Kelimutu dan Meja

MATHEUS Meja bukan siapa-siapa sebelum kejadian 23 November 2006 itu terungkap di ruang publik. Matheus Meja hanya seorang rakyat biasa, sama seperti kebanyakan kita yang lain. Tetapi tindakan almarhum Matheus Meja kiranya menarik perhatian kita karena sarat dengan pesan moral.
Seperti diwartakan harian ini, salah seorang mosalaki (tua adat) atau pemimpin masyarakat di Desa Saga, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende tersebut ditemukan tewas di kebunnya, Kamis dinihari tanggal 23 November 2006.
Matheus Meja diduga mati bunuh diri setelah mengetahui akibat kelaiannya, hutan dalam kawasan Taman Nasional Kelimutu terbakar.Sebagian kawasan hutan Taman Nasional Kelimutu, tepatnya di Wolo Nggembe mulai terbakar pada Rabu (22/11) petang. Sumber api berasal kebun kopi milik Matheus Meja di kaki Wolo Nggembe.
Sebelum meninggalkan kebunnya, Meja membuat api unggun untuk menakut-nakuti kera yang sering merusak tanaman. Tak dinyana, api merambat dan menjilat kawasan hutan di Taman Nasional Kelimutu yang dilindungi. Kebakaran itu baru diketahui Matheus Meja dalam perjalanan pulang ke kampungnya. Ia memutuskan kembali ke kebunnya untuk memadamkan api, namun gagal dan ia sendiri tidak langsung pulang ke kampung pada malam itu juga.
Warga Desa Saga kemudian mencari dia, menyusulnya ke kebun dan mereka terkejut karena menemukan Matheus Meja sudah meninggal dunia pada Kamis (23/11) dinihari.Sejauh ini aparat kepolisian masih melakukan penyelidikan untuk memastikan sebab kematian Meja apakah sungguh bunuh diri atau karena sebab yang lain. Namun, tidak ada tanda atau petunjuk almarhum mati dibunuh. Kuat dugaan, Meja bunuh diri karena kelalaiannya menyebabkan kawasan hutan terbakar seluas 5 hektar. Luas hutan di Taman Nasional Kelimutu seluruhnya 5.000 hektar.
Peristiwa itu menarik perhatian karena kebakaran hutan sedang terjadi di daerah ini. Kebakaran terparah melanda kawasan hutan cagar alam Mutis di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) pada awal November lalu. Titik api sudah padam, namun pelaku pembakaran belum diketahui.
Kebakaran juga terjadi di Gunung Ile Ape, Kabupaten Lembata. Aparat keamanan sudah menangkap pelakunya dan sedang dalam proses hukum.Apapun alasan dan motifnya, akal sehat kita agaknya sulit menerima tindakan bunuh diri seperti yang diduga dilakukan Matheus Meja.
Toh tidak ada unsur kesengajaan yang dilakukannya. Dan, masih ada jalan lain yang bisa dia tempuh untuk mempertanggungjawabkan perbutannya itu, misalnya melalui proses hukum yang berlaku di negeri ini. Kenyataannya Meja sudah memilih caranya sendiri.
Kita ikut berduka cita dan semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan iman dan penghiburan.Bila benar almarhum memilih cara itu sebagai wujud pertanggungjawaban atas kelalaiannya yang menyebabkan sebagian kawasan hutan Taman Nasional Kelimutu terbakar, maka cara itu menebarkan pesan simbolik. Mosalaki dalam tatanan masyarakat Kabupaten Ende merupakan pemimpin yang memberi arah, menuntun dan memberi contoh.
Sebagai mosalaki, Matheus Meja tentu mengingatkan warganya untuk tidak membakar hutan. Tidak hanya berbicara tetapi harus diikuti tindakan nyata. Ketika larangan itu justru "dilanggar" oleh dirinya sendiri walaupun tanpa sengaja, Matheus Meja merasa terpukul. Respek dan simpati kita untuk almarhum.Di kala banyak orang begitu serakah menghabiskan hutan dan seluruh isinya demi tujuan ekonomis semata. Di saat eksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem lingkungan, masih ada orang seperti Matheus yang menyadari kesalahannya.
Bahkan bertindak jauh di luar perkiraan kita. Lihatlah kondisi bangsa kita. Bangsa besar dan luas ini mengirim asap ke negara tetangga saban tahun. Asap itu berasal dari kebakaran hutan dan titik api abadi di Sumatera dan Kalimantan yang tak pernah padam karena eksploitasi berlebihan. Asap itu bertiup ke utara, membuat sesak napas puluhan juta warga negara Singapura dan Malaysia.
Kita dihujat sebagai bangsa yang tidak mampu mengurus diri sendiri. Bahkan menimbulkan masalah kesehatan bagi orang lain melalui asap. Bagi kita di Nusa Tenggara Timur hendaknya disadari bahwa luas hutan kita terus menyusut secara drastis dari tahun ke tahun. Hal itu terjadi karena kelalaian kita sendiri dan rendahnya kesadaran untuk menjaga alam tetap lestari. **Salam Pos Kupang, 30 November 2006 (dion db putra)

Selamatkan Gunung Mutis

YA, kita serukan dengan suara nyaring di ruangan ini agar semua pihak mengambil langkah secepatnya untuk menyelamatkan hutan di kawasan cagar alam Gunung Mutis.
Upaya penyelamatan itu segera dilakukan, jangan ditunda lagi agar kebakaran tidak meluas dan merusak vegetasi hutan andalan di Pulau Timor tersebut.Media ini melaporkan, ratusan hektar hutan di kawasan Gunung Mutis, termasuk wilayah cagar alam di sekitar gunung itu, terbakar sejak hari Kamis (9/11) lalu. Kebakaran diperkirakan masih berlangsung.
Dinas Kehutanan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) mengidentifikasi empat titik kebakaran yakni di kawasan sekitar Desa Tune, Tutem, Kuanoel dan Desa Leloboko. Kiranya cukup jelas alasan mengapa kita menyerukan upaya penyelamatan itu selekasnya.
Mutis dan kawasannya termasuk di dalamnya bentangan perbukitan yang mengitari Timau adalah daerah tangkapan air. Belum ada data pasti tentang sumber air yang muncul dari perut perbukitan dan kawasan ini, namun sekitar puluhan, bahkan ratusan sungai bersumber dari kawasan ini. Kebakaran hutan yang menimpa Mutis adalah ancaman sangat serius bagi sumber-sumber air.
Maka kegagalan menjaga ekosistem kawasan Mutis adalah ancaman bagi Noelmina dan Benanain, dua sungai terbesar yang selama ini menjadi sumber air, bukan hanya untuk keperluan air bersih, tetapi sandaran hidup bagi ribuan petani, ternak, satwa liar dan tetumbuhan di Pulau Timor. Mutis adalah jantung kehidupan sekitar 2 juta penduduk Pulau Timor. Jika kawasan terbasah di Timor itu rusak -- mudah membayangkan dampak buruknya yang akan kita rasakan kelak.
Hari-hari ini kekeringan masih melanda wilayah Pulau Timor. Hujan sempat turun beberapa hari lalu, tetapi masih menjadi tanda tanya besar bagi kita semua apakah akan berlanjut dengan curah hujan yang semakin besar. Iklim Timor berbeda dan sangat khas dibandingan dengan kawasan lain di Propinsi NTT. Artinya, kita hanya bisa memprediksi kapan kekeringan itu akan berakhir.
Jika kita lengah mengambil langkah, maka bukan mustahil kebakaran akan kian sering terjadi dan semakin merusak ekologi kawasan Mutis dan sekitarnya.Penyebabnya kebakaran itu belum diketahui. Sebagaimana diungkapkan Kepala Dinas Kehutanan TTS, Drs. John Mella, penyebabnya masih diselidiki tim yang turun ke lokasi kebakaran 24 jam setelah peristiwa itu terjadi Kamis lalu. Prioritas saat ini adalah memadamkan titik api agar areal yang terbakar tidak semakin meluas.
Selain menghentikan amukan si jago merah, mencari penyebab kebakaran mutlak dilakukan. Sepekan sudah kejadian itu berlalu. Mudah-mudahan kita segera mendapatkan keterangan lengkap tentang penyebabnya dan bagaimana upaya pemadaman yang dilakukan instansi terkait bersama masyarakat. Sekadar menduga-duga, barangkali tidak ada unsur kesengajaan. Titik api boleh jadi berawal dari kebiasaan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung itu menyiapkan lahan untuk kebun.
Sudah menjadi tradisi masyarakat kita menyiapkan lahan dengan cara tebas bakar. Tebas pepohonan, rumput dan ilalang kemudian membakarnya. Lahan yang sudah bersih kemudian diolah sambil menanti musim hujan. Datangnya hujan menjadi awal musim tanam. Ketidakhati-hatian masyarakat saat membakar lahan mengakibatkan titik api menjalar ke kawasan lain termasuk hutan Gunung Mutis yang dilindungi tersebut. Budaya tebas bakar sudah berulang kali digugat dan dikritik.
Tidak sedikit pula langkah yang ditempuh guna meminimalisir kebiasaan tersebut. Kenyataannya tidak mudah terwujud. Sebagian besar petani kita di daerah ini masih mengandalkan cara kerja tradisional itu. Memvonis mereka salah pun bukan tindakan yang bijaksana.
Pencegahan dan pengawasan dari instansi berwenang serta semua pemangku kepentingan terkait dengan kawasan Mutis patut kita pertanyakan di sini. Jangan-jangan kita memang lengah sehingga tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran ratusan hektar hutan itu. Perlu direfleksikan cara kita bekerja, jangan- jangan masih bergaya ala pemadam kebakaran. Ada soal dulu baru bergerak dan bergiat. Juga bukan tidak mungkin ada persoalan lain yang jauh lebih besar dan kompleks.
Terbakarnya ratusan hektar hutan di kawasan Mutis telah membawa kerugian sangat besar bagi kita semua. Toh hutan tidak jadi dalam sehari, sebulan atau setahun. Butuh waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun untuk menghijaukan kembali lahan yang gundul dan kering. Itupun dengan persyaratan yang berat, apakah kita memikiki komitmen yang kuat serta konsisten dalam pelaksanaannya.
Sikap kita umumnya belum memandang penting upaya menyelamatkan lingkungan. Kita hanya piawai mengekspoitasi dan merusak untuk kepentingan jangka pendek. ***Salam Pos Kupang, 16 November 2006. (dion db putra)

Gedung megah, pelayanan mulia

UNTUK menyelesaikan pembangunan gedung kantor bupati, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat (Mabar) menganggarkan dana hingga Rp 25 miliar.
Begitulah antara lain warta yang mengemuka dari ujung barat Pulau Flores tersebut dalam beberapa waktu terakhir.Berita itu biasa saja. Lumrah di mana-mana. Toh membangun gedung pemerintah atau fasilitas umum lainnya tentu membutuhkan dana yang tidak kecil.
Apalagi kantor Bupati Kepala Daerah akan menjadi pusat kegiatan administrasi pembangunan suatu kabupaten/kota. Kantor itu hendaknya layak dan pantas sebagai tempat kerja kepala daerah dan seluruh jajaran birokrasinya dalam meramu beragam kebijakan pembangunan serta keputusan-keputusan penting demi pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Sebagai daerah otonom baru, pembangunan gedung kantor Bupati Kabupaten Manggarai Barat merupakan suatu kebutuhan. Maka harus dipenuhi kebutuhan tersebut. Gedung yang dipakai sekarang tak memadai lagi sebagai kantor bupati.
Selain usianya sudah tua, kantor itu pun bisa dilukiskan terlalu kecil untuk tempat kerja bupati kepala daerah dan segenap aparatur di lingkup Setda Kabupaten Mabar. Menarik perhatian kita adalah tanggapan salah seorang tokoh masyarakat Mabar, Florianus Adu.
Adu menilai Pemkab Manggarai Barat terlalu berlebihan menganggarkan dana hingga senilai Rp 25 miliar untuk merampungkan pembangunan gedung kantor bupati tersebut. "Kami melihat usul dana itu cukup fantastis atau high cost. Kami minta pemerintah jangan berlebihan soal bangunan fisik karena tidak ada gunanya. Percuma jika bangunan megah, tapi sumber dayanya tidak mendukung," demikian Adu sambil mengingatkan masih ada kebutuhan masyarakat lainnya yang lebih urgen seperti pembangunan infrastruktur jalan, air bersih, sarana pendidikan serta kesehatan.
Menurut pandangan kita, tanggapan Florianus Adu tersebut positif dan patut direspon secara positif juga oleh penentu kebijakan di lingkup Pemkab Mabar berkaitan dengan pembangunan kantor bupati. Kantor Bupati Mabar yang megah, memadai dan layak memang mutlak dibangun. Tetapi apakah pantas sampai menelan dana hingga Rp 25 miliar?
Dalam berbagai kesempatan, pimpinan wilayah Kabupaten Manggarai Barat selalu menekankan pentingnya membangun infrastruktur dasar bagi masyarakat seperti jalan, jembatan, sarana pendidikan dan kesehatan. Usul anggaran untuk pembangunan kantor bupati sebesar itu kiranya perlu ditinjau kembali. Dapat direvisi sehingga bisa dialokasikan untuk membangun sarana vital lainnya di Mabar.
Pembangunan fisik cukup menonjol di Manggarai Barat sejak daerah itu berdiri sendiri menjadi kabupaten. Di ibu kota Labuan Bajo, misalnya, kini berdiri banyak gedung baru. Jalan-jalan lebar dan beraspal mulus. Pengembangan kota wisata tersebut cukup pesat. Namun, masih juga tersembul masalah lain yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.
Sebagian warga Kota Labuan Bajo mengeluh kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Prioritas pembangunan menjadi langkah penting. Tidak bijaksana jika mengutamakan dana pembangunan gedung kantor bupati dan membiarkan warga ibu kota Labuan Bajo tetap menjerit kesulitan air bersih.Persoalan air bersih juga melanda penduduk yang berdomisili di pulau-pulau di perairan Labuan Bajo dan sekitarnya.
Mereka harus mengeluarkan biaya besar untuk memenuhi kebutuhan vital tersebut. Bahkan karena keterbatasannya, mereka nekad mengkonsumsi air yang tidak sehat. Diperlukan komitmen serta langkah konkrit untuk membantu penduduk Mabar keluar dari persoalan tersebut. Dampak langsung dari kesulitan air bersih sangat besar.
Salah satunya adalah penyakit diare yang telah menelan banyak korban nyawa di berbagai daerah di NTT.Warta terakhir menyebutkan, Kabupaten Mabar termasuk dalam delapan kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berisiko tinggi terjadinya rawan pangan tahun ini. Daerah lainnya adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), Belu, Lembata, Sikka, Ende dan Kabupaten Ngada. Rawan pangan merupakan masalah rakyat NTT yang terjadi saban tahun dan kita kerapkali tidak mengantisipasinya dengan baik.
Dengan mengangkat kenyataan seperti ini harapan kita sederhana saja agar Pemkab Mabar lebih bijak dalam menetapkan skala prioritas pembangunan untuk rakyatnya. Tidak salah membangun gedung pemerintah yang megah dengan dana miliaran rupiah. Tetapi gedung megah harus diikuti dengan pelayanan yang mulia. Dengan demikian baru bisa dikatakan pemerintah sungguh hadir untuk rakyat! **Salam Pos Kupang, 31 Oktober 2006. (dion db putra)

Benang kusut pemekaran wilayah

PANITIA Anggaran DPRD NTT mempertanyakan keputusan Ketua DPRD NTT, Drs. Melkianus Adoe, yang mengalokasikan dana APBD senilai Rp 15 miliar untuk bantuan pengembangan tiga daerah pemekaran yakni Kabupaten Nagekeo, Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah.
Alokasi anggaran yang disepakati Adoe dengan pemerintah pusat itu dinilai tidak prosedural, karena belum dibahas panitia anggaran.Begitulah antara lain yang mengemuka dalam rapat panitia anggaran DPRD NTT di Ruang Rapat Kelimutu gedung DPRD NTT, Rabu (11/10) lalu.
Tersembul aneka pendapat namun intinya sama yaitu panitia anggaran DPRD NTT menganggap keputusan itu sepihak, tidak melalui mekanisme yang berlaku di dalam lembaga legislatif itu. Pesannya sama jua, semoga kejadian serupa tidak terulang. Yang menarik adalah hasil akhirnya.
Walau memrotes kebijakan pimpinan Dewan, panitia anggaran DPRD NTT menyetujui alokasi dana Rp 15 miliar itu untuk tiga kabupaten baru yang sudah disetujui pemerintah pusat tersebut. Masing-masing kabupaten mendapat alokasi Rp 5 miliar sebagai dana bantuan pengembangan daerah baru.
Jelas bukan sandiwara politik belaka yang dipertontonkan para wakil rakyat kita ketika membahas anggaran tersebut. Sudah sepantasnya DPRD NTT mengalokasikan dana untuk tiga daerah otonomi baru. Di sana ada rakyat NTT yang berhak mendapatkan suntikan dana guna memulai langkahnya membangun kabupaten baru.
Menarik perhatian kita adalah 'keributan' kecil di gedung wakil rakyat tersebut. Belum apa-apa kita sudah ribut tentang uang, tentang dana pembangunan, dana pengembangan atau apapun namanya yang berkaitan dengan daerah pemekaran baru.
Harus dikatakan sekali lagi di ruangan ini bahwa persetujuan pemerintah tentang pemekaran tiga daerah otonom baru di Propinsi Nusa Tenggara Timur bukan warta gembira semata. Kita pantas bahagia karena aspirasi masyarakat yang mengusulkan pemekaran wilayah sudah terkabulkan.
Namun, kebahagiaan itu perlu diimbangi oleh kesadaran bahwa pemekaran wilayah menyimpan persoalan yang tidaklah enteng.Pengalaman di berbagai tempat di tanah air termasuk di propinsi kita ini memberi pelajaran berharga. Ketika mulai membangun daerah pemekaran, banyak soal yang menghadang. Persoalan yang dihadapi pun amat beragam, baik bentuk, kadar maupun coraknya. Urusan yang harus diselesaikan berbelit dan berliku, rumit.
Bagaikan mengurai benang kusut. Kompleks!Bisa disebut beberapa sekadar contoh. Perseteruan paling sengit biasanya menyangkut pembagian aset pemerintah daerah antara kabupaten induk dengan daerah pemekaran baru.
Meskipun cukup jelas regulasinya sampai level petunjuk teknis, ternyata tidak mudah pelaksanaannya. Kabupaten induk dan daerah pemekaran umumnya bertahan habis-habisan dalam memperebutkan aset vital yang menyangkut hajat hidup banyak orang.
Katakanlah seperti urusan air minum serta aset lain yang bernilai ekonomis tinggi yang dampaknya langsung terhadap pendapatan asli daerah.Di banyak tempat, perebutan aset itu berakhir dengan kekerasan fisik yang menelan korban nyawa dan harta benda. Bahkan merusak harmonisasi kehidupan masyarakat yang sudah bertahan sangat lama.
Aksi kekerasan yang menelan korban jiwa dalam kasus pemekaran wilayah di Papua dan Sulawesi, misalnya, kiranya menjadi bahan refleksi bagi kita di sini. Pemekaran wilayah pun kerapkali terjebak dalam kepentingan politik jangka pendek. Pimpinan wilayah kabupaten induk setengah hati membantu daerah baru dalam menata dirinya. Banyak kewajiban kabupaten induk yang tidak direalisasikan sesuai amanat undang-undang tentang pembentukan daerah otonom yang baru.
Kita tidak mau kenyataan seperti itu terjadi antara Kabupaten Nagekeo dengan induknya Kabupaten Ngada. Juga antara Kabupaten Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya dengan daerah induknya Kabupaten Sumba Barat. Pemekaran wilayah Sumba merupakan pengalaman baru yang menarik kita simak pada hari-hari mendatang.
Bagaimana langkah Kabupaten Sumba Barat agar dapat bertindak adil dengan dua wilayah pemekaran yang baru? Agaknya tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Butuh komitmen yang kuat untuk mewujudkan misi pemekaran wilayah Sumba. Kita percaya akan niat baik semua pihak yang sama-sama berjuang mewujudkan lahirnya daerah otonom baru di NTT tersebut.
Kita juga mengajak masyarakat di tiga daerah pemekaran itu untuk tidak bergembira secara berlebihan dan menjauhkan pikiran bahwa membangun daerah baru semudah membalik telapak tangan. Hadirnya kabupaten baru memiliki konsekwensi tertentu, resiko tertentu dan menuntut tanggung jawab lebih. Kehadirannya hendaknya tidak menimbulkan masalah baru yang jauh lebih rumit. Itulah ikhtiar kita bersama.**Salam Pos Kupang, 13 Oktober 2006. (dion db putra)

Ancaman El Nino

WILAYAH Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam El Nino atau kekeringan panjang. Gejala datangnya El Nino ditandai dengan terus menurunnya indeks osilasi selatan (SOI) hingga -15,9.
Begitulah yang disampaikan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun El Tari Kupang, Albert Kusbagio, Selasa (26/9) lalu. Kusbagio menjelaskan, musim kering biasanya ditandai dengan terus menurunnya SOI hingga pada angka negatif.
Ketika SOI negatif, maka curah hujan akan terhambat. Kekeringan panjang mulai terjadi ketika SOI di suatu daerah berada pada level -10 ke bawah. Posisi NTT saat ini berada pada level -15,9. "Dan, jika terus berlanjut hingga bulan berikutnya, NTT akan mengalami musim kering yang panjang dan mengarah ke El Nino," kata Kusbagio.
Kita menggarisbawahi warta tersebut. Kita pandang sangat penting informasi tentang ancaman El Nino seperti disampaikan Albert Kusbagio. Kita berharap ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan. Namun, pemberitahuan tentang kemungkinan El Nino kita sambut positif sebagai peringatan agar kita bersikap proaktif. Sebagai daerah langganan bencana, sudah sepantasnya kita melakukan antisipasi dini terhadap kemungkinan kemarau panjang melanda daerah ini.
Pemberitahuan dari Kepala BMG Stasiun El Tari Kupang tersebut menambah kewaspadaan kita karena kita semua maklum dampak dari kemarau panjang. Kita akan menghadapi rawan pangan bahkan bencana kelaparan yang hebat sebagaimana pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Agaknya baik kita mengutip kembali hasil pantauan dan analisis sementara dari Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Bimas Ketahanan Pangan (BP2KP) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada pertengahan tahun ini. Hasil analisis BP2KP menyebutkan, tujuh dari 16 kabupaten/kota di NTT berisiko rawan. Tujuh kabupaten itu yakni Ngada, Ende, Sikka, Lembata, Belu, Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS).
Bukan mustahil daerah yang berisiko rawan pangan serta rawan pangan akan menjadi kenyataan jika kemarau panjang (El Nino) benar-benar melanda wilayah NTT dalam beberapa bulan ke depan.Rawan pangan tidak asing dengan denyut kehidupan sebagian besar penduduk daerah ini yang mata pencahariannya adalah petani. Saban tahun kenyataan seperti itu selalu dirasakan penduduk Nusa Tenggara Timur. Rawan pangan bukan problem sosial yang berdiri sendiri.
Selalu bertautan dengan derajat kehidupan rakyat secara keseluruhan. Dampak langsung dari kondisi rawan pangan sudah kita alami yaitu masalah gizi buruk yang menghadirkan deraian air mata karena puluhan bahkan hingga ratusan anak NTT mati karena busung lapar!
Penderitaan akibat gizi buruk itu tidak tidak lebih baik dibandingkan dengan bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, banjir dan bencana lainnya. Sepanjang tahun 2005 di Propinsi NTT tercatat 85.604 kasus kurang gizi, 13.202 gizi buruk, 459 busung lapar dan 39 di antaranya meninggal dunia.
Selama awal 2006, di NTT tercatat 86.275 anak kurang gizi, 13.251 gizi buruk, 523 busung lapar dan 61 orang meninggal dunia (Data jaringan Solidaritas Penanggulangan Busung Lapar yang dipublikasikan pada 3 Mei 2006).Dengan membeberkan data seperti ini kita ingin menggugah perhatian sekaligus mengajak para pemimpin daerah ini untuk lebih serius mengambil langkah konkret menghadapi kemungkinan datangnya El Nino. Diperlukan kebijakan strategis di tingkat pemerintahan lokal untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dari dampak kemarau panjang tersebut.
Persoalan kita masih terkait dengan cara berpikir dan cara bertindak. Pola kerja kita yang lama dan lazimnya tidak produktif mutlak diperbaharui. Tidak tepat lagi kita menyalahkan kondisi alam ketika risiko rawan pangan datang menerjang.
Pemberitahuan dini dari BMG tentang ancaman El Nino perlu direspon pemerintah dengan menyiapkan manajemen penanganan bencana yang lebih baik. Baik dalam arti pro kepentingan masyarakat yang kemungkinan akan menjadi korban. Bukan baik dari sisi prosedur kerja intern pemerintah.Dalam kasus gizi buruk yang melanda daerah kita sejak tahun lalu, warta yang mengemuka adalah penyalahgunaan dana bahkan pencairan dana gizi buruk tersendat karena kendala-kendala birokrasi Kita tidak mau persoalan seperti itu terulang..
Dewasa ini sekitar 5 juta anak Indonesia mengalami gizi buruk. Kalau tidak ditangani sejak dini maka dalam tempo 15 tahun mendatang lima juta anak Indonesia terancam kehilangan daya saingnya."Kita memang belum melakukan penelitian tentang itu, tapi dengan melihat besaran masalah yang ada sekarang maka kalau tidak segera ditanggulangi mereka akan kehilangan kesempatan untuk menjadi sumber daya manusia berkualitas," kata Kepala Subdit Bina Kewaspadaan Gizi Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Tatang S Falah di Jakarta, Kamis.
Menurut Tatang, gizi buruk merupakan gejala yang terjadi dalam jangka panjang dan menimbulkan dampak jangka panjang pula. Masalah gizi, berkaitan erat dengan kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) di masa depan. Anak-anak dengan status gizi kurang atau buruk, tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Selain berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak, status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan anak. Anak-anak dengan gizi kurang dan buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, nantinya mereka tidak akan mampu bersaing. Apa jadinya anak NTT dengan kondisi demikian? **Salam Pos Kupang, 27 September 2006. (dion db putra)

Demi prestasi, bukan gengsi

TANGGAL 9 sampai dengan 15 September mendatang, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan menyelenggarakan Pekan Olahraga Daerah (Porda) NTT tahun 2006. Inilah pesta olahraga multieven terbesar di NTT yang melibatkan 16 kabupaten/kota.
Tercatat 12 cabang olahraga yang akan dipertandingkan dan dilombakan dalam Porda NTT 2006 yaitu cabang atletik, tinju, kempo, pencaksilat, sepaktakraw, bulutangkis, bolavoli, tenis lapangan, tenis meja, catur, taekwondo dan karate.
Para atlet dan ofisial yang terlibat dalam pesta olahraga akbar Nusa Tenggara Timur ini kurang lebih 2.500 orang. Semua atlet akan memperebutkan 1.362 medali dari 12 cabang olahraga yang dipertandingkan dan dilombakan. Ada juga suara yang menyebut Porda terasa kurang lengkap karena cabang sepakbola tidak dipertandingkan.
Namun, hal itu tidak akan mengurangi makna penyelenggaraan Porda NTT. Toh cabang sepakbola punya tempat sendiri apalagi dalam waktu hampir bersamaan berlangsung kejuaraan tahunan El Tari Memorial Cup 2006 di Kota Kalabahi, Kabupaten Alor.Kita menyongsong Porda dengan perasaan gembira. Setelah vakum dalam waktu yang cukup lama, KONI Propinsi NTT menyelenggarakan kembali pesta olahraga yang sangat besar manfaatnya demi prestasi olahraga daerah ini.
Gairah Porda NTT sebenarnya sudah berlangsung sejak medio tahun lalu ketika berlangsung Pekan Olahraga Daratan. Ada tiga even besar yang terjadi ketika itu yakni Pekan Olahraga Daratan Flores dan Lembata (Pordafta) di Ruteng, Pekan Olahraga Daratan Sumba, Alor dan Rote Ndao (Pordasar) di Waikabubak serta Pekan Olahraga Daratan Timor (Pordat) di Kupang. Porda NTT merupakan kompetisi level tertinggi di Propinsi NTT setelah para atlet dari 16 kabupaten/kota berlaga dalam pekan olahraga di kawasannya masing-masing.
Para petinggi KONI Propinsi NTT sudah seringkali menandaskan bahwa pekan olahraga kawasan itu dihidupkan lagi untuk mendapatkan bibit atlet berbakat dari seluruh daerah di NTT. Sungguh disadari selama ini tak sedikit atlet potensial dan berbakat dari daerah tidak dapat dibina lebih lanjut menuju puncak prestasi tertinggi karena kompetisi tidak merata.
Dengan Pekan Olahraga Daratan, KONI Kabupaten/Kota terdorong untuk lebih serius melakukan koordinasi demi pembinaan atlet semua cabang olahraga di daerahnya. Hasilnya sudah ada. Para juara Pordafta, Pordasar dan Pordat tahun 2005 merupakan aset NTT menuju kejuaraan yang lebih tinggi levelnya. Salah satu yang utama adalah Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2008 di Kalimantan Timur. Namun, pretasi mereka itu belumlah cukup.
Melalui ajang Porda NTT bulan September ini, mereka harus kembali diasah kemampuannya berkompetisi dalam skala yang lebih luas. Kompetisi tingkat propinsi. Sampai saatnya nanti para juara Porda NTT akan diuji lagi kemampuannya melalui berbagai even yang lebih tinggi.
Ujian berat yang sudah berada di depan mata dalam waktu yang tidak lama lagi yaitu arena Pra PON 2008. Hanya yang terbaik dalam Pra PON yang boleh meraih tiket PON 2008 di Kalimantan Timur.Demikianlah kurang lebih harapan dari Porda NTT 2006.
Harapan yang harus menjadi pegangan semua kontingen peserta. Jangan sampai kita mengutamakan gengsi daerah ketimbang meraih prestasi setinggi- tingginya. **Salam Pos Kupang, 1 September 2006. (dion db putra)

Pepres Nomor 8/2006

AKUNTABILITAS, transparansi dan penegakan hukum. Begitulah antara lain yang selalu disuarakan pemerintah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (SBY-JK). Penegakan hukum sudah berjalan walau masih jauh dari harapan ideal.
Penegakan hukum tertatih-tatih dan berbelit serta pilih kasih. Ada yang sukses, ada yang gagal. Bahkan kegagalan yang melahirkan problem baru yang jauh lebih rumit.Praktek tentang akuntabilitas dan transparasi pun demikian meskipun dalam berbagai kesempatan, pasangan SBY-JK senantiasa menggarisbawahi hal tersebut. Pemimpin nasional yang terpilih secara demokratis melalui pemilihan umum langsung tahun 2004 tersebut mendambakan pemerintahan yang gesit, lincah dan bersih dalam memberikan pelayanan kepada rakyat.
Faktanya seperti kita katakan di atas -- masih jauh dari harapan untuk tidak mengatakannya sebagai sekadar jalan di tempat. Perombakan kabinet SBY-JK dalam usia pemerintahan belum genap dua tahun, mencerminkan buruknya kerja sama tim para pembantu presiden.
Harapan dari perombakan tersebut melahirkan manajer level media yang lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat. Namun, kita belum melihat gebrakan yang berarti. Masing-masing kementerian dan departemen jalan sendiri-sendiri. Kentalnya ego sektor yang merupakan benang kusut dalam jagat birokrasi Indonesia masih saja berkelana dengan bebasnya.
Semua mengejar target kepentingannya sendiri-sendiri.Heboh "surat sakti" dari Sekretaris Kabinet, Sudi Silalahi tentang pihak yang ditunjuk untuk merenovasi gedung KBRI Seoul-Korea Selatan pada awal tahun ini, dapat kita sebut sebagai contoh mengenai masalah pemerintahan sekarang. Keinginan pemimpin level tertinggi atau top manajer belum tentu sejalan dengan unsur pelaksana di bawahnya.
Bahkan pengalaman menunjukkan, pelaksana menjalankan strategi dan cara yang sama sekali berbeda, tumpang-tindih dan berlawanan.Hari-hari ini kita dikejutkan dengan hadirnya Peraturan Presiden (Pepres) Nomor 8/ 2006 tentang Perubahan Keempat Atas Kepres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/Jasa Pemerintah. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapenas), Paskah Suzetta, menindaklanjuti Pepres tersebut dengan mengumumkan beberapa hal yang patut dipersoalkan.
Salah satu poin yang ditegaskan adalah surat kabar nasional yang menjadi satu-satunya tempat mengumumkan pengadaaan barang/jasa pemerintah adalah Harian Media Indonesia.Pengadaan barang/jasa yang wajib diumumkan di surat kabar itu adalah pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang nilainya di atas Rp miliar.
Pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang dinilai sampai dengan Rp 1 miliar dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan kegiatan tersebut yang berdomisili di propinsi setempat kurang dari tiga penyedia barang/jasa atau pengadaan jasa konsultasi dengan nilai di atas Rp 200 juta.Kita sependapat dengan pernyataan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gabungan Pengusaha Jasa Konstruksi (Gapensi) Propinsi NTT, Cosmas Lay, B.Sc. Pepres tersebut menunjukkan bahwa pemerintah tidak peduli terhadap pengusaha, terutama jasa konstruksi yang berada di daerah-daerah terpencil dan mematikan hak publisitas masyarakat.Cosmas Lay benar.
Peraturan baru yang mewajibkan semua pengumuman lelang melalui Media Indonesia membuat posisi pengusaha kecil di daerah semakin tersisih. Masyarakat tak akan mudah mengakses informasi dari Media Indonesia yang jumlah dan sebarannya di NTT bisa dikatakan sangat terbatas. Merujuk pada ketentuan tersebut maka apa yang disebut sebagai transparansi cuma impian belaka.
Pelaksanaan lelang tetap saja tertutup untuk publik terutama di daerah seperti Nusa Tenggara Timur. Kenyataan ini menjadi lebih menarik karena Paskah Suzetta adalah salah seorang anggota kabinet SBY-JK hasil perombakan. Tanpa bermaksud mempertanyakan ada apa di balik langkah tersebut -- kita patut menggugatnya karena implikasinya sangat luas.
Pengusaha di daerah benar-benar dirugikan karena dipaksa untuk mengakses informasi hanya pada satu media massa. Apa yang kerap dikatakan sebagai transparansi menjadi kontraproduktif. Yang terjadi justru monopoli, praktek masa lalu yang kita lawan bersama. ** Salam Pos Kupang, 28 Juni 2006 (dion db putra)

Gizi buruk di NTT

BERDASARKAN hasil pantauan dan analisis sementara dari Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Bimas Ketahanan Pangan (BP2KP) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tujuh dari 16 kabupaten/ kota di NTT berisiko rawan pangan tahun ini. Tujuh kabupaten itu yakni Ngada, Ende, Sikka, Lembata, Belu, Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS).
Baiklah kiranya informasi publik yang disampaikan Kepala BP2KP NTT, Drs. Petrus Langoday pada awal pekan ini. Kita pandang sebagai kabar baik karena risiko rawan pangan tidak asing dengan denyut kehidupan sebagian besar penduduk daerah ini yang mata pencahariannya adalah petani.
Saban tahun kenyataan seperti itu selalu dirasakan penduduk Nusa Tenggara Timur sehingga dianggap lumrah, bahkan oleh unsur pimpinan pemerintahan dan kemasyarakatan kita yang seharusnya malu melihat rakyatnya lapar. Rawan pangan bukan problem sosial yang berdiri sendiri.
Selalu ada tali-temalinya dengan derajat kehidupan rakyat secara keseluruhan. Dampak langsung dari kondisi rawan pangan sudah kita alami yaitu kasus gizi buruk yang menghadirkan deraian air mata melalui fakta ini: Puluhan bahkan hingga ratusan anak NTT mati karena busung lapar!
Penderitaan akibat gizi buruk itu tidak tidak lebih enteng dibanding bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, banjir dan lainnya. Guna menyegarkan ingatan, baiklah kita angkat kembali catatan Jaringan Solidaritas Penanggulangan Busung Lapar (JSP-BL) yang dipublikasikan pada 3 Mei 2006.
Propinsi Jawa Barat (Jabar) mencatat angka kasus gizi buruk tertinggi sepanjang tahun 2005 yakni 107.500 kasus gizi buruk. Sementara di awal tahun 2006 hingga sekarang, Jabar tercatat 143 balita menderita marasmus, 4 balita kwasiorkhor, 13 balita marasmus kwasiorkhor. Sebanyak 15 balita gizi buruk meninggal dunia. Kasus tertinggi kedua terdapat di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sepanjang tahun 2005, NTT mencatat 85.604 kasus kurang gizi, 13.202 gizi buruk, 459 busung lapar dan 39 di antaranya meninggal dunia. Selama awal 2006, di NTT tercatat 86.275 anak kurang gizi, 13.251 gizi buruk, 523 busung lapar dan 61 meninggal dunia.
Dalam catatan JSP-BL, terdapat 5 juta anak Indonesia yang mengalami gizi buruk dan rata-rata 24 anak balita Indonesia meninggal setiap satu jam, mayoritas akibat gizi buruk. Artinya tidak amat penting sekadar informasi tentang risiko rawan pangan itu. Informasi itu merupakan peringatan dini agar kita siap dan sigap. Apakah tindakan kita?
Itulah jawaban yang realistis. Rawan pangan yang bakal berujung pada gizi buruk dan busung lapar adalah masalah paling krusial bagi daerah kita yang getol meniti tiga pilar pembangunan itu. Busung lapar adalah bencana Nusa Tenggara Timur.
Lalu apa yang terjadi? Kita menghadapi kenyataan lain yang juga memilukan hati, sampai sekarang kita belum menemukan kebijakan strategis di tingkat pemerintahan lokal untuk menjawab masalah busung lapar secara sistemik. Cara berpikir dan cara kita bekerja masih seperti dulu. Kita suka menyalahkan kondisi alam ketika rawan pangan datang menerjang.
Kita masih bergaya ala petugas pemadam kebakaran manakala gizi buruk dan busung lapar telah menelan korban anak-anak tak berdosa. Kita cuma piawai berbicara sampai mulut berbusa-busa dan merasa malu karena anak kita mati akibat kurang gizi. Kita tidak serius berpikir mencari solusi dan bekerja dengan kesungguhan hati untuk mengatasi bencana sosial yang mengerikan itu.
Dalam kasus gizi buruk, warta yang mengemuka di sini adalah penyalahgunaan dana bahkan yang ada sangat sepele tapi tega nian yaitu pencarian dana gizi buruk tersendat karena kendala birokrasi. Dewasa ini sekitar 5 juta anak Indonesia mengalami gizi buruk. Kalau tidak ditangani sejak dini maka dalam tempo 15 tahun mendatang lima juta anak Indonesia terancam kehilangan daya saingnya.
Gizi buruk merupakan gejala yang terjadi dalam jangka panjang dan menimbulkan dampak jangka panjang pula. Masalah gizi, berkaitan erat dengan kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) di masa depan. Anak-anak dengan status gizi kurang atau buruk, tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Selain berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak, status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan anak. Anak-anak dengan gizi kurang dan buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, nantinya mereka tidak mampu bersaing. Apa jadinya anak NTT dengan kondisi demikian? Salam Pos Kupang, 9 Juni 2006 (dion db putra).

Setelah 151 nyawa itu...


KECELAKAAN laut bertubi-tubi! Demikianlah yang melanda daerah ini. Dalam empat bulan terakhir sudah terjadi enam kecelakaan laut yang menelan korban jiwa dan harta benda. Musibah pertama terjadi 16 Januari 2006 di dua tempat berbeda.
Perahu Motor Putra Mandiri yang memuat 38 penumpang tenggelam di perairan Pulau Alor. Enam penumpang meninggal dunia dan sembilan orang hilang. Pada tanggal yang sama, Perahu MotorPutra Wudjon' yang memuat 14 penumpang dan tiga awak terbalik di depan Teluk Lewoleba, sekitar 300 meter dari Lopo Moting Lomblen. Syukur karena penumpang dan awak kapal diselamatkan para nelayan dan warga Rayuan Kelapa Barat.

Kecelakaan ketiga tanggal 31 Januari 2006 Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Citra Mandala Bahari atau JM Ferry tenggelam di Selat Pukuafu dalam pelayaran dari Pelabuhan Bolok ke Pantai Baru di Rote Ndao. Sebanyak 162 penumpang selamat, 107 orang tewas. Pada 9 Maret 2006, kapal ikan berbobot 20-30 GT ditemukan terbalik dan hancur di Perairan Pulau Seraya Besar, Kabupaten Manggarai Barat.

Kapal naas itu diduga diterjang arus dan gelombang laut yang ganas. Tanggal 1 April 2006, KM New Fuji yang memuat 256 ekor sapi, 71 balok batu marmer dan 10 kontainer dan 32 awak serta penumpang tenggelam di Laut Sawu. Hingga saat ini baru empat penumpang yang ditemukan selamat, sedangkan 28 lainnya hilang. Dan terakhir terjadi Senin lalu, 17 April 2006.

Perahu Layar Motor (PLM) Beresitha 02 yang memuat 59 orang, termasuk enam ABK tenggelam di perairan antara Pulau Nuse dan Pulau Ndao. Seorang penumpang hilang, sedangkan 58 yang lain selamat. Jika diakumulasikan maka jumlah korban manusia sungguh memilukan hati. Sebanyak 151 orang tewas dalam enam kecelakaan laut tersebut dan sebanyak 241 orang berhasil diselamatkan.

Jumlah korban tewas terbesar adalah tenggelamnya KMP Citra Mandala Bahari tanggal 31 Januari 2006 di Selat Pukuafu, Rote disusul KM New Fuji dan Perahu Motor Putra Mandiri. Mengingat angka korban jiwa sebesar itu, kecelakaan laut di perairan Nusa Tenggara Timur pada awal tahun 2006 ini patut disebut sebagai bencana nasional.

Dalam waktu sangat singkat, seratus lima puluh satu orang terkubur di lautan. Sulit kita lukiskan dengan kata-kata kesedihan keluarga korban yang tewas. Mereka yang kehilangan orang-orang terkasih. Tapi siapapun pasti dapat memahami bahwa kegetiran itu tak mudah hilang dalam sekejap. Butuh waktu lama untuk menerima kenyataan pahit ini. Ratusan orang mati dalam waktu sesingkat itu seharusnya membuka mata hati kita.

Jangan lagi bermain-main dengan nyawa manusia. Keterlaluan bila angka korban sedemikian besar tidak menggugah kesadaran kita untuk berbuat sesuatu yang lebih bertanggung jawab demi mencegah kecelakaan laut berikutnya. Celakanya kita mudah mencari kambing hitam. Menyalahkan alam!

Faktor alam berupa cuara buruk selalu menjadi alasan utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan laut yang bertubi-tubi tersebut. Kita lupa mengaca diri bahwa manusia sendirilah penyebab utama musibah tersebut. Kecelakaan yang menimpa KMP Citra Mandala Bahari, misalnya, telah memberi contoh sangat jelas betapa faktor manusia sangat berperan. Ratusan orang penumpang tidak tercatat dalam manifest. Kapal tetap diberangkatkan sekalipun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) sudah memberi tahu kondisi cuaca tidak laik untuk berlayar.

Tenggelamnya KM New Fuji pun patut disesali karena jauh-jauh hari instansi berwenang sudah mengingatkan tentang bahaya badai Gelenda. Tapi begitulah yang sudah terjadi. Alam sungguh tak pantas disalahkan karena alam selalu jujur memberi tanda. Apalagi kita bukan hidup di zaman primitif.

Kita sangat dimanjakan oleh kemajuan teknologi yang bisa memprediksikan kondisi alam dengan tingkat akurasi sangat memadai. Masalahnya perilaku kita yang tidak mau berubah. Entah karena motivasi ekonomi semata, kapal tak laik jalan diizinkan berlayar.

Kiranya kita teringat selalu akan hal ini. Laut adalah sumber kehidupan yang tak habis digarap semalam. Tapi laut juga menjadi kuburan massal jika manusia salah bertindak. Salam Pos Kupang, 21 April 2006 (dion db putra) 
 

Pasang-surut hubungan Indonesia-Timor Leste

TIDAK kurang usaha pemerintah dan masyarakat Republik Indonesia (RI) dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) membangun tali persahabatan yang harmonis. Kedua pihak tiada henti berikhtiar melupakan kisah pahit masa lalu.
Sama-sama membangun komitmen untuk menata masa depan yang lebih baik sebagai dua negara tetangga yang tidak mungkin tidak akan saling membutuhkan.Sudah berulangkali Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Xanana Gusmao bertemu, baik di Jakarta, Bali maupun di Dili.
Demi terjalin hubungan persahabatan yang langgeng dan tidak saling melukai, kedua negara membentuk Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP). Hubungan antara unsur pemerintah serta masyarakat kedua negara pun tak pernah sepi.
Mereka tetap berkomunikasi dan membangun kerja sama meskipun ada saja kendala psikologis berkaitan dengan hasil jajak pendapat tahun 1999 yang memisahkan Timor Leste sebagai bagian dari wilayah NKRI.Betapapun hubungan itu pasang-surut, onak dan duri, tetapi spiritnya tetap satu bahwa RI-RDTL tidak mungkin hidup ekslusif. Mereka bertetangga. Dan, tetangga tak mungkin tidak bertegur sapa.Bulan Desember 2005, misalnya, ada beberapa peristiwa sebagai contoh komitmen RI-RDTL membangun kerja sama yang harmonis itu.
Presiden Xanana Gusmano melawat ke Jakarta bertemu dan berdiskusi dengan Presiden SBY. Presiden Xanana kemudian melanjutkan lawatannya ke Kupang, ibu kota Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), daerah Indonesia yang berbatasan langsung dengan RDTL. Presiden Xanana bertemu dengan eks-warga Timor Timur di sini dan kembali menyerukan pentingnya rekonsiliasi serta melanjutkan repatriasi.
Kedatangan Presiden Xanana dalam suasana hari raya Natal dan Tahun Baru itu sungguh sebuah langkah yang simpatik. Kesungguhan dan ketulusan sikap pemerintah RDTL untuk bekerja sama dengan pemerintah RI dinyatakan pula lewat kehadiran Konsulat Jenderal (Konjen) RDTL di Kupang yang diresmikan langsung Presiden Xanana.Menjelang Natal 25 Desember 2005 juga terselenggara kegiatan Pekan Olahraga Pelajar Perbatasan RI- RDTL di Dili, ibu kota Timor Leste.
Indonesia diwakili para atlet pelajar dari NTT. Even olahraga tersebut berlangsung sukses, sama seperti penyelenggaraan pertama kali di Alor tahun 2004. Melalui kegiatan olahraga tersebut, para pelajar kedua negara saling berkenalan dan membangun persahabatan. Sekali lagi tidak pernah kurang usaha mempererat hubungan RI-RDTL.
Usaha tersebut sudah terwujud melalui berbagai langkah konkret dan hasilnya menggembirakan. Dalam suasana seperti itulah kita menyesalkan insiden terkini di tapal batas RI-RDTL tanggal 6 Januari 2006 ketika anggota Polisi Nasional Timor Leste (PNTL) menembak mati tiga warga sipil asal Desa Tohe, Kecamatan Raihat, Kabupaten Belu-NTT.
Apapun kesalahan warga sipil itu yang sampai kini masih dalam penyelidikan aparat berwenang kedua negara, tindakan menghilangkan nyawa mereka sungguh sulit diterima atau sekadar dimaklumi begitu saja.Tentu saja nyawa tidak harus dibayar dengan nyawa. Kita hargai sikap pimpinan TNI yang tidak mau terjebak untuk menyerang balik karena tidak akan menyelesaikan masalah.
Kita juga berpendapat tidak cukup bagi pemerintah RI sekadar memrotes lewat nota diplomatik.Penyelidikan yang obyektif dan transparan merupakan langkah yang perlu ditempuh kedua negara agar jelas duduk perkara masalah ini. Motif penembakan itu harus dicari tahu.
Terlalu sederhana bila sekadar karena tiga warga sipil itu masuk ke wilayah RDTL, mencari ikan dan mengambil jagung milik warga setempat. Selalu ada kemungkinan motif lain yang belum terungkap secara terbuka. Penjelasan yang transparan kepada publik merupakan keharusan mengingat masih ada masalah serupa yaitu penembakan terhadap anggota TNI bulan April 2005 yang belum jelas benar duduk soalnya sampai sekarang. Masalah ini tidak boleh menjadi semacam api dalam sekam.
Langkah pemerintah RI dan RDTL sedang diuji dalam mengungkap kasus penembakan tersebut. Mengungkap secara jujur-obyektif serta menyelelesaikannya secara adil. Salam Pos Kupang, 9 Januari 2006. (dion db putra)

Inspirasi dari Cina

DALAM hal keseriusan memberantas praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) agaknya kita perlu belajar dari negeri Cina. Hari Awal pekan ini terjadi peristiwa menarik di negeri Tirai Bambu tersebut. Seorang mantan pejabat Cina yang korup, Zheng Xiaoyu dieksekusi mati dan menjadi berita utama berbagai media massa Cina, Rabu (11/7/2007).Zheng, mantan Kepala Badan Pangan dan Obat-Obatan Cina adalah terdakwa pelaku korupsi sebesar 6,5 juta yuan atau setara 850.000 dolar AS. Jumlah uang yang tidak kecil kalau dikonversikan ke dalam rupiah.
Menurut Harian The People milik Partai Komunis yang sedang berkuasa, hukuman mati Zheng itu untuk menghalangi tindak korupsi yang dilakukan pejabat pemerintah Cina yang lain sekaligus membuktikan kepada rakyat Cina bahwa pejabat tidak kebal hukum.Hukuman mati adalah hal yang lumrah di Cina bagi para pelaku tindak pidana, termasuk tindak pidana korupsi.
Namun, sempat muncul kritik pedas karena koruptor yang dieksekusi sebelumnya umumnya 'kelas teri'. Yang dihabisi cuma pencuri-pencuri kecil dan tak berdaya. Kali ini hukum Cina memberi jawaban tegas. Eksekusi Zheng memberi tanda, jangan main-main dengan KKN!
Hukuman itu memberikan efek jera bagi semua -- sekalipun terlalu naif bila dilukiskan akan menuntas habis praktek korupsi.Hukum kita memang tidak sama dengan Cina. Kita memiliki otonomi hukum nasional sendiri yang jelas berbeda. Tapi dalam keseriusan, penegakan hukum ala Cina memberi inspirasi.Kemarin baru saja berakhir satu kegiatan penting di Hotel Sylvia-Kupang.
Seminar dan workshop bertajuk, "Partisipasi masyarakat dalam membangun peradilan yang bersih, jujur dan profesional," yang diselenggarakan Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Agung Kupang (KAK) bersama Komisi Yudisial RI.Menarik apa yang dikatakan Ketua Komisi Yudisial RI, M Busyro Muqoddas. Ia menyebut lembaga peradilan di Indonesia sebagai yang terkorup dengan modus menafsirkan huruf-huruf dalam peraturan hukum seenak perut.
Hal ini perlu diinvestigasi karena banyak hakim-hakim 'nakal' masih 'memperdagangkan' perkara untuk kepentingan pribadinya.Berbicara di hadapan peserta seminar dan workshop bertajuk, "Partisipasi masyarakat dalam membangun peradilan yang bersih, jujur dan profesional Busyro mengatakan, indikasi keberadaan hakim yang memperdagangkan perkara, antara lain dengan memberikan putusan bebas terhadap para pelaku korupsi. Padahal, katanya, kasus korupsi adalah kasus yang luar biasa dan harus ditangani secara luar biasa pula.
Inspirasi dari Cina hendaknya memberi pencerahan terhadap aparat penegak hukum kita di Indonesia. Aparat penegak hukum yang nakal patut diberi efek jera dengan tindakan yang setimpal. Salam Pos Kupang 14 Juli 2007. (dion db putra)

Setelah kegagalan tiga cabang olahraga

MENDUNG masih menaungi jagat olahraga Nusa Tenggara Timur (NTT). Sampai akhir bulan Mei ini baru satu cabang olahraga yang lolos ke PON XVII tahun 2008 yaitu tim sepaktakraw putri. Tiga cabang yang baru saja menjalani pra PON gagal total.
Ketiga cabang itu ialah sepakbola, Angkat Besi Angkat Berat dan Binaraga (PABBSI) dan karate. PABBSI mengikuti pra PON di Jakarta, karate di Solo dan sepakbola di Mataram yang baru berakhir beberapa hari yang lalu.Atlet angkat berat yang dikirim mengikuti pra PON adalah Yanto Hiku (kelas 105 kg) dan Yakoba Lobang (60 kg), sedangkan atlet binaraga adalah Made Dwija (85+ kg), Dewa Dharma (80 kg), Ely (65 kg), Edi Mae (70 kg) dan Marcel Mae (75 kg).
"Kita menargetkan dua atlet bisa lolos. Ternyata lawan-lawan cukup tangguh. Binaragawan andalan kita, Made Dwija satu kelas dengan Ade Rai, sehingga jelas kalah bersaing," kata Ketua Pengrop PABBSI NTT, Andre Koreh.Sekretaris Pengprop Forki NTT, Ferdinan Siung juga mengakui kegagalan para karateka NTT. Menurut Siung, NTT sebenarnya memiliki peluang melalui karateka Richo V Nong Naen (-75 kg), Monang Manurung (+80 kg) dan Isjuandi di nomor kata perorangan.
Namun mereka gagal karena faktor non teknis. Cerita duka pun datang dari cabang sepakbola. Tim pra PON NTT kalah melawan Bali dan tuan rumah NTB. Kegagalan tim sepakbola dibumbui "kekecewaan" pelatih dan pemain.Tim pelatih, Mathias Bisinglasi, Anton Kia dan Dany Nggoek, mempertanyakan honor yang harus mereka terima.
Para pemain juga protes karena mereka pulang ke Kupang dengan menggunakan jasa angkutan laut, bukan pesawat udara sebagaimana janji pengurus PSSI sebelumnya.Kegagalan cabang sepakbola tidaklah mengejutkan karena NTT tahu diri dengan kemampuannya meski cabang ini masuk kategori prioritas KONI. Yang mengejutkan adalah kegagalan di cabang angkat berat, besi, binaraga dan karate.
Seharusnya cabang prioritas KONI NTT itu bisa meloloskan atlet ke PON 2008 untuk melanjutkan tradisi para PON-PON sebelumnya.Apa hendak dikata karena semuanya telah berlalu. Kegagalan itu mencerminkan bagaimana persiapan cabang yang bersangkutan menuju arena pra PON. Dunia olahraga selalu terukur. Kesuksesan tidak mungkin kita raih tanpa latihan keras dan persiapan yang matang.
Kiranya kegagalan itu menjadi bahan bagi pengurus dan pelatih untuk introspeksi.Peluang NTT memang belum habis. Masih ada cabang lain yang akan menjalani pra PON dalam waktu dekat seperti atletik, pencaksilat, taekwondo, kempo dan tinju. Kita berharap kelima cabang tersebut bisa meloloskan atlet-atletnya ke PON 2008 di Samarinda.
Selain pencaksilat dan taekwondo, harapan terbesar tentunya pada cabang super prioritas KONI Propinsi NTT yaitu atletik, tinju dan kempo. Ketiga cabang itu merupakan penyumbang medali terbanyak pada PON XVI ketika putra-putri NTT menciptakan sejarah manis dengan merebut 8 medali emas, 4 medali perak dan 4 medali perunggu. Prestasi tertinggi NTT dalam sejarah keikutsertaannya di arena Pekan Olahraga Nasional (PON).Kekuatan NTT di cabang itu telah berkurang drastis akibat mutasi atlet ke Propinsi Kalimantan Timur (Kaltim), tuan rumah PON tahun depan.
Di cabang atletik, Oliva Sadi dan Ferry Subnafeu telah menjadi atlet Kaltim. Empat tahun lalu di Palembang, Oliva menyumbang dua medali emas dan Fery satu emas. Artinya, NTT telah kehilangan tiga emas atletik. Atlet kempo NTT juga ada yang pindah ke Kaltim yaitu Kamilus de Lero dan Mansyur Yunus, masing-masing menyumbang satu emas untuk NTT pada PON lalu. Setelah kegagalan tiga cabang itu, pekerjaan rumah besar harus dilalui NTT. Salam Pos Kupang, 31 Mei 2007. (dion db putra)

Standar kompetensi perawat di Australia

SEORANG wanita NTT yang berprofesi sebagai perawat begitu gembira ketika meninggalkan Kupang menuju salah satu kota di Australia. Ia berangkat ke negeri itu untuk hidup bersama suaminya yang berkewarnegaraan Australia.
Wanita itu gembira karena menurut suaminya dia dapat melanjutkan pengabdiannya sebagai perawat di Australia. Tetapi dia terkejut ketika menghadapi kenyataan sesungguhnya di negeri kanguru tersebut. Pernyataan jujur diungkapkan suaminya tatkala wanita NTT itu ingin segera bekerja kembali.
Menurut sang suami, profesinya sebagai perawat tamatan Indonesia tidak diakui di Australia. Dia harus menjalani pendidikan lagi.Wanita NTT yang sudah berpengalaman sebagai perawat hampir satu dekade itu seolah tidak percaya.
Dia tamatan SPK ternama di Flores dan Akademi Keperawatan terkemuka di Kupang. Selain itu dia sudah bekerja di rumah sakit pemerintah. Kenapa kompetensinya tidak diakui?Suami wanita itu memahami kekecewaan istrinya.
Perlahan-lahan dia memberi pengertian sampai sang istri akhirnya mau mengikuti pendidikan keperawatan selama dua tahun -- setelah setahun memperdalam kemampuan Bahasa Inggris. Setelah sekolah lagi selama dua tahun wanita NTT tersebut baru bisa diakui kompetensinya sebagai perawat. Dia mendapat sertifikat resmi dari pemerintah Australia dan mendapatkan kembali pekerjaannya seperti di Indonesia.
Ini kisah nyata yang terjadi pertengahan tahun 1990-an. Wanita NTT tersebut kini hidup bahagia bersama suaminya di Australia.Kisah tersebut sengaja kita angkat dalam ruangan ini berkaitan dengan pernyataan menarik dari Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi NTT, Drs. Ignasius Nasu Conterius tanggal 25 September 2007 lalu.
Conterius mengatakan, pemerintah Australia membutuhkan 500 orang tenaga perawat asal Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk dipekerjakan pada rumah sakit-rumah sakit milik pemerintah dan swasta di negeri itu. Tenaga perawat yang dibutuhkan 500 orang tetapi baru empat orang yang telah dikirim ke Australia.
Conterius menyebut minat yang rendah untuk bekerja di luar negeri serta kemampuan berbahasa Inggris perawat asal NTT sebagai kendala sehingga jumlah yang dikirim masih sangat jauh dari kebutuhan Australia.Mungkin berlebihan menyebut minat yang rendah sebagai kendala karena indikatornya apa? Siapa yang tidak mau bekerja di luar negeri?
Agaknya minat angkatan kerja di NTT untuk merebut pasar mancanegara cukup tinggi. Persoalan kita jauh lebih serius sekadar minat itu.Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi NTT tentu memahami apa yang disebut sebagai standar kompetensi. Sejak lama Australia menerapkan standar kompetensi dalam seluruh bidang pekerjaan atau profesi di negeri itu.
Di Australia, seorang tukang sapu sekalipun memiliki standar kompetensi yang jelas dan pasti. Dia baru bisa bekerja sebagai tukang sapu kalau memenuhi sekian item kompetensi yang dipersyaratkan. Demikian pula dengan pekerjaan lain seperti sopir, guru, montir, tukang las, perawat, dokter, wartawan dan sebagainya.
Di Indonesia kesadaran tentang pentingnya standar kompetensi baru menguat dalam tiga atau empat tahun belakangan ini. Dan, itupun belum mencakup semua bidang profesi. Sertifikasi guru yang sekarang sedang dijalani merupakan salah satu langkah menuju kompetensi profesi guru Indonesia yang ideal. Salam Pos Kupang, 29 September 2007. (dion db putra)

Tentang hasil UN 2007 di NTT

TENTANG Ujian Nasional (UN), secara umum kita masih menghadapi kenyataan yang kurang menggembirakan. Setidaknya bila mengacu pada persentase kelulusan siswa-siswi SMK/SMA di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang baru saja diumumkan 15 Juni lalu.
Kita kembali mengutip penjelasan Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Propinsi NTT, Ir. Thobias Uly, M.Si. Secara keseluruhan persentase ketidaklulusan siswa/siswi di seluruh NTT tahun ini sebesar 37,92 persen atau sebanyak 1.098 siswa/siswi dari total peserta UN di NTT 28.764 orang.Data Dikbbud NTT juga memperlihatkan persentase ketidaklulusan tahun 2007 cukup bervariasi, namun rata-rata bergerak di antara angka 30-49 persen.
Dengan kata lain, pelajar SMK/SMA kita yang tidak lulus UN masih cukup besar jumlahnya.Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) meraih prestasi kelulusan tertinggi yakni mencapai 94,3 persen (tidak lulus 6,87 persen) dan di Alor angka kelulusan terendah, hanya 26,41 persen atau persentase tidak lulus mencapai 74,59 persen.
Bila ditelaah lebih jauh dan lebih spesifik mengenai data kelulusan UN 2007, kita menemukan kenyataan yang cukup menarik. Ada sekolah dengan angka kelulusan sempurna yaitu 100 persen. Tapi ada pula yang nol persen! Sebut misalnya yang lulus 100 persen di Kota Kupang yaitu SMAK Giovanni, SMA Kristen Mercusuar, SMA Kristen I Kupang dan SMA Seminari St. Rafael.
Sejumlah sekolah di Manggarai dan daerah lainnya pun mencatat prestasi lulus 100 persen. Fakta menarik lainnya adalah kategori sekolah. Sekolah-sekolah swasta ternyata lebih unggul daripada sekolah negeri. Data kelulusan UN tahun 2007 di NTT menjelaskan beberapa hal kepada kita semua.
Pertama, kekhawatiran bahwa sistem Ujian Nasional (UN) sebagai sesuatu yang memberatkan siswa-siswi SMK/SMA serta para guru tidak lagi sepenuhnya benar. Toh kenyataannya cukup banyak sekolah meraih hasil sempurna. Sekolah-sekolah tersebut tentunya cepat beradaptasi dengan sistem yang baru. Dan, lebih jauh dari itu mereka mau bekerja keras demi meningkatkan mutu lulusannya.
Mereka tidak menyalahkan sistem atau kurikulum yang berlaku. Mereka berusaha sekuat mungkin untuk melaksanakannya.Keprihatinan kita lebih tertuju pada SMK/SMA dengan persentase kelulusan nol persen atau 100 persen tidak lulus. Agaknya bisa dimengerti jika muncul kekecewaan yang berujung pada tindakan merusak sebagaimana terjadi di SMA Negeri 2 Kupang Timur, Kabupaten Kupang dan SMA Negeri Boking, Timor Tengah Selatan (TTS).
Tindakan merusak sekolah yang dilakukan sejumlah siswa bukan perbuatan yang baik. Namun, kekecewaan mereka manusiawi. Maka penanganan terhadap kasus ini hendaknya tidak hitam putih. Anak-anak itu masih memiliki masa depan. Tidak lulus UN bukan akhir segalanya. Masih ada jalan lain yang bisa mereka tempuh.Kedua, harus menjadi komitmen semua pihak untuk mempersempit kesenjangan persentase kelulusan siswa/siswi SMK/SMA di Propinsi NTT.
Dalam dua tahun terakhir, kesenjangan itu begitu ekstrim. Lulus 100 persen dan nol persen. Pasti ada yang salah dengan dunia pendidikan kita. Tidak bermaksud mencari kambing hitam, tetapi peranan guru dan seluruh perangkat sekolah patut dipertanyakan untuk kasus kelulusan nol persen.Jarak atau disparitas yang sangat jauh itu harus dipangkas habis. Bukan mustahil kalau kalau butuh keseriusan dalam belajar maka hasil terbaik bisa dicapai. Peran orangtua dan sekolah juga pemerintah sangat penting. Semua daerah hendaknya berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Salam Pos Kupang, 6 Juni 2007. (dion db putra)

Sekolah dulu baru merantau

KITA kutip kembali pernyataan Penasihat Ikatan Keluarga Nusa Tenggara Timur di Propinsi Kalimantan Timur (Ikenttim), ABC Djoka. "Sekolah dulu baru merantau". Pernyataan ABC Djoka tersebut disampaikan dalam acara dialog dan silaturahmi dengan pimpinan dan anggota DPRD NTT, pengurus PWI Cabang NTT dan para wartawan asal NTT di Samarinda, 7 Februari yang lalu.
"Saya sudah puluhan tahun berada di Samarinda. Kenyataannya, tidak banyak perantau asal NTT yang kini bekerja di Kalimatan Timur berpendidikan cukup. Akibatnya, mereka hanya bisa menjadi buruh kasar," demikian Djoka.
Tidak ada alasan bagi kita menampik pernyataan sesepuh NTT di perantauan tersebut. Kenyataannya memang demikian. Dan, hal itu sudah berlangsung sejak lama. Tidak banyak perantau NTT yang berpendidikan cukup. Mereka umumnya merantau dengan modal pendidikan amat minim. Hanya tamatan Sekolah Dasar atau SLTP. Bahkan tidak sedikit drop out pendidikan dasar.
Syukur kalau ada yang berijazah SLTA atau sederajat. Prinsip yang dianut perantau NTT adalah bisa bekerja apa saja di tanah orang untuk mempertahankan hidup.Dengan latar pendidikan minim, maka dapat dimengerti jika pekerja asal daerah ini umumnya menjadi buruh kasar di berbagai perusahaan, baik di Kalimantan, Jawa, Sumatera atau daerah lainnya.
Profesi yang cukup banyak ditempati anak-anak NTT adalah petugas satuan pengamanan (satpam), mandor atau kepala gudang. Bermodalkan fisik yang terlihat kuat dan wajah seram, tak sedikit pula anak NTT yang menjadi pengawal pribadi bos-bos perusahaan besar.
Tenaga kerja wanita (TKW) pun kondisinya tidak jauh berbeda. Pendidikan dan keterampilan mereka sangat terbatas. Sudah berulangkali kita menyaksikan penderitaan TKW asal NTT yang diperlakukan tidak manusiawi oleh majikan mereka.Pekerja dengan tingkat pendidikan dan keterampilan rendah sangat rentan posisinya.Mereka itulah yang akan menjadi korban pertama manakala perusahaan terpaksa melakukan rasionalisasi tenaga kerja demi efisiensi.
Dalam dialog dengan wartawan di Samarinda, Rabu pekan lalu, para tokoh NTT yang tergabung dalam Ikenttim juga mengungkapkan kenyataan tentang warga NTT yang di-PHK oleh perusahaannya di Kaltim. Mereka terpaksa dirumahkan karena perusahaan sedang merugi.
Untuk mempertahankan hidup, mereka bekerja apa saja.Tingkat pendidikan masyarakat yang lebih memadai masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah dan masyarakat NTT. Sekitar 70 persen penduduk NTT berpendidikan rendah (SD/SLTP). Namun, kita sesungguhnya tidak kekurangan tenaga produktif tamatan perguruan tinggi.
Setiap tahun rata-rata 2.000 sampai 3.000 lulusan pendidikan tinggi di berbagai daerah di NTT. Dalam kurun waktu dua sampai tiga bulan selalu ada acara wisuda sarjana di Kupang atau kota lainnya. Jumlah tersebut di atas belum termasuk anak-anak NTT yang menimba ilmu di luar NTT.
Persoalannya terletak pada lapangan kerja yang amat sedikit sehingga mereka tidak langsung bekerja setelah menyelesaikan studi. Pegawai negeri sipil (PNS) pun menjadi incaran. Setiap kali pemerintah daerah membuka kesempatan menerima Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD), ribuan sarjana melamar meskipun mereka tahu dan sadar formasinya sangat terbatas.Pernyataan sesepuh NTT di Kaltim itu seharusnya menggugah perhatian kita untuk melakukan terobosan yang lebih berarti.
Sudah saatnya kita mengirim anak-anak NTT yang berpredikat sarjana ke luar daerah. Dalam hal ini peranan pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sangatlah penting. Pada tahap yang sederhana, Dinas Tenaga Kerja hendaknya menjadi pusat informasi pasar kerja di berbagai daerah di Indonesia. Artinya, sebelum mengadu nasib ke suatu daerah, tenaga kerja kita sudah memiliki informasi yang cukup tentang lapangan kerja yang tersedia serta kualifikasi tenaga yang dibutuhkan. Salam Pos Kupang, 14 Februari 2007. (dion db putra)

Tata krama pemerintahan

BUKAN tanpa pertimbangan rasional jika dalam beberapa pekan terakhir ini media massa, baik media cetak maupun media elektronik di Nusa Tenggara Timur (NTT) sedikit menyoroti jalannya roda pemerintahan di Kota Kupang.
Media massa menyoroti persoalan itu agar tidak terjadi kevakuman roda pemerintahan Kota Kupang berkaitan dengan sakit yang diderita Walikota, SK Lerik sejak akhir tahun lalu.Walikota SK Lerik jatuh sakit saat menjalankan tugas di Padang, Sumatera Barat sejak tanggal 16 Desember 2006.
Dari Padang beliau kemudian dirujuk ke Rumah Sakit St. Elizabeth Singapura pada awal bulan ini dan masih menjalani perawatan sampai sekarang. Sempat beredar informasi yang simpang-siur tentang perkembangan kesehatan walikota. Suasana itu tercipta lebih dari dua pekan lamanya.
Hal itu terjadi karena pejabat berwenang di lingkungan Pemerintah Kota Kupang tidak segera mengumumkannya kepada publik, termasuk memberikan laporan kepada Gubernur Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Piet A Tallo, S.H. DPRD Kota Kupang sebagai wakil rakyat kota ini pun diam-diam saja. Seolah-olah tidak terjadi sesuatu dengan Walikota SK Lerik.Muncul kesan kuat ada upaya menutup-nutupi informasi tentang kesehatan walikota.
Sesuatu yang seharusnya tidak perlu terjadi karena Walikota SK Lerik adalah pemimpin lebih dari 250 ribu jiwa warga Kota Kupang. Beliau adalah pejabat negara. Seorang pejabat publik sehingga wajar jika informasi apapun tentang dia perlu disampaikan secara transparan.Menyadari kondisi demikian, pada tanggal 11 Januari 2007, Gubernur NTT secara resmi menyurati Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang. Ada dua hal penting dalam surat gubernur No. Pem.131/03/2007 itu.
Pertama, agar segera melaporkan perkembangan terakhir kesehatan Walikota Kupang (medical record) kepada pemerintah pusat melalui Pemerintah Propinsi (Pemprop) NTT pada kesempatan. Kedua, untuk menghindari kevakuman penyelenggaraan pemerintahan di Kota Kupang dan sesuai pasal 26 huruf g Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Wakil Kepala Daerah (Wakil Walikota) melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah berhalangan.
Dalam tata krama pemerintahan semestinya laporan tentang kesehatan Walikota SK Lerik itu tidak perlu menunggu permintaan gubernur sebagai pejabat pusat yang ada di daerah. Pemkot Kupang wajib memberi laporan, baik diminta ataupun tidak diminta.
Syukurlah, permintaan Gubernur NTT tersebut langsung dipenuhi Pemkot Kupang. Wakil Walikota Kupang, Drs. Daniel Adoe memberikan laporan lisan disusul laporan tertulis kepada gubernur. Poin kedua surat Gubernur NTT juga dilaksanakan. Seperti disiarkan media massa, terhitung sejak hari Senin, 15 Januari 2007, Wakil Walikota Kupang, Drs. Daniel Adoe mengambil alih roda pemerintahan.
Daniel Adoe mengambil alih segala urusan pemerintahan guna menghindari kevakuman penyelenggaraan pemerintahan di Kota Kupang lebih lama lagi.Kita mendapat pelajaran berharga dari situasi yang terjadi di Kota Kupang. Pengalaman berharga soal tata krama pemerintahan, soal tanggung jawab publik, transparansi dan terutama agar tidak memahami secara keliru UU No. 32 tahun 2004.Baiklah.
Semuanya sudah menjadi jelas sekarang. Wakil Walikota sudah menggelar pertemuan atau rapat koordinasi dengan Sekretaris Kota, Jonas Salean, para asisten serta pimpinan dinas, instansi terkait, para camat di lingkup Pemkot Kupang. Suasana yang tercipta sungguh menggembirakan. Ada saling pengertian. Ada kerja sama di sana.Suasana rukun dan akrab seperti itulah yang didambakan seluruh warga Kota Kupang.
Mengapa? Selain demi berputarnya roda pemerintahan sehari-hari, pelayanan terhadap masyarakat tidak boleh putus. Pelayanan terbaik kepada rakyat kiranya tetap menjadi komitmen pemerintah Kota Kupang. Suasana itu hendaknya tetap dipertahankan. Pemkot Kupang pun sudah berjanji untuk menyampaikan secara terbuka perkembangan kesehatan Walikota SK Lerik.
Janji itu harus ditepati karena rakyat Kota Kupang berhak tahu kondisi kesehatan pemimpinnya. Kita semua mendoakan agar beliau cepat sembuh dan kembali bekerja seperti biasa. Salam Pos Kupang, 17 Januari 2007. (dion db putra)

Sindrom telmi

PERINGATAN kita sejak lama sungguh menjadi kenyataan. Tahun baru seharusnya kita berbahagia. Bergembira, bersenang- senang dengan keluarga dan sahabat. Yang terjadi sebaliknya. Hari pertama tahun 2007 langsung diwarnai duka.

Derai air mata. Pesawat Adam Air jenis Boeing 737 seri 400 yang terbang dari Surabaya menuju Manado hilang kontak setelah satu jam terbang. Tak ada informasi lain yang kita peroleh selain itu. Nasib pesawat baru diketahui 24 jam kemudian.

Pesawat dengan nomor penerbangan DHI 574 yang mengangkut 96 penumpang itu ditemukan jatuh berkeping-keping di wilayah Kecamatan Matangnga, Kabupaten Polewali Mandar, Propinsi Sulawesi Barat.Jatuhnya pesawat Adam Air tersebut menambah warta duka karena sebelumnya sudah terjadi kecelakaan laut yang menimpa KMP Senopati Nusantara di Laut Jawa. Kapal Senopati mengangkut 400-an penumpang. Lebih dari 200 orang berhasil diselamatkan.
Sisanya kehilangan nyawa.Pada hari pertama tahun 2007 juga terjadi kecelakaan laut di perairan Maluku. Dilaporkan dua kapal cepat tenggelam dihantam gelombang setinggi 2 meter. Sebanyak lima orang penumpang meninggal dunia, dua orang belum ditemukan.
Kecelakaan laut dan udara itu seolah melengkapi penderitaan sebagian besar saudara kita yang tertimpa bencana banjir dan tanah longsor di wilayah Sumatera di penghujung tahun 2006. Banjir di Sumatera bahkan kian meluas dengan jumlah korban jiwa sudah mencapai ratusan orang. Benarlah apa yang sering dikatakan bahwa tahun baru tidak selalu membawa harapan baru.
Kita malah memulai tahun baru ini dengan perasaan gundah, gelisah dan cemas. Syukurlah kecelakaan laut dan udara atau bencana alam dengan korban jiwa belum terjadi di wilayah kita, Propinsi Nusa Tenggara Timur pada awal tahun 2007 ini.
Acara malam pergantian tahun pun berlangsung aman, lancar dan relatif tertib. Tidak ada kejadian menonjol seperti kasus kriminalitas atau kecelakaan lalulintas yang menelan korban jiwa. Namun demikian, kita hendaknya tidak boleh terlena. Sejak dua hari lalu Pemerintah Pusat mengeluarkan pengumuman resmi untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam di seluruh wilayah Indonesia.
Peringatan secara khusus ditujukan kepada instansi penyedia jasa transportasi, baik darat, laut maupun udara untuk mengutamakan keselamatan manusia ketimbang kepentingan bisnis. Jangan memaksakan diri untuk tetap berlayar atau terbang jika kondisi cuaca sedang buruk.
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) sejak bulan Desember lalu mengumumkan data perkiraan cuaca yang tidak bersahabat dan perkembangannya terus diperbaharui setiap saat. Kiranya peringatan BMG tersebut kita patuhi. Jangan sampai terulang tragedi Pukuafu yang akan genap setahun 31 Januari 2007.Apa tindakan pemerintah daerah kita di sini?
Maaf saja kita belum melihat geliat dan aksi nyata meskipun mereka tahu kampung halamannya akrab dengan kecelakaan laut serta bencana alam lainnya. Kita tidak melihat kampanye yang serius dan sungguh-sungguh untuk mengutamakan keselamatan manusia NTT yang hampir 80 persen mengandalkan jasa transportasi laut dan darat untuk bepergian ke mana-mana guna memenuhi kebutuhannya. Cara berpikir dan cara bertindak kita masih seperti dulu.
Kita masih bergaya ala petugas pemadam kebakaran. Ada bencana dulu, ada korban jiwa dulu baru bersibuk ria mengurusnya. Kita terserang sindrom telmi (telat mikir) dan beraksi. Kampanye yang menonjol di sini malah soal suksesi. Tak sedikit tokoh pemimpin formal kita yang lebih sibuk bicara suksesi meskipun waktu pilkada masih jauh.
Belum saatnya. Dia begitu getol dan genit berkoar dalam berbagai forum untuk "menjual dirinya" sebagai calon kepala daerah yang pantas bertarung dalam pilkada. Cukup sering malah tidak tahu diri lagi karena "menjual diri" pada tempat dan waktu yang salah. Menimbulkan antipati. Sesuai tugas dan tanggung jawabnya, seharusnya hari-hari ini mereka serius memantau kesiapan instansi penyedia jasa transportasi seperti PT Pelni, ASDP, maskapai penerbangan atau Bandar Udara.
Hari-hari ini semestinya mereka giat mengingatkan masyarakat untuk waspada dan aktif melakukan konsolidasi seluruh jajaran pemerintah agar siap menghadapi kemungkinan bencana. Selamat Tahun Baru 2007. Salam Pos Kupang 3 Januari 2007. (dion db putra)

Dari Pos Kupang untuk NTT

HARI ini, Senin 22 Oktober 2007, kami keluarga besar Surat Kabar Harian Pos Kupang kembali mempersembahkan sesuatu bagi masyarakat NTT. Kami menyelenggarakan kejuaraan tinju amatir antarsasana se- Nusa Tenggara Timur. Event ini memperebutkan Menpora Cup, berlangsung hingga tanggal 28 Oktober 2007. Titelnya Menpora Cup karena Kantor Kementerian itu menyiapkan dana Rp 50 juta. Jumlah yang belum cukup dan kami mencari tambahan dana dari sponsor lain, termasuk dari kantong sendiri (Pos Kupang). Bagi kami kepercayaan dari Kantor Menpora merupakan suatu tantangan yang harus dijawab dengan bekerja sungguh-sungguh menyukseskan kejuaraan ini.
Kejuaraan dibuka Ketua Harian KONI Propinsi NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si. Ada 15 sasana yang ikut dari Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu, Flores Timur dan Sumba Timur. Titel NTT terwakili. Cukup representatif.
Acara pembukaan berjalan lancar walau agak terlambat sekitar 30 menit karena sasana peserta tidak tepat waktu. Ya, begitulah disiplin masyarakat kita. Sangat memprihatinkan. Padahal displin adalah kunci sukses dalam lapangan hidup manapun, termasuk olahraga.
Sempat memanaskan suasana karena dokter ring dari Pertina datang terlambat ke GOR Flobamora di Jl. WJ Lalamentik Kupang, tempat pertandingan berlangsung. Tapi itulah warna-warni membuat event yang melibatkan massa. Outdoor event istilahnya. Tidak gampang bung! Selalu saja ada kekurangan dan kelemahan di sana-sini, sehingga dibutuhkan kesabaran dan kepala dingin.
Kami punya secuil pengalaman menggelar event dengan melibatkan masyarakat. Sejak tahun 2005 menggelar kejuaraan sepakbola antarklub se-NTT bertitel Pos Kupang Cup. Sukses besar dan brand itu tertanam cukup kokoh-kuat sampai sekarang. Kami juga pernah menggelar jalan santai 10.000 orang di Kota Kupang tahun 2005. Sejak itu mata orang terbuka!
Saya bangga –secara pribadi dan dalam kapasitas sebagai unsur Pos Kupang. Antusiasme masyarakat cukup baik terhadap event yang dibuat Pos Kupang. Saya bangga atas partisipasi awak Pos Kupang yang bekerja keras menjadi panitia pelaksana. Setelah mendapat “suntikan” dari Om Damyan Godho (PU Pos Kupang) dalam pertemuan umum 10 Oktober lalu, teman-teman mulai sadar untuk menimbun sense of belonging terhadap Pos Kupang. Event Pos Kupang berarti semua unsur Pos Kupang wajib terlibat dan melibatkan dirinya!!!
Memang masih ada kru yang bekerja asal-asalan. Kelihatan sibuk tapi kontribusinya sungguh kecil. Ya, biasalah hal itu dalam suatu organisasi. Ada orang yang bekerja mati-matian, ada yang cuma numpang lewat, takut ambil resiko dan sebagainya. Saya sungguh berharap event ini sukses, sehingga brand Pos Kupang yang tanggal 1 Desember 2007 genap berusia 15 tahun tetap kuat dan semakin tertanam di hati masyarakat Nusa Tenggara Timur. Membangun trust (kepercayaan). Itulah yang harus terus-menerus ditumbuhkan.
Di tengah acara pembukaan malam ini ada yang menghampiri saya dan berkata. “Om Dion, kapan buat kejuaraan kempo? Kami iri kenapa Pos Kupang cuma buat event sepakbola dan sekarang tinju. Usahakan buat kejuaraan kempo,” kata salah seorang hakim tinju. Saya terharu. Apresiasi orang terhadap Pos Kupang tidaklah buruk.
Saya berkata kepada sahabat itu, “Terima kasih atas apresiasi ini. Kita urus satu per satu. Kami (Pos Kupang) juga punya keterbatasan. Mudah-mudahan suatu saat kami pun bisa membuat kejuaraan kempo.” Saya dikenal sebagai orang kempo karena pernah menekuni olahraga beladiri itu selama 3 tahun. Saya memahami perasaan “iri” mereka. Mudah-mudahan ada jalan bagi kami... (dion db putra)

Pertemuan pertama yang menggoda

Oleh Dion DB Putra

HARI
ini perhatian penggemar sepakbola dunia bakal menarah ke Stadion Nasional Tokyo Jepang untuk menyaksikan pertandingan antara juara benua Eropa dan Amerika Selatan memperebutkan Piala Toyota 1996. Pertandingan tahunan ini sudah berlangsung sejak 1960 yaitu mempertemukan juara Piala Champions Eropa dan juara Piala Libertadores (Copa America).
Klub mana yang keluar sebagai pemenang hari ini, mendapat julukan juara dunia sejati. Tahun 1996 Eropa diwakili oleh klub Italia, Juventus sedangkan Amerika Selatan atau Amerika Latin melalui River Plate, Argentina. Di arena Piala Toyota atau sebelum tahun 1980 bernama Piala Inter Continental, kedua klub tersebut belum pernah bertemu.
Dengan lain kata, perebutan Piala Toyota 1996 merupakan kesempatan perdana bagi kedua tim untuk menunjukkan kepiawaannya di Stadion Nasional Tokyo yang bakal menyedot perhatian jutaan pemirsa di seantero jagat.
Tahun 1985, ketika Juventus pertama kali merebut Piala Toyota lawan Michael Platini dkk saat itu ialah klub terkemuka Argentina lainnya, Argentinos Junior. Kala itu Juve menang 6-4 lewat adu tendangan penalti setelah imbang 2-2. Setahun kemudian pada 1986, giliran River Plate menjadi juara Piala Toyota dengan menumpas pemegang Piala Champions Eropa. Steau Bucharest dari Rumania 1-0.
Dengan demikian final Piala Toyota 1996 merupakan kesempatan bagi Juventus maupun River Plate menjuarai Piala Toyota kedua kalinya. Kecuali itu, siapa pemain terbaik yang berhak memperoleh sebuah mobil sedan Toyota dari penyelenggara.
Bagi penggemar bola di sini, Juventus tentu saja lebih dikenal tinimbang River Plate. Hal ini akibat logis dari publikasi maha luas tentang Liga Seri A Italia maupun liga Eropa umumnya. Nama River Plate mungkin pernah terdengar, tetapi macam apa kehenatannya, tak banyak diketahui publik Indonesia yang sangat kuat berkiblat ke Eropa.
Tak apalah, keengganan media massa melirik Amerika Sealtan, boleh jadi lantaran negeri-negeri di kawasan itu sama miskinnya dengan kita. Sama-sama negara berkembang! Cuma ada satu hal pasti, dalam soal main bola Amerika Latin adalah bangsa paling maju, bangsa nomor satu di dunia. Karena itu, Anda sebaiknya tidak memandang rendah utusan Copa America.
Karena merupakan pertemuan perdana, duel Juventus vs River Plate petang ini akan menggoda bolamania. Paling tidak, kita akan menyaksikan sejumlah momentum cantik dari perseteruan dua gaya sepakbola, Erupa versus Amerika Selatan. Juventus dengan keunggulannya dalam bertahan dan menyerang menghadapi River Plate yang meliuik-liuk bagai penari Tango sembari memperlihatkan ketajaman daya sering tim serta keterampilan individu yang menawan.
Pelatih Juventus, Marcello Lippi kemungkinan besar tidak beralih dari kesukannya memainkan secara dominan formasi 4-4-2 dikombinasikan dengan 3-4-3 saat menyerang dan 5-3-2 ketika bertahan total khas Italia. Lippi pasti tidak suka memakai sistem pertahanan zona, karena bisa merepotkannya menghadapi gempuran bertubi-tubi River Plate. Cara terbaik bagaimana menjaga keseimbangan man to man marking serta penguasaan blok tengah dan belakang.
Dari kubu River Plate, Pelatih Ramon Angel Diaz - yang dalam pasukannya terhadap tiga pemain nasional Argentina - bakal menerapkan sepakbola menyerang murni. Polesan tangan Ramon sudah terbukti ketika River Plate merenggut Piala Libertadores 26 Juni lalu dengan melumat Amerika Cali (Kolombia) 2-0 pada pertandingan puncak.
Formasi 3-4-3 bisa menjadi pilihan Ramon, karena kuartet gelandangan mesti konsisten menggalirkan bola pada Hernan Crespo, Ramon Medina Bello atau jagoan tua Enzo Francescoli di barisan penyerang. Soal ketajaman barisan depan, pilar Juve jangan main-main dengan Crespo dan Bello. Kualitas Hernan Crespo tak kalah bagus dibanding Alen Boksic atau Michele Padovano.
Sampai kemarin, banyak pengamat lebih menjagokan Juventus menang dan playmaker Alessandro Del Piero disebut-sebut akan keluar sebagai pemain terbaik Piala Toyota 1996. Kita tunggu saja penampilan Alex Piero petang ini. Bukan mustahil Juventus justru keok dan menambah daftar tumbangnnya klub-klub Eropa. Dominasi Amerika Selatan di Piala Toyota belum tersaingi tim-tim Eropa. Sejak 1960, Amerika Latin masih unggul 20-14. Prinsipnya, siapa juara dunia 1996 dialah tim yang paling siap berperang. **


Prakiran pemain
Juventus:
Angelo Peruzi, Michaelangelo Rumpulla, Ciro Ferrara, Paoo Montero, Sergio Porini, Moreno Toricelli, Didier Deschamps, Angelo Di Livio, Zinedine Zidane, Alessandro Del Piero, Alen Boksic, Michele Padovano.
River Plate: Roberto Oscar Bonano, Ricardo Altamirano, Celso Rafael, Edurado Berizzo, Celso Rafael Ayala, Hernan Crespo, Leonardo Ruben Astrada, Sergio Berti, Marcelo Daniel Gallardo, Enzo Francescoli, Ramon Medina Bello. Dipublikasikan Pos Kupang edisi Selasa, 26 November 1996

Alex menipu Alex, Lippi yang terbaik

Oleh Dion DB Putra

SEHARI menjelang big match di Stadion Old Trafford melawan Manchester United (MU), playmaker Juventus, Alessandro Del Pierro mengatakan, dia akan absen dalam pertandingan itu. Dia ingin menyiapkan fisik menghadapi juara Amerika Selatan, River Plate dalam perebutan Piala Toyota di Tokyo, Selasa (26/11/1996). Pengakuan Del Piero yang oleh publik di negerinya lebih akrab dengan sapaan Alex ini diberitakan luas oleh media massa internasional.

Mendengar hal itu, Pelatih MU Alex Ferguson mengulum senyum. Dalam analisisnya, Juventus tanpa "Alex" Del Piero serta Antonio Conte (kapten) yang masih cedera, kekuatannya hanya sekitar 75 persen. Pria Skotlandia itu langsung mematok target, MU harus menang di kandang sendiri dalam pertandingan Rabu malam atau Kamis dini hari Wita (21/11/1996).

Namun, satu jam menjelang duel itu, Alex Ferguson seakan tidak percaya bahwa Pelatih Juventus, Marcello Lippi menurunkan Alex Del Piero. Strategi Ferguson kacau-balau. Dia tidak menyiapkan pemain serta strategi khusus untuk mengawal jelajah Del Piero saat merumput di Old Trafford.

"Tipuan" gaya Alex Piero akhirnya terbukti. Manchester United kalah 1-0 hasil tembakan penalti Del Piero menit ke-36. Ferguson keluar lapangan dengan wajah loyo, tak tahan mendengar omelan sekitar 45.000 pendukung MU yang kecewa.

Ini merupakan kekalahan kedua kalinya berturut-turut di kandang sendiri hanya dalam tempo dua minggu! Pada 30 Oktober lalu, MU menyerah dengan skor yang sama pada juara Turki, Fenerbache. Kini, nasib MU di ujung tanduk. Untuk lolos ke perempatfinal Liga Champions Eropa 1996/1997, memerlukan sedikit keajaiban. MU harus menang pada duel terakhir melawan Rapid Wina, dengan catatan Fenerbache menyerah pada Juventus di Delle Alpi Turin.

Melihat penampilan tim "Setan Merah" melawan Juventus seperti ditayangkan RCTI mulai pukul 03.30 Wita kemarin, siapa pun perlu mengakui Juventus pantas menang. Lippi membuktikan dirinya layak terpilih sebagai pelatih terbaik di Italia tahun 1995 dan 1996.

Strategi jitu Lippi membalikkan ramalam bahwa MU akan menang di rumah sendiri. Turun dengan formasi 4-4-2 (MU pun memainkan formasi yang sama), pasukan Lippi langsung menekan sejak kick off. Lippi memegang prinsip pertahanan terbaik adalah menyerang tanpa henti. Alex Ferguson rupanya tidak cepat menangkap strategi ini. MU yang biasanya sangat lugas dalam menyerang, justru berada di bawah tekanan lawan.

Para pemain MU yang dikomando sang jenderal Eric Cantona, masih senang memanfaatkan lebar lapangan dengan sistem pertahanan zona. Celakanya, duel di lapangan tengah dikuasai kuartet Juve, Didier Deschamps, Zidane, Alessandro Del Piero dan Vladimir Jugovic. Kehadiran Del Piero sungguh merusak konsentrasi Cantona dalam merancang serangan ke jantung pertahanan lawan. Selama babak pertama, Juve mendominasi pertandingan sekitar 55 persen.

Gol tunggal Juventus pada menit ke-36 adalah bukti nyata buruknya palang pintu "Setan Merah". Alex Del Piero yang begitu bebas berkeliaran, dihadang Butt lalu terjatuh dalam kotak terlarang. Old Trafford diam seribu bahasa saat tembakan kaki kanan Alex mengoyak jala Peter Schmeichel.

Striker MU, Ole Gunnar Solskjaer praktis hanya mendapat dua peluang bagus pada 45 menit pertama. Umpan-umpan Ryan Giggs dari wing kiri maupun David Beckham dari sayap kanan, kurang terukur dan selalu bisa dihalau pilar pertahanan Juve, Ciro Ferrara, Moreno Toricelli dan Paulo Montero. Karena kesal, Eric Cantona bahkan "memakan" Montero pada menit ke-41 sehingga wasit menghadiahkannya kartu kuning.

Babak kedua, Alex Ferguson baru berhasil mengembalikan jiwa permainan timnya. Kendali permainan 80 persen dipegang Setan Merah. Serangan yang dibangun Cantona dkk menghasilkan delapan tendangan pojok dan enam peluang emas dan yang memporak-porandakan pertahanan tim "Zebra". Kegagalan MU mencetak gol lebih disebabkan oleh permainan cemerlang kiper nomor satu Italia, Angelo Peruzzi di bawah mistar Juve.

Peruzzi mematahkan tembakan voli Eric Cantona pada menit ke-64 dari luar kotak enambelas. Demikian pula dengan sontekan setengah dada Ryan Giggs pada menit ke-78. Bila diberi angka, Peruzzi pantas meraih nilai 10 atau yang tertinggi menyusul Del Piero dan libero Ciro Ferrara.

Di kubu MU, masuknya Jordi Cruyff pada menit ke-83 menggantikan Solskjaer tidak banyak membantu. Sebaliknya, Marcello Lippi mengganti Di Livio dengan Tacchinardi untuk memperkuat pertahanan pada saat injury time.

Lippi akhirnya sukses besar di Grup C Liga Champions Eropa 1996. Mereka tak terkalahkan dan sudah pasti lolos ke perempatfinal. Kemenangan Juve menegaskan bahwa mereka adalah tim yang menyerang maupun bertahan sama bagusnya. Lebih dari itu, bangsa Inggris rupanya perlu belajar tentang Italia yang pintar mengibuli lawan, Italia yang terkenal dengan mafianya. Munculnya Alex Piero hanya satu jam menjelang pertandingan, membuat Alex Ferguson harus mengurut dada, menelan kekecewaan untuk kedua kalinya.

** Dipublikasikan Pos Kupang edisi Jumat, 22 November 1996.

Mata "Setan Merah" terlanjur merah

Oleh Dion DB Putra

NASIB
klub Manchester United (MU) tergolong unik. Mengawali kompetisi Liga Inggris 1996/1997 ini, mereka membabat Newcastle United yang diperkuat pemain termahal di Britania Raya, Alan Shearer dengan skor telak 4-1.

Kehadiran sejumlah pemain muda seperti Jordi Cruyff, Karel Poborsky, David Beckaham dan Ole Gunnar Solskjaer, menjadikan tim ini sangat solid. Aksi menawan pasukan Alex Ferguson pada awal kompetisi membuat publik dunia kagum dan yakin juara bertahan itu bakal berjaya lagi musim ini. Namun, kenyataan kompetisi justru berkata lain. MU terus terpuruk memasuki minggu ke-13 kompetisi Liga Inggris.

Hingga akhir pekan lalu, MU masih terseok-seok di urutan keenam klasemen sementara, setelah Newcastle, Liverpool, Arsenal, Wimbledon dan Chelsea. MU baru meraup nilai 22 hasil 6 kali menang, 4 seri dan 3 kali kalah. Selama bulan Oktober lalu, MU bahkan mengalami empat kekalahan beruntun, termasuk pecahnya rekor selama 40 tahun di Old Trafford pada 30 Oktober 1996.

Saat itu, MU menyerah 0-1 pada juara Turki, Fenerbahce dalam penyisihan Grup C Liga Champions Eropa. Kejayaan MU yang tak terkalahkan selama 40 tahun di Stadion Old Trafford, pupus sudah. Mitos bahwa MU tidak mungkin kalah di kandang sendiri, kini menjadi mungkin. Old Trafford bukan lagi stadion angker penuh setan, sama seperti julukan Setan Merah bagi Manchester United.

Kekalahan demi kekalahan itu, melahirkan image baru dari bolamania sejagat. MU bukan primadona tunggal di Inggris. Rasa cinta publik sepakbola di sana sudah bergeser. Mereka mulai mencintai Nescastle, Liverpool dan Chelsea asuhan Ruud Gullit.

***
DALAM suasana gonjang-ganjing itu, malam ini atau Kamis dini hari Wita (20/11/1996), MU akan menghadapi juara bertahan Piala Champions Eropa, Juventus-Italia. Pertemuan kedua tim bakal menyedot perhatian dunia. Sedikitnya 20 stadiun televisi, termasuk RCTI akan menayangkan langsung pertandingan itu dari Stadion Old Trafford Manchester.

Bermain di kandang sendiri, motivasi MU untuk menang tidak dapat dikatakan kecil. Apalagi semangat juang Eric Cantona dkk pulih kembali setelah mengalahkan Arsenal 1-0 dalam lanjutan kompetisi liga, Sabtu (16/11/1996).

MU juga pantas memendam ambisi untuk meraih angka penuh karena pada pertemuan pertama bulan September lalu di Stadion Delle Alpi Turin, mereka bertekuk lutut 0-1 pada Juventus. Kekalahan ini mesti dibalas, sehingga duel ini merupakan kesempatan bagi "Setan Merah" untuk menumpahkan dendamnya. Dengan kata lain, mata si "Setan Merah" sudah memerah dan siap menelan lawannya!

MU harus menang guna mempertahankan peluangnya maju ke babak perempatfinal. Jika kalah, mereka harus menang di Wina melawan Rapid bulan depan dengan syarat Fenerbahce dikalahkan Juventus. Kini, MU berada di urutan kedua grup C dengan selisih empat poin di bawah Juventus tetapi hanya dua poin di atas Fenerbahce yang hari ini menjamu Rapid Wina.

Masalah serius yang melanda MU adalah buruknya penampilan Cantona dalam beberapa pekan terkahir. Striker asal Perancis itu seperti tertutup bayang-bayang kejayaan masa lalu. Meski demikian, Alex Ferguson yakin Eric akan tampil maksimal malam nanti.

Di Kubu Juventus, kabar paling akhir menyebutkan juara bertahan itu akan turun tanpa playmaker Alessandro del Piero dan kapten tim Antonio Conte yang harus istrirahat setelah menjalani operasi.
Konsentrasi Juventus pun terbelah dua, karena mereka mesti menyiapkan fisik untuk berhadapan dengan River Plate Argentina dalam pertandingan antara juara Eropa vs Amerika Latin (Piala Toyota) di Tokyo, Selasa pekan depan.

Secara tim, mental Juventus sedang down setelah digilas Inter Milan 3-0 di Piala Italia pekan lalu dan ditahan 0-0 oleh AC Milan dalam lanjutan Liga Seri A, Senin dini hari (18/11/1996). Dengan masa istirahat cuma tiga hari, fisik pemain Juventus belum pulih benar.

Dengan kondisi sekian, Pelatih Marcello Lippi kemungkinan besar akan memainkan pola 6-3-1 atau 4-4-2. Pola ini mengisyaratkan Juventus cenderung bertahan guna menahan gempuran bertubi-tubi dari MU. Hasil seri merupakan target maksimal Lippi dalam pertandingan ini.

Sebaliknya, tim "Setan Merah" tidak akan beralih dari formasi kesukaan Alex Ferguson dengan 3-5-2. Pola ini terbukti cukup efektif dalam sepakbola menyerang khas Inggris, kick and rush. Sebagai tim gabungan pemain tua dan muda, MU memiliki stamina yang cukup untuk determinasi tempo tinggi selama 2x45 menit.
Satu hal yang mencemaskan ialah rasa percaya diri pemain-pemain MU jangan sampai berlebihan. Meski sejarah mencatat, Juventus hanya sekali menang dari sembilan kali lawatannya ke tanah Inggris sejak awal abad ini, MU hendaknya tidak besar kepala. Berbahaya bila Eric Cantona dkk merasa pasti menang di kandang. **

Dipublikasikan Pos Kupang edisi Rabu, 20 November 1996.

Maradona tak lagi primadona

Oleh Dion DB Putra

Diego Armando Maradona, 2 Oktober 1996 cedera otak akibat kecanduan terhadap kokain dan dikhawatirkan meninggal dunia secara tiba-tiba. Menurut salah seorang dokternya, superbintang sepakbola itu terancam mati mendadak dalam waktu dekat. Serial yang diramu dari berbagai sumber ini - berusaha menguak sepenggal jalan hidup Maradona - sejak bocah, masa emas sampai detik-detik menjelang keruntuhannya sekarang.

"SAYA tidak mengabaikan kekhawatiran bahwa Diego Maradona bisa mati mendadak di lapangan sepakbola atau sedang berjalan." Demikian kalimat yang meluncur dari mulut Dr. Ricardo Grimson, dokter pribadi Maradona seperti diberitakan harian ini edisi 4 Oktober 1996.

Tahun lalu, Grimson juga sempat membawa Maradona ke klinik rehabilitasi obat terlarang di Buenos Aires dalam keadaan koma. Saat ini, kata Grimson, Maradona bahkan tidak dapat mengenali orang-orang yang dikenalnya akrab.

Berita yang dikutip kantor berita UPI dari El Grafico, suratkabar olahraga terkemuka di Buenos Aries itu, cukup mengejutkan publik dunia yang mengenal dan mencintai Maradona. Dalam segala keterbatasannya sebagai manusia, Maradona tetaplah sumber inspirasi, salah satu pusat pergumulan sepakbola dunia selama abad ke-20 ini.

Kisah hidup Maradona adalah gambaran tentang seorang manusia yang senantiasa berwajah ganda, gelap dan terang. Ada saat Maradona dipuja melebihi dewa. Tetapi ada waktu, Diego berada pada titik nadir kenistaan tak terampunkan.

***
DIEGO Maradona pada masa lalunya, tidak berbeda dengan para bocah yang lahir dan besar di kebanyakan negara dunia ketiga. Ketika menjejak bumi tanggal 30 Oktober 1960, Maradona langsung menghirup aroma kemiskinan Argentina di bawah kekuasaan Presiden Peron.

Maradona yang tanggal 30 Oktober 1996 ini bakal merayakan hari jadinya ke-36, lahir di Lanus, sebuah kampung kumuh di pinggiran Kota Buenos Aries. Orangtua Maradona termasuk keluarga sangat miskin. Ayahnya bekerja sebagai buruh kereta api yang hanya mampu mengontrak rumah sempit di bilangan Villa Fioritto.

Hidup dalam keluarga dengan delapan orang anak, menyebabkan perhatian orangtua terhadap Maradona tak selalu menggembirakan. Apalagi tinggal dalam rumah sempit ukuran 6x8 meter persegi, membuat Maradona tidak betah. Hari-harinya lebih banyak dia habiskan di luar rumah bersama teman-teman sebaya.
Seperti kebanyakan anak Argentina, sepakbola merupakan sebuah permainan paling mengasyikkan bagi mereka. Tiada hari tanpa menendang bola. Maradona bisa berjam-jam mengocek kulit bundar, tak peduli di jalanan berdebu atau lorong-lorong sempit dalam kawasan pemukiman Villa Fiorito.

Bocah Maradona tergolong kurus dan dekil. Pakaiannya pun seadanya. Maradona juga sering menjadi bulan-bulanan karena ditonjok teman sebaya yang berbadan lebih subur dan sehat. Meski demikian bila ada permainan bola, Maradona selalu masuk dalam tim. Sejak usia 4 tahun ia sudah menunjukkan keterampilannya mengutak-atik kulit bundar yang cukup mengesankan.

Suatu hari di tahun 1969, Fransisco Cornejo dari Klub Argentinos Junior jalan-jalan ke pemukiman Villa Fioritto, Buenos Aries. Dalam kapasitasnya sebagai tim pemandu bakat, Cormejo sedang mendapat tugas mencari calon pemain muda untuk dibina oleh klub profesional itu.

Secara tak sengaja, ia bertemu Maradona. Feeling ball Cornejo menegaskan bahwa Diego memendam bakat besar. Ia meramalkan Maradona menjadi bintang masa depan Argentina yang bakal mendunia. Cornejo yang terpesona melihat Maradona -- langsung meminta izin kepada ayah Maradona untuk melatih bocah tersebut.

Atas persetujuan sang ayah, Maradona lalu dititipkan pada seorang kaya penggemar berat sepakbola di Buenos Aries. Polesan tangan Cornejo mematangkan keterampilan Maradona hingga masuk jajaran pemain inti Argentinos Junior tahun 1976. Walaupun tubuhnya tergolong cebol, goyangan pinggul Maradona di lapangan selalu membuat lawan-lawannya keok.

Jika bintang legendaris lainnya seperti Pele (Brasil), Johan Cruyff (Belanda) atau Beckenbauer (Jerman) masuk tim nasional di atas usia 20 tahun, Maradona sudah memakai kostum kebesaran Argentina pada umur 16 tahun. Pada usia 17 tahun, Maradona memimpin rekan-rekannya merebut Piala Coca Cola, simbol tertinggi kejuaraan sepakbola dunia yunior.

Pada tahun 1978, ia terpilih memperkuat tim Piala Dunia Argentina. Sayang, Maradona tak pernah diturunkan Pelatih Cesar Luis Menotti hingga usai putaran final yang dimenangkan negerinya. Menurut Menotti, Maradona kurang berpengalaman. Maradona harus puas menghuni bangku cadangan melihat aksi seniornya Mario Kempes dkk. Darah mudanya memanas. Sikap temperamental Maradona mulai menyata. Dia mogok bicara dengan Menotti kurang lebih enam bulan.

Empat tahun kemudian - dalam usia 22 tahun - Maradona memimpin tim Argentina ke Piala Dunia Spanyol 1982. Citra buruk dibuat Maradona pada babak perdelapan final. Ia diusir dari lapangan karena menendang pemain Brasil. Argentina kalah dan pupuslah niat mempertahankan mahkota Piala Dunia yang kemudian direbut tim Azzuri Italia.

Setelah gagal di Piala Dunia 1982, Maradona meninggalkan tanah airnya. Ia bergabung dengan klub Barcelona Spanyol dengan uang transfer 8 juta dolar AS. Di klub tersebut, Diego semakin matang hingga dibeli Napoli Italia pada 1984.

Nama Maradona kian melesat. Ia menjadi superstar baru dan anak kesayangan seluruh warga Napoli, kota di Italia selatan yang terkenal miskin. Dengan gaji jutaan dolar, Maradona mulai menikmati gaya hidup kelas atas.

Di Napoli ia tinggal bersama pacarnya Claudia yang kemudian menjadi istrinya - di seubah rumah mewah yang luas, lengkap dengan kolam renang dan sekawanan mobil mewah.

Si cebol ikut membantu orangtuanya. Maradona membangun sebuah rumah besar dan mewah bagi ayah dan ibunya di Kota Buenos Aries. "Saya tidak tega melihat merkea tetap tinggal di rumah sempit di Fioritto. Bagaimanapun peran ayah dan ibu dalam karir sepakbola saya sangat besar," kata Maradona.

Uang hasil kerjanya di klub profesional juga ia jadikan modal usaha. Pada tahun 1984-1985, Diego Maradona memiliki sejumlah perusahaan yang dikelola sahabat atau orang kepercayaannya di Spanyol, Italia dan Perancis. Lewat kepiawaiannya bermain bola, anak miskin itu telah berubah menjadi jutawan muda.
***
KEHADIRAN Maradona tahun 1984 di Napoli merupakan anugerah bagi warga kota tersebut. Secara perlahan, Maradona mendongkrak prestasi Napoli menembus jajaran papan atas liga Italia Seri A - sesuatu yang tidak pernah diraih klub itu pada tahun-tahun sebelumnya.

Selama tujuh tahun berkiprah di klub itu (1984-1991), Maradona membawa Napoli dua kali juara Liga Seri A, tahun 1987 dan 1989. Dominasi Napoli baru bisa dipatahkan AC Milan awal 1990-an. Liukan pinggul, sontekan kaki kiri maupun sundulan kepala Maradona, membuat warga Napoli jatuh cinta. Kecintaan itu mereka wujudkan lewat pemberian gelar Kaisar.

Sambil menikmati masa indah bersama Napoli dan kekasihnya Claudia - tahun 1986 Maradona memenuhi panggilan tanah air untuk membela Argentina di Piala Dunia 1986 Meksiko. Dalam usia belum genap 26 tahun, Maradona mengantar negeri tango itu memenangkan PIala Dunia untuk kedua kalinya. Tahun 1986 menjadi milik Maradona!

Pada putaran final Piala Dunia ke-13 ini, Maradona mencatatkan dirinya sebagai salah satu pemain terbesar. Dia mengukir kontroversi sekaligus kejeniusannya dalam bermain bola. Kontroversi paling heboh adalah gol "Si Tangan Tuhan" ke gawang Inggris pada babak perempatfinal.

Dalam sejarah Piala Dunia sepakbola sejak 1930 di Uruguay, hanya Diego yang menyundul bola ke gawang menggunakan tangan kidalnya dan wasit menyatakan sah sebab tidak melihat Maradona memakai tangan atau kepala. Ketika tayangan ulang video memperlihatkan Diego menyundul dengan tangan - orang-orang mencibirnya. "Itu gol Tangan Tuhan," tangkis Maradona dengan enteng.

Publik Inggris kecewa berat. Namun, orang Inggris pun akhirnya mengakui indahnya gol kedua Maradona ke gawang Peter Shilton untuk menentukan keunggulan Argentina 2-1.

Maradona mengukirnya dengan sangat menawan, melewati lima pemain sekaligus. Dari lapangan tengah, Diego memperdayai Peter Beardsley, Peter Reid dan Terry Butcher. Terry Fenwick berusaha mentekel di kotak penalti, tapi Diego lebih cepat sepersepuluh detik untuk menaklukkan Shilton.

Di babak semifinal, Maradona kembali memborong dua gol ke gawang Belgia. Pada babak final, dalam tatapan mata 110.000 penonton Stadion Azteca Mexico City serta jutaan pemirsa di seluruh dunia, Maradona mengalahkan Rummenigge dkk 3-2. Jerman menangis, Argentina larut dalam pesta.

Nama Maradona yang cuma memiliki tinggi badan 165 cm dan agak gemuk itu melambung jauh. Lebih dari 100 orangtua bayi yang lahir bulan Mei-Agustus 1986 merasa perlu memberi nama anak mereka Maradona. Maradonamania menghipnotis dunia.

Seorang gadis dari Benfleet Inggris, Jeniece Harris rela membayar 3 ribu poundsterling kepada seorang ahli hukum guna mengubah namanya menjadi Janiece Jennifer Dorothy Arsenal Maradona. Para pakar membuat penelitian khusus tentang Maradona. Hasilnya, anatomi tubuh Maradona yang paling berperan adalah pinggul. Kesimpulan lain, Maradona adalah jenius bola, skillnya merupakan gabungan lima seniman bola terbesar dalam sejarah.

Ia mampu mengutak-atik bola seperti Pele, menguasai lapangan tengah selevel Cruyff, berkelit bagaikan George Best, gerakan kakinya laksana Baggio dan umpan-umpannya amat matang seperti Beckenbauer pada masa puncaknya.

Tahun 1986 Maradona mereguk segalanya. Nama besar, harga diri, kekayaan dan seorang istri yang setia, Claudia. Di Argentina, ia menjadi anak angkat Presiden Carlos Menem, mendapat anugerah warga negara teladan. Dunia mencetak namanya dengan tinta emas. Siapapun mengakui, Maradona adalah primadona.

***
MARADONA mungkin termasuk makhluk yang kurang sependapat dengan adagium salah seorang tokoh besar dunia, Bung Karno yang pernah mengatakan: "Hidup dimulai pada usia 40 tahun". Hal ini karena Diego, secara de fakto sudah memulainya dalam usia 26 tahun.

Pada umur yang terbilang masih muda itu - Diego Armando telah mendapatkan segalanya. Popularitas, kekayaan dan masa depan cerah. Usai memimpin Argentina merebut Piala Dunia 1986, ia disanjung bak dewa. Laksana magnet, ke mana pun ia pergi orang berusaha mendekatinya, sekadar bersalaman, menyentuh atau menyapanya. Di Napoli ia dipuji sebagai orang suci, santo dari Fioritto.

Dengan uang dan daya pukaunya, Maradona memang bisa berbuat apa saja yang dia suka. Hidupnya penuh kemewahan dan prestise kelompok masyarakat kelas atas. Jika raja pers dan wartawan olahraga terkemuka Indonesia Valens Doy berpendapat – dalam kehidupan setiap pria hebat, selalu ada peran perempuan di baliknya -- hal tersebut juga mewarnai perjalanan hidup Maradona.

Nama besar Maradona membuatnya selalu dikelilingi kaum hawa. Setiap kali bermain, selusin gadis hampir pasti mendukungnya dari luar lapangan. Mereka bahkan tak segan-segan mengikuti Maradono ke mana pun ia berada.

Di antara puluhan gadis latin bermata coklat yang selalu berusaha menarik perhatian Maradona - Cristiana Sinagra merupakan satu-satunya gadis Napoli yang membuat Diego mabuk kepayang. Ana seakan tak peduli Diego sudah memiliki istri, Claudia. Setiap kali Diego bertanding, baik di Napoli maupun kota-kota lainnya di Italia, Ana pasti ada di pinggir lapangan.

Sekuat-kuatnya pertahanan iman, Maradona akhirnya hanyut dalam hangatnya pelukan Cristiana. Suatu malam di tahun 1986, insiden "main samping" tak terelakkan. Maradoan mereguk nikmatnya surga, menanam benih di rahim Ana tanpa sepengetahuan istri yang menunggunya dengan setia di rumah.

Tahun 1989, beberapa saat setelah Maradona membawa Napoli untuk kedua kalinya menjuarai Liga Seri A, Ana meluapkan suara hatinya kepada pers. "Aku telah mengandung dan melahirkan anak Diego," katanya. Dunia tersentak, publik Italia terbelalak. Anehnya, Maradona diam seribu bahasa dan sebagian besar warga Napoli menganggap Maradona suci adanya!

Sampai hari ini, Maradona belum mau mengakui bahwa anak yang dilahirkan Cristiana bernama Diego Armando Maradona Junior itu adalah titisan darah dagingnya. Diego Jr saat ini berusia 10 tahun dan tinggal bersama ibunya di Napoli.

Wajah bocah itu mirip sekali dengan Maradona, demikian pula kemampuannya dalam bermain bola. Meskipun tidak kidal seperti ayahnya, dalam usia 9 tahun Diego Jr sudah diperebutkan sejumlah klub bola anak-anak di Napoli. "Ibuku berkata, Maradona adalah ayahku. Dan aku memang selalu merindukan ayah," kata Diego Jr suatu ketika.

Sejak pengakuan Ana tahun 1989 itu, kehidupan rumah tangga Maradona mulai diterjang prahara. Ia dan Claudia sering bertengkar. Maradona pun mulai intim dengan minuman keras serta obat terlarang. Kerapkali ia pulang larut malam dalam keadaan mabuk. Tak betah tinggal di rumah dan ogah menjalani latihan bersama rekan-rekannya di Napoli.

Untung, Diego masih memiliki Claudia, istri yang tak pernah mengeluh, pendamping hidup yang lebih memilih diam demi keutuhan rumah tangga serta kebahagiaan kedua putri mereka. Di mata Claudia, Diego tetaplah bintang pujaan. Selingkuh Diego-Ana masih terlalu kecil untuk mengikis totalitas cintanya pada Maradona.

DI tengah prahara rumah tangganya, Maradona kembali memimpin Argentina ke Piala Dunia 1990 di Italia. Kalah 0-1 pada pertandingan pembukaan melawan Kamerun, Maradona justru sukses mengantar tim tango ke grand final.

Perjuangan mempertahankan gelar itu sangat berat. Di semifinal, Argentina mematahkan Italia lewat adu penalti. Masyarakat Italia membenci Maradona. Sewaktu bertanding di final melawan Jerman, penonton Italia membencinya. Hanya orang Napoli yang meneriakkan namanya dari bibir lapangan.

"Saya menangis untuk apa yang dilakukan orang Italia terhadap saya, terhadap Argentina," katanya. Maradona menangis dalam arti sesungguhnya. Ia merasa dipaksa menyerahkan Piala Dunia kepada Jerman melalui gol penalti Andreas Brehme. Diego menilai dendam orang Italia yang tersungkur di semifinal hanya tertumpah pada dirinya.

Sejak tahun 1990, prestasi El Pibo de Oro (Si Anak Emas) ini terus surut, seiring usia, problem hidup dan obat-obatan yang menggeranyangi hidupnya. Setelah gagal di Piala Dunia, Maradona harus meninggalkan Napoli 1991 bersamaan dengan kasus kokain yang menerpanya.

Maradona tertangkap basah dan dihukum selama 15 bulan. Jauh sebelum itu, dia memang sudah sering bentrok dengan Coradio Ferlanio, bos Napoli. Fernalio marah dan kecewa karena Maradona mabuk-mabukan dan kecanduan obat terlarang.

Setelah bebas dari hukuman tahun 1992, Maradona ingin kembali ke Napoli. Tetapi pintu baginya sudah terkunci. Ia lalu pergi ke Servilla Spanyol, tetapi tidak lama. Pada masa gonjang-ganjing itu - Diego memutuskan pulang ke tanah airnya dan bergabung dengan klub Newels Old Boys. Tetapi, ia masih suka berontak dan ditendang Newels. Ketika wartawan mengkonfimasi kasus ini, ia menembak dengan pistol mainan. Dua juruwarta cedera, Diego menghadapi tuntutan pengadilan.

Kisah Diego ternyata belum berakhir di sini. Tatkala Alfio Basile ngos-ngosan meloloskan Argentina ke putaran final Piala Dunia 1994, Maradona hadir bagai Ratu Adil. Ia dipanggil masuk tim dan sukses meloloskan Argentina setelah menggilas Australia dalam babak play off. Dunia terkesima, Maradona ternyata belum "mati" di lapangan bola.

Tujuh pekan menjelang putaran Piala Dunia 1994, Maradona berlatih keras dan bisa menurunkan berat badannya sampai 12 kg. Penampilan awalnya di AS sangat memukau. Walau tak sempat mencetak gol saat Argentina mencukur Yunani 4-0, Diegolah yang mengalirkan umpan-umpan matang kepada Gabriel Batistuta untuk mencetak hattrick.

Ketika Argentina mengalahkan Nigeria 2-1, umpan kaki kiri Maradona jua yang membuat Caniggia mengukir gol kemenangan. Namun, pertandingan melawan tim Super Eagle Nigeria ternyata yang terakhir bagi Diego, karena keesokan harinya FIFA mengumumkan Maradona positif doping.

Ia terbukti menengak ephedrine, obat flu yang diberikan Daniel Cerrini, ahli diet pribadinya. Meski Maradona mengaku tidak sengaja, FIFA memvonis hukuman 15 bulan. Maradona sayang, kembali dirundung malang. Tim Argentina pun terjungkal, tak sempat menuai indahnya final Piala Dunia 1994 yang dimenangkan goyang Samba. Uniknya, 90 persen dari 35 juta jiwa rakyat Argentina termasuK Presiden Carlos Menem tidak mengakui Maradona bersalah. Argentina menilai doping Diego hasil suatu rekayasa.

Sekalipun rakyat Argentina tetap mencintainya, kehidupan Maradona tidak bertambah cerah. Vonis FIFA membuatnya semakin merana. Ketergantungan pada kokain kian besar. Sambil terus menenggak obat-obat terlarang - dalam diamnya - Diego Armando seakan mengulang dan terus mengulang balada Evita Peron, Don't cry for me Argentina.
***
HUKUMAN tidak boleh bertanding selama 15 bulan yang dijatuhkan FIFA sejak bulan Agustus 1994 sampai Oktober 1995, membuat Maradona makin tenggelam dalam dunia obat-obatan. Meskipun sudah berkali-kali mendapat nasehat dari dokter pribadi serta keluarganya, Diego tak pernah jera.

Menurut pengakuannya seperti dirilis Mingguan Bola bulan Maret lalu, Maradona mengatakan dia telah, sedang dan akan terus tergantung pada narkotika. Pengakuan Maradona yang menjadi bagian dari kampanye anti oat bius bagi remaja di seluruh dunia itu, membuka tabir bahwa Diego ternyata sejak lama intim dengan kokain.

Maradona menggunakan kokain karena ia menduga akan menjadi lebih hebat, besar dan kuat. Obat bius dikira mampu menghilangkan rasa stress, frustasi dan rasa tertekan yang terus menerpanya sejak kasus "selingkuh" dengan Cristiana Sinagra, kegagalan Piala Dunia 1990 serta tragedi doping pada Piala Dunia AS 1994.

"Setiap kali menenggak obat bius, saya merasa seolah-olah telah menaklukkan dunia. Tetapi setelah itu, saya merasakan kesunyian mengerikan dan ketakutan yang mencekam. Saya mulai merasa tidak yakin dan percaya diri. Obat bius bukannya menolong, melainkan memperlemah bahkan membunuh saya," kata Maradona.

Ketergantungan Diego pada obat bius semakin diperparah oleh sikapnya yang sangat tertutup pada keluarga. Maradona selalu menenggak kokain secara diam-diam. Suatu ketika ia tertangkap basah Claudia dan putri keduanya Damilta (6). Maradona menangis dan menyesali tindakan itu. Tetapi seperti lazimnya para pecandu, penyesalan takkan lama. Diego masih terus mengulangi perbuatannya.

"Saya benar-benar gila. Untung saja keluarga saya tetap mendampingi. Claudia dan anak-anak dekat dengan saya dan banyak bercerita tentang berbagai hal. Saya bersyukur memiliki Claudia yang penuh pengertian," katanya.

Pada awal 1996 Maradona mengatakan, untuk keluar dari masalah obat bius itu ia memerlukan perawatan bertahun-tahun karena kecanduannya sudah sangat parah. "Malah perawatan itu bisa berlangsung seumur hidup saya," tegasnya.

Sambil bermain untuk klub Boca Junior sejak bebas dari hukuman November 1995, Diego menjalani aneka terapi. Agustus lalu ia pergi ke Swiss dan Paris untuk berobat. Namun, pada 2 Oktober 1996, dunia dikejutkan dengan pengakuan dokter pribadinya, Ricardo Grimson bahwa Diego terancam mati mendadak karena kecanduannya.

Kisah hidup Maradona adalah kisah tentang kemanusiaan. Ada saat untung, ada kala malang melanda. Diego seakan dilahirkan untuk sepakbola. Ia merupakan aktor bola paling brilian sekaligus paling kontroversial dalam sejarah. Ia pun anak sepakbola yang lahir dengan menanggung beban paling lengkap.

Ia pernah dipuja dan dipuji melampaui gunung tertinggi, tetapi juga dihempas ke jurang terdalam karena
kelemahannya sebagai manusia biasa. Kini kita belum dapat memastikan, apakah Maradona masih bisa tertolong. Apakah "Tangan Tuhan" masih memberikan kesempatan hidup lebih lama, sementara oleh dokter pribadinya ia dikhawatirkan mati mendadak dalam waktu dekat.

Kematian adalah sesuatu yang pasti. Lebih dari itu, setiap manusia tidak pernah luput dari hukum kenisbian, di mana seorang gladiator sekalipun, suatu waktu harus menyarungkan pedangnya. Bintang di langit pun tak selamanya terang. Ada waktu ia tertutup awan hitam.

Untuk sesaat berharaplah Maradona masih bisa merayakan ulang tahunnya ke-36 tanggal 30 Oktober mendatang. Dan semoga Claudia yang cantik, Claudia yang setia, tidak menjadi janda kembang pada usia kepala tiga! ** Diturunkan secara serial oleh Pos Kupang 10-15 Oktober 1996.

VIDEO KEHEBATAN MARADONA
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes