Kiprah Srikandi Sulut di Senayan

Tiga periode menembus senayan sebagai 'senator' alias anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) utusan Sulut merupakan garansi bahwa wanita bernama lengkap Aryanthi Baramuli Putri merupakan politisi yang patut diperhitungkan.

Ayanthi Baramuli Putri terlahir dari keluarga politisi. Ayahnya Dr Arnold A Baramuli merupakan mantan Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan pernah menjabat Gubernur Sulut merupakan bukti bahwa ABP memang tak asing dengan dunia politik.

Kepiawaian Aryanthi dalam dunia politik dibuktikannya dengan tiga kali terpilih sebagai anggota DPD RI mewakili Sulawesi Utara.

Terakhir di Pemilu 9 April 2014 ini, wanita kelahiran Jakarta, 18 Oktober 1964 sukses meraih suara terbanyak kedua untuk utusan DPD RI Sulut. Raihan ini dengan sendirinya membuat langkah Aryanthi ke senayan tak tertahankan.

Dia menyatakan bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada rakyat Sulut yang telah memilihnya kembali berkiprah di DPD RI.

Ia berharap dengan bantuan doa dan dukungan masyarakat, ia bisa lebih baik dalam
melayani rakyat dan lebih bermanfaat bagi orang banyak.
"Terima kasih atas kepercayaan masyarakat Sulut yang telah memilih saya. Mohon maafkan bila ada salah kata maupun sikap selama ini yang kurang berkenan," ujarnya kepada Tribun Manado, Selasa (6/5/2014).

Menariknya lagi, Aryanthi merupakan satu-satunya incumbent yang mencalonkan sebagai anggota DPD RI yang terpilih lagi. Sebab tiga personel anggota DPD RI utusan Sulut akan berkiprah lagi di senayan. Sientje Sondakh-Mandey dan Alvius Lomban tak lagi mencalonkan. Sedangkan Marhanny Pua yang menurutnya, merupakan tokoh pemuda yang dekat dengan ketua-ketua umum parpol di pusat dan pejuang penguatan DPD RI sehingga menang di Mahkamah Konstitusi (MK) hanya menempati urutan enam.

Pada kesempatan itu ABP tak lupa memaparkan pemikirannya mengenai DPD. Baginya,  DPD seharusnya berfungsi sebagai Senat seperti di negeri lain. Karena itu, perlu diadakan penyempurnaan UUD 1945 yang mengatur kedudukannya sebagai badan yng menghimpun aspirasi rakyat termasuk kepentingan daerah.

Adapun visi Aryanthi dalam mewujudkan paparannya ini adalah memperjuangkan kesejahteraan, keadilan dan kepentingan seluruh rakyat Indonesia serta pemuda, khususnya Sulawesi Utara melalui lembaga legislatif tingkat nasional yaitu DPD RI. Misinya, antara lain membangun mental spiritual masyarakat yang bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak, berbudaya, bersemangat dinamis membangun ekonomi rakyat demi kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan program yang akan diperjuangkan di Senayan di antaranya, melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU tertentu dan pelaksanaan APBN. Kemudian memperjuangkan isu provinsi, perbatasan, daerah tertinggal serta perempuan dan anak.

Namun, ia mengakui APBD yang sangat kecil dibanding dengan kebutuhan masyarakat yang besar serta kondisi geografis Sulut yang berdekatan dengan Filipina dengan tingkat kesejahteraan yang lebih terjamin adalah tantangan yang harus dihadapinya. ABP juga sangat aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. Dia sering membantu wanita yang menjadi korban trafficking, korban perkosaan. Selain itu, dia ikut membantu anak-anak terlantar yang membutuhkan penanganan khusus.(andhika)

Sumber: Tribun Manado 15 Mei 2014 hal 1

Vanda Sarundajang Ingin Sulut Jadi Rising Star

Empat Wanita Sulut sukses berkiprah di senayan baik sebagai anggota DPR RI maupun sebagai anggota DPD RI. Apa saja yang akan mereka lakukan ke depan? Ikuti ulasannya secara bersambung.
SATU di antara srikandi Sulut yang sukses melenggang ke senayan adalah Vanda Sarundajang. Putri tercinta Gubernur Sulut, Dr SH Sarundajang ini untuk kedua kalinya menjadi wakil rakyat utusan Sulut ke DPR RI melalui Fraksi PDI Perjuangan.
Berstatus Incumbent, Putri Gubernur Sulut SH Sarundajang ini kembali memenangi satu kursi DPR RI Periode 2014-2019.

Sebelum terjun ke dunia politik, sebenarnya Vanda tak kepikiran bakal menjadi wakil rakyat di Senayan, pusat berkiprahnya politisi-politisi tanah air. Apalagi tahun 2008 sebelum menjadi politisi, ia tengah fokus menyelesaikan pendidikan S-2 mendalami Alkitab di Singapore Bible College.

Baru setahun menjalani kuliah, ada tawaran  untuk memegang tampuk pimpinan Taruna Merah Putih, organisasi sayap PDIP. "Saya kembali ke Sulut tanpa pikir panjang, karena saya tertarik di organisasi," kata dia.

Tak lama dilantik di Taruna Merah Putih, sudah bergulir pemilihan umum 2009. "Saya ditawarkan partai untuk diusulkan calon legislatif," ungkapnya.

Kali ini ia berpikir panjang, apalagi bidang yang ditekuni beda, antara sekolah alkitab dan dunia politik. Setelah berpikir ia mendapat kesimpulan bidang pelayanan tidak harus berpredikat di teologi.

Melayani sesama bisa dilakukan di  di bidang dipolitik, hanya pendekataanya berbeda. Ia juga meminta restu orang tua, dan ternyata dapat respon positif

"Ini murni pilihan pribadi, tentu sebagai anak harus memohon restu orang tua, beliau (SHS) beri restu, kalau hal positif tentu didukung. Saya kemudian memutuskan mengambil peluang di legislatif," katanya.

Vanda tak lagi meneruskan tahun kedua kuliah Alkitab. Akhirnya sampai sekarang ia tak menyelesaikan kuliahnya. Meski begitu ia punya kerinduan menyelesaikan kuliahnya "Ke depan ada waktu kesempatan ada kerinduan untuk menyelesaikan, tapi bukan jadi pendeta, sekolah alkitab lebih ke misi," katanya.


Tahun 2009 merupakan langkah pertama, ia fokus sosialisasi sebagai Caleg DPR RI dari PDIP. "Penuh melaksanakan sosialisasi akhirnya jalan Tuhan berkenan terpilih di DPR,"katanya.

Di 2014, ia kembali berjuang memikat hati pemilih "Kami sebagai petugas partai mendapat penugasan berkompetisi lagi di legislatif, puji Tuhan masyarakat Sulut memberi amanah sebagai Anggota DPR RI," ujarnya.

Sebagai putri kandung Gubernur Sulut, Dr SH Sarundajang, diakuinya banyak sorotan  mengarah kepada keluarga Sarundajang

Sang Ayah gubernur, Ivan sang Kakak Wakil Bupati, Fabian Anggota DPD RI dan Eva Anggota DPRD Sulut. Bukan kebetulan anak keluarga Sarundajang mengambil pilihan yang sama di bidang politik."Pertanyaannya apa Kemudian by design karena orang tua punya kuasa? Jawabannya tidak seperti itu," katanya.

Prosesnya menurut Vanda, masing-masing pribadi ditawari,  selanjutnya mereka meminta restu orang tua.Harus diketahui, SHS 40 tahun berkarir di Birokrat sebelum ke Politik. Anak-anak keluarga Sarundajang saat membuka mata sudah ada lingkup pelayanan.

"Bisa dikatakan ini terbawa naluri kami kakak adik ada sisitu kemudian kami komitmen melayani masyarakat," ujarnya.

Setelah melewati Pemilu ini, Vanda mengatakan masih fokus menyelesaikan sisa periode di DPR RI, sebelum memasuki periode baru.

Di periode mendatang ia ingin Sulut bisa dipandang sejajar dengan daerah lain. "Saya Ingin ke depan Indonesia timur merujuk ke Sulut menjadi terdepan, sebagai rising star di Timur Indonesia," sebutnya.

Mengakhiri kata, Vanda meminta dukungan doa, masukan sekaligus kritikan "Saya ucapkan terima kasih kepada masyarakat yang masih mempercayakan saya duduk sebagai wakil rakyat," pungkasnya.(ryo  noor)

Sumber: Tribun Manado 14 Mei 2014 halaman 1

Daftar Top 50 Caleg DPR RI

Karolin, Puan dan Ibas
Siapa saja yang masuk daftar Top 50 Peraih Suara Terbanyak Caleg DPR RI?

TRIBUNnews.com menyajikan daftar tersebut berdasarkan hasil penghitungan suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Pemilu legislatif 2014 menghasilkan 560 anggota DPR RI terpilih.

Menurut hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan KPU, caleg Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bernama Karolin Margaret Natasa, putri Gubernur Kalimantan Barat, berada pada ranking pertama raihan suara terbesar.

Karolin, seorang dokter dan kini telah duduk sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PDIP hasil Pemilu 2009, memperoleh 397.481 suara. Di posisi kedua hingga keempat, semuanya politisi PDIP.

Puan Maharani dari daerah pemilihan Jawa Tengah V, meraup 369.927 suara.

Kemudian diikuti I Wayan Koster dari daerah pemilihan Bali dengan raihan 260.342 suara, serta mantan calon Gubernur Jawa Barat Rieke Diah Pitaloka dari dapil Jawa Barat VII dengan 255.044 suara.

Pada posisi kelima, bertengger Edhie Baskoro Yudhoyono, putra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di dapil Jawa Timur VII.

Sekjen Partai Demokrat ini meraih 243.747 suara.

Posisi keenam diduduki politisi Partai Golkar dari Nahdlatul Ulama (NU), Nusron Wahid. Caleg dapil Jawa Tengah II ini meraih 243.021 suara.

Kemudian Bendahara Umum PDIP Olly Dondokambey dari daerah pemilihan Sulawesi Utara meraih 237.620 suara.

Dodi Reza Alex Noerdin, putra Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, dari caleg Partai Golkar dapil Sumatera Selatan I mendapat 203.246 suara.

Selanjutnya, putra mantan Ketua MPR RI Amies Rais yakni A Hanafi Rais dari caleg Partai Amanat Nasional (PAN) dapil Yogyakarta memperoleh 197.915 suara.

Posisi kesepuluh adalah Hasan Aminuddin caleg Partai Nasdem dari dapil Jawa Timur II meraih  190.226 suara.

Berikut Daftar Top 50 Peraih Suara Terbanyak Caleg DPR RI 2014

1.    Karolin Margaret Natasa (caleg PDIP dari daerah pemilihan Kalimantan Barat memperoleh 397.481 suara)
2.    Puan Maharani (PDIP, Jawa Tengah V, 369.927 suara)
3.    I Wayan Koster (PDIP, Bali, 260.342 suara)
4.    Rieke Diah Pitaloka (PDIP, Jawa Barat VII, 255.044 suara)
5.    Edhie Baskoro Yudhoyono (Demokrat, Jawa Timur VII, 243.747 suara)
6.    Nusron Wahid (Golkar, Jawa Tengah II, 243.021 suara)
7.    Olly Dondokambey (PDIP, Sulawesi Utara, 237.620 suara)
8.    Dodi Reza Alex Noerdin (Golkar, Sumatera Selatan I, 203.246 suara)
9.    A Hanafi Rais (PAN, Yogyakarta, 197.915 suara)
10.    Hasan Aminuddin (Nasdem, Jawa Timur II, 190.226 suara)

11.    Fanny Syafriansyah (PPP, Jawa Timur XI, 189.186 suara)
12.    Gus Irawan Pasaribu (Gerindra, Sumatera Utara II, 188.205 suara)
13.    Zulkifli Hasan (PAN, Lampung I, 174.144 suara)
14.    Lasarus (PDIP, Kalimantan Barat, 173.154 suara)
15.    Ade Komarudin (Golkar, Jawa Barat VII, 167.732 suara)
16.    I Made Urip (PDIP, Bali, 166.430 suara)
17.    Pramono Anung Wibowo (PDIP, Jawa Timur VI, 165.906 suara)
18.    Willy M Yoseph (PDIP, Kalimantan Tengah, 147.175 suara)
19.    Dede Yusuf Macan Effendi (Demokrat, Jawa Barat II, 142.939 suara)
20.    Tony Wardoyo (PDIP, Papua, 136.642 suara)

21.    Moh Nizar Zahro (Gerindra, Jawa Timur XI, 159.006 suara)
22.    Kholilurrahman (PKB, Jawa Timur XI, 146.054 suara)
23.    Maruarar Sirait (PDIP, Jawa Barat IX:131.618 suara)
24.    Asnawati Hasan (PAN, Sulawesi Tenggara, 131.520 suara)
25.    Mohammad Said (Golkar, Sulawesi Tengah, 131.508 suara)
26.    Juliari P Batubara (PDIP, Jawa Tengah I, 128.956 suara)
27.    Roberth Rouw (Gerindra, Papua, 128.598 suara)
28.    Bambang Wuryanto (PDIP, Jawa Tengah IV, 128.116 suara)
29.    Abdul Kadir Karding (PKB, Jawa Tengah VI, 128.037 suara)
30.    Delia Pratiwi BR Sitepu (Golkar, Sumatera Utara III, 127.845 suara)

31.    Wahidin Halim (Demokrat, Banten III, 127.392 suara)
32.    Vanda Sarundajang (PDIP, Sulawesi Utara, 126.197 suara)
33.    Fahri Hamzah (PKS, NTB, 125.083 suara)
34.    Sukur Nababan (PDIP, Jawa Barat VI, 123.493 suara)
35.    Marwan Ja'far (PKB, Jawa Tengah III, 123.447 suara)
36.    Zainudin Amali (Golkar, Jawa Timur XI, 122.167 suara)
37.    Mohammad Idham Samawi (PDIP, Yogyakarta, 120.796 suara)
38.    Hidayat Nur Wahid (PKS, Jakarta II, 119.267 suara)
39.    Abd Muhaimin Iskandar (PKB, Jawa Timur VIII, 116.694 suara)
40.    M Farid Alfauzi (Hanura, Jawa Timur XI, 115.963 suara)

41.    Sofyan Tan (PDIP, Sumatera Utara I, 113.716 suara)
42.    Said Abdullah (PDIP, Jawa Timur XI, 112.539 suara)
43.    Mat Nasir (Demokrat, Jawa Timur XI, 109.367 suara)
44.    Ahmad HM Ali (Nasdem, Sulawesi Tengah, 109.021 suara)
45.    Peggi Patrisia Pattipi (PKB, Papua, 106.371 suara)
46.    Jefirston R Riwu Kore (Demorkat, NTT II, 105.924 suara)
47.    Adisatrya Suryo Sulisto(PDIP, Jawa Tengah VIII:, 105.399 suara)
48.    Jero Wacik (Demokrat, Bali, 104.682 suara)
49.    Indira Chunda Thita Syahrul (PAN, Sulawesi Selatan I, 104.293 suara)
50.    Yasti Soepredjo Mokoagow (PAN, Sulawesi Utara, 103.801 suara)


Sumber: Tribunnews.com

Ini Visi Misi Jokowi sebagai Capres

Jokowi di Tribun Manado 10 Mei 2014
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo selalu mengelak jika ditanya soal visi misinya kalau terpilih sebagai presiden RI. Ia hanya sempat mengungkapkan, salah satu program besarnya yaitu revolusi mental. Lainnya, Jokowi memilih untuk menyimpan rapat visi misinya dan berjanji akan menyampaikannya pada waktu yang tepat.

Saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pada Selasa (13/5/2014), di Jakarta, Gubernur DKI Jakarta itu secara gamblang memaparkan apa yang akan dilakukannya jika menjadi orang nomor satu di republik ini.

Berikut sejumlah program yang dipaparkan Jokowi sebagai visi misinya:

1. Pendidikan
Di sektor pendidikan, Jokowi menekankan pada revolusi mental. Menurutnya, revolusi mental akan efektif bila diawali dari jenjang sekolah, terutama pendidikan dasar. Menurutnya, siswa SD seharusnya mendapatkan materi tentang pendidikan karakter, pendidikan budi pekerti, pendidikan etika sebesar 80 persen. Sementara itu, ilmu pengetahuan cukup 20 persen saja.

"Jangan terbalik seperti sekarang. Sekarang ini anak-anak yang kecil dijejali dengan Matematika, Fisika, Kimia, IPS. Sehingga yang namanya etika, perilaku, moralitas tidak disiapkan pada posisi dasar," kata Jokowi.

Menurut Jokowi, porsi materi ilmu pengetahuan diperbesar pada tingkat SMP. Meski porsi ilmu pengetahuan diperbesar, Jokowi mengatakan, materi pendidikan karakter, budi pekerti, dan etika harus lebih besar. Ia menggambarkannya dengan persentase 60-40 persen untuk pendidikan karakter.

Jokowi mengatakan, porsi besar untuk materi tentang ilmu pengetahuan baru diberikan di jenjang SMA. Besarnya, kata dia, mencapai 80 persen. Pada tahap SMA, porsi untuk pendidikan karakter, budi pekerti, dan akhlak cukup 20 persen saja.

Selain itu, ia juga ingin meningkatkan jumlah SMK. Menurutnya, negara-negara industri maju seperti Jepang, Korea, dan Jerman adalah negara-negara yang punya banyak SMK.

"Peningkatan jumlah SMK adalah salah satu yang penting. Karena keterampilan semua ada di sana. Karena di situ ada teknologi, di situ ada keterampilan, di situ ada skill yang dibangun," ucap Jokowi.

Ia yakin, jika semua hal di atas dilakukan, akan muncul generasi yang memiliki sikap mental dan budaya kerja yang baik, serta penuh daya saing, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas bagi bangsa dan negara.

"Karena percuma kekayaan alam yang besar jika tidak dibarengi dengan produktivitas, serta daya saing bagi SDM yang ada di dalamnya. Tanpa revolusi mental, tanpa budaya kerja yang sudah tertanam sejak kecil, saya kira sulit juga untuk membangun sebuah daya saing dan produktivitas," papar Jokowi.

2. Pertanian

Di sektor pertanian, Jokowi menilai, Indonesia kehilangan orientasi untuk membangun sektor ini. Indonesia, kata dia, tak pernah lagi memunculkan varietas-varietas unggul. Bahkan, menurut Jokowi, satu hektar lahan pertanian di Indonesia hanya dapat menghasilkan maksimal 4,5 ton, sementara di negara lain bisa mencapai 8-9 ton.

"Mestinya kalau sudah ditentukan ingin memajukan pangan, infrastrukturnya dibangun. Bendungan dan segala sistem irigasinya harus disediakan. Yang berkaitan dengan pupuk, pestisida, semuanya harus disiapkan. Riset harus menjadi kunci utama, dan diberi anggaran yang besar sehingga kita akan bisa memunculkan kembali varitas-varitas unggul," katanya.

Selain itu, Jokowi juga menyoroti banyaknya lahan-lahan pertanian yang terkonversi menjadi perumahan, industri, dan pertambangan. Menurutnya, hal tersebut adalah kesalahan karena Indonesia saat ini membutuhkan banyak lahan untuk sawah dan ladang baru. Tak hanya itu, ujarnya, infrastruktur pendukung lahan pertanian seperti waduk dan bendungan juga harus diperbanyak.

"Pernah tidak mendengar kita bangun waduk dan bendungan baru? Padahal dalam perencanaan kita bisa bangun 70-an waduk per tahun. Tetapi tidak dilaksanakan karena kita kehilangan disorientasi," ujar Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi juga menyoroti mahalnya ongkos produksi karena petani bergantung pada pupuk dan pestisida kimia.

"Harusnya petani disediakan pupuk dan pestisida gratis sehingga mereka tidak terbebani biaya," katanya.

Jokowi juga menyoroti keberadaan terminal agro. Menurutnya, terminal agro sudah seharusnya berada di setiap kabupaten. Ia menilai, menambah keberadaan terminal tersebut akan dapat meningkatkan produksi di sektor pertanian, seperti yang dilakukan Thailand.

"Terminal agro jangan hanya gedung saja. Saya lihat di Dubai dan Abu Dhabi, 80 hektar lahan digunakan hanya untuk tempat penyimpanan logistik pertanian saja. Mestinya di setiap daerah ada yang seperti itu," ujar Jokowi.

"Sebanyak apa pun panen yang melimpah ruah, tidak akan berarti kalau tidak disiapkan industi pasca panen. Inilah yang harus diluruskan, karena ketika kita menyuruh petani untuk menanam, maka harus disiapkan pula industri pasca panennnya," katanya lagi.

3. Kelautan
Di bidang kelautan, Jokowi menyoroti kalah bersaingnya nelayan-nelayan lokal karena ketertinggalan dalam bidang teknogi dibanding nelayan-nelayan asing. Hal itu, menurutnya, menjadi salah satu penyebab melonjaknya harga ikan di pasaran.

"Kapal-kapal negara lain yang masuk ke laut kita sudah komplet. Ada kapal sepuluh, yang sembilan nangkap, yang satunya untuk pengalengan. Langsung dikalengkan. Kenapa kita tidak bisa seperti itu. Padahal sebenarnya bisa," kata Jokowi.

Ia berjanji, jika terpilih sebagai presiden akan menyediakan kapal-kapal modern untuk para nelayan, yang disertai dengan pelatihan bagi para nelayan.

"APBN kita gede banget, hampir Rp 1.700 triliun. Berapa sih biaya beli kapal? Murah sekali. Dan berikan nelayan pelatihan, jangan yang gratisan karena itu tidak mendidik. Saya paling tidak setuju dengan yang gratisan," ujarnya.

4. Energi
Di bidang energi, Jokowi menyoroti besarnya subsidi BBM dan subsidi listrik. Menurutnya, daripada terus-terusan memberikan subsidi BBM, lebih baik memaksimalkan gas dan batubara yang jauh lebih murah.

"Contohnya untuk listrik. Subsidi listrik itu mencapai Rp 70 triliun. Tapi kenapa listrik pakai BBM, kenapa tidak pakai batubara?" kata Jokowi.

Jokowi mencurigai, selama ini ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari besarnya subsidi BBM dan listrik. Hal itu yang dinilaiya menjadi penyebab dilakukannya kebijakan yang sebenarnya lebih banyak merugikan kas APBN itu.

"Kenapa harus kita lakukan terus menerus? Karena ada yang mengambil keuntungan besar dari sana. Dan keuntungannya itu dibagi-bagi. Saya sudah tahu. Dulu waktu di Solo belum tahu. Tapi setelah di Jakarta jadi tahu semuanya," kata mantan Wali Kota Solo itu.

"Kalau BBM bisa dikonversi ke gas atau batubara, kita akan bisa menghemat anggaran hingga Rp 70 triliun per tahun. Jadi ada efisiensi anggaran," lanjutnya.

5. Infrastruktur
Di bidang infrastruktur, Jokowi menyoroti masih kurangnya pengembangan infrastruktur di laut, pengembangan bandara, maupun penambahan jalur kereta api. Untuk infrastruktur laut, ia menilai, jika dapat dimaksimalkan, maka ke depannya tidak ada lagi ketimpangan harga antara daerah yang satu dengan yang lain. Ia mengistilahkan konsep pembagunan infrastruktur laut yang akan ia lakukan dengan istilah "tol laut".

Menurutnya, tol laut adalah penyediaan kapal-kapal berukuran besar untuk pengangkutan antarpulau dalam waktu yang sesering mungkin.

"Jadi tol laut ini modalnya hanya kapal. Bukan bangun tol di atas laut. Jadi tol laut itu pengangkutan pakai kapal dari pelabuhan ke pelabuhan, tapi bolak-balik. Ini akan mempermudah manajemen distribusi logistik, sehingga harga-harganya akan lebih murah," kata Jokowi.

Jokowi menjelaskan bahwa tol laut adalah konsep distribusi jalur laut yang menghubungkan lima pelabuhan besar, yakni Pelabuhan Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar, dan Sorong (Papua Barat).

"Jadi harus ada penyediaan kapal besar, dari Sumatera langsung ke Papua, Papua ke Sumatera. Kalau ada kapal besar, ongkos angkutnya akan menjadi kecil dan murah, karena ngangkutnya langsung banyak. Jadi tidak akan ada lagi harga semen di Jawa Rp 50 ribu, di Papua Rp 1 Juta," ujar Jokowi.

Jokowi mencontohkan distribusi sapi dari NTT dengan yang ada di Australia. Ia menilai, secara kualitas, sapi NTT tidak kalah dibanding sapi Australia. Kekurangan yang terjadi selama ini hanya terletak pada ketiadaan kapal pengangkut sapi yang berukuran besar.

"Kalau dari NTT, ngangkutnya pakai kapal kecil-kecil. Sebenarnya sapi di sana tidak kalah kualitasnya dibanding sapi Australia. Tapi ongkos biaya angkutnya yang mahal, bisa sampai 50-60 persen. Kiriman sapi dari Australia, sekali angkut bisa sampai 30 ribu sapi di dalam satu kapal. Kapal besar itu yang kita tidak punya," katanya.

"Kalau ada tol laut ini, akan mempermudah distribusi. Dari pulau besar ke pulau besar pakai kapal besar. Nanti ke pulau yang agak kecil pakai kapal sedang. Dilanjutkan lagi dengan pakai kapal kecil ke pulau-pulau kecil. Jadi, bukan kapal kecil dari Papua ke Jawa yang belum tentu bisa sampai ke Jawa, karena di tengah jalan kena ombak langsung terguling. Hilang semen, hilang sapinya," jelas Jokowi .

Sementara itu, untuk pengembangan bandara, Jokowi mengaku akan menerapkan konsep kerja sama dengan investor swasta. Menurutnya, ide tersebut muncul tak lepas dari permasalahan lambannya pengembangan Bandara Soekarno-Hatta, yang berpengaruh pada semakin karut-marutnya jadwal penerbangan.

"Seharusnya kalau APBN tidak sanggup, serahkan saja ke swasta. Tidak masalah. Asal hitung-hitungannya jelas dan biaya pelayanan nantinya tidak membebani masyarakat. Kalau diserahkan ke investor, semua bandara akan bisa dibagun baru seluruhnya," ujarnya.

Lebih lanjut, Jokowi juga menyoroti seputar infrastruktur jalur kereta. Menurutnya, sudah seharusnya dilakukan penambahan jalur kereta di Jawa, sembari membangun jalur kereta di kawasan-kawasan tambang di Sumatera dan Kalimantan.

"Pengangkutan batubara, nikel, dan bauksit jangan sampai menggunakan jalan raya. Karena selain mahal, juga akan merusak jalan. Dan itu kewajiban negara," kata Jokowi.

6. Administrasi birokrasi
Jokowi menutup pemaparan visi dan misinya dengan program pembenahan di bidang administrasi dan birokrasi. Ia berjanji, bila terpilih, akan segera menerapkan sistem elektronik dan jalur online dalam hal pengadaan barang dan jasa di seluruh institusi pemerintah, termasuk dalam hal pengawasannya. Sistem tersebut adalah sistem yang saat ini diterapkannya di lingkungan pemerintah provinsi DKI Jakarta.

"Kita harus menerapkan e-budgeting, e-purchasing, e-catalogue, e-audit, pajak online, IMB online. Kita online-kan semua. Jadi tidak ada lagi 'ketema-ketemu', supaya 'amplop-amplopan' hilang," katanya. (*)

Inilah 109 Calon DPR Terpilih dari PDIP

Komisi Pemilihan Umum menggelar rapat pleno penetapan kursi partai politik dan calon DPR dan calon DPD terpilih di KPU, Jakarta, Rabu (14/5/2014). Masing-masing komisioner bergantian membacakan perolehan kursi.

"Secara resmi (calon terpilih, red) akan disampaikan ke DPP partai politik, tembusan calon anggota DPR. Bagi calon DPD disampaikan kepada bersangkutan. Nama-nama tersebut keanggotaannya akan diresmikan dengan Keputusan Presiden," ujar Ketua KPU, Husni Kamil Manik.

Berdasar rapat pleno penetapan perolehan kursi calon DPR oleh KPU, PDI Perjuangan mendapat 109 kursi, yang diraih di 30 provinsi. Perolehan PDI Perjuangan sebanyak 23.681.471 suara. Berikut calon terpilih DPR dari PDI Perjuangan sesuai daerah pemilihan.

Dapil Aceh I: Tagore Abubakar 64.159 suara, Sumatera Utara I: Sofyan Tan 113.716 suara, Irmadi Lubis 46.039 suara, Sumatera Utara II: Trimedya Panjaitan 101.415 suara, Sumatera Utara III: Junimart Girsang 76.819 suara, Sumatera Barat I: Alex Indra Lukman, Sumatera Barat II: Agus Susanto 39.131 suara.

Dapil Riau I: Effendy Sianipar 69.425 suara, Riau II: Marsiaman Saragih 26.650 suara, Jambi: Ihsan Yunus 61.648 suara, Sumatera Selatan I: Nazarudin Kiemas 59.930 suara, Sumatera Selatan II: Erwin M Singaruju 81.644 suara, Yulian Gunhar 44.192 suara, Bengkulu: Elva Hartati 30.298 suara.

Dapil Lampung I: Isma Yatun 65.731 suara, Sudin 64.008 suara, Lampung II: Henry Yosodiningrat 54.022 suara, Itet Tridjajati Sumarijanto 40.203 suara, Bangka Belitung: Rudianto Tjen 72.400 suara, Kepulauan Riau: Dwi Ria Latifa 48.579 suara.

Dapil Jakarta I: Wiryanti Sukamdani 30.691 suara, Jakarta II: Eriko Sotarduga 61.888 suara, Masinton Pasaribu 30.989 suara, Jakarta III: Charles Honoris 96.842 suara, Effendi MS Simbolon 89.028 suara, Darmadi Durianto 52.861 suara.

Dapil Jawa Barat I: Junico BP Siahaan 64.980 suara, Ketut Sustiawan 32.234 suara, Jawa Barat II: Yadi Srimulyadi 59.842 suara, Jalaludin Rakhmat 56.402 suara, Jawa Barat III: Diah Pitaloka 31.993 suara, Jawa Barat IV: Ribka Tjiptaning 43.393 suara, Jawa Barat V: Adian Yunus Yusak Napitupulu 35.589 suara, Indra P Simatupang 35.139 suara.

Dapil Jawa Barat VI: Sukur Nababan 123.493 suara, Risa Mariska 27.578 suara, Jawa Barat VII: 255.044 suara, Tono Bahtiar 50.663 suara, Jawa Barat VIII: Ono Surono 72.608 suara, Yoseph Umarhadi 66.181 suara, Jawa Barat IX: Maruarar Sirait 131.618 suara, TB Hasanuddin 76.991 suara, Jawa Barat X: Puti Guntur Soekarno 93.404 suara, Jawa Barat XI: Dony Maryadi Oekon 38.006 suara.

Dapil Jawa Tengah I: Juliari P Batubara 128.956 suara, Tjahjo Kumolo 59.761 suara, Jawa Tengah II: Daryatmo Mardiyanto 41.453 suara, Jawa Tengah III: Imam Suroso 91.708 suara, Evita Nursanty 73.673 suara, Jawa Tengah IV: Bambang Wuryanto 128.116 suara, Agustina Wilujeng Pramestuti 56.707 suara, Jawa Tengah V: Puan Maharani 369.927 suara, Aria Bima 96.163 suara, Rahmad Handoyo 33.569 suara.

Dapil Jawa Tengah VI: Sudjadi 79.681 suara, Nusyirwan Soedjono 55.293 suara, Jawa Tengah VII: Utut Adianto 67.001 suara, Jawa Tengah VIII: Adisatrya Suryo Sulisto 105.399 suara, Budiman Sudjatmiko 68.861 suara, Jawa Tengah IX: Muhammad Prakosa 75.657 suara, Damayanti Wisnu Putranti 75.657 suara, Jawa Tengah X: Hendrawan Supratikno 68.380 suara.

Dapil Yogyakarta: Mohammad Idham Samawi 120.796 suara, My Esti Wijayati 99.440 suara, Jawa Timur I: Guruh Irianto Sukarno Putra 84.753 suara, Indah Kurnia 68.497 suara, Henky Kurniadi 43.434 suara, Jawa Timur II: Hamka Haq 27.166 suara, Jawa Timur III: Nursuhud 58.123 suara, Jawa Timur IV: Arif Wibowo 43.074 suara, Jawa Timur V: Ahmad Basarah 68.009 suara, Andreas Eddy Susetyo 56.160 suara.

Dapil Jawa Timur VI: Pramono Anung Wibowo 165.906 suara, Djarot Saiful Hidajat 69.053 suara, Budi Yuwono 64.807 suara, Jawa Timur VII: Sirmadji 77.100 suara, Jawa Timur VIII: Sadarestuwati 73.354 suara, Mindo Sianipar 73.341 suara, Jawa Timur IX: Abidin Fikri 36.304 suara, Jawa Timur X: Nasyirul Falah Amru 64.161 suara, Jawa Timur XI: Said Abdullah 112.539 suara.

Dapil Banten I: Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya 51.059 suara, Banten II: Ichsan Soelistio 17.994 suara, Banten III: Herdian Koosnadi 47.426 suara, Marinus Gea 42.285 suara, Bali: Wayan Koster 260.342 suara, I Made Urip 166.430 suara, I Gusti Agung Rai Wirajaya 75.252 suara, Nyoman Dhamantra 70.590 suara.

Dapil NTB: Rachmat Hidayat 62.987 suara, NTT I: Honing Sanny 49.287 suara, NTT II: Herman Hery 109.406 suara, Kalimantan Barat: Karolin Margret Natasa 397.481 suara, Lasarus 173.154 suara, G Michael Jeno 55.121 suara, Kalimantan Tengah: Willy M Yoseph 147.175 suara, Asdy Narang 64.560 suara.

Dapil Kalimantan Selatan II: Hasnuryadi Sulaiman 82.130 suara, Kalimantan Timur: Marten Apuy 71.177 suara, Sulawesi Utara: Olly Dondokambey 237.620 suara, Vanda Sarundajang 126.197 suara, Sulawesi Tengah: Rendy M Affandy Lamadjido 47.709 suara.

Dapil Sulawesi Selatan I: Andi Ridwan Wittiri 41.356 suara, Sulawesi Selatan II: Samsu Niang 39.122 suara, Maluku: Mercy Chriesty Barends 65.166 suara, Maluku Utara: Irine Yusiana Roba Putri 52.677 suara, Papua: Komarudin Watubun 120.724 suara, Tony Wardoyo 136.642 suara, Papua Barat: Jimmy Demianus Ijie 69.908 suara.

Sumber: Tribun Manado

Inilah 91 Anggota DPR Terpilih dari Golkar

Komisi Pemilihan Umum menggelar rapat pleno penetapan kursi partai politik dan calon DPR dan calon DPD terpilih di KPU, Jakarta, Rabu (14/5/2014). Masing-masing komisioner bergantian membacakan perolehan kursi.

"Secara resmi (calon terpilih, red) akan disampaikan ke DPP partai politik, tembusan calon anggota DPR. Bagi calon DPD disampaikan kepada bersangkutan. Nama-nama tersebut keanggotaannya akan diresmikan dengan Keputusan Presiden," ujar Ketua KPU, Husni Kamil Manik.

Berdasar rapat pleno penetapan perolehan kursi calon DPR oleh KPU, Partai Golkar mendapat 91 kursi, yang diraih di 31 provinsi. Perolehan Partai Golkar sebanyak 18.432.312 suara. Berikut calon terpilih DPR dari Partai Golkar sesuai daerah pemilihan.

Dapil Aceh I: Salim Fakhry 42.557 suara, Aceh II: Firmandez 24.861 suara, Sumatera Utara I: Meutya Hafid 45.232 suara, Sumatera Utara II: Rambe Kamarul Zaman 59.978 suara, Sumatera Utara III: Delia Pratiwi BR Sitepu 127.845 suara, Anthon Sihombing 66.601 suara, Sumatera Barat I: Betti Shadiq Pasadigoe 77.663 suara, Sumatera Barat II: John Kenedy Azis 53.182 suara.

Dapil Riau I: Tabrani Maamun 57.200 suara, Riau II: HM Idris Laena suara 91.595 suara, Jambi: Saniatul Lativa 87.911 suara, Sumatera Selatan I: Dodi Reza Alex Noerdin 203.246 suara, Kahar Muzakir 49.025 suara, Sumatera Selatan II: Bobby Adhityo Rizaldi 67.456 suara.

Dapil Lampung I: Dwie Aroem Hadiyatie 32.808 suara, Lampung II: Aziz Syamsuddin 70.619 suara, Bangka Belitung: Azhar Romli 33.693 suara, Jakarta I: Bambang Wiyogo 45.617 suara, Jakarta II: Fayakhun Andriadi 25.446 suara, Jakarta III: Tantowi Yahya 45.507 suara.

Dapil Jawa Barat I: Popong Otje Djunjunan 26.090 suara, Jawa Barat II: Agus Gumiwang Kartasasmita 102.469 suara, Lili Asdjudiredja 44.285 suara, Jawa Barat III: Deding Ishaq 33.009 suara, Eka Sastra 74.458 suara, Jawa Barat IV: Dewi Asmara 77.158 suara, Jawa Barat V: Airlangga Hartarto 113.939 suara, Ichsan Firdaus 27.986 suara.

Dapil Jawa Barat VI: Wenny Haryanto 32.906 suara, Jawa Barat VII: Ade Komarudin 167.732 suara, Dadang S Muchtar 69.414 suara, Jawa Barat VIII: Dave Akbarshah Fikarno 80.748 suara, Daniel Mutaqien Syafiuddin 91.958 suara, Jawa Barat IX: Eldie Suwandie 90.588 suara, Jawa Barat X: Agun Gunanjar Sudarsa 69.359 suara, Jawa Barat XI: Ferdiansyah 67.837 suara, Ahmad Zacky Siradj 30.833 suara.

Dapil Jawa Tengah I: Mujib Rohmat 36.163 suara, Jawa Tengah II: Nusron Wahid 243.021 suara, Bowo Sidik Pangarso 66.909 suara, Jawa Tengah III: Firman Subagyo 90.757 suara, Jawa Tengah IV: Endang Maria Astuti 44.081 suara, Jawa Tengah V: Endang Srikarti Handayani 48.547 suara.

Dapil Jawa Tengah VI: Iqbal Wibisono 50.868 suara, Jawa Tengah VII: Bambang Soesatyo 57.235 suara, Jawa Tengah VIII: Dito Ganindito 49.137 suara, Jawa Tengah IX: Agung Widyantoro 75.577 suara, Jawa Tengah X: Budi Supriyanto 57.339 suara.

Dapil Yogyakarta: Siti Hediyati Soeharto 61.655 suara, Jawa Timur I: Adies Kadir 30.093 suara, Jawa Timur II: Mukhamad Misbakhun 66.899 suara, Jawa Timur III: Hardisoesilo 34.000 suara, Jawa Timur IV: Muhammad Nur Purnamasidi 26.438 suara, Jawa Timur V: Ridwan Hisjam 43.796 suara.

Dapil Jawa Timur VI: Sarmuji 57.586 suara, Jawa Timur VII: Gatot Soedjito 54.344 suara, Jawa Timur VIII: Mohammad Suryo Alam 56.702 suara, Jawa Timur IX: SW Yudha 46.022 suara, Jawa Timur X: Eni Maulani S 84.837 suara, Jawa Timur XI: Zainudin Amali 122.167 suara.

Dapil Banten I: Andika Hazrumy 70.846 suara, Banten II: Yayat Y Biaro 31.668 suara, Banten III: Andi Achmad Dara 73.408 suara, Bali: Gde Sumarja Linggih 141.168 suara, AA Bagus Adhi Mahendra Putra 71.964 suara, NTB: Muhammad Lutfi 59.074 suara, NTT I: Melchias Markus Mekeng 73.120 suara, Setya Novanto 85.188, NTT II: Charles J Mesang 54.514 suara.

Kalimantan Barat: Zul Fadhli 100.583 suara, Kalimantan Tengah: Agati Sulie Mahyudin 32.297 suara, Kalimantan Selatan I: Ahmadi Noor Supit 71.233 suara, Indro Hananto 64.206 suara, Kalimantan Selatan II: Hasnuryadi Sulaiman 82.130 suara, Kalimantan Timur: Mahyudin 91.623 suara, Neni Moerniaeni 61.405 suara.

Dapil Sulawesi Utara: Aditya Anugrah Moha 77.264 suara, Sulawesi Tengah: Mohammad Said 131.508 suara, Sulawesi Selatan I: Hamka B Kady 45.717 suara, Sulawesi Selatan II: Syamsul Bachri 66.519 suara, Andi Rio Idris Padjalangi 77.962 suara, Sulawesi Selatan III: Markus Nari 76.608 suara, Andi Fauziah Pujiwatie Hatta 96.330 suara.

Dapil Sulawesi Tengah: Ridwan Bae 91.747 suara, Gorontalo: Fadel Muhammad 163.054 suara, Roem Pono 117.831 suara, Sulawesi Barat: Enny Anggraeny Anwar 58.518 suara, Maluku: Edison Betaubun 58.765 suara, Maluku Utara: Saiful Bahri Ruray 37.486 suara, Papua: Elion Numberi 85.374 suara, Papua Barat: Robert Joppy Kardinal 65.690 suara

Sumber: Tribun Manado

Sebaran Kursi di 33 Provinsi

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan perolehan suara partai politik (parpol) pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, Jumat (9/5/2014) lalu. Berdasarkan perhitungan atas data resmi KPU, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mendapat 109 kursi yang tersebar di 30 provinsi.

Sementara itu, 451 kursi lainnya menjadi milik sembilan partai politik yang lolos ambang batas parlemen, yaitu Partai Nasdem (35 kursi); Partai Kebangkitan Bangsa (47 kursi); Partai Keadilan Sejahtera (40 kursi); Partai Golkar (91 kursi); Partai Gerindra (73 kursi); Partai Demokrat (61 kursi); Partai Amanat Nasional (49 kursi); Partai Persatuan Pembangunan (39 kursi); dan Partai Hanura (16 kursi).

Sebaran kursinya adalah sebagai berikut:

1. Aceh
Nasdem (2 kursi); PKB (1 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (1 kursi); dan PPP (1 kursi)

2. Sumatera Utara
Nasdem (3 kursi); PKB (1 kursi); PKS (3 kursi); PDI Perjuangan (4 kursi); Golkar (4 kursi); Gerindra (4 kursi); Demokrat (3 kursi); PAN (3 kursi); PPP (2 kursi); dan Hanura (3 kursi)

3. Sumatera Barat
Nasdem (1 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (1 kursi); dan PPP (2 kursi)

4. Riau
PKB (1 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (1 kursi)

5. Jambi
PKB (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar (1 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (1 kursi); PAN (1 kursi); PPP (1 kursi)

6. Sumatera Selatan
Nasdem (1 kursi); PKB (1 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (3 kursi); Golkar (3 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (2 kursi); Hanura (1 kursi)

7. Bengkulu
Nasdem (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Gerindra (1 kursi); PAN (1 kursi)

8. Lampung
Nasdem (1 kursi); PKB (2 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (4 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (2 kursi); Hanura (1 kursi)

9. Bangka Belitung
PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar (1 kursi); Demokrat (1 kursi)

10. Kepulauan Riau
Nasdem (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); PAN (1 kursi)

11. DKI Jakarta
Nasdem (1 kursi); PKS (3 kursi); PDI Perjuangan (6 kursi); Golkar (3 kursi); Gerindra (3 kursi); Demokrat (2 kursi); PPP (3 kursi)

12. Jawa Barat
Nasdem (1 kursi); PKB (7 kursi); PKS (11 kursi); PDI Perjuangan (18 kursi); Golkar (17 kursi); Gerindra (10 kursi); Demokrat (9 kursi); PAN (7 kursi); PPP (7 kursi); Hanura (4 kursi)

13. Jawa Tengah
Nasdem (5 kursi); PKB (10 kursi); PKS (4 kursi); PDI Perjuangan (18 kursi); Golkar (11 kursi); Gerindra (10 kursi); Demokrat (4 kursi); PAN (8 kursi); PPP (7 kursi)

14. Daerah Istimewa Yogyakarta
PKB (1 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (1 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (1 kursi); PAN (1 kursi)

15. Jawa Timur
Nasdem (7 kursi); PKB (15 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (17 kursi); Golkar (11 kursi); Gerindra (11 kursi); Demokrat (11 kursi); PAN (7 kursi); PPP (4 kursi); Hanura (2 kursi)

16. Banten
Nasdem (1 kursi); PKB (1 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (4 kursi); Golkar (3 kursi); Gerindra (3 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (2 kursi); PPP (3 kursi); Hanura (1 kursi)

17. Bali

PDI Perjuangan (4 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (2 kursi)

18. Nusa Tenggara Barat

Semua parpol yang lolos PT dapat 1 kursi

19. Nusa Tenggara Timur
Nasdem (2 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (3 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (1 kursi); Hanura 1 kursi

20. Kalimantan Barat
Nasdem (1 kursi); PKB (1 kursi); PDI Perjuangan (3 kursi); Golkar (1 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (1 kursi); PAN (1 kursi); PPP (1 kursi)

21. Kalimantan Tengah
Nasdem (1 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar(1 kursi); Gerindra (1 kursi); PAN (1 kursi)

22. Kalimantan Selatan
PKB (2 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar (3 kursi); Gerindra (2 kursi); PPP ( 2 kursi)

23. Kalimantan Timur
Nasdem (1 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (1 kursi); PPP (1 kursi)

24. Sulawesi Utara
PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (1 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (1 kursi); PAN (1 kursi)

25. Sulawesi Tengah
Nasdem (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar(1 kursi)

26. Sulawesi Selatan
Nasdem (2 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (5 kursi); Gerindra (3 kursi); Demokrat (3 kursi); PAN (3 kursi); PPP (3 kursi); Hanura (1 kursi)

27. Sulawesi Tenggara
Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PPP masing-masing 1 kursi.

28. Gorontalo
Golkar (2 kursi); Gerindra (1 kursi)

29. Sulawesi Barat
Golkar, Gerindra, Demokrat masing-masing 1 kursi.

30. Maluku
PKB, PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra masing-masing 1 kursi.

31. Maluku Utara
PDI Perjuangan, Golkar, PAN masing-masing 1 kursi.

32. Papua
Nasdem (1 kursi); PKB (1 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (1 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (1 kursi)

33. Papua Barat
PDI Perjuangan, Golkar, Demokrat masing-masing 1 kursi

Sumber:   Kompas.com

PDIP Menang di 17 Provinsi

Perolehan suara PDI Perjuangan pada Pemilu Legislatif 2014 mengalami peningkatan sekitar 5 persen jika dibandingkan Pemilu 2009. Meski kenaikannya tak terlalu melonjak, pada pemilu kali ini, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu menang di 17 dari 33 provinsi di seluruh Indonesia.

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 411/Kpts/KPU/Tahun 2014 tentang Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014, suara PDI Perjuangan adalah yang paling tinggi dibandingkan 11 partai lainnya.

PDI Perjuangan meraih 23.681.471 suara (18,95 persen). Berikut 17 provinsi yang dimenangkan PDI Perjuangan.

1. Sumatera Selatan (692.847 suara)
2. Lampung (711.346 suara)
3. Bangka Belitung (137.085 suara)
4. Kepulauan Riau (132.412 suara)
5. DKI Jakarta (1.410.203 suara)
6. Banten (815.517 suara)
7. Jawa Barat (4.159.411 suara)
8. Jawa Tengah (4.295.605 suara)
9. Daerah Istimewa Yogyakarta (570.531 suara)
10. Jawa Timur (3.580.945 suara)
11. Bali (872.885 suara)
12. Banten (815.517 suara)
13. Kalimantan Barat (817.770 suara)
14. Kalimantan Tengah (350.701 suara)
15. Sulawesi Utara (449.675 suara)
16. Maluku (192.731 suara)
17. Maluku Utara (122.504 suara)

Sementara itu, 16 provinsi lainnya dimenangkan oleh Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN). Berikut 16 provinsi tersebut.

1. Aceh (Gerindra: 366.385 suara)
2. Riau (Golkar: 403.249 suara)
3. Jambi (Golkar: 544.986 suara)
4. Sumatera Selatan (Golkar: 288.724 suara)
5. Nusa Tenggara Barat (Golkar: 333.282 suara)
6. Nusa Tenggara Timur (Golkar: 452.196 suara)
7. Kalimantan Selatan (Golkar: 486.314 suara)
8. Kalimantan Timur (Golkar: 362.238 suara)
9. Sulawesi Tengah (Golkar: 274.610 suara)
10. Sulawesi Selatan (Golkar: 884.841 suara)
11. Gorontalo (Golkar: 310.790 suara)
12. Sulawesi Selatan (Golkar: 123.048 suara)
13. Papua Barat (Golkar: 160.242 suara)
14. Bengkulu (Nasdem: 130.759 suara)
15. Sulawesi Tenggara (PAN: 271.231 suara)
16. Papua (Demokrat 700.150 suara)

Sumber: Kompas.Com

Rebut 91 Kursi, Golkar Menang di 12 Provinsi

Seperti pada Pemilu 2009, perolehan suara Partai Golkar adalah yang terbanyak kedua pada Pemilu 2014. Dengan total perolehan suara 18.432.312 suara, Golkar menang di 12 provinsi dan mendapat 91 kursi pada pemilu kali ini.

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 411/Kpts/KPU/Tahun 2014 tentang Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014, Golkar mendapat suara sebanyak 14,75 persen dari total suara sah partai politik sebanyak 124.927.491 suara.

Berikut 12 provinsi yang dikuasai Golkar:
1. Riau (403.249 suara)
2. Jambi (544.986 suara)
3. Sumatera Selatan (288.724 suara)
4. Nusa Tenggara Barat (333.282 suara)
5. Nusa Tenggara Timur (452.196 suara)
6. Kalimantan Selatan (486.314 suara)
7. Kalimantan Timur(362.238 suara)
8. Sulawesi Tengah (274.610 suara)
9. Sulawesi Selatan (884.841 suara)
10. Gorontalo (310.790 suara)
11. Sulawesi Selatan (123.048 suara)
12. Papua Barat (160.242 suara)

Sumber: Kompas.Com

Jokowi Sebut Revolusi Mental

Jokowi di kantor Harian Tribun Manado 10 Mei 2014 (foto emerson@TM)
Satu di antara agenda utama kedatangan  Ir Joko Widodo, Capres PDI Perjuangan ke Sulawesi Utara adalah menemui tokoh agama di daerah ini dan berbicara tentang kerukunan dan pentingnya perdamaian.

Hal ini menjadi satu diantara agenda penting lainnya yang menjadi perbincangan antara Jokowi sapaan akrab Gubernur DKI Jakarta  ini dengan Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GMIM, Pdt HWB Sumakul STh dan Sekretaris Sinode GMIM, Pdt Hendry Runtuwene yang tampak kompak menggunakan kemeja putih lengan panjang.
Dialog informal ini berlangsung di ruang rapat BPMS GMIM. Saat pertemuan Jokowi pun memuji GMIM yang ikut memberi andil besar dalam menciptakan kerukunan di Sulut.

"Pak Jokowi memberi apresiasi luar biasa terhadap kerukunan di Sulut. Apalagi diketahuinya peran GMIM banyak untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian di daerah ini," kata Pdt HWB Sumakul, Ketua BPMS GMIM seusai berdialog dengan Jokowi di Kantor Sinode GMIM di Tomohon, Sabtu (10/5/2014).

Jokowi juga menegaskan bahwa Indonesia tetap dibawah naungan Pancasila, tak boleh ada diskriminatif. "GMIM memberikan penghargaan luar biasa kepada Pak Jokowi, karena sebagai calon pemimpin Negara masih berkesempatan meluangkan waktu  bertemu dengan pemimpin gereja mendiskusikan masalah-masalah bernegara dan cara mengatasinya. Tentu kami akan terus menopang lewat doa agar di Indonesia akan lahir  pemimpin  berkharisma dan berwibawa serta mampu mengangkat harkat martabat negara agar lebih maju," ujar Pdt Hendry Runtuwene, Sekretaris BPMS GMIM

Setelah mengunjungi Kantor Sinode GMIM, Jokowi pun beralih memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Unima Manado  dengan moderator Rektor Unima Theofilus Tuerah di Auditorium Bukit Inspirasi (ABI) Tomohon.

Jokowi menegaskan, kedatangannya ke Sulut sebenarnya sudah direncanakan dua tahun lalu, tapi baru dapat direalisasikan sekarang. "Jadi selamat baku dapa semua," ujarnya.

Jokowi dalam blusukan kali ini mengaku sangat kaget sekaligus bangga dengan antusiasnya sambutan yang diberikan masyarakat. "Saya kaget, tapi senang juga melihat sambutan masyarakat sebaik ini," ujar Jokowi sambil tersenyum.

Ia mengungkapkan belum memutuskan siapa calon pendampingnya apakah dari Sumatera atau Sulawesi atau daerah lainnya. "Yang pasti calon pendamping saya orang Indonesia," terangnya.

Kendati belum memutuskan pendamping, namun jika diperkenankan oleh Tuhan untuk menjadi Presiden maka Jokowi berjanji akan membangun Negara ini dengan baik, seperti yang dilakukannya selama ini memimpin daerah menjadi maju dan sejahtera.
"Saya memang belum menjadi Presiden, tapi dengan pengalaman yang ada ketika memimpin kota bahkan provinsi tentu akan dioptimalkan. Sebab ini semua hanya soal managemen dengan membiasakan menjadi pemimpin yang baik ditingkatan kota dan provinsi, tentu ditingkat nasional juga akan seperti itu, semuanya sama yang penting fokus saja," ujarnya.

Untuk membangun Indonesia menjadi Negara yang maju, menurutnya dapat dilakukan dengan terus diberi pendidikan budi pekerti yang luhur agar dapat memacu pembangunan lebih cepat demi mensejahterakan rakyat.

"Budi pekerti itu penting diberikan kepada masyarakat Indonesia sejak kecil, agar bisa diandalkan untuk membangun bangsa ini menjadi lebih maju," ujar Jokowi.
Di Korea misalnya, menurut Jokowi kemajuan sangat terasa karena pendidikan budipekerti diutamakan bagi anak-anak sejak kecil. Misalnya dengan budaya seorang kakak menggendong adiknya ke sekolah. "Setelah saya tanya apa manfaatnya dari budaya itu, ternyata mengajarkan kepada anak-anak bahwa yang adik itu harus menghirmati dan menghargai kakaknya, sedangkan yang kakak harus selalu membantu adiknya. Di Indonesia seperti itu ada dulu, tapi memang kini sudah terkikis," jelasnya.

Mengakhiri kuliah umum kepada mahasiswa Unima di ABI Tomohon, sekitar pukul 12.30 Wita, Jokowi, Calon Presiden RI dari PDI Perjuangan yakin Indonesia kedepan akan menjadi Negara besar. Syaratnya tentu ada, yakni jika dipimpin oleh pemimpin Negara yang tegas dan tidak ragu-ragu.

"Saya yakin Indonesia akan menjadi Negara yang besar, maju, dan berwibawa, asalkan pemimpinnya harus tegas dan tidak ragu-ragu. Pemimpin juga jangan hanya duduk dibelakang meja saja, tapi harus turun ke lapangan," kata Jokowi menutup kuliah umum.

Jika dipercayakan menjadi Presiden, Jokowi menegaskan siap untuk membawa bangsa ini lebih berdaulat dan disegani oleh Negara lain didunia ini.

"Revolusi mental akan saya lakukan dengan membekali masyarakat melalui penyiapan sumber daya yang memadai," tukasnya.

Sebelumnya Jokowi sempat melakukan blusukan ke Pasar Beriman, Tomohon. Di sini Jokowi sempat menemui sejumlah pedagang, termasuk pedagang gula merah dan penjual tikus.

"Mudah-mudahan Pak Jokowi bisa jadi Presiden 100 persen agar dapat membawa perubahan bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia," ujar Kathy Pitoy warga Walian 2.

Kathy tersenyum gembira, karena boleh melihat langsung sosok Jokowi, apalagi pada kesempatan langkah itu ia bisa bersalaman langsung dengan Jokowi ketika berkunjung ke Terminal dan Pasar Beriman Tomohon. "Tangan Pak Jokowi sangat lembut jadi mudah-mudahan hatinya juga lembut seperti itu untuk memimpin Indonesia," ujarnya.

Ketika tiba di Pasar Tomohon sekitar pukul 08.25 Wita Jokowi yang hanya naik mobil Inova berwarna hitam DB 2566 AP disambut antusias ribuan masyarakat. Ia turun di Pasar Kuliner dan berjalan kaki menuju Terminal dan Pasar Beriman Tomohon sejauh sekitar 1 kilometer.

Jokowi yang menggunakan kemeja putih berbalut celana panjang hitam mendapat sorakan dan tepukan tangan meriah dari masyarakat ketika berjalan didampingi Jhon Runtuwene, Philoteus Tuerah, Javier Tuerah dan Ketua DPC PDI Perjuangan Vonny Paat, karena kehadirannya menjadi kado tersendiri bagi masyarakat Tomohon.
"Hidup Jokowi, hidup Bapak Presiden," teriak warga yang mengepung Jokowi dan berjabat tangan serta meminta bersama."Jokowi, Jokowi, Jokowi, disini dulu," sahut warga yang lain menyambut begitu antusias kedatangannya.

Kesederhanaan Jokowi disukai oleh masyarakat. Hal itu terlihat dengan tak adanya rasa takut dan khawatir apalagi ekspresi jijik ketika berkeliling di Pasar Beriman, Tomohon yang masih dihiasi becek. Jokowi berjalan slambat di Pasar Beriman karena dikerumuni warga yang ingin bersalaman. Sesak tapi ini membuat Jokowi tersenyum dan senang. Beberapa kali ia menyeka keringat yang membasahi dahinya hanya dengan tangan saja.

Jokowi saat berkeliling pasar juga sempat menyambangi pedagang yang menjual tikus. Ia sempat kaget karena melihat ada tikus yang sudah terpanggang dan ditusuk dijajakan oleh pedagang untuk dijual. Dia pun memegang dua ekor tikus yang ditusuk, karena mendapat informasi hewan itu bisa dimakan karena hidup di hutan.  Sebelum meninggalkan Pasar Beriman pukul 10.10 Wita, Jokowi sempat dihadiahi bunga oleh warga Tomohon.

Samsudin Dalalu (54) menilai dari semua calon Presiden Indonesia yang mencuat saat ini, tak ada yang memiliki sosok sebaik Jokowi. Karena mau turun berjumpa dengan masyarakat hingga ke pasar-pasar. "Tak ada yang seperti Jokowi, yang mau memperhatikan masyarakat seperti ini," kata pedagang tas keranjang ini di pasar Beriman.

Sebelum kembali ke Kota Manado, Jokowi menyempatkan diri meresmikan Posko Relawan Jokowi di Kota Tomohon. Setelah itu menuju ke Manado dan mampir di redaksi Tribun Manado, Jalan AA Maramis.

Sesudah itu Jokowi makan siang bersama dengan sejumlah tokoh agama di Sulut. Di antaranya Pdt Lucky Rumopa, Sofyan Yosadi dan lainnya.(war/alp)

Sumber: Tribun Manado 11 Mei 2014 hal 1

Gaya Jokowi di Kairagi

Berdiskusi di Kantor Tribun Manado 10 Mei 2014 (foto emerson)
DALAM rangkaian blusukannnya ke Sulawesi Utara, Calon Presiden (Capres) PDI Perjuangan, Ir Joko Widodo alias Jokowi menyempatkan diri mampir ke Kantor Harian Tribun Manado di Jalan AA Maramis,  Kairagi, Manado,  Sabtu (10/5/2014) sekitar pukul 13.15 wita.

Kedatangan Jokowi,  sapaan akrab Gubernur DKI Jakarta ini disambut Pemimpin Perusahaan (PP) Tribun Manado, Fahmi Setiadi, Manager Produksi, Dion DB Putra dan Wakil Koordinator Liputan, Aswin D Lumintang.

Jokowi bersama rombongan langsung diantar ke ruang rapat Tribun Manado yang terletak di Lantai I kantor tersebut. Menariknya, begitu Fahmi Setiadi mempersilakan Jokowi untuk duduk di kursi paling depan yang biasa dipakai pimpinan saat rapat redaksi, namun oleh Jokowi ditolak dan memilih duduk di kursi yang biasa menjadi tempat duduk peserta rapat.

Perbincangan dimulai dengan beberapa pertanyaan singkat Fahmi Setiadi terkait mulai ramainya kampanye hitam terhadap dia (Jokowi) menjelang pilpres dan beberapa hal lainnya.

Satu di antaranya yang akan menjadi fokus Jokowi jika terpilih menjadi presiden katanya, dia akan memfokuskan pada pendidikan. Dia berkeyakinan dengan pendidikan yang baik akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia nomor satu.

''Sistem pendidikan saat ini harus dievaluasi termasuk kurikulumnya. Saya melihat ada disorientasi. Jadi kalau kita maunya menjadi negara yang konsentrasi terhadap pangan dan energi. Harus fokus ke pertanian dan kelautan, '' ujarnya memberi contoh.

Jika ini menjadi fokus pembangunan, maka pendidikan juga harus diarahkan ke sana.'' Seperti yang sering saya sampaikan pembangunan karakter itu dijadikan yang utama terutama di dunia pendidikan. Budi pekerti mengenalkan nilai-nilai ke Indonesiaan. Saya rasa itu penting sekali, waktu mereka SD menurut saya 70 persen bukan pengetahuan tapi memberikan fondasi mengenai nilai-nilai kedisiplinan, budi pekerti dan budaya, '' ujarnya.

Sekitar 70 persen harus dikenalkan kepada anak-anak, 30 persen berbanding 20 persen untuk hal-hal yang mengenai pengetahuan. Ketika masuk SMP 40 persen banding 60 persen.


'' Mungkin baru SMA/SMK perbandingannya  70 persen banding 30 persen. Saya kira memang harus seperti itu, kalau mau negara maju.''Karakter pasti nomor satu, pembangunan SDM nomor satu. Yang saya sampaikan, kita memang musti memerlukan revolusi mental, di bidang pendidikan, memerlukan membangun nilai- nilai baru yang mulai menjadi satu gerakan, gerakan nilai-nilai yang baik, '' ujarnya.
Sedangkan mengenai ketahanan pangan, Jokowi mengakui ketergantungan terhadap impor memang luar biasa. '' Garam pun kita impor, '' ujarnya.

''Saya kira kalau pahan pangan, SPMA harus diperhatikan lagi dan universitas- universitas sekolah yang berkaitan dengan pertanian itu harus diperhatikan, '' ujarnya.

Infrastruktur yang berkaitan dengan pertanian harus di perhatikan lagi, harus diarahkan ke sana. kalau ingin maju. Kemudian pasca panen industri pengalengan, pendinginan, industri kemasan. Banyak sebenarnya produksi pertanian yang tidak tergarap karena pasca panen tak ada.

Mengenai penegakan hukum yang paling penting adalah sistemnya.  Terkait dengan korupsi di Indonesia, Jokowi berpendapat 70 persen harus mengutamakan upaya preventif dan 30 persen adalah penindakan. "Bukan penindakan yang diberi porsi besar, tapi upaya preventif yang harus mendapat porsi 70 persen," tuturnya.

Upaya preventif dimaksud yaitu terkait perbaikan sistem yang ada di negara ini. "Korupsi kan terjadi karena sistem di negara kita yang amburadul. Ini yang harus dibenahi," ujarnya.

Perbaikan sistem ini kata Jokowi, harus bersifat menyeluruh dan bukan setengah-setengah. "Semuanya harus tersistem dan terkoneksi dengan baik, sehingga memudahkan untuk dilakukan kontrol. Mudah saja sebenarnya. Kalau hal ini dijalankan seperti ini maka kecil kemungkinan korupsi itu terjadi," jelasnya.

Diakuinya, jika diberi kesempatan menjadi presiden periode berikutnya, hal-hal inilah yang akan dilakukan terutama dalam upaya memberantas korupsi di negeri ini.(khy/ika)

Sumber: Tribun Manado 11 Mei 2014 hal 1


Antara Valens Doy dan Rusdy Bahalwan

Oleh Uki M Kurdi

KETIKA
Harian Surya berdiri 10 November 1989, situasi Surabaya masih dilanda eforia kejayaan Persebaya sebagai jawara nasional untuk ajang sepakbola Perserikatan. Ketika itu, tepatnya di akhir tahun 1988 Persebaya Surabaya berhasil menaklukan PSMS Medan dengan skor telak 3-1 di partai final di Senayan.

Bagaimana menangkap dan memanfaatkan eforia itulah yang kemudian digariskan oleh  Valens Doy (almarhum) menjadi editorial policy Surya khususnya Desk Olahraga. Kebijakan redaksi tersebut adalah, Desk Olahraga harus mampu merangkul masyarakat Surabaya khususnya dan Jawa Timur umumnya, sebagai pembaca setia Harian Surya, lewat berita-berita olahraga.

Saya (ketika itu sebagai editor/penyunting halaman olahraga) dan Yesayas Oktavianus (ketika itu sebagai Redaktur Olahraga) kemudian diminta Om Valens untuk membuat langkah-langkah strategis menyangkut kebijakan liputan Desk Olahraga Harian Surya. Om Valens memberi arahan dan salah satunya dengan ucapannya, "Cari satu orang bintang sepakbola eks pemain Persebaya yang akan kita persiapkan menjadi tokoh ternama lewat ruang-ruang halaman Surya. Kita akan siapkan panggung untuk mendorong ketenaran dan ketokohannya."

Saya dan Yesayas pun mulai bergerak mencari orang yang paling cocok untuk memenuhi permintaan Om Valens tersebut. Ketika itu Desk Olahraga Harian Surya diperkuat oleh tim yang solid, seperti ; Yos Kiwanuka, Amran Lawowe, Wahjoe Harjanto, Nanik Deyang, Nanik Ceking, Mathias Buluama,  Finon Manulang, Hardimen Koto, dan Rachmad yang bergabung belakangan. Saya punya catatan bahwa pada tahap awal yang banyak membantu menemukan seorang calon penulis olaharaga hasil "binaan Surya" adalah rekan YOK, RAN, JOE, dan DEY.

Pada mulanya mereka memilih Al-Hadad yang sempat beberapa kali muncul di Harian Surya sebagai kolomnis sepakbola. Namun Om Valens sedikit kurang berkenan. Hingga pada akhirnya keempat wartawan tersebut menyodorkan Rusdy Bahalwan. Dan, ketika nama ini kami sodorkan kepada Om Velens, beliau pun langsung setuju. Tugas berikutnya yang diberikan Om Valens kepada saya dan Om Yesayas adalah mengajari Rusdy Bahalwan bagaiamana menulis kolom komentar dan analisis untuk peristiwa olahraga sepakbola.

Namun saya tetap penasaran. Maka, di suatu hari di ruang kerja Om Valens saya menyodorkan pertanyaan, "Mengapa Om lebih senang memilih Rusdy Bahalwan?"  Om Valens menjawab, "Rusdy adalah figur yang kita cari. Dia berprestasi di Persebaya, berprestasi di tim nasional, populer, orangnya terdidik, santun, dan moralnya bagus."

Belakangan baru saya sadari bahwa pilihan Om Valens atas Rusdy Bahalwan memang sangat tepat. Selain memiliki dasar telenta menulis, Rusdy Bahalwan juga memiliki disiplin dan komitmen yang tinggi terhadap "profesi" barunya sebagai analis pertandingan sepakbola.

Maka, hanya dalam hitungan beberapa bulan saja Rusdy Bahalwan diberi reward oleh Om Valens.

Di suatu hari saya dan Yesayas dipanggil menghadap si Om. Beliau menjelaskan bahwa Harian Surya harus mengirim orang untuk pergi meliput ajang Piala Dunia 1990 di Italia. Om Valens menugaskan Yesayas untuk menulis liputan pertandingan dari Italia, sedangkan Rusdy Bahalwan  juga ikut dikirim ke Italia untuk menulis analisis-analisisnya dari Negeri Pizza tersebut.

Semua biaya untuk diputan Piala Dunia,  8 Juni - 8 Juli 1990 di Italia, ditanggung Harian Surya. Sementara saya, tetap "jaga kandang" dengan tugas menjaga Desk Olahraga di Jl Basuki Rahmat, Surabaya. Ketika itu saya minta Mathias Buluama dan Hardimen Koto untuk membantu "mengamankan" halaman olahraga Harian Surya.

Begitulah kebesaran Harian Surya ketika Om Valens masih menjadi pemimpin kita di redaksi, pemimpin yang tahu persis makna strategisnya halaman olahraga, khususnya sepakbola, untuk menarik minat para pembaca Surabaya dan Jawa Timur. Artinya, belum juga genap berumur satu tahun, Surya ternyata sudah mampu mengirim dua wartawannya untuk melakukan liputan khusus selama 50 hari ke Italia.

Bukan Om Valens kalau  tidak melahirkan gasasan baru setiap saat. Maka, beberapa bulan usai Piala Dunia 1990, beliau kembali memanggil saya dan Yesayas di ruang kerjanya. Isi pembicaraannya masih menyangkut Rusdy Bahalwan. Om Valens punya gagasan, bagaimana kalau Rusdy Bahalwan kita sekolahkan menjadi pelatih nasional. Saya dan Yesayas diberi tugas mencari informasi untuk kemungkinan itu ke PSSI.

Atas bantuan beberapa teman kita yang bertugas di Jakarta diperoleh informasi bahwa PSSI tidak punya program untuk pelatihan semacam itu. Mereka menyarankan kita untuk menyertakan Rusdy Bahalwan mengikuti sekolah pelatih yang diselenggarakan oleh FIFA di Rio de Janeiro, Brasil. PSSI siap membantu mengeluarkan rekomendasi asal seluruh biaya untuk sekolah pelatih tersebut ditanggung kita (bukan biaya PSSI).

Di luar dugaan, ketika jawaban PSSI kita sampaikan ternyata Om Valens memberi keputusan yang spektakuler. "Oke, kita akan keluarkan biaya tersebut untuk Om Rusdy Bahalwan."

Maka, berangkatlah Rusdy Bahalwan ke Brasil untuk mengikuti sekolah pelatih atas biaya Harian Surya. Belakangan diketahi bahwa selain Rusdy Bahalwan ada satu mantan pemain nasional  dari Medan, yaitu Sutan Harhara,  yang juga sekolah bareng Rusdy di Brasil.

Dua orang inilah yang menjadi "orang sepakbola" pertama di Indonesia yang berhasil mengantongi Sertifikat C sebagai pelatih kelas internasional dengan ijazah keluaran FIFA. Dengan sertifikat tersebut Rusdy Bahalwan juga menjadi orang Surabaya pertama yang memiliki lisensi untuk melatih klub mana pun di seluruh dunia.

Sertifikat C keluaran FIFA itu pulalah yang kemudian mengantar Rusdy Bahalwan diangkat oleh PSSI menjadi pelatih tim nasional Indonesia. Dari tangan Rusdy Bahalwan, bangsa Indonesia sangat berbangga ketika tim nasional PSSI yang dilatihnya berhasil menjuarai  Piala Tiger sebuah event penting karena diikuti oleh negara-negara kuat macan sepakbola Asia.

Itulah visi Valens Doy terhadap seorang Rusdy Bahalwan yang telah berhasil mengantar Rusdy menembus langit tanpa batas di dunia sepakbola. Sejak saya menginjakkan kaki di Surabaya dari Jakarta untuk bergabung dengan Surya di bulan Agustus 1989 (tiga bulan sebelum Harian Surya dilauunching), Om Valens tiada hentinya memberi wejangan lepada saya, "Kita akan menerbitkan koran yang akan menjadi panggung ketenaran bagi Arek-arek Suroboyo."

Rusdy Bahalwan adalah salah satu tokoh penting yang berhasil dijaring dan dihantar Om Velens dan Harian Surya ke atas panggung popularitas. Ia  menjelma dari seorang pahlawan Suroboyo dan nasional di bidang sepakbola, kemudian menerobos keluar dari kepompongnya menjadi seorang penulis handal di bidang sepakbola. Keahlian menulis yang hinggá hari ini tidak atau belum mampu diikuti oleh pemain maupun pelatih sepakbola nasional Indonesia lainnya.

Hingga tiga sampai empat tahun lamanya sebelum saya berpisah dengan Harian Surya di tahun 2002, saya masih sering bertemu dan ngobrol sama Rusdy Bahalwan di kantor kita di Margorejo. Posisinya ketika itu sudah kosentrasi menekuni profesi asalnya sebagai pegawai negeri sipil di Kotamadya Surabaya. Rusdy masih rajin ke kantor untuk duduk tekun depan kumputer kita sambil mengetik ulasan pertandingan, baik untuk sepakbola nasional maupun Liga Inggris dan Italia.

Di segmen akhir pertemuan saya dengan Rusdy ini, saya sering melihat keakraban wartawan kita Rachmad yang selalu siap membantu dengan menyuplai berbagai data untuk Rusdy Bahalwan sebagai bahan tulisan analisis sepakbola Liga Eropa. Di hadapannya terlihat ibu dokter Ny Ramadhani (istri Rusdy Bahalwan) duduk menemani suaminya hinggá  Om Rusdy selesai mengetik. Ibu Ramadhani terlihat sabar menunggu sambil memeluk putrinya yang sudah terlelap tidur di pangkuannya.

Valens Doy dan Rusdy Bahalwan adalah dua tokoh yang sama-sama menoreh tinta emas bagi kejayaan Harian Surya. Keduanya kini sudah pergi meninggalkan kita selama-lamanya. Selamat jalan Om Rusdy, semoga khusnul khotimah.

Sumber: Catatan Uki M Kurdi di Facebooknya, diposting tertanggal 9 Agustus 2011

13 Anggota DPRD Ende yang Terpental

POS KUPANG.COM, ENDE --  Sebanyak 13 orang anggota DPRD Kabupaten Ende periode 2009-2014 yang kembali mencalonkan diri menjadi Caleg periode 2014-2019 terpental dari kursi empuk DPRD Ende.

Sementara 12 orang lainnya masih bertahan bahkan diantara 12 orang itu tiga orang tercatat kali ketiga masuk DPRD setempat.

Data yang diperoleh Pos Kupang dari hasil pleno rekapitulasi Pemilu Legislatif DPR RI, DPRD 1, DPRD 2 dan DPD yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Ende pekan lalu di gedung BBK menyatakan 10 orang anggota DPRD Kabupaten Ende yang diprakirakan masih bertahan sebagai anggota DPRD Kabupaten Ende masing-masing, Herman Yoseph Wadhi, Fransiskus Taso, Octavianus Moa Mesi, Yulius Cesar Nonga, Yulius Rada, Maksi Deki, Erikus Rede, Yustinus Sani, Philipus Kami, Arminus Wuni Wasa, Didimus Toki dan Abdul Kadir.

Sedangkan yang diprakirakan akan terpental sebagai anggota DPRD masing-masing Rul Rasyid, Pua Saleh, Sarwo Edi, Jusuf Oang, Damran Baleti, Eugenia Goreti Lado, Sudrasman M Nuh, Gabriel Dalla Ema, Simplius Mbipi, Anwar Liga, Silviah Indradewa, Astututi Djuma dan Abdul Rahman W Seto.

Pada Pemilu Legislatif kali ini juga tercatat ada lima orang anggota DPRD Kabupaten Ende yang tidak mencalonkan diri sebagai Caleg masing-masing Haji Taher, Ir Marsel Petu, Heribertus Gani, Efraim Belarminus dan Ahmad Alhabsy.

Data yang dihimpun Pos Kupang juga menyebutkan bahwa untuk komposisi pimpinan kemungkinan akan diisi oleh Partai Golkar yang memperoleh 17.724 suara, Partai Nasdem 17.084 dan PDIP 15.401.*

Sumber: Pos Kupang

Inilah Anggota DPRD NTT Terpilih 2014

POS KUPANG.COM, KUPANG -- Partai Golongan Karya (Golkar) dipastikan tetap menguasai DPRD NTT dengan memegang kursi Ketua DPRD NTT. Partai berlambang pohon beringin ini meloloskan 11 calegnya menjadi anggota DPRD NTT periode 2014- 2019. Kursi ketua DPRD NTT yang saat ini ditempati oleh Drs. Ibrahim Agustinus Medah, dipastikan tidak akan berpindah ke partai lain.

Demikian rekapan akhir yang dihimpun Pos Kupang dari rapat pleno terbuka dan rekapitulasi KPU NTT di aula KPU NTT, Selasa (29/4/2014) pagi, untuk Kabupaten Lembata yang masuk dalam daerah pemilihan (Dapil) NTT VI.

Dengan demikian, 65 kursi DPRD NTT sudah dipastikan terisi dan hanya menanti penetapan dari keputusan KPU sebagai penyelenggara resmi Pemilu.  Sementara itu, kursi wakil-wakil ketua juga dipastikan akan menjadi milik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra.

Dua partai ini masing-masing mengumpulkan 10 dan sembilan kursi. Sedangkan partai- partai yang juga memastikan diri akan memiliki fraksi sendiri di DPRD NTT periode 2014-2019 adalah Partai Demokrat dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) masing- masing delapan kursi di DPRD NTT.

Lima partai lainnya yang juga berhasil mengantarkan calegnya ke El Tari 1,  yakni Partai Hanura dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)  masing-masing lima kursi, Partai Amanat Nasional (PAN) empat kursi, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) masing-masing dua kursi dipastikan tidak bisa membentuk fraksi sendiri sehingga harus membuat koalisi untuk menjadi fraksi.

Dua partai politik lainnya yang juga sebagai partai peserta Pemilu 2014, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Bulan Bintang (PBB) dipastikan tidak mendapat kursi di DPRD NTT karena dari delapan dapil yang ada, caleg dari dua parpol ini tidak bisa bersaing dengan caleg dari partai lainnya sehingga caleg incumbent dari PPP, yang pada periode 2009-2014 terpilih dari dapil enam (Flores Timur, Lembata, Alor), Syahlan Kamahi, M.M  dan kembali mencalonkan diri dari dapil yang sama dipastikan akan tersingkir.

Sesuai rekapan data dari rapat pleno terbuka dan rekapitulasi KPU NTT di aula KPU NTT hingga Selasa (29/4/2014), hanya 20 anggota DPRD incumbent yang kembali lolos ke El Tari 1. Sementara 45 lainnya merupakan pendatang baru dan empat di antaranya 'naik kelas' dari DPRD kabupaten/kota ke DPRD propinsi, yakni Kardinand Kalelena caleg Demokrat yang sebelumnya DPRD Kota Kupang, Tomas Tiba caleg Golkar dari DPRD Nagekeo, dan dua dari DPRD Kabupaten TTS, yakni caleg Golkar Eldat Nenabu, dan caleg Demokrat, Ampera Seke Selan.

Dari delapan dapil yang ada untuk DPRD NTT periode 2014-2019 kali ini tercatat hanya Dapil 5 (Ende, Sikka, Ngada, Nagekeo) yang menyumbang incumbent terbanyak, yakni lima orang. Sementara dari dapil lainnya hanya berkisar dua atau tiga incumbent dan paling sedikit dapil satu, hanya satu incumbent yang kembali duduk di El Tari 1.

Sedangkan untuk DPR RI dari dua dapil diperkirakan hanya akan ada dua muka baru ke Senayan yang disumbangkan oleh Partai Nasdem, masing-masing satu kursi dari setiap dapil. Sementara untuk calon DPD dipastikan hanya Ir. Paul Liyanto yang tetap bertahan di Senayan, sedangkan Ir. Sarah Lery Mboeik dan Ny. Carolina Nubatonis- Condo, yang kembali maju dari DPD diprediksikan akan tersingkir.

Demikian pula, Eman Babu Eha yang beralih ke Demokrat dan maju untuk DPR RI juga diprediksikan tidak mendapat bagian lagi di Senayan. (meo)

CALON ANGGOTA DPRD  NTT 2014-2019
---------------------------------------------------------

* Dapil 1 (Kota Kupang)
1. Anton Bele (PDIP) 9.084 suara
2. Veki Lerik  (Gerindra) 13.009 suara
3. Alex Ena (Nasdem) 9.635 suara
4. Mohammad Ansor (Golkar) 8.348 suara
5. Jimy Sianto (Hanura) 6.115 suara
6. Kardinand Kalelena (Demokrat) 7.365 suara

* Dapil 2 (Kabupaten Kupang,  Rote Ndao, Sabu Raijua)
1. Nelson Matara (PDIP) 16.947 suara
2. Winston Neil Rondo (Demokrat) 13.127 suara
3. Pdt. SV Nitti (Golkar) 9.191 suara
4. Antonio Soares (Gerindra) 6.103 suara
5. Pdt. Junus Naisunis (PKB) 4.707 suara
6. Wellem Kale (Nasdem) 3.494 suara
7. Hamdan Saleh Batjo (Hanura) 2.108 suara

* Dapil 3 (Sumba)
1. Yunus Huwu Takandewa (PDIP) 12.550 suara
2. David Melo Wadu (PDIP) 9.981 suara
3. Kristein Samiyati Pati (Nasdem) 8.331suara
4. Pdt. Adriana R Kahi Awa Kossi (Golkar) 14.207 suara
5. Pdt. Abraham Litinau (Gerindra) 6.958 suara
6. Jonathan Kana (Demokrat) 6.358 suara
7. Novianto Umbu Pati Sangu Ate Lende (PKB) 6.524 suara
8. Laurensius Tari Wungo (Hanura) 6.022 suara
9. Hugo Rehi Kalembu (Golkar) 12.991suara
10. Cornelis Wungo (PAN) 3.481 suara

* Dapil 4 (Manggarai, Manggarai  Timur dan Manggara Barat)
1. Yohanes Halut (Gerindra) 11.812 suara
2. Yeni Veronika (PAN) 21.300 suara
3. Maxi Adipati Pari (Golkar) 11.648 suara
4. Kristofora Bantang (PDIP) 10.992 suara
5. Bonifasius Jebarus (Demokrat) 10.064 suara
6. Thobias Wanus (PKB) 8.845 suara
7. Inosensius Fredi Mui (Nasdem) 8.267 suara
8. Timoteus Terang (Hanura) 6.531 suara
9. Yusuf M Tahir (PKS) 4.010 suara
10. Laurensius Barus (Gerindra) 10.542 suara

* Dapil 5 (Sikka, Ende, Ngada dan Nagekeo)
1. Kornelis Soi (PDIP) 16.267 suara
2. Patrianus Lali Wolo (PDIP) 13.371 suara
3. Anwar Pua Geno (Golkar) 17.824 suara
4. Agustinus Lobo (PAN) 10.686 suara
5. Yucundianus Lepa (PKB) 7.939 suara
6. Thomas Tiba (Golkar) 16.149 suara
7. Leonardus Lelo (Demokrat) 8.229 suara
8. John Parera (Nasdem) 6.365 suara
9. Kasintus P Ebu Tho (Gerindra) 6.907 suara
10. Angela M Piwung (Hanura) 7.047 suara
11. Oswaldus (PKPI) 6.913 suara


* Dapil 6 (Flotim, Lembata dan Alor)
1. Gulielmus Agustinus Demon Beribe (PDIP)  12.062 suara 
2.  Ansgerius Takalapeta (Golkar)  17.339 suara
3. Alexander Take Ofong (Nasdem) 7.686 suara
4. Gabriel Abdi Kusuma Beri Binna (Gerindra)  12.572 suara 
5. Gabriel Suku Kotan  (Demokrat) 7.581 suara
6. Anwar Hajral  (PKS)  5.068 suara
7. Ismail J Samau  (PAN)  5.721  suara

* Dapil 7 (Belu dan TTU)
1. Alfridus Bria Seran (Golkar) 16.287 suara
2. Hironimus Banafanu (PDIP) 14.650 suara
3. Agustinus Bria Seran (Gerindra) 10.674 suara
4. Anselmus Talo (Demokrat) 5.667 suara
5. Kasimirus Kolo (Nasdem) 7.533 suara
6. Gabriel Manek (Golkar) 14.366 suara
7. Angelino B Da Costa Belo (PAN) 8.125 suara
8. Dolfianus Kolo (PDIP) 11.193 suara

* Dapil 8 (TTS)
1. John Army Konay (Nasdem) 14.960 suara
2. Eldat Nenabu (Golkar) 13.023 suara
3. Ampera Seke Selan (Demokrat) 7.983 suara
4. Herman Banoet (Gerindra) 9.047 suara
5. Jefri Un Banunaek (PKPI) 5.020 suara
6. Aleta Baun (PKB) 3.897 suara

Pleno KPU NTT (meo)

Sumber: Pos Kupang

Ini 13 Nama Baru di DPRD Ende

POS KUPANG.COM, ENDE -- Sebanyak 13 orang anggota DPRD Kabupaten Ende periode 2009-2014 yang kembali mencalonkan diri menjadi Caleg periode 2014-2019 terpental dari kursi empuk DPRD Ende.

Pada Pemilu Legislatif kali ini juga tercatat ada 18 orang muka baru yang diprakirakan menjadi anggota DPRD Kabupaten Ende masing-masing, Alex Sidi (PDIP), Mikael Bedioda (Demokrat), Ruben Lay Riwu (Hanura), Orba K Ima (Gerindra), M Ilham (PKS), Abidin H Suleman (PKB), Sabri Indradewa (PAN), Haji Pua Ndale (PKPI), Ambros Reda (Golkar), Antonius Y Bata (PDIP), Hamsi Said (PKS), Jhon Pela (Golkar), Yulius Rega (Gerindra), Kristoforus Bata Budo (PAN), Vincen Tani (Golkar), Alex Pati (Hanura) dan Eman Sala (Gerindra).

Mengomentari banyaknya anggota DPRD Kabupaten Ende yang terpental, Direktur LSM FIRD, Vincen Sangu mengatakan itu adalah hukum alam dalam politik karena hanya anggota DPRD yang memang dianggap layak masih dipercaya masyarakat meskipun hal itu masih diragukan mengingat proses menjadi anggota DPRD ada yang melaluinya dengan cara-cara halal namun terkadang ada juga yang melaluinya dengan cara-cara tidak halal seperti politik uang ataupun intimidasi juga manipulasi.*

Sumber: Pos Kupang.com

Aleta Baun Wakili Perempuan Timor

POS KUPANG.COM, KUPANG - Perolehan kursi di DPRD NTT, hasil rekapitulasi KPU NTT dari empat daerah pemilihan (Dapil) meliputi Pulau Timor, Sabu dan Rote, dipastikan ada satu anggota DPRD perempuan dari 27 anggota DPRD NTT dari empat dapil ini.

Aleta Baun dipastikan lolos ke El Tari 1 (DPRD NTT) setelah berhasil mengumpulkan suara terbanyak dari semua caleg yang bertarung melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dari Dapil 8 (Kabupaten TTS) dengan mengumpulkan suara pribadi 3.897 suara. Aleta berhak atas kursi keenam yang diperebutkan di Dapil 8 TTS.

Untuk diketahui, Aleta Baun merupakan salah satu tokoh perempuan asal Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang memimpin masyarakat Mollo untuk melakukan perlawanan terhadap penambangan marmer di Mollo.

Bahkan, untuk mewujudkan tekad mereka mengusir penambangan dari bumi TTS, Aleta Baun memimpin beberapa ibu membawa benang dan peralatan tenun ke lokasi penambangan untuk melindungi tanah tersebut sambil menenun.

Sedangkan dari Dapil 1 (Kota Kupang), Dapil 2 (Kabupaten Kupang, Sabu Raijua dan Rote Ndao), dan Dapil 7 (TTU dan Belu) dipastikan tidak ada perwakilan perempuan yang lolos ke El Tari 1, karena semua caleg yang berhasil mengumpulkan suara terbanyak dari setiap partai untuk tiga dapil ini semuanya direbut oleh caleg laki-laki.(meo)

Sumber: Pos Kupang

Inilah Anggota DPR RI asal NTT 2014-2019


Dapil NTT 1 (Flores, Lembata dan Alor)
 Melchias Markus Mekeng (Golkar)  72.120 suara
2. Honing Sani  (PDIP) 49.287 suara
3. Laurens Bahang Dama (PAN) 79.603 suara
4. Beni Kabur Harman (Demokrat) 53.701 suara
5. Pius Lustrilanang (Gerindra) 51.432 suara
6. Johni Plate (Nasdem) 33.704 suara

Dapil NTT  2 (Timor, Sumba, Rote dan Sabu Raijua)
 Herman Heri  (PDIP) 101.183 suara
2. Jefri Riwu Kore (Demokrat) 82.298 suara
3. Viktor Bungtilu Laiskodat (Nasdem) 77.555 suara
4. Setya Novanto (Golkar) 70.846 suara
5. Saleh Husin (Hanura) 42.848 suara
6. Farry Francis (Gerindra) 40.437 suara
7. Eurico Guteres (PAN) 31.992 suara
KPU NTT. (meo)



Sebaran Kursi:

PDIP:    2
Golkar:  2
Nasdem:  2
Gerindra:2
Demokrat:2
PAN     :2
Hanura  :1
Wajah baru hanya dua orang: Johni Plate dan Eurico Guteres

Sumber: Pos Kupang

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes