|
Bung Karno |
SEBUAH karya tangan Bung Karno di Kota Kupang adalah bangunan gedung
Pabrik Es Minerva di Jalan Siliwangi, Kelurahan Solor. Saat merancang
bangunan pabrik es tersebut, Bung Kanro sedang menjalani masa
pengasingannya di Kota Ende, Pulau Flores tahun 1934-1938.
Leopold Nicolas Nisnoni, BBA (anak dari Alfons Nisnoni, Raja Kupang
ketiga) mengatakan, karya tangan Bung Karno di Kota Kupang adalah
bangunan Pabrik Es Minerva.
Arsitektur gedung pabrik itu digambar oleh Bung Karno saat berada di
tempat pengasingannya di Ende. "Itu beta (saya) tahu, beta dengar cerita
dari pemiliknya (pabrik es, Red), Kong Seo. Dia (Kong Seo) bilang,
bangunan itu dirancang oleh Bung Karno. Karena itu kita rasa bangga ada
satu pabrik es yang gedungnya dirancang Bung karno," kata Leopold,
Raja Kupang keempat, saat ditemui di kediamannya di Kupang, Minggu
(4/6/2017).
Bangunan pabrik es yang tidak beroperasi lagi tersebut sejumlah
dindingnya sudah terkelupas. Meskipun sejumlah diniding terkelupas, tapi
kondisi banguan beratap genteng itu masih utuh.
Selain itu, hampir keseluruhan bangunan pabrik es tersebut ttidak
terawat. Di depan pabrik es itu terdapat situs Bioskop Raya sebagai
bioskop pertama di Kota Kupang. Namun tidak beroperasi lagi.
Lepopold menjelaskan, saat Presiden Bung Karno datang di Kupang,
disambut oleh Raja Kupang III, Alfons Nisnoni, di bawah tangga pesawat.
Malam ramah tamah di Kantor Resident Kupang (eks kantor Bupati Kupang),
Bung Karno dihibur oleh tarian dari sejumlah gadis-gadis Kupang.
Leopold menuturkan, Bung Karno datang ke Kupang tahun 1950. Kala itu
salah seorang yang menerima Bung Karno adalah Raja Kupang III, Alfons
Nisnoni. "Ada fotonya bersama bapak saya. Nanti saya kasih tunjuk," ujar
Leopold, Raja Kupang IV.
Leopold menjelaskan, Bung Karno datang ke Kupang pasca penetapan NIK.
Selama beberapa hari di Kupang, Bung Karno mengunjungi sejumlah tempat,
termasuk kantor Resident. "Kalau dia (Bung Karno, Red) datang, ada
malam ramah tamah di kantor bupati lama di Jalan Soekarno. Di situ ada
menari-menari dan tarian dibawakan oleh gadis-gadis Kupang," tuturnya.
Leopold mengatakan, dari cerita ayahnya dan beberapa orang bahwa saat
datang ke Kupang, Bung Karno mengunjungi Tugu Hak Asasi Manusia (HAM)
atau Tugu Pancasila di Jalan Pahlawan, tak jauh dari Benteng Concordia
di Kota Kupang Lama. Saat berada di Tugu HAM itu Bung Karno meletakkan
karangan bunga dan melakukan penghormatan.
"Itu cerita yang saya dengar. Bapak saya cerita waktu dia (Bung Karno,
Red) datang ke Kupang, dia bilang sama bapak jaga baik-baik ini Kerajaan
Kupang. Dulu itu NTT masih Provinsi Nusa Tenggara," kenang Leopold.
Ia menyatakan, Tugu HAM dan gedung Pabrik Es Minerva di Kupang yang
punya sejarah dan ada kaitannya dengan Bung Karno harusnya bisa dijaga
dan ditata baik oleh pemerintah dan ahli waris.
"Cagar budaya dijaga supaya sama di luar negeri, orang jaga. Mari kita
sama-sama jaga, jangan semua hanya dari pemerintah," ajak Leopold.
Leopold sangat mengagumi sosok Bung Karno sebagai tokoh besar
proklamator Indonesia. Bung Karno juga adalah pencetus Pancasila,
nilai-nilai luhur bangsa yang menjadi dasar Negara Indonesia.
"Pancasila melekat pada Bung karno dan harus juga melekat pada kita.
Tanggal 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila harus senantiasa dirayakan dan
amalkan maknanya. Opa juga sangat bangga bahwa Bung Karno sempat ke
Ende dan di situ juga Ende punya peran juga untuk Pancasila," kata
Leopold, yang kini sudah berusia 81 tahun.
Leopold berharap seluruh warga Indonesia dan NTT, khususnya generasi
muda mempertahankan negara RI ini dan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. "Pancasila harus melekat dalam
kehidupan kita," tegas Leopold.
Tugu HAM di Jalan Pahlawan berbentuk bulatan bersusun lima dan paling
atas berupa tiang dengan cat warna merah putih. Ada satu prasasti di
bagian bawah bertuliskan Tugu HAM dibangun tahun 1945, dan ada gambar
Garuda Pancasila. Pada dua sisi tugu itu di masing-masing susunan
bulatan dari atas ke bawah bertuliskan "Ketuhanan Jang Maha Esa,
Peri-Kemanusiaan, Kebangsaan, Kerakjatan dan Keadilan Sosial."
Pada satu dinding, terpampang plakat dengan tulisan 17 Agustus 1945 -23
Oktober 1949. Di bawah tulisan tahun pembuatan, tertera tulisan "SATU:
BANGSA 1, BAHASA 1, BENDERA 1, TANAH AIR 1, LAGU KEBANGSAAN 1.
Pada dinding tugu sebaliknya, terpampang plakat kuno bertuliskan "EMPAT
KEMERDEKAAN" -"FOUR FREEDOM'S", dikuti empat tulisan di bawahnya
berbahasa Indonesia : DARI RASA TAKUT, DARI KEKURANGAN, BERIBADAT,
BERBICARA. Di sebelah teks bahasa Indonesia, tertulis: FOUR FREEDOM'S:
FROM FEAR, FROM WANT, OF WORSHIP, OF SPEECH. (vel)
Ajak Raja-raja Bersatu dalam NKRI
PADA tahun 1955, Presiden Soekarno berkunjung ke Timor menggunakan
pesawat Katalina yang mendarat di Atapupu. Kala itu, raja-raja di Timor
berkumpul di Atambua, Kabupaten Belu.
Saat memasuk panggung kehormatan, warga menyiapkan bebak sebagai
pengganti karpet untuk alas kaki Presiden Bung Karno saat memasuki
podium.
"Dulu tidak ada karpet, jadi alas kaki pakai bebak di Atambua," tutur
tokoh masyarakat Timor Tengah Utara (TTU), Theodorus Lorenso Taolin,
Jumat (2/6/2017).
Olis Taolin, demikian dia akrab disapa, kehadiran Bung Karno saat itu
untuk mengajak raja-raja di Timor agar tetap bersatu dalam NKRI.
Setelah para raja menyatakan siap bergabung ke RI, lanjut Olis Taolin,
dari Jakarta langsung dikirim bendara merah putih dalam jumlah banyak
untuk dibagi kepada raja-raja di Timor.
Olis Taolin yang juga pencetus Forum Silahtuhrami Kraton Nusantara
(FSKN) mengatakan, sejak zaman Soekarno, budaya dan adat istiadat di
wilayah Indonesia Timur harus menjadi bagian dari budaya Indonesia untuk
memperkaya budaya nusantara.
Olis Taolin meniali Bung Karno adalah tokoh pejuangan bangsa dan
pemersatu bangsa yang nasionalis. Tanpa perjuangan Bung Karno, demikian
Olis Taolin, rakyat Indonesia mungkin belum merasakan masa kemerdekaan
seperti saat ini, karena kekuatan kala itu masih bersifat kerajaan, dan
memiliki ego untuk berjuang melawan penjajahan secara sendiri-sendiri.
(jen)
Sumber: Pos Kupang 5 Juni 2017 hal 1