sepanjang masa itu bahkan sampai percaya tahayul demi sebuah piala.

Namun, Messi ternyata memang bukanlah Messiah (juru selamat). Untuk kali keempat, ia gagal di partai final saat membela negaranya. Di final Copa America Centenario di MetLife Stadium, New Jersey, Amerika Serikat, Senin (27/6/2016), Argentina takluk dari Cile melalui drama adu penalti.

Tak hanya gagal mengantar negaranya menjadi juara, Messi juga disorot karena gagal sebagai algojo adu penalti. Padahal ia dipercaya sebagai penendang pertama. Laga Argentina kontra Cile ini dilanjutkan sampai adu penalti lantaran kedua tim tak mampu mencetak gol hingga waktu normal dan babak tambahan berakhir.

Di babak tos-tosan ini, Cile lebih beruntung karena hanya satu penendang yang gagal yakni Arturo Vidal. Sementara di kubu Argentina, selain Messi ada Lucas Biglia yang juga gagal melakukan tugasnya. Kekalahan ini memperpanjang catatan buruk Messi saat tampil bersama Argentina. Sejak debut pada 2005 silam, ia gagal di final Copa America 2007, final Piala Dunia 2014, final Copa Amerika 2015, dan terakhir final Copa America Centenario 2016.

Pada Copa America 2007, Messi tak mampu meraih gelar juara yang sudah di depan mata karena Argentina kalah 0-3 dari Brasil di babak Final. Ketika menjadi tuan rumah empat tahun berselang, Argentina juga tak mampu meraih gelar juara. Messi dan kawan-kawan hanya mampu melaju hingga babak perempatfinal sebelum dikalahkan Uruguay dalam drama adu penalti.

Nasib buruk Messi bersama negaranya kembali terjadi pada Copa America 2015. Walau berhasil membawa Tim Tango hingga ke final, Messi kembali harus puas dengan status runner-up setelah kalah dari tuan rumah Cile dengan skor 1-4 di babak adu penalti. Bukan hanya di pentas Copa America, ketidakmampuan Messi membawa trofi juara untuk Argentina juga terjadi di Piala Dunia 2014. Messi dkk harus mengakui keunggulan Der Panzer dengan skor tipis 1-0 di babak final.

Seiring dengan rentetan kegagalannya, dalam suasana bersedih Messi memutuskan pensiun dari timnas Argentina. Menurutnya Argentina tim yang "bukan tercipta untuknya. Ini bukan takdir kami. Ini final ketiga kami secara beruntun. Kami sudah berusaha. Ini sangat sulit, ini masa-masa sulit untuk dianalisis. Di ruang ganti, saya berpikir bahwa ini sudah selesai untuk saya. Tim ini bukan untuk saya," kata Messi seperti dikutip dari akun Twitter resmi Argentina.

Keputusan pensiun Messi ini terbilang mengejutkan, karena saat ini ia baru berusia 29 tahun.  Sejak 2005 memperkuat timnas Argentina, Messi telah mengoleksi 113 caps dan menjaringkan 55 gol. Ia tercatat sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Argentina, mengalahkan torehan Gabriel Batistuta yang mengoleksi 54 gol.

Sahabat Messi di timnas Argentina, Sergio Aguero, menyebut Messi memang jadi pemain paling terpukul atas kekalahan ini. "Leo yang paling terpukul di antara kami semua. Dia sudah melakukan segalanya untuk menang, tapi dia tak bisa meraihnya," ucap Aguero seusai pertandingan. "Saya tidak pernah melihatnya seperti ini di ruang ganti," lanjut Aguero di akun Twitter resmi Argentina.

Aguero juga mengatakan selain Messi, beberapa pemain juga berpikir pensiun dari tim Tango. Javier Mascherano, Angel Di Maria, Ezequiel Lavezzi, Gonzalo Higuain, dan Lucas Biglia disebut-sebut akan pensiun.

Di sisi lain, pelatih Argentina, Gerardo "Tata" Martino justru menolak mundur sebagai nakhoda tim Tango. Martino mengatakan, timnya seharusnya bisa mendulang gol dalam waktu normal. "Argentina seharusnya memenangi laga ini dalam 90 menit. Namun para pemain telah bermain bagus untuk lolos ke final dan harus bisa move on. Sekarang semua terasa berat dan sulit, tetapi setiap atlet bagus pasti akan bangkit," tuturnya lagi.

Dari kubu Cile, pelatih Antonio Juan Pizzi menyebut kesuksesan timnya  kali ini karena skenario permainan berjalan dengan sempurna. "Saya sangat senang dengan hasil ini. Semua pemain bersuka cita. Amat sulit untuk menjadi juara di level ini," kata Pizzi seperti dikutip Bein Sports. Selain menjadi juara, Cile juga mendominasi penghargaan individu di turnamen kali ini. Tercatat ada tiga dari empat gelar penghargaan bagi para pemain yang direbut penggawa Chile. Ketiga penghargaan itu adalah bola emas, sepatu emas, dan sarung tangan emas.

Penghargaan bagi pemain terbaik di Copa America Centenario atau bola emas, resmi menjadi milik Alexis Sanchez yang tak pernah absen di setiap pertandingan Cile. Sementara Claudio Bravo meraih sarung tangan emas karena kepiawaiannya menjaga gawang La Roja. Dominasi Cile dilengkapi  raihan Eduardo Vargas. Penyerang Hoffenheim itu menyabet gelar pencetak gol terbanyak. Vargas sukses melesakkan enam gol ke gawang lawan-lawannya, sehingga pantas dianugerahi sepatu emas. 

Satu-satunya gelar yang luput dari genggaman Cile adalah Fair Play Award.  Penghargaan tersebut menjadi milik Argentina yang dinilai bermain bersih sepanjang turnamen. (tribunnews/dod)

Sumber: Pos Kupang 28 Juni 2016 hal 1

WALHI NTT Sodorkan 4 Mandat Selamatkan Lingkungan

Pimpinan Walhi NTT di Redaksi Pos Kupang
KUPANG, PK -Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Daerah Nusa Tenggara Timur sangat peduli terhadap penyelamatan lingkungan hidup. Untuk itu, WALHI NTT menyodorkan empat mandat kepada para pihak agar turut serta memelihara alam. WALHI mengilustrasikaan, jika tanah adalah daging, maka air adalah darah, gunung batu sebagai tulang, dan hutan sebagai kulit dan rambut. Merusak alam sama dengan merusak tubuh manusia.

Demikian benang merah diskusi terbatas antara Direktur WALHI NTT, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi, dengan dewan redaksi Harian Pagi Pos Kupang, Senin (27/6/2016).

Umbu menyebut empat mandat itu, yakni: pertama,  pemimpin muda yang berwawasan lingkungan, disadari bahwa lingkungan kalau rusak akan menimbulkan bencana, sehingga  WALHI  akan menciptakan aktor yang peduli. Kedua, agar kampanye yang berbunyi NTT sebagai Provinsi Kepulauan itu benar-benar tergambar lewat pengembangan potensi-potensi budaya alam bersama pemerintah. Ketiga,  menjadikan NTT = Nusa Tanpa Tambang. Keempat, konsolidasi pulau-pulau karena NTT Provinsi Kepulauan.

Terhadap keempat mandat terssebut, Pemimpin Redaksi Harian Pagi Pos Kupang, Dion DB Putra, mengapresiasi positif.  Dion menegaskan, Pos Kupang tidak menolak adanya investasi dengan memanfaatkan lahan yang ada, tetapi investasi itu hendaknya tetap menyelamatkan lingkungan. Investasi tidak boleh merusak alam yang merupakan rumah kehidupan.
Adapun program konkret dari WALHI NTT, selain membentuk kelompok-kelompok terkait penyelamatan lingkungan alam, WALHI juga mengadakan event pemilihan Kader Lingkungan dan Sahabat Lingkungan.

Umbu Paranggi mengungkapkan, pihaknya akan mengadakan pertemuan tahunan WALHI untuk membahas lingkungan. Dirinya berharap Pos Kupang ikut membantu menyadarkan masyarakat terkait penyelamatan lingkungan melalui pemberitaan.

Terhadap tawaran ini, Pemred Pos Kupang, Dion DB Putra menyambut positif. Menurut Dion, Pos Kupang akan membangun komunikasi bersama WALHI dengan saling share informasi untuk diberitakan dan  WALHI menjadi news maker. (ee)

Sumber: Pos Kupang 28 Juni 2016 hal 2

Aparatur Humas di NTT Butuh Sosialisasi dari Dewan Pers

Semuel Pakereng (ketiga dari kiri)
POS KUPANG.COM, LABUAN BAJO  -  Aparatur humas pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) membutuhkan sosialisai dari Dewan Pers tentang kerja sama dengan  media massa. Sosialisasi tersebut melibatkan Bappeda, Unit Keuangan  (Dinas PPKAD), Inspektorat,  pihakKepolisian dan Kejaksaan.

Demikian salah satu butir rekomendasi yang disepakati dalam rapat kerja (raker)  dan bimbingan teknis (bimtek) kehumasan bagi aparatur humas dan protokol kabupaten/kota se-NTT di Hotel Luwansa, Labuan Bajo,  Kabupaten Manggarai Barat 21-24 Juni 2016.

"Forum raker dan bimtek ini menyepakati 11 poin kesepakatan yang segera ditindaklanjuti baik oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota di NTT," kata Kepala Biro Humas Setda Provinsi NTT, Drs. Semuel D Pakereng, M.Si di Labuan Bajo, Jumat (24/6/2016).

Semuel lebih lanjut menyebutkan 11 poin rekomendasi. Pertama, aparatur humas dan protokol sepakat  melakukan koordinasi untuk sinkronisasi program, kerja sama kelembagaan dan sharing kegiatan dalam membangun dan meningkatkan perannya. Kedua, kegiatan raker kehumasan  sebagai wahana koordinasi, sinkronisasi program kegiatan perlu dilakukan secara berkelanjutan dan bergilir sesuai kesepakatan.

Ketiga, melaksanakan kehumasan demi peningkatan kompetensi aparatur humas dan protokol sesuai dengan topik yang diperluka antara lain intelejen, public relation, multimedia, jaringan  website serta etika jurnalistik. Keempat,  raker kehumasan tahun 2017 akan dilaksanakan di Kabupaten Alor.

Kelima, eksistensi humas dan protokol supaya dipadukan menjadi satu bagian integral dan tidak terpisahkan. Keenam, membangun kemitraan dengan insan pers baik  media cetak, elektronik maupun online untuk memberikan informasi atau publikasi yang menyejukkan masyarakat.

Ketujuh, perlunya sosialisasi Dewan Pers di tingkat provinsi, kabupaten/kota tentang kerja sama dengan media melibatkan Bappeda, unit keuangan (Dinas PPKAD), inspektorat, kepolisian dan kejaksaan. Kedelapan, daerah tuan rumah sebagai penyelenggara agar terlibat aktif menyukseskan kegiatan raker kehumasan.

Kesembilan, untuk evaluasi penyelenggaraan kegiatan kehumasan, perlu menghadirkan Satgas Advokasi Media pada raker kehumasan tahun berikutnya. Kesepuluh, perlunya Dewan Pers mengeluarkan pemberitahuan berkala kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota se-NTT tentang media dan wartawan yang legal bekerja sama. Kesebelas, menghadirkan bagian humas Sekretariat DPRD Provinsi NTT dan kabupaten/kota dalam raker kehumasan tingkat provinsi. (osi)


Sumber: Pos Kupang 25 Juni 2016 hal 15

Dion DB Putra: Banyak Hak Nara Sumber Diabaikan

Dion DB Putra (kedua dari kiri)
LABUAN BAJO, PK -Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTT, Dion DB Putra, mengatakan, selama ini di NTT banyak hak nara sumber yang diabaikan sendiri oleh nara sumber tersebut dalam hal pemberitaan di media massa.

"Kalau pemberitaan itu tidak berimbang bisa diadukan ke Dewan Pers. Dewan Pers diakui oleh negara untuk mengadili dalam konteks pekerjaan pers. Dewan Pers bisa memberi teguran bila ada media yang terbukti tidak berimbang dalam pemberitaan," kata Dion saat menjadi nara sumber dalam Rapat Kerja dan Bimbingan Teknis Kehumasan bagi Aparatur Bagian Humas/Protokoler Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT  di Hotel Luwansa Labuan Bajo, Selasa (22/6/2016).

Dikatakannya, sesuai Undang-undang Pers, nara sumber juga berhak mengajukan hak jawab atau hak koreksi bila merasa ada yang salah dari pemberitaan. Nara sumber juga berhak diam terhadap pertanyaan wartawan kalau tidak yakin dengan kredibilitas wartawannya. "Selama ini banyak hak nara sumber yang diabaikan," kata Dion.
Sejumlah peserta yang hadir saat sesi tanya jawab mengeluhkan pemberitaan media akhir-akhir ini yang terkesan tidak berimbang dan mengabaikan konfirmasi. Selain itu, banyak wartawan yang hanya mengandalkan kartu persnya.

"Di daerah kami ada wartawan yang setiap hari selalu bersama kami dan meliput kegiatan kami. Tetapi beritanya tidak pernah ada," kata Germanus dari Kabupaten Sikka.

Keluhan senada disampaikan peserta lainnya,   Sipri dari Kabupaten Manggarai, Agus dari Kabupaten Manggarai Timur dan peserta dari Malaka, Kupang dan sejumlah daerah lainnya.

Mereka juga mengeluhkan media massa yang terlalu berorientasi bisnis sehingga sering kali terkesan melindungi orang tertentu yang dianggap sebagai pemberi upeti.
Menanggapi keluhan itu, Dion mengatakan, pada Undang-undang Pers, media juga merupakan institusi bisnis tetapi semuanya dijalankan pada etika yang telah ditentukan.

Sementara Kepala Biro Humas Setda NTT, Semuel D Pakereng, mengatakan, semua aparatur bagian humas/protokoler di tingkat kabupaten/kota se-Provinsi NTT akan difasilitasi Biro Humas Provinsi NTT untuk mendapatkan penjelasan dari Dewan Pers berkaitan dengan jalinan kerja sama antara pemerintah kabupaten/kota dengan media massa tertentu.

Pakereng meminta bagian humas agar berhati-hati dalam menjalin kesepakatan kerja sama dengan media tertentu dalam konteks pemberitaan di daerah bersangkutan.
"Kami akan fasilitasi untuk mendatangkan Dewan Pers berkaitan dengan kerja sama antara pemerintah kabupaten/kota dengan media tertentu. Berkaitan dengan kerja sama dengan media," kata Samuel di hadapan para aparatur bagian humas dari kabupaten/kota.  (ser)

Sumber: Pos Kupang 24 Juni 2016 hal 12

KPPU Terus Bermitra dengan Media Massa

M Nawir Messi (kiri)
KUPANG, PK - Komisioner Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), M.Nawir Messi mengatakan akan terus mengembangkan pola hubungan kemitraan dengan media dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang kinerja komisi ini.

"Kemitraan ini bukan dengan maksud media hanya menulis hal yang positif saja, namun silakan memberi kritik kepada KPPU," kata Nawir ketika melakukan pertemuan dengan para wartawan di Redaksi Pos Kupang, Jumat (17/6/2016).

Karena itu mantan Ketua KPPU ini meminta Kepala Perwakilan Daerah (KPD) KPPU Surabaya, Aru Armando  yang membawahi beberapa provinsi termasuk NTT, untuk lebih sering ke Kupang. Permintaan komisioner ini semata agar awak media dari hari ke hari dapat memahami dan mengambil bagian dalam kerja besar KPPU ini.

Semakin banyak pertemuan dengan media kata dia, maka intensitas penulisan akan semakin banyak dan berkualitas. Mendengar permintaan itu Aru Armando mengatakan siap dan akan sesering mungkin  ke NTT. Ia mengatakan, sebulan lalu pihaknya bersama Ketua Umum KPPU, M Syarkawi melakukan pertemuan di Hotel Sotis Kupang dengan insan pers yang difasilitasi PWI NTT. Pada pertemuan itu banyak hal yang dipercakapkan termasuk sharing.

Pemimpin Redaksi Harian Pagi  Pos Kupang, Dion DB Putra pada pertemuan itu menyampaikan terima kasih kepada KPPU yang terus melakukan sosialisasi terhadap lembaga ini. Pemred Dion mengatakan, komisi ini sama derajat dengan KPK, Komnas HAM dan komisi-komisi independen bentukan negara lainnya. Yang menjadi soal kata Dion, para wartawan karena kurang paham  sehingga tak memberi banyak porsi pemberitaan yang proporsional.

Sesungguhnya isu tentang pengawasan persaingan usaha ini "seksi" hanya saja kurang penggalian materi.  (pol)

Sumber: Pos Kupang 18 Juni 2016 hal 6

Bidan Ketakutan Melihat Darah

ilustrasi
KOORDINATOR Tim Pembina Audit Maternal Perinatal Nusa Tenggara Timur (NTT), dr. Laurens Paulus, S.POG mengungkapkan fakta yang cukup mengejutkan. Tim yang dipimpinnya menemukan fakta sejumlah bidan di beberapa daerah yang lari ketakutan  saat melihat darah ibu hamil yang ditolongnya.

"Kami menemukan bidan yang lari saat persalinan di desa-desa. Saya tahu langsung dari sekretaris daerah dan kepala dinas kesehatan kabupaten. Setelah diusut ternyata bidan itu tidak pernah menolong persalinan secara mandiri, makanya desa itu sering ditinggal bidannya. Itu masalah serius," ujar dr. Laurens Paulus, S.POG kepada Pos Kupang, Jumat (27/5/2016) lalu.

Kisah tragis terkait peran bidan di desa  pun dialami seorang ibu di Desa Nanga Kantor Barat, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat medio Mei 2015.  Sekitar pukul 04.00 Wita, suara tangisan bayi memecah kesunyian desa itu. Walau bayinya telah lahir dengan selamat, tetapi ari-arinya tertinggal di rahim ibu.

Di sinilah awal petaka itu. Keluarga panik karena darah terus mengucur. Anggota keluarga  pun memanggil bidan PTT yang bertugas di desa itu. Ternyata sang bidan tidak berada di tempat. Sementara pendarahan terus terjadi pada ibu itu.

Pada pukul 06.00 Wita pagi itu, ibu tadi dilarikan ke Puskesmas Bari oleh keluarganya. Mereka menempuh perjalanan selama dua jam. Pendarahan terus terjadi hingga tiba pukul 08.00 Wita di Puskesmas Bari. Petugas langsung memberikan bantuan medis namun hanya sesaat karena ibu itu meninggal dunia karena kehabisan darah. Kisah ini dituturkan kembali Pengelolah Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Mabar, Lili Pujiastuti kepada Pos Kupang, Selasa (7/6/2016) lalu.

Berbagai kisah tragis itu sangat disesali dr. Laurens. Sikap kita pun sama.
Kenyataan semacam ini hendaknya tidak dianggap sepele. Peran bidan sangat menentukan guna menekan tingginya angka kematian ibu dan anak di NTT. Bidan yang takut lihat darah mestinya menjadi cermin bening bagi para pemangku kepentingan agar menjadikan kualitas SDM bidan sebagai syarat mutlak.

Para pengelola lembaga pendidikan perlu refleksi diri apakah sudah melahirkan bidan yang profesional atau sekadar berijazah bidan. Jangan sampai cuma mengejar jumlah lulusan sambil mengabaikan mutunya. Pemerintah daerah pun kiranya tidak asal- asalan merekrut tenaga bidan tanpa menguji kompetensinya.

Data kematian ibu dan bayi yang diungkap Dokter Laurens juga mencengangkan.
Dalam kurun waktu Januari-April 2016  jumlah ibu yang meninggal dunia saat melahirkan 54 orang. Pada tahun 2015 lalu jumlah ibu yang meninggal saat melahirkan mencapai 174 orang di seluruh NTT sedangkan bayi yang meninggal dunia 1.200 orang.  Kematian yang sedemikian banyak bahkan bukan dianggap sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa). Beginilah wajah pembangunan kesehatan NTT.

Bukan menyalahkan siapa-siapa. Mari kita cari solusi  melalui aksi konkret. Tidak cukup lagi sekadar berkata-kata.*

Sumber: Pos Kupang 10 Juni 2016 hal 4

Ketua Dewan Pers: Hati-hati Memilih Nara Sumber

Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo (kir)
KUPANG, PK-- Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo mengatakan, media harus berhati-hati  dalam memilih nara sumber (pengamat) dalam membahas satu masalah yang diwartakan dalam media baik itu televisi maupun surat kabar.

Demikian Yosep Adi Prasetyo saat dialog antara Tim Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan jajaran redaksi Harian Pagi Pos Kupang, Rabu (15/06/2016). Pertemuan itu difasilitasi Ketua Bidang Pemberdayaan Media Massa, Hubungan Masyarakat dan Sosialisasi, Simon Petrus Nilli, SP.

Menurut Prasetyo yang biasa disapa Stenly,  kehadiran pengamat dalam mengulas satu masalah, harus memiliki kompetensi dibidangnya agar tidak salah melakukan kesalahan analisis terhadap peristiwa yang terjadi.

Untuk meminimalisir kesalahan dalam pemberitaan media terhadap masalah terorisme, ujar Stenly, Dewan Pers telah memgesahkan satu pedoman (buku saku) bagi para pimpinan media untuk menjadikannya sebagai pedoman dalam pemberitaannya.

Stenly menegaskan, pedoman ini juga diperlukan untuk meminimalisir berbagai praktek abal abal yang dilakukan para jurnalistik. "Masih ada jurnalis yang tidak memahami kode etik, berperilaku memeras nara sumber, menakut-nakuti orang lain yang sebenarnya tidak jauh dari mental terorisme itu sendiri," katanya.

Anggota Majelis Etik AJI Indonesia, Willy Pramudya mengatakan, dirinya diundang BNPT untuk menyusun modul pedoman peliputan terorisme. Awalnya lahirnya modul itu (buku saku) mengacu pada peristiwa bom Thamrin Jakarta 15 Januari 2016
Setelah peristiwa bom Thamrin itu, kata Willy, ada tujuh stasiun TV dan radio yang mendapat teguran karena melakukan fabrikasi pemberitaan yakni menyiarkan berita yang tidak berdasarkan fakta.

Pemimpin Redaksi (Pemred) Harian Umum Pos Kupang, Dion DB Putra mengatakan, pencerahan tentang jurnalistik yang berkaitan dengan pemberitaan terorisme secara regional harus dimulai dari pimpinan.

Dion mengatakan, selama ini Pos Kupang sudah mewartakan secara umum  berbagai kejadian di NTT termasuk pemeritaan tentang terorisme. Namun, diakuinya, pemberitaan yang dimaksud  belum  membidik dan mengemas secara khusus masalah terorisme yang bernuansa edukasi kepada masyarakat NTT.

NTT, lanjut Dion, bukan hanya sekadar propinsi transit para terorisme ke daerah lainnya. NTT, saat ini sudah menjadi tempat tinggal para terorisme.
Dion mencontohkan, salah satu kasus di Labuhan Bajo Kabupaten Manggarai Barat. Penangkapan salah satu kelompok jaringan Santoso, di Labuan Bajo merupakan bukti bahwa NTT bukan hanya menjadi daerah transit terorisme. Pos Kupang telah menyajikan berita apa adanya sesuai fakta yang terjadi.

Dion merespon kehadiran Tim FKPT untuk memberikan pencerahan tentang pedoman pemberitaan terorisme yang menjadi misi Dewan Pers ke NTT. Sebagai pimpinan harus menerima pencerahan lebih awal,  agar bisa menulari konsep pemberitaan Terorimes kepada tim kerjanya

Sementara Ketua Bidang Pemberdayaan Media Massa, Hubungan Masyarakat dan Sosialisasi BNPT, Simon Petrus Nilli, SP mengatakan, terorimes merupakan isu nasional dan internasional yang marak terjadi.

Secara regional, ujar Simon, NTT belum memiliki forum untuk mengantisipasi masalah tersebut. Oleh karena itu,  FKPT NTT dibentuk dengan  bidang kerjasama antara lain pemuda, kemasyarakat, isu media yang secara khusus membidik masalah terorisme. Tujuannya, agar pers memiliki pedoman khusus untuk meliput masalah  terorisme yang terjadi di daerah. (osa)

Sumber: Pos Kupang 16 Juni 2016 hal 3

Pentingnya Pedoman Meliput Soal Terorisme

Dion DB Putra (kiri)
KUPANG, PK--Posisi NTT sebagai propinsi kepulauan dan berbatasan dengan dua negara menjadi daerah rentan masuknya teroris dan faham radikal. Untuk itu, perlu ditingkatkan kewaspadaan terhadap berbagai ancaman teroris dan faham radikal yang akan masuk ke NTT.

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya menyampaikan hal itu dalam sambutannya yang dibacakan Asisten I Setda NTT, Yohana Lisapally saat membuka diseminasi pedoman peliputan terorisme, di Hotel Neo Kupang, Kamis (16 /6/2016) pagi.

Desiminasi digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme bekerjasama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme NTT diikuti pimpinan media di NTT, wartawan, tokoh agama, tokoh masyarakat, mahasiswa dan tokoh pemuda.

Menurut Gubernur Frans Lebu Raya, rentannya teroris masuk NTT terbukti dengan tertangkapnya salah satu anggota teroris jaringan Santoso, Syaefudin di Labuan Bajo, Manggarai Barat beberapa waktu lalu. Kondisi itu menunjukkan jaringan terorisme sudah bergeser di NTT .

Untuk mencegah masuknya terorisme dan paham radikalisme, kata Gubernur Frans, perlu dukungan dari seluruh pihak. Ditingkat bawah, Gubernur meminta masyarakat mewaspadai dan segera melaporkan ke RT bila ada orang baru yang mencurigakan.


Bagi Gubernur, pencegahan melawan terorisme dan radikalisme akan berhasil manakala keduanya dijadikan musuh bersama oleh semua pihak.  Termasuk peran pers menyajikan informasi tentang terorisme dan radikalisme dengan tidak menyudutkan agama dan etnis tertentu akan membantu memberangus kedua persoalan itu.

"Media juga bisa menghambat pergerakan terorisme dalam pemberitaan. Untuk itu, berita harus seimbang dan akurat agar  dengan tidak mendiskriminasikan  terhadap salah satu agama tertentu," ungkap Gubernur Frans Frans Lebu Raya.

Direktur Intelkam Polda NTT, Kombes Pol Musa Tampubolon menyatakan ada beberapa faktor sehingga NTT rentan terorisme dan radikalisme diantaranya geografis NTT yang berpulau-pulau menjadi daerah ini rentan sebagai daerah persembunyian, pelatihan dan penyebaran paham tersebut. Selain itu, NTT dekat dengan NTB yang menjadi aktivitas jaringan Santoso serta jalur perlintasan Jawa, NTB dan Sulawesi. Ia juga menyebutkan beberapa daerah di NTT memiliki keahlian merakit senjata api rakitan dan bahan peledak.

Musa mengatakan, polisi tidak gampang menjerat kelompok radikal dengan tuduhan pidana. Butuh bukti untuk tindak tangkap kelompok radikal. Apalagi kelompok radikal rata-rata militan mengetahui bagaimana bisa lepas dari jeratan terorisme.
Musa menambahkan saat Tour de Flores sejatinya terjadi ancaman dari kelompok teroris dari Sumbawa, NTB lantaran banyaknya peserta dari luar negeri. Namun berkat kerja keras satgas kontra radikal dan deradikalisasi Polda NTT  ancaman dapat dielemenir.


Pelanggaran Etika
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTT, Dion DB Putra, mengatakan pelanggaran etika yang luar biasa banyak dilakukan dalam penulisan tentang terorisme dan radikalisme. Kondisi itu menjadikan pemberitaan dan membuat ketakutan dan kecemasan luar biasa. 

Ia mencontohkan media di NTT memberitakan tentang bom Thamrin Jakarta dalam dua minggu yang membuat ketakutan luar biasa bagi pembaca.

Dengan adanya pedoman meliput dan menulis tentang terorisme, Dion berharap pers memiliki andil banyak mencegah terorisme dan faham radikalisme ke NTT. Untuk itu, pers di NTT harus banyak melakukan promosi nilai lokal yang positif supaya paham radikal dan teroris bisa terbendung.

Bagi Dion, rentannya NTT dimasuki teroris dan paham radikal lantaran daerah ini masih miskin dan banyak yang bodoh. Ia optimis nilai lokal bisa cegah paham radikal. Dia mencontohkan di tanah kelahirannya di  Ende ada perjanjian suci tidak boleh lakukan pertikaian antara suku Lio dan Sikka.

Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo yang biasa akrab disapa dengan Stanley memaparkan panduan meliput terorisme bagi jurnalis. Beberapa hal yang ditekankan Stanley menyatakan tidak diperbolehkan lagi siaran langsung dalam peliputan terorisme. Selain itu, media diminta tidak menceritakan detil dan memuat foto korban atau pelaku teroris yang keji. Peliputan yang berlebihan justru akan menyampaikan pesan-pesan dari teroris.

Bagi Stanley, meliput dan memberitakan terorisme bagian dari perang terorisme. Untuk itu,pers harus mengingatkan dan membantu menemukan akar terorisme yang tumbuh di masyarakat.  Pasalnya, terorisme bukan hanya masalah ideologi tapi bisa juga lantaran persoalan ketidakadilan pembangunan.

Untuk beberapa liputan menarik untuk terorisme, Stanley mencontohan berita tetang kehidupan keluarga para pelaku terorisme pasca penangkapan atau eksekusi. Selain itu, cara pendidikan dan lingkungan sosial anak anak para pelaku terorisme serta kesedihan dan ketabahan para keluarga korban. Tak hanya itu, bisa juga menulis tentang rusaknya ekonomi dan kehidupan akibat terorisme yang mampu mendorong orang  menolak semua bentuk aksi terorisme. (aly)

Sumber: Pos Kupang 17 Juni 2016 hal 2
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes