"Saya tidak mengabaikan kekhawatiran bahwa Diego Maradona bisa mati mendadak di lapangan sepak bola atau sedang berjalan."
Kalimat ini terlontar dari bibir Ricardo Grimson, dokter pribadi Maradona.
Grimson mengatakan itu 24 tahun silam. Tepatnya 2 Oktober 1996 atau 28 hari menjelang usia Maradona ke-36.
Di balik kejeniusannya di lapangan bola, kesehatan Diego Maradona memang menyedihkan sejak usianya masih belia. Penyebabnya satu, ketergantungan pada narkoba dan alkohol.
Maradona pada 2 Oktober 1996 menderita cedera otak akibat kecanduan terhadap kokain. Tahun 1995 dokter Grimson pun sempat membawa Maradona ke klinik rehabilitasi obat terlarang di Buenos Aires dalam keadaan koma. Saat itu Diego bahkan tidak mengenali orang-orang terdekatnya.
Sisi kelam Diego berasyik-masyuk dengan narkoba terjadi sejak berusia 22 tahun atau tepatnya kala membela Barcelona. Kecanduannya menjadi-jadi kala berseragam Napoli.
Ia pernah disebut-sebut dekat dengan Camorra, organisasi mafia yang berpusat di Kota Napoli, Italia.
Pihak berwenang Italia pernah menciduknya di Bandara Fiumicono pada tahun 1990 atas kasus penyelundupan kokain senilai 840 ribu dolar AS yang iduga berkaitan dengan bisnis narkoba Camorra. Dalam persidangan di Roma, Maradona divonis penjara 14 bulan serta denda 3.200 dolar AS.
Narkoba dan alkohol menodai reputasi, prestasi dan nama besarnya sebagai pemain sepak bola terbaik abad ke-20 bersama Pele. Di Piala Dunia 1994 dia terjerat doping hingga diskors FIFA selama 15 bulan.
Dalam sebuah wawancara media, Maradona mengaku memakai narkoba karena ia menduga akan menjadi lebih hebat, besar dan kuat. Narkoba dan alkohol dapat menghilangkan stres, frustasi dan rasa tertekan. Dugaan yang keliru besar.
"Setiap kali menenggak obat bius, saya merasa seolah-olah telah menaklukkan dunia. Tetapi setelah itu, saya merasakan kesunyian mengerikan dan ketakutan yang mencekam. Saya mulai merasa tidak yakin dan percaya diri. Obat bukannya menolong, melainkan memperlemah bahkan membunuh saya," kata Maradona.
Tahun 1997 dia pensiun dari lapangan bola. Sejak itu kesehatannya tidak pernah benar-benar bugar. Langganan masuk keluar rumah sakit. Maradona masuk rumah sakit dan hampir meninggal tahun 2000 dan 2004 karena masalah jantung.
Pada 3 November 2020 ia menjalani operasi darurat untuk hematoma subdural, yakni pembekuan darah dalam otak. Setelah dinyatakan sembuh dari operasi subdural hematoma, Maradona tinggal di Tigre, Buenos Aires.
Hari Rabu 25 November 2020, Maradona meninggal dunia dalam usia 60 tahun 25 hari. Juru bicaranya mengonfirmasi sang megabintang terkena serangan jantung.
Benar kata-kata dokter Ricardo Grimson 24 tahun silam, Maradona bisa mati mendadak kapan saja. Sang pemilik gol Tangan Tuhan telah kembali ke pangkuan Tuhan. Adios Diego!
Sakitnya Hati Inggris
Sebagai pemain bola, Diego Maradona adalah anak bola jenius, seniman hebat yang pernah ada. Pemujanya miliaran orang sejagat. Menulis dan mengulas mengenai aksinya di lapangan hijau takkan habis-habisnya.
Publik Inggris akan selalu ingat tanggal 22 Juni 1986. Inggris karena sakit hati sampai hari ini karena ‘kesaktian’ Maradona mencetak gol Tangan Tuhan.
Kala itu Argentina bertemu Inggris di babak perempatfinal Piala Dunia Meksiko 1986. Tensi pertandingan panas. Di luar lapangan juga membara. Maklum secara politik, kedua negara sedang berseteru memperebutkan Pulau Malvinas.
Paruh pertama berjalan skor imbang tanpa gol. Kedua tim sama-sama menyajika permainan memikat. Maradona mengubah semuanya pada babak kedua.
Menit ke-51, Maradona penetrasi apik dari sisi kiri. Ia mengirim umpan ungkit ke arah Jorge Valdano dan kemudian bergerak maju memasuki kotak penalti.
Valdano gagal mendapat bola karena Steve Hodge sukses memotong aliran bola itu. Namun upaya Hodge membuang bola justru membuat bola mengarah ke mulut gawang.
Maradona ada di tempat yang tepat. Kiper Peter Shilton berpostur hampir 20 cm lebih tinggi dari Maradona punya keunggulan, termasuk pakai tangannya. Eh tapi dalam momen genting itu, justru Maradona cerdik menyundul bola dengan tangan kidalnya. Gol! Maradona bersorak dan lari ke pinggir lapangan diikuti rekan-rekannya.
Para pemain Inggris langsung berlarian memprotes keras gol tersebut, namun wasit Ali Bin Naser teguh pada keputusannya mengesahkan gol Maradona. Dia tidak melihat Maradona menggunakan tangan. Masa itu belum ada VAR.
Ketika tayangan ulang video memperlihatkan Diego menyundul pakai tangan, dia enteng berkata, "Sebagian karena kepala Maradona dan sisanya dibantu tangan Tuhan.” Diksi Gol Tangan Tuhan identik Diego sampai kapanpun.
Gol kontroversial tersebut menjadi tajuk utama koran-koran dunia saat itu bahkan popularitasnya awet hingga kini. Gol tersebut paling ikonik yang dikenang dari Piala Dunia 1986.
Publik Inggris memang kecewa berat. Namun, mereka pun mengakui indahnya gol kedua Maradona ke gawang Peter Shilton untuk menentukan keunggulan Argentina 2-1. Maradona ukir gol menawan, melewati lima pemain sekaligus.
Dari lapangan tengah, Diego memperdayai Peter Beardsley, Peter Reid dan Terry Butcher. Terry Fenwick berusaha mentekel di kotak penalti, tapi Diego lebih cepat sepersepuluh detik untuk menaklukkan Shilton.
Di babak semifinal Piala Dunia 1986, Maradona kembali memborong dua gol ke gawang Belgia. Pada babak final, dalam tatapan mata 110.000 penonton Stadion Azteca Mexico City serta jutaan pemirsa di seluruh dunia, Maradona mengalahkan Karl Heinz Rummenigge dkk 3-2. Jerman menangis, Argentina larut dalam pesta.
Nama Maradona yang cuma memiliki tinggi badan 165 cm dan agak gemuk itu melambung jauh. Lebih dari 100 orangtua bayi yang lahir bulan Mei-Agustus 1986 merasa perlu memberi nama anak mereka Maradona. Demam Diego di mana-mana. Maradonamania menghipnotis dunia.
Seorang gadis dari Benfleet Inggris, Jeniece Harris rela membayar 3 ribu poundsterling kepada seorang ahli hukum guna mengubah namanya menjadi Janiece Jennifer Dorothy Arsenal Maradona.
Para pakar membuat penelitian khusus tentang Maradona. Hasilnya, anatomi tubuh Diego Armando Maradona yang paling berperan adalah pinggul. Kesimpulan lain, Maradona adalah jenius bola, skill-nya merupakan gabungan lima seniman bola terbesar dalam sejarah.
Ia mampu mengutak-atik bola seperti Pele (Brasil), menguasai lapangan tengah selevel Johan Cruyff (Belanda), berkelit bagaikan George Best (Irlandia Utara), gerakan kakinya laksana Roberto Baggio (Italia) dan umpan-umpannya amat matang seperti Franz Beckenbauer (Jerman) pada masa puncaknya.
Tahun 1986, Maradona yang dikaruniai lima orang anak mereguk segalanya. Nama besar, harga diri, kekayaan dan istri yang setia, Claudia. Di Argentina, ia menjadi anak angkat Presiden Carlos Menem, mendapat anugerah warga negara teladan.
Dunia mencetak namanya dengan tinta emas. Siapapun mengakui sang bintang kelahiran 30 Oktober 1960 tersebut adalah primadona. Saat gol tangan Tuhan tercipta dan dia menjadi arsitek kemenangan tim Tango di final, sebagian penduduk Argentina bahkan menyebutnya sebagai El Dios atau Tuhan.
Dunia Berduka
Dunia sepak bola berduka atas kepergian Maradona. Di Argentina, Presiden Alberto Fernandez menetapkan tiga hari masa berkabung nasional. Sejumlah suporter sang legenda berkumpul di jalan-jalan Kota Buenos Aires.
Di dekat markas bekas klub Maradona, Buenos Aires, tampak sejumlah penggemar menaruh krans bunga duka cita. Sebagian berkerumun di San Andres dekat rumah Maradona. Pun di La Plata, kota dekat Buenos Aires, tempat sang legenda menghabiskan waktu sebagai direktur teknis klub Gimnasia y Esgrima.
"Diego adalah yang terbaik di sini, selamanya. Saya bertemu istri pada 1986 ketika Diego mencetak gol Tangan Tuhan-nya," kata Jose Luis Shokiva, warga Buenos Aires berusia 53 tahun.
Pemimpin Gereja Katolik sekaligus kepala negara Vatikan, Paus Fransiskus, mendoakan kepergian Maradona. Sejak memimpin Tahta Suci 2013, Paus asal Argentina itu beberapa kali menemui Maradona yang berkunjung ke Vatikan.
"Paus mendapat kabar kepergian Maradona, beliau terus mengingatnya dalam setiap doa, sebagaimana dilakukannya beberapa hari terakhir karena perkembangan kondisi kesehatan Maradona," ujar juru bicara Vatikan, Matteo Bruni. dilansir Reuters.
Legenda sepak bola Brasil, Pele, menyatakan duka mendalam. "Saya yakin, suatu hari nanti kita akan bermain sepak bola di atas langit sana," kata Pele.
Kendati tak pernah bertemu di lapangan hijau, sebab Maradona baru memperkuat timnas Argentina 1977, enam tahun selepas Pele pensiun dari tim Samba, keduanya kerap disebut dalam perdebatan siapa pemain terhebat sepanjang masa. Desember 2000, FIFA menobatka Pele dan Maradona, dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Abad Ini.
Klub Italia, Napoli, yang dibela Maradona 1984-1991 dan menjuarai Serie A 1986/87 dan 1989/90 menyebut kepergian legenda seperti pukulan telak. "Kami berduka cita. Rasanya seperti petinju yang dipukul KO. Kami begitu terkejut. Engkau tetap di hati kami. Selamat jalan Diego."
Asosiasi sepak bola Argentina (AFA) melepas kepergian Maradona dengan tangis. "Presiden AFA Claudio Tapia, mewakili kesedihan mendalam atas kepergian legenda kami, Diego Armando Maradona. Kau akan selalu di hati kami."
Boca Junior, klub Argentina yang dibela Maradona 1981-1982 dan 1995-1997 mengucapkan terima kasih tak terhingga. "Terima kasih kekal. Diego yang abadi."
Rekan Maradona di Argentina, Osvaldo Ardiles, mengenang momen-momen yang ia lewati bersama mendiang kala mengantar Argentina juara Piala Dunia 1978.
"Terima kasih Diego atas pertemananmu dan sepak bolamu yang mahamulia tanpa tanding. Pesepak bola terbaik dalam sejarah olahraga ini. Begitu banyak momen-momen menyenangkan bersama. Sulit mencari mana yang terbaik. Berisirahatlah dalam damai, kawan."
Begitulah Maradona. Dia sungguh seorang legenda. Kisah hidupnya mencerminkan kisah kemanusiaan seutuhnya. Ada saat untung, ada kala malang melanda.
Diego lahir untuk sepak bola. Ia merupakan aktor bola paling brilian sekaligus paling kontroversial dalam sejarah. Ia pun anak sepakbola yang lahir sambil menanggung beban paling lengkap.
Ia pernah dipuja dan dipuji melampaui gunung tertinggi, tetapi juga terhempas ke jurang terdalam karena kelemahan manusiawinya,
Kematian adalah sesuatu yang pasti. Setiap manusia tak luput dari hukum kenisbian, bahwa seorang gladiator sekalipun, suatu waktu harus menyarungkan pedang. Bintang di langit tak selamanya terang. Ada waktu ia redup tertutup awan.
Untuk Diego Armando Maradona yang hebat, terima kasih untuk pelajaran hidup yang luar biasa. Selamat jalan. Requiescat In Pace. (dion db putra)