Merawat Rumah Sam Ratulangi

Pengendara melintas di depan rumah Sam Ratulangi
RUMAH itu berdiri lusuh di samping Kantor Bupati Minahasa yang megah, indah dan terawat. Rumah itu sulit menampik kesan tidak terurus lewat jamahan tangan yang telaten. Rumah itu dikelilingi semak dan rerumputan serta aneka pepopohan yang lama tak dipangkasrapikan. Ya, rumah itu milik Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, sosok legendaris  yang sangat  dihormati di Sulawesi Utara (Sulut).

Tidak hanya di Sulut, Sam Ratulangi juga memberikan kontribusi luar biasa  bagi hadirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Atas jasa-jasanya, pemerintah RI  menganugerahkan gelar pahlawan nasional untuk pria kelahiran Tondano, Kabupaten Minahasa  5 November 1890 itu. Namanya juga diabadikan sebagai nama universitas,  jalan, bandar udara, rumah sakit, bahkan nama lapangan.

Tidak hanya peran nyata yang telah dia sumbangkan bagi negara, namun sebuah falsafah hidupnya telah menjadi inspirasi warga Sulut, Indonesia, bahkan dunia.  Si Tou Timou Tumou Tou  (manusia hidup untuk menghidupkan orang lain) memiliki makna yang dalam dan merupakan warisan untuk generasi masa ini dan selanjutnya.

Namun, di balik nama besar dan jasanya, perhatian terhadap  pria lulusan Vrije Universiteit Van Amsterdam Belanda ini seakan telah dilupakan. Rumah milik Sam Ratulangi di Kelurahan Tounkuramber, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten tidak terawat lagi.

Saat Tribun Manado berkunjung ke tempat bersejarah ini, Selasa (22/1/2013), gerbang masuk rumah tersebut terkunci rapat. Gerbang dua pintu yang terbuat dari besi tampak berkarat. Cat mulai terkelupas berganti karat berwarna cokelat. Sebuah gembok terpasang dari dalam untuk mengunci pagar tersebut. Dari depan, kesan tidak terurus itu kental. Bangunan berasitektur rumah tradisional Minahasa ini hampir tertutup oleh rimbunnya pohon dan semak.

Pohon-pohon tumbuh rimbun di pekarangan rumah, dan rumput tumbuh subur di tanah. Bukan hanya pekarangan depan yang mulai tertutupi tanaman. Sisi samping kanan rumah tersebut pun tertutup semak. Beberapa warga yang tinggal dekat rumah tersebut mengatakan rimbunnya tanaman membuat suasana terasa angker. Cat  putih yang membungkus bangunan rumah tersebut juga mulai pudar. Kaca rumah buram karena tertutupi debu.

Jangan sampai terjadi 25 atau 50 tahun dari sekarang ketika anak-anak Minahasa, putra-putri Sulawesi Utara, generasi Kawanua  bertanya di manakah kami bisa menemukan tapak jejak sang pahlawan Sam Ratulangi? Tragis. Kita tidak bisa menunjukkan lokasinya. Sebab lokasi itu sudah tak lagi berbekas.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Itu kata kaum bijak bestari. Kata-kata yang masih relevan dan aktual sampai hari ini. Ayo selamatkan warisan Sam Ratulangi demi anak cucu Kawanua! Lebih dari itu untuk melanjutkan spirit, nilai-nilai dan kebajikannya yang luar biasa untuk masyarakat Nyiur Melambai, Indonesia dan dunia. *

Sumber: Tribun Manado 24 Januari 2013 hal 10

Selamat Datang Musang Berbulu Domba

ilustrasi
MUSIM jual kecap nomor satu datang lagi di sini,bumi Flobamora.  Musim jual diri sebagai orang layak memimpin lima juta rakyat Nusa Tenggara Timur (NTT) sehingga mereka pantas dipilih menjadi gubernur dan wakil gubernur  untuk masa tugas 2013-2018.

Ada enam pasangan calon gubernur dan wakil gubernur  yang bertarung kali ini. Satu dari jalur independen, sisanya diusung partai. Jumlah itu  meningkat 100 persen dibandingkan pesta yang sama lima tahun silam. Makin banyak saja putra Flobamora yang punya hasrat menjadi gubernur dan wakil gubernur.

Gairah yang berkobar-kobar menguber kekuasaan politik pun terjadi di Kabupaten Sikka. Kabar terakhir ada sembilan pasangan calon bupati dan wakil bupati yang maju dalam Pemilukada tahun ini. Sikka sejak lama memang dikenal sebagai barometer perpolitikan di NTT. Tapi soal jumlah orang yang merasa layak jadi bupati dan wakil bupati agaknya baru musim ini yang terbesar ikut berkompetisi. Salut buat Sikka.

Dari sisi kuantitas menunjukkan perkembangan yang signifikan. Bagaimana dari aspek kualitas? Eitt tunggu dulu. Mereka yang bertarung itu bukan orang baru. Delapan puluh lima persen orang lama yang rakyat Flobamora sudah tahu sifat dan kelakuannya. Mereka tidak hanya makan asam garam di bidang politik, tetapi sebagian malah sudah karatan (hehehehehe.... itu sih menurut guyonan ama ina di Kupang).
 
Tentu saja tidak semua calon kepala daerah dan wakil kepala daerah itu buruk rupa dan karakter. Ada yang baik tetapi pilihan mayoritas  rakyat kerap bukanlah orang yang berkepribadian bagus tatkala dia memimpin. Kekuasaan kerap membutakan mata dan hati. Orang mudah larut dalam kemewahan kekuasaan. Korupsi yang menggurita di negeri ini pemicu utamanya antara lain syahwat  kekuasaan yang tak terkontrol itu.

Coba lihat yang terjadi hari-hari ini. Setelah suami-istri mendekam di penjara, kini ayah dan anak reunian meringkuk di tahanan yang sama akibat korupsi pengadaan kitab suci. Barangkali tak lama lagi kakak-beradik akan tidur sekamar di hotel prodeo. Di negeri tercinta ini satu keluarga korupsi ramai-ramai sudah menjadi tradisi.

Saya ragu apakah pemilih Flobamora memahami betul rekam jejak enam pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT periode 2013-2018. Juga sembilan pasangan calon bupati dan wakil bupati di Kabupaten Sikka.  Masyarakat kita belum memiliki tradisi soal  transparansi dalam makna seharusnya. Transparansi kita cuma omongan. Rakyat begitu mudah dibuai dengan alunan janji manis mereka. 

Saya mau menutup coretan sekenanya saja ini dengan mengutip status teman saya di Facebook, Willy Pramudya. Statusnya tayang pada hari Senin 28 Januari 2013 sebagai berikut.

"Seperti lima tahun lalu, rombongan serigala berbulu domba itu mulai bermunculan lagi. Sambil mamatut-matut diri agar terlihat seperti "domba" jenis yang paling Obama atau Jokowi, mereka mulai mendatangi kami, para domba dan segaka jenis kambing yang tinggal di berbagai pelosok negeri ini.

Dengan ramah -- tapi tak mampu menyembunyikan taring yang siap menghabisi -- mereka mendekati kami, meminta dukungan kami dengan berbagai hadiah seperti padang rumput hijau tak berbatas agar mereka bisa jadi raja di negeri kami. Mereka menggelar berbagai hajatan dan pada puncaknya akan kembali meminta kami mendukung mereka .

Tapi kami tahu bahwa mereka tetaplah serigala berbulu domba, tongtongsot, musang, buaya dan segala jenis perampok berkaki empat yuang bengis dengan agenda tunggal: merampok kedauluatan kami dan kekayaan negeri kamii. Selamat tinggal tahun kelima. Kami tak memerlukan kalian dan hajatan-hajatan itu."


Kairagi yang sedang mendung, dinihari 29 Januari 2013

Dulu Rok Mini kini Jeans dan T-Shirt

Jeans (ilustrasi)
LAGI-lagi cara perempuan  berbusana dianggap sebagai pemicu utama meningkatnya peristiwa perkosaan. Dulu rok mini dikambinghitamkan sebagai penyebab banyak perempuan menjadi korban kekerasan seksual. Cara pandang yang keliru itu sempat mengemuka di Indonesia beberapa tahun silam. Bahkan keluar dari mulut pejabat publik yang semestinya lebih paham bahwa musabab perkosaan itu bukan karena perempuan "salah" memakai busana.

Akhir tahun 2012, kasus perkosaan mengguncang masyarakat India  menyusul kematian seorang mahasiswi fisioterapi berusia 23 tahun setelah diperkosa sekelompok orang di sebuah bus di New Delhi. India pun dilanda gelombang protes sejak kasus itu muncul. Para demonstran menuntut hak-hak perempuan dan hukuman yang keras terkait pemerkosaan. Mereka juga menyerukan agar pelaku pemerkosaan dihukum gantung.

Gara-gara kasus yang membuat banyakp orang marah tersebut, para perempuan muda di sebuah desa di India dilarang mengenakan Jeans dan T-shirt. Para tetua desa mengatakan, pakaian semacam itu mendorong terjadinya pemerkosaan.

Para tetua di Khedar, wilayah Hisar di India barat laut, menerapkan larangan itu sebagai bagian dari serangkaian langkah yang dirancang untuk mengurangi serangan seksual. Alkohol juga telah dilarang dan penyelenggara DJ party kini didenda sebesar 11.000 rupee (sekitar Rp 2 juta).

Tokoh di Desa Khedar, Sarpanch Shamsher Singh, mengatakan kepada Times of India, "Kami telah memutuskan untuk melarang alkohol karena itu merupakan alasan utama di balik perkosaan. Kami juga telah melarang celana jeans dan T-shirt bagi para siswi karena itu bukan gaun yang pantas."

Namun, walau keputusan itu mungkin tidak populer di kalangan anak muda di desa, keputusan tersebut disambut baik oleh para warga yang lebih tua. Shanti Devi, seorang perempuan paruh baya, mengatakan, "Keputusan panchayat (para tetua) itu baik dan akan menekan pelecehan terhadap para gadis. Pakaian yang tak pantas merupakan alasan utama di balik perkosaan."

Mahaveer Singh, seorang warga desa, menambahkan, "Kami menyambut keputusan panchayat dan siapa pun yang menyelenggarakan sebuah DJ party di desa akan didenda 11.000 rupee. Tujuan utama kami adalah untuk menutup toko-toko alkohol di desa karena minuman keras merupakan alasan utama di balik serangan terhadap perempuan."

Sementara hakim memerintahkan sidang terhadap lima tersangka pemerkosa dan pembunuh mahasiswi fisioterapi di Delhi itu digelar tertutup demi keselamatan para tersangka sendiri setelah adegan ruang sidang yang kacau. Lebih dari 150 orang mencoba untuk memasuki ruang sidang yang hanya cukup untuk 30 orang pada sidang pertama para pria yang didakwa melakukan pemerkosaan, penculikan, dan pembunuhan terhadap gadis itu yang kata ayahnya bernama Jyoti Singh Pandey.

Mahasiswi itu meninggal di sebuah rumah sakit Singapura 13 hari setelah diserang saat ia pulang dari sebuah bioskop di New Delhi pada Desember 2012 lalu. Gadis itu, yang tak diungkap indetitasnya oleh pihak berwajib karena alasan hukum, dilempar ke jalan raya dalam kondisi telanjang dari kendaraan yang sedang bergerak. Ia dan teman prianya tergeletak sampai setengah jam sebelum akhirnya ada orang yang memanggilan layanan darurat. Gadis meninggal karena luka-lukanya. Berdasarkan data pemerintah India, jumlah kasus pemerkosaan yang dilaporkan di negara itu meningkat hampir 17 persen pada periode 2007-2011. Di New Delhi, yang dikenal sebagai "ibu kota pemerkosaan India", pemerkosaan dilaporkan terjadi setiap 18 jam.

Dengan nada bercanda, seorang temanku di FB berkomentar demikian. Soal busana perempuan, entah rok mini, jeans atau T-shirt, sesungguhnya  tergantung bentuk dan berbentuk,.perasaan dan penasaran sehingga maknanya berubah menjadi negatif plus. Perasaan dan rasa penasaran mestinya bisa dikendalikan manusia yang waras. Toh sejatinya perempuan itu adalah ibumu, saudarimu dan juga kekasihmu. *

NTT Academia Award 2012: Terima Kasih untuk Sebuah Idealisme dan Keluarga Baru

Dari kiri: I Wayan Mudita, Mediatrix, Gerson Poyk
Oleh I Wayan Mudita

Saya tidak sempat menonton pertunjukan monolog Abdi Keraf, saya dan istri tiba terlambat. Kami bukan sengaja ingin datang terlambat, tetapi kami mengijinkan Edi, sopir taksi plat hitam yang kami sewa hari itu, untuk terlebih dahulu mengantar penumpang lain. Kami menggunakan taksi karena khawatir turun hujan, biasanya kami menggunakan sepeda motor saja.

Begitulah, pada saat kami tiba di tempat acara Penganugerahan NTT Academia Award 2012, di aula Universitas Kristen Artha Wacana, acara sudah berlangsung. Kami, dan pada saat itu disertai sahabat kami Remi Natonis, langsung mengambil tempat yang disediakan. Ketika itu, seorang mahasiswi sedang membacakan puisi karya Gerson Poyk, penerima award untuk kategori Literature and Humanity. Lalu, disusul pembacaan puisi oleh Opa Gerson sendiri, maaf, perkenankan saya memanggil beliau dengan panggilan opa. Beliau lahir pada 16 Juni 1931 di Namodale, Ba'a, sekarang ibukota Kabupaten Rote Ndao.

Ketika Dominggus Elcid Li, Ph.D., ketua panitia yang ketika itu merangkap sebagai pemandu acara bertanya kepada Opa Gerson mengenai pendapat beliau terhadap perkembangan sastra di Kota Kupang, beliau menjawab bahwa beliau gembira karena kinisastra dan kesenian sudah mulai mendapat tempat di Kupang. Kini sudah ada Komunitas Sastra Dusun Flobamora yang menerbitkan Jurnal Sastra Santarang, Sabana Lontar Karang. Beliau juga mengatakan, sangat bangga pada kemampuan Abdi Keraf, yang telah membawakan naskahnya dengan sangat baik.

Abdi Keraf dipanggil ke panggung, ditanya bagaimana bisa tampil dengan begitu utuh. Dia mengatakan sempat gugup juga harus menghapal naskah yang cukup panjang dalam beberapa hari, belum lagi menjiwainya, tetapi dia bersyukur pada seluruh nenek moyang, dia bisa membawakannya. Opa Gerson mengelus pundak anak muda ini, beliau tampak begitu bahagia.

Saya mengenal karya-karya Opa Gerson sejak ketika saya masih siswa SMA. Ketika itu, guru bahasa Indonesia di SMAN Dompu, NTB, sekolah tempat saya menamamatkan pendidikan SMA, mengajar bahasa dengan gaya agak beda, selain mengajarkan bahasa sebagaimana yang dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah lainnya, juga mengajarkan sastra dan menulis. Guru saya itu, menyuruh murid-muridnya, termasuk saya yang duduk di kelas IPA, untuk membaca karya cerpen dan puisi Gerson Poyk dan buku Komposisi karya Gorys Keraf.

 Saya lupa, karya beliau yang saya pernah baca, karena sudah begitu lama, tetapi nama beliau selalu ada dalam benak saya. Saya bertemu dengan beliau pertama kali dan menyalaminya pagi hari pada acara Kuliah Umum yang diselenggarakan sebagai begian dari acara penyerahan award. Saya, sebagai penerima award kategori Science dan Engineering, diminta menyampaikan kuliah umum, bersama dengan penerima award kategori Social Entrepreneurship, Maria Mediatrix Mali. Pada saat kuliah umum, Opa Gerson sempat bertanya, apa yang menyebabkan apel soe punah. Setelah selesai kuliah umum saya sempat mengobrol dengan beliau. Menurut beliau, orang berpendidikan IPA yang menggemari sastra memiliki apa yang beliau sebut poetic vibration, yang membuat orang menjadi kreatif.


Acara, yang dihadiri oleh Rektor Universitas Kristen Artha Wacana, berlanjut dengan sejumlah pertunjukkan seni oleh mahasiswa. Selain pembacaan puisi, mereka juga menyanyikan puisi karya Opa Gerson dalam genre hip-hop, dan juga mempertunjukkan sejumlah tari kreasi. Mereka adalah anak-anak muda kreatif, berhasil membuat acara penganugerahan menjadi begitu megah.

Sampai akhirnya tibalah acara penyerahan award. Ibu Trix, begitu Ibu Maria Mediatrix Mali biasa dipanggil, mendapat kesempatan pertama, kemudian saya, dan terakhir, tentu saja tanpa mengurangi arti penting, Opa Gerson. Sayang, penerima penghargaan untuk kategori Lifetime Achievement, mantan Gubernur NTT dr. Ben Mboi, sebagaimana disampaikan oleh Ketua Panitia, karena alasan suasana politik menjelang Pilgub NTT, tidak hadir.

Sebelum penyerahan, dibacakan kriteria pemberian award dan hal-hal yang menjadi kekuatan bagi setiap penerima. Saya tidak heran mengapa Opa Gerson dan Ibu Trix layak menjadi penerima, apalagi dr. Ben Mboi yang mantan gubernur. Lalu saya? Saya merasa sangat kecil dibandingkan dengan ketiga rekan penerima ini. Ketika Dr. Ing. Jonatan Lassa, salah seorang anggota Dewan Juri membacakan kriteria dan kekuatan setiap penerima, saya masih tidak percaya bahwa saya memenuhi kategori sebagai penerima award.


Bagaimanapun, saya patut menghormati upaya yang dilakukan oleh Forum Academia NTT, forum yang terdiri atas para akademisi muda NTT ini. Di tengah masyarakat yang didominasi oleh kepentingan pragmatis untuk mengejar materi, masih ada sekelompok kaum muda yang berani mengusung idealisme akademik yang di negeri tercinta ini merupakan sebuah jalur yang sepi. Lebih dari itu, NTT Academia Award merupakan bakti hasil kerja suka rela oleh banyak pihak. Tentu saja semua ini menjadi tidak mungkin dilakukan kalau saja mereka yang terlibat di dalamnya tidak memiliki sebuah idealisme.  Tiba-tiba saya menjadi semakin kecil, tetapi saya merasa berada dalam sebuah keluarga.

Kebetulan, saya pernah mengajar, ketika fakultas pertanian di universitas ini baru didirikan, dan istri saya juga menjadi dosen di fakultas perikanan, sebelum kemudian mengundurkan diri. Saya menemukan sesuatu yang begitu saya rindukan selama ini, anak-anak muda yang bersekolah tidak hanya untuk mengejar gelar, dosen yang mengejar jabatan guru besar bukan hanya untuk tunjangan kehormatan dan mendapat jatah dana penelitian hibah, orang-orang yang bekerja bukan hanya dengan mentalitas menengadahkan tangan, para penggiat sastra yang setia menelurusi jalan yang jauh dari kemilau materi. Mereka inilah yang sesungguhnya lebih patut menerima penghargaan, bukan saya.

Maka ketika saya diminta untuk menyampaikan sepatah dua patah kata, saya hanya bisa terdiam sebelum bisa terbata-bata menyampaikan terima kasih. Saya setuju dengan yang sebelumnya dikatakan oleh Elcid, diam bisa lebih mengungkapkan rasa daripada kata-kata. Saya hanya bisa menyebut terima kasih kepada para orang tua dan saudara-saudara di lereng Gunung Mutis, para petani jeruk keprok di sana, yang menginspirasi saya selama ini. Saya hanya bisa berterima kasih kepada kaum tani peladang tebas bakar yang selama ini dituding sebagai perusak lingkungan, tetapi membuat saya menjadi lebih berarti berada di tengah-tengah mereka, daripada mendengarkan pidato para pejabat ketika mereka memberikan sambutan pada berbagai rapat dan seminar. Keterdiaman saya, ketika berdiri di hadapan para undangan yang memenuhi aula, adalah keterdiaman untuk mengungkapkan terima kasih yang tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Terima kasih kepada semua yang telah menghantarkan saya saya kepada yang bisa saya capai tanpa terlalu harus mengumbar ambisi. Dan terima kasih untuk bisa menerima saya dengan kesederhanaan yang apa adanya.

Menjelang membuat tulisan ini, saya menyempatkan diri membaca novel kenang-kenangan yang diberikan oleh Opa Gerson, "Enu Molas di Lembah Lingko", dan kumpulan puisi Ragil Supriyatno Samid, "Avontur: Sekumpulan Puisi". Saya belum selesai membaca, tetapi begitupun, kedua buku ini telah memperkaya hati, melalui apa yang oleh Opa Gerson disebut irrational logic. Simak saja protes Opa Gerson, melalui tokoh Enu Molas:

Itulah kekurangan para bireokrat kita. Mereka adalah pelaksana tetapi soknya bukan main. Kalau kita memberikan ide kepada mereka, mereka mengatakan, kami sudah memikirkan hal itu, ide itu sudah ada pada pemerintah. Birokrasi kita menolak ide-ide orang luar, orang terpelajar. Birokrasi kita bisa menjadi musuh men of ideas ...

    (Gerson Poyk, Enu Molas di Lembah Lingko, hlm. 117)

Maka saya pun maklum, mengapa hampir tidak ada kalangan birokrat yang hadir, pada kuliah umum, padahal sebelumnya Saudara Elcid sudah menyampaikan kepada saya, bahwa kuliah umum akan dihadiri kalangan birokrat. Saya maklum, tidak ada birokrat yang bersedia dikuliahi, sebab, sebagaimana saya sampaikan pada kuliah umum saya, dewasa ini bukan lagi jamannya "knowledge is power" tetapi "power is knowledge". Lihat apa yang dilakukan para pejabat ketika membuka rapat maupun seminar, mereka selalu menguliahi peserta panjang lebar, meskipun seringkali mengenai sesuatu yang mereka tidak kuasai. Jabatan telah membuat mereka menjadi orang yang paling tahu mengenai semua hal. Dan tentu saja, para peserta rapat maupun seminar terus saja manggut-manggut, sebab sebagai bangsa yang adiluhung, tentu saja tidak cukup mendengar dengan diam, takut dimarahi di depan umum sebagaimana yang dialami murid SD

Tapi, siapa yang berani lebih jujur, seniman atau akademisi, apalagi birokrat? Simak saja bait berikut dari puisi Ragil Supriyatno Samid, "Tentang Kemerdekaan (di negeri manasuka)":

    kenapa bukan "pukimai kau!"
    yang kita teriakkan
    untuk warna bendera yang cuma mengabarkan
    banjir darah dan kibar kafan
    buat saudara sendiri

    (Ragil Supriyatno Samid, Avontur: Sekumpulan Puisi, hlm. 41)

Maka saya pun benar-benar merasa sudah cukup puas dengan kenyataan bisa menjadi manusia tanpa harus menghalalkan segala cara untuk risa menjadi seorang pejabat. (*)

Sumber: Blog Wayan Mudita


Semua Artikel terkait NTT Academia Award

Stop Bakalai, Aer Su Makin Jao!

ilustrasi
Oleh Ermi Ndoen  PhD 

Ini cerita dulu . "Kaka, tolong air satu tangki ke rumah". Cukup dengan SMS (short message service).  Satu jam kemudian, mobil tangki dengan kapasitas 5000 liter sudah parkir di depan rumah. Air yang sudah di dasar bak penampung penuh lagi. Itu kondisi di musim hujan atau pada saat volume dan debit air dari sumur-sumur bor milik masyarakat masih normal.

Ini cerita sekarang .. "Kaka, tolong air 1 tangki ke rumah". Masih dengan layanan SMS. 1 Jam kemudian mobil tangki yang ditunggu-tunggu belum datang. Enam jam kemudian, masih belum datang. 24 Jam kemudian . "Thanks God it arrived" .. "Maaf Kaka, antre di sumur pompa lama. Banyak langganan yang tertunda antaran airnya karena antrean yang panjang. Kaka jangan marah, eee". Sopir mobil tangki meminta maaf atas pelayanannya yang lambat disertai penjelasan yang masuk akal tentang keterlambatan mengantar air yang dipesan lewat SMS 24 jam lalu. Akhir yang bahagia, karena walaupun harus menunggu 24 jam tapi mobil tangki air akhir datang. Bak penampung air di rumah yang kosong, terisi penuh kembali. Itu yang terjadi sekarang di Kota Kupang.

Ini cerita dari dulu hingga sekarang . Pipa untuk PDAM terus digali, ditanam, digali dan ditanam lagi. Jalan-jalan hotmix dirusak, diperbaiki, dirusak dan diperbaiki lagi. Di sisi jalan, banyak berserakan pipa PDAM. Ada pipa besi mengkilat, ada pipa yang berwarna hitam "marege". Ada pipa  pendek, ada pipa panjang "lalolak". Ada pipa kecil, ada pipa besar "kaboak". Tapi di manakah air?

Tunggu satu jam? Tunggu 1 hari? Tunggu 1 minggu? Tunggu 1 bulan? Suatu penantian yang tidak pasti, walaupun kadang, akhir air mengalir juga . Jalan satu tetes. Jalan 2 tetes. Mengalir 1 jam . Mengalir 2 jam .  Mengalir 3 jam . akhirnya air mati lagi. Toh kita masih bisa bersyukur. Walaupun sudah tunggu satu minggu, ataupun tunggu satu bulan ,.. akhirnya air masih bisa mengalir ke rumah. Mengalir 2-3 jam saja bukan masalah, yang penting mengalir. Jadi harus tetap harus bersyukur

 Daripada orang lain yang mungkin hanya bayar biaya beban dan angin yang keluar lewat meteran (angin atau air?)   yang dipasang di ujung pipa PDAM yang akan masuk ke dalam sambungan rumah.

Masih seputar cerita tentang mobil tangki air. Mobil tangki dimiliki oleh seorang bos - saudagar mobil. Mempekerjakan 1 sopir. Masih syukur kalau ada tambahan satu kondektur. Tapi, pelayanan air, cukup lewat SMS. Satu jam kemudian mobil tangki sudah tiba dengan air 5000 liter. Kalaupun air sulit seperti sekarang, 24 jam, air pasti terisi kembali di bak-bak air di rumah.

Sekarang cerita tentang PDAM Kota dan PDAM Kabupaten Kupang. Kedua PDAM ini Punya 1 Gubernur. Punya ! Bupati dan 1 Walikota. Punya 1 Direktur Utama setiap PDAM-nya. Punya beberapa Direktur yang lain. Punya staff teknis. Punya staff administrasi..

Lantas, bagaimana pelayanan air ke konsumen? Carut-marut. Kalau dalam lirik lagu Bengawan Solo, "air mengalir sampai jauh" . dalam pipa PDAM kita (kota dan kabupaten) yang ada hanya `omongan kosong yang mengalir sampai jauh'.. Pipa-pipa kebanyakan kosong. Dan kalaupun terisi, mungkin hanya "berisi angin". Bisa dibayangkan nasib para para pensiunan yang harus `mati setengah' menyisakan uang pension untuk beli air tangki.

Kembali ke mobil tangki air. Sopir digaji mungkin hanya Rp 1 juta per bulan (bisa lebih, bisa kurang). Konjak digaji lebih kecil dari sopir. Dapat uang makan, atau kadang makan nasi ayam - lebih enak dari makanan saudagar, pemilik mobil yang hanya makan kangkung rebus di rumah.

Tapi, dengan mobil tangki air kalau antar air terlambat, pasti ada ucapan minta maaf. Kalau bak letaknya jauh, mereka dengan sigap langsung pasang selang, hidupkan motor pompa air dan air mengalir masuk dalam bak air. Semua berjalan alamiah, tidak ada sungut-sungut. Tidak ada marah-marah. Happy ending. PDAM Kita; gaji direkturnya pasti lumayan. Gaji Staf teknis dan administrasi pasti mencukupi. Bonus-bonus lain, kemungkinan ada. Tapi kalau air PDAM tidak jalan, pelanggan complain diterima dengan muka asam. Bahkan jika meteran berisi `angin' pun pelanggan harus membayar, jika tidak ingin meterannya dicabut. Walaupun air tidak jalan, bayaran angin tetap mahal. Tidak happy ending.

Kalau mobil tangki air; pelanggan jauh sampai di udik manapun mau dilayani. Air pasti diantar sampai tujuan. Roda berputar sampai jauh.  Bayar mahal sedikit bukan masalah karena biaya bahan bakar untuk antar ke daerah jauh lebih mahal. Pelanggan tidak kecewa.

Pelanggan PDAM? Ikut PDAM Kabupaten, air tidak lancar. Tinggal di Kota Kupang dan bukan di udik yang jauh di rimbah rayapun tidak ada jaminan dapat pelayan air yang lancar. Ikut PDAM Kota Kupang, sama saja. Tunggu seminggu bukan jaminan air akan mengalir. Walaupun rumah di samping rumah jabatan Walikota bukan jaminan air mengalir sampai rumah. Pelanggan sering kecewa.

Memiliki sebuah mobil tangki; si saudagar tidak perlu berpendidikan tinggi. Cukup ada kemauan, sedikit modal dan sedikit bakat wirausaha, sudah cukup untuk memiliki dan mengelolah sebuah mobil tangki air. Sang sopir; yang penting bisa mengemudi mobil tangki dan punya SIM yang masih berlaku. Konjak, syukur-syukur kalau tamat SD. Tidak ada fit and proper test.

Tapi, berlangganan air lewat mobil tangki lebih gampang.  Cukup dipesan lewat SMS, air diantar. Kalau sopir terlambat antar air, dapat teguran dari saudagar atau complain dari pelanggan sudah biasa. Yang pasti ada kata "maaf" kalau mobil lambat dan kata terima kasih dari pelanggan kalau air sudah terisi. Dan jangan lupa bayar cash saat air terisi penuh.

Di PDAM kita; Investasi milyaran rupiah. Semua pejabat dari Gubernur, Bupati, Walikota, Sekda, Kepala Dinas PU, Bappeda, dan BLUD sampai staf teknis serta staf admimistrasi ikut atur. Direktur-direktur pendididikan tinggi. Staf teknis dan administrasi pasti diseleksi dari orang-orang terpilih. Tapi yang ada hanya bertengkar tentang kepemilikan aset. MoU yang sudah ditandatangani tidak pernah dihargai. Gubernur berteriak sampai "gargantang" mau putus, tidak didengar oleh Bupati, Walikota yang Direktur-direkturnya. Rakyat berteriak tidak ada air, hanya angin lalu kayak angin dari pipa PDAM yang kosong. Pipa yang hanya berisi `omongan', anginnya berbau busuk. Sekedar buang angin. Sekedar menyesakkan nafas lawan bicara, tanpa ada kepedulian nasib orang banyak. Saat ini yang dipertontonkan hanya saling ancam dan berkelahi di koran. Air tidak jalan, bukan urusan. Yang diurus hanya siapa dapat apa. Kota minta bagian. Kabupaten minta bagian. Masyarakat tetap SMS tangki air.

Kalau begini turus, kita lebih butuh PDTA - Perusahan Daerah Tangki Air. Masak saudagar tangki air masih bisa memberikan pelayanan lebih baik dari para pejabat dan direktur yang mengelola PDAM? Hanya Tuhan yang tahu. Stop Bakalai, Aer Su Makin Jao! *

Sumber:  Klik DI SINI

Monologia Flobamora: Refleksi Pendek Sastrawan Rantau

Abdy Keraf (foto Oddy Mesakh)
Oleh Dominggus Elcid Li

Naskah yang Indah, aktor kawakan, dan paduan suara yang membuat hati merinding. Mungkin ini tiga kesimpulan untuk menyebutkan pentas Monologia Flobamora. Naskah karya Gerson Poyk yang dipentaskan di Kupang, 18 Januari 2013 malam, merupakan momentum peringatan setengah abad jejak karya Gerson Poyk di dunia sastra Indonesia sekaligus pertemuannya kembali dengan kampung halaman.

Pentas kali ini pentas istimewa karena menandai pulangnya sastrawan rantau asal NTT.

Naskah monolog karya sastrawan Gerson Poyk dibuat khusus untuk dipentaskan pada malam penyerahan NTT Academia Award. ‘Opa Gerson’ merupakan penerima NTT Academia Award tahun 2012 untuk kategori Sastra dan Humaniora.

Abdy Keraf, pelaku monolog merupakan wakil dari generasi teater terbaru dari Kupang yang sedang tumbuh. Monolog 30 menitan ini merupakan ‘kritik Gerson atas keterasingan manusia NTT dari tanahnya sendiri.

Pentas dibuka dengan nyanyian dari paduan suara mahasiswa Universitas Kristen Artha Wacana. Suara tajam menyayat dengan nada requiem membuka pentas. Suara para penyanyi dan sayatan tangis membuat ruangan senyap.

Di bawah lampu penerangan  seorang penulis tua yang hanya berbaju kaos dalam, dan memakai sarung duduk di atas kursi yang terbuat dari ban mobil. Ia mengoceh panjang tentang budaya pencuri. TV-nya baru saja digasak maling. Untungnya laptop andalannya tak ikut disantap. Baginya maling pun merupakan kegiatan bekerja, sejenis dengan korupsi sebagai tindak pencurian, tapi kerja yang tidak didasarkan pada moral etis.

Abdi yang duduk di bawah lampu gantung dan sesekali berdiri mengampiri penonton malam itu menguasai panggung.  Ocehan panjangnya membuka lubang-lubang keterasingan yang selama ini melingkupi warga flobamora. Tentang ‘anak muda’ yang hanya mengincar posisi pegawai, soal petani yang tidak pernah dihargai kerjanya, dan ‘orang kota’ yang hanya tau makan beras, tanpa mau tahu bagaimana prosesnya dan menghitung berapa yang dimakan dalam rumus bare maximum, tentang kebutuhan maximum seorang manusia.

Kritik atas commodity fetishism, yang tergambar dalam berbagai jenis syahwat orang moderen tentang mobil, dan melupakan soal pertanian serta perluasan lahan produksi pertanian merupakan tanda-tanda keterasingan manusia Indonesia kini. Pemujaan yang berlebihan untuk mobil mewah, di atas keinginan untuk bertani, membuat manusia masuk dalam konsumerisme menjadi surga dunia dan tujuan hidup absolut.

Pentas ditutup dengan lagu ‘Flobamora Tanah Air Beta’. Flobamora tempat berlindung di hari tua. Lagu penutup ini membuat Opa Gerson menangis. Sastrawan perantau asal NTT ini memang sekian dari manusia anomali asal Flobamora yang sedang pulang. Para awak teater pecinta sastra di Kupang  sadar bahwa selain Gerson Poyk, masih ada satu nama lagi yang hingga kini belum pulang: Umbu Landu Peranggi.

“Awalnya saya tidak menyangka ada aktor di Kupang, sehingga saya menyuruh ia untuk membacakan saja naskahnya, tetapi terbukti Abdy bermain lebih baik daripada naskah yang saya tulis,” kata Gerson Poyk di ujung pentas. Kami diam dan ada yang hangat di mata. (el)


Sumber: KLIK DI SINI


Mungkin Anda tertarik baca semua Artikel terkait NTT Academia Award?

Maria Mediatrix Mali Raih NTT Academia Award

Mediatrix Mali
Forum Academia NTT pada Sabtu (29/12) kembali mengumumkan penerima penghargaan "NTT Academia Award" untuk tahun ini. NTT Academia Award adalah penghargaan prestasi tertinggi bagi putra/putri NTT di bidang pendidikan maupun inovasi dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi NTT. NTT Academia Award diibaratkan sebagai hadiah "Nobel" tingkat NTT yang diadakan setiap tahun sejak 2007.

Para penerima NTT Academia Award kali ini adalah Gerson Poyk untuk kategori Sastra dan Humaniora, Maria Mediatrix Mali untuk kategori Social and Policy Entrepreuner, Dr. I Wayan Mudita untuk kategori Science and Engineering dan Dr. Benedictus Mboi, MPh untuk kategori Lifetime Achievement.

Para penerima award ditentukan melalui beberapa tahapan yang dimulai sejak awal tahun 2012. Kandidat dijaring dari masyarakt NTT yang dinilai telah memenuhi kriteria-kriteria: relevansi karyanya bagi permasalahan dan pembangunan NTT, daya cipta dan inovasi, tingkat representasi dan pencitraan NTT, tingkat prestasi, visi penerima, serta inspirasi dari karya yang didapat. Calon penerima NTT Academia Award berasal dari petani, nelayan, mahasiswa, pelajar, akademisi, guru, seniman, wartawan, rohaniwan, filsuf, dan pihak manapun yang dengan caranya telah berkontribusi bagi akselerasi pembangunan NTT. Penentuan penerima penghargaan ini ditentukan melalui penjurian oleh tim yang terdiri dari Rm. Leo Mali, P. Budi Salean, Dr. Ermi Ndoen, dan Dr. Jonatan Lassa.

Sastrawan Indonesia asal NTT, Gerson Poyk dinilai layak menenerima penghargaan kategori Sastra dan Humaniora atas karya-karya jurnalistik dan sastra yang mengharumkan nama NTT tingkat nasional dan internasional. Sejak 1960-an sudah puluhan novel dan kumpulan cerpen yang telah ia tulis. Berbagai penghargaan bergengsi nasional dan internasional telah diraih diantaranya hadiah Adinegoro (1985 dan 1986), hadiah sastra ASEAN (1989), Sea Write Award (1989), Lifetime Achivement Award Kompas dan Anugerah Kebudayaan 2011 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Usaha Maria Mediatrix Mali yang menggerakkan jaringannya berhasil menggalang dana untuk memberantas malaria di Kab. Sikka-Flores melalui adavokasi dan penguatan kelompok masyarakat, baik di kalangan dasa wisma, kelompok basis umat dan sekolah-sekolah menghantarnya meraih penghargaan kategori Social and Policy Entrepreneur. Mediatrix berhasil mendatangkan ahli-ahli lingkungan dari Jerman untuk membantunya di Kabupaten Sikka. Ia juga melibatkan pengusaha, anggota brimob, polisi dan tentara dalam gerakan membuka genangan lagon yang menjadi sarang nyamuk anopheles serta memberantas jentik nyamuk di lagon-lagon yang luas dengan BTI (Bacylus Thuringensis Israelensis).

Dr. I Wayan Mudita dari Universitas Nusa Cendana - Kupang ditetapkan sebagai pemenang kategori Science dan Engineering atas dua jasa utamanya: Pertama, secara konsisten meneliti dan mengkomunikasikan persoalan bio-security dan hama penyakit tanaman khususnya pada Jeruk Citrus di pegunungan Timor Barat. Kedua, merintis penelitian terkait konservasi dan pengembangan Lontar di NTT. Riset PhD dari Dr. Mudita telah membuka mata berbagai kalangan bahwa masalah penyakit Huanglongbing (HLB) pada keberlanjutan produksi Citrus di pegunungan tinggi Timor Barat (terutama di Kabupaten TTS dan TTU) berakar pada kebijakan yang tidak berdasarkan pada evidence based.

Untuk kategori Lifetime Achievement, Dr. Benedictus Mboi, MPh yang adalah mantan Gubernur NTT dua periode (1978-1988) menerima penghargaan ini karena di tangan Benedictus Mboi, rakyat menyaksikan bahwa pemerintah dapat bekerja dan berhasil dalam berbagai sektor termasuk yang paling sulit seperti konservasi lingkungan dan hutan melalui program Operasi Nusa Hijau. Sosok Benedictus Mboi menjadi simbol harapan bagi rakyat tentang pentingnya pemerintah dan bahwa pemerintah dapat menjadi alat yang efektif dan efisien dalam membangun kesejateraan rakyat. Dr. Mboi adalah tokoh inspiratif ideal untuk para pemimpin NTT masa kini maupun calon pemimpin NTT masa mendatang ditengah kegersangan dan degradasi kualitas pemimpin NTT saat ini. (by Pither Yurhans Lakapu, Citizen Journalist)

Sumber: www.berita99.com


Semua Artikel tentang NTT Academia Award

Rumah Sam Ratulangi Berdiri Lusuh

Rumah Sam Ratulangi di Tondano. Foto Lucky  Kawengian, 2013
GERUNGAN Saul Samuel Jacob Ratulangi adalah sosok yang sangat  dihormati di Sulawesi Utara (Sulut). Pria yang akrab dikenal sebagai Sam Ratulangi ini bahkan disebut-sebut memiliki pengaruh yang sama dengan Presiden Indonesia pertama, Ir Soekarno.

Jalan di depan rumah Sam Ratulangi
Tidak hanya di Sulut, Sam Ratulangi juga memberikan kontribusi luar biasa  bagi hadirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Atas jasanya, pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional untuk pria kelahiran Tondano, 5 November 1890 itu. Namanya juga diabadikan sebagai nama jalan, bandar udara, rumah sakit, bahkan nama lapangan.

Tidak hanya peran nyata yang telah disumbangkan bagi negara, namun sebuah falsafah hidupnya telah menjadi inspirasi warga Sulut, Indonesia, bahkan dunia. Si Tou Timou Tumou Tou  (Manusia hidup untuk menghidupkan orang lain) memiliki makna yang dalam dan merupakan warisan untuk generasi ini dan selanjutnya.

Bandara Sam Ratulangi Manado
Di balik nama besar dan jasanya, perhatian terhadap pria lulusan Vrije Universiteit Van Amsterdam Belanda ini seakan telah dilupakan. Rumah milik Sam Ratulangi di Kelurahan Tounkuramber, Kecamatan Tondano Barat tidak terawat lagi.

Saat Tribun Manado berkunjung ke tempat bersejarah ini, Selasa (22/1/2013), gerbang masuk rumah tersebut terkunci rapat. Gerbang dua pintu yang terbuat dari besi tampak berkarat. Cat mulai terkelupas berganti karat berwarna cokelat. Sebuah gembok terpasang dari dalam untuk mengunci pagar tersebut.

Dari depan, kesan tidak terurus itu kental. Bangunan berasitektur rumah tradisional Minahasa ini hampir tertutup oleh rimbunnya pohon dan semak. Pohon-pohon tumbuh rimbun di pekarangan rumah, dan rumput tumbuh subur di tanah. Bukan hanya pekarangan depan yang mulai tertutupi tanaman. Sisi samping kanan rumah tersebut pun tertutup semak. Beberapa warga yang tinggal dekat rumah tersebut mengatakan rimbunnya tanaman membuat suasana terasa angker.

Cat  putih yang membungkus bangunan rumah tersebut juga mulai pudar. Kaca rumah buram karena tertutupi debu. Seperti tidak banyak perabotan yang masih tersisa dalam rumah. Pemandangan yang memiriskan karena bangunan ini menyimpan sejarah besar dari sosok orang terbaik Minahasa.

Bangunan bersejarah ini berada tepat di samping kanan Kantor Bupati Minahasa yang berdiri megah. Seolah lupa kalau pria pemilik rumah lapuk itu adalah sosok yang memiliki jasa besar bagi Sulut dan Indonesia.

Jhony, seorang warga yang tinggal dekat rumah tersebut mengatakan, kondisi ini telah terjadi cukup lama. Selama beberapa tahun terakhir bangunan tersebut  diabaikan. "Memang ada penjaga di rumah itu, tapi hanya sebatas menyapu halaman atau mencabut rumput. Tapi saya tidak pernah melihat upaya membersihkan atau melestarikan rumah ini dari pemerintah," ujarnya.
Universitas Sam Ratulangi, Manado

Lexi Pangkerego, tokoh masyarakat Tondano, mengatakan warga dan Pemkab Minahasa seolah telah melupakan sejarah. Mengutip ungkapan yang cukup terkenal, Pangkerego mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Ungkapan ini ternyata belum terjadi di Minahasa.

"Semua warga Sulut, khususnya Minahasa pasti mengenal sosok Sam Ratulangi dan falsafah Si Tou Timou Tumou Tou. Tapi tidak semua orang mengetahui rumah bersejarah ini. Jika dibiarkan, saya khawatir rumah ini akan ambruk dan tidak ada lagi saksi sejarah bagi sosok Sam Ratulangi," ujarnya.

Dia menjelaskan, bangunan tersebut tidak sepantasnya dibiarkan seolah menunggu hancur. Butuh tindakan nyata dan terobosan besar untuk terus mempertahankan sejarah. Langkah konkret yang bisa dilakukan adalah menggunakan bangunan ini menjadi museum yang memajang kisah hidup sang doktor bidang matematika dan fisika itu.

"Bangunan ini menjadi warisan untuk semua generasi tou (orang) Minahasa. Di tempat ini pernah tinggal seorang  yang telah menjadi inspirasi warga Sulut dan sosok ini akan terus dikenal dari jasanya pada negara," ujarnya. (lucky kawengian)

Sumber: Tribun Manado 23 Januari 2013 hal 1

2012 NTT Academia Winners

dr Ben Mboi (kiri) dan istri dr. Nafsiah
TAHUN 2012, NTT Academia Award genap memasuki usia yang keenam. Pertanyaan dasar yang kembali ditanyakan oleh para penggagas award ini  bertemu sehari setelah peringatan 17 Agustus 2012 lalu adalah: Sejauhmana kualitas NTT Academia Award masih bisa dipertahankan? Masihkah NTT Academia Award menyasar calon terbaik?

Apakah kita sedang bergerak ke arah itu?Jika tidak, apa yang harus kita lakukan? Kegelisahan  yang tersirat dalam pertanyaan-pertanyaan ini merupakan bukti keinginan untuk maju dan senantiasa mempersembahkan yang terbaik  dalam setiap proses yang ditempuh. Hal ini yang menjadi pegangan bagi para sukarelawan yang tergabung dalam tim kerja tahun ini. Melalui proses panjang akhirnya diputuskan pemenang NTT Academia Winners 2012 sebagai berikut.

1. Dr Aloysius Benedictus Mboi MPh - Lifetime Achievement - NTT Academia Award 2012.

Dalam konteks iklim global yang berubah dan ditengah kerisauan para academia dan pengambil kebijakan tentang proyek-proyek mitigasi perubahan iklim tentang lemahnya kelembagaan formal (dalam hal ini sistim formal dan organisasi kepemerintahan), sosok Ben Mboi tepat untuk membawa harapan bagi rakyat tentang pentingnya pemerintah dan bahwa pemerintah dapat menjadi alat yang efektif danefisien dalam membangun kesejateraan rakyat.

Ditengah kegagalan proyek-proyek kehutanan seperti REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation), sosok Dr. Mboi menjadi simbol harapan bahwa bila anda memilih pemimpin yang tepat dan percaya pada sistim, maka daerah yang kering dapat menjadi rimbun dan sejuk, sebagaimana diamini para tetua dari Alila di Alor.

Narasi tetang keberhasilan Ben Mboi ada di mana-mana, dari pelosok Flores hingga pegunungan tinggi di Timor Barat hingga pelosok Alor. "Ketika saya tiba di sini tahun 1978 sebagai guru, daerah ini adalah daerah padang rumput yang gersang dan berbatu. Sering terjadi kebakaran padang setiap tahunnya. Namun kemudian daerah ini berubah menjadi hutan Lamtoro, sejak Gubernur Ben Mboi mendorong reboisasi lewat slogan Operasi Nusa Hijau. Sejak itu, kampung hutan kami menjadi hutan lamptoro."

Hal ini diutarakan Kepala Sekolah SD Gunung di Desa Alila di Alor (Mail 2010; Han 2010 and Boli 2010). Pesan dari Alor di atas memberikan harapan bahwa "Pemerintah dapat bekerja dan sukses dalam menciptakan keberlanjutan ekologi dan ekonomi pedesaan". Cerita di atas juga merupakan konfirmasi atas capaian Gubernur Ben Mboi dalam memimpin NTT 1978-1988 merupakan cerita inspiratif buat para pemimpin NTT masa kini maupun calon pempimpin NTT masa mendatang.

Ditengah-tengah kegersangan dan degradasi kualitas pempimpin NTT yang intelek, visioner,
determinasi kokoh dan personal yang integrative, kami generasi muda dari Forum Academia NTT secara bulat memutuskan bahwa Ben Mboi, Gubernur NTT 1978-1988 sebagai penerima Lifetime Achievement untuk NTT Academia Award 2012.

Di tangan Ben Mboi, rakyat menyaksikan bahwa pemerintah dapat bekerja dan berhasil dalam berbagai sektor termasuk yang paling sulit seperti konservasi lingkungan dan hutan melalui Operasi Nusa Hijau. Mantan Gubernur NTT 1978-1988 menunjukan ciri smart leadership - model yang hilang dari sebuah bentuk kepemimpinan yang ideal yang hilang saat ini dan sosoknya memberikan pesan bahwa NTT sedang kehilangan pemimpin yang dibutuhkan ke depan. Biografi singkat: Dr. Ben Mboi MPh.

2. Dr I Wayan Mudita: Pemenang NTT Academia Award 2012, Kategori Science and Engineering.

I Wayan Mudita
Pak Mudita sedang menyelesaikan studi S3 di Charles Darwin University, Darwin, NT, Australia" (Submitted). Penelitian PhDnya berjudul "Community Biosecurity of Citrus in the Highlands of West Timor, Indonesia". Fokus penelitian ini adalah pada peran kebijakan pemerintah dalam era otonomi daerah dan perlunya pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi penyakit huanglongbing (HLB) pada jeruk, khususnya jeruk keprok soe.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebaran penyakit huanglongbing, yang di Indonesia dikenal dengan nama CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration), terjadi bukan hanya tersedianya lingkungan fisik yang memadai, tetapi juga lingkungan sosial (kebijakan) yang mempermudah penyakit menyebar.

Kedua, merintis penelitian mengenai peran tumbuhan lokal dalam ketahanan pangan masyarakat NTT (seperti Lontar). Pak Wayan, sebagaimana beliau biasa di panggil para kerabatnya, sudah 26 tahun mengabdi sebagai dosen di Faperta Undana, Kupang, NTT. Riset PhDnya membuka mata kita bahwa masalah penyakit Huanglongbing (HBL) pada keberlanjutan produksi Citrus di pegunungan tinggi Timor Barat (terutama di Kabupaten TTS dan TTU) berakar pada kebijakan yang tidak berdasarkan pada evidence based - salah satu papernya yang dipublikasikan berjudul Crossing the community-government communication border in managing citrus biosecurity in West Timor, Indonesia".

Pak Mudita lahir di Yehembang, Jembrana, Bali, 21 July 50an tahun lalu. S1  crop protection dari Mataram University, Mataram, Indonesia.  Di tahun 1992 beliau mendapatkan MSc agricultural and environmental sciences dari McGill University, Montreal, Canada. Pak Mudita sedang menantikan hasil PhDnya dari Charles Darwin University, Australia. Biographi singkat I Wayan Mudita PhD Cand.

3. Maria Mediatrix Mali - Pemenang NTT Academia Award 2012, Kategori Social and Policy Entrepreneur 
Mediatrix Mali

Dengan jaringan yang luas, Trix yang pandai berbahasa Inggris dan German ini, berhasil menggalang dana untuk memberantas malaria dari Flores melalui adavokasi dan penguatan kelompok masyarakat, baik di kalangan dasa wisma, kelompok basis umat dan sekolah-sekolah.

Dengan melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Trix dan Yaspem berhasil melalukan 72.000 pemeriksaan slide darah malaria di enam kecamatan endemis malaria di Sikka dan berhasil mengobati 1.227 orang yang positif malaria saat itu juga. Trix berhasil mendatangkan ahli-ahli lingkungan dari German untuk membantunya di Sikka. Tindakan memberantas jentik nyamuk di lagon-lagon yang luas dengan BTI (Bacylus Thuringensis Israelensis). Trix juga melibatkan pengusaha yang menyediakan alat berat untuk membuka lagon-lagon yang tergenang agar tidak menjadi sarang nyamuk Anopheles. Tidak hanya pengusaha, anggota brimob, polisi dan tentara pun terlibat dalam gerakan membuka lagon. "Memberantas malaria harus komprehensif dan melibatkan semua unsur masyarakat".

Karena itulah Trix tidak mau bekerja sendiri. Trix Mali melalui Yaspem juga mencari dana untuk melatih para mikroskpist malaria di Sikka. "Saya sangat prihatin dengan kualitas pemeriksaan malaria di Sikka. Sikka memiliki error rate kedua tertinggi di NTT yaitu sekitar 38%. Karena itu, dengan bantuan mikroskopist ahli dari Kemenkes RI di Jakarta, kami bertekad untuk memperbaiki kualitas pemeriksaan malaria di Sikka. Kami telah melatih tenaga mikroskopist dari 14 Puskesmas di Sikka. Saat ini bahkan kami sudah memiliki  "teaching mikroskopist". Kami bertekad untuk menjadikan Sikka sebagai Pusat Cross-checker Malaria untuk daratan Flores". Biographi Trix Mali

4. Gerson Poyk - Pemenang NTT Academia Award 2012, Kategori Sastra dan Humaniora
Gerson Poyk adalah sastrawan Indonesia yang nyaris tidak dikenal di NTT, kampung halamannya sendiri. Berawal dari guru Nusantara, Gerson kemudian memilih menjadi jurnalis, sekaligus sebagai sastrawan.
Gerson Poyk

Pada tahun 1989 ia menerima hadiah sastra ASEAN untuk Sang Guru (1972). Di bidang jurnalistik Gerson adalah penerima hadiah Adinegoro, penghargaan bergengsi yang dikeluarkan PWI, pada tahun 1985 dan 1986. Beliau juga penerima Sea Write Award (1989), Lifetime Achivement Award Kompas dan Anugerah Kebudayaan 2011 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atas jasanya di bidang sastra dan budaya.

Karya novel-novelnya "antara lain": Hari-Hari Pertama (1964), Sang Guru(1971), Jerat (1978) Cumbuan Sabana (1979), Giring-Giring (1982), Doa Perkabungan (1987), Poti Wolo (1988), Negeri Lintasan Petir (2009), Sang Sutradara dan Wartawati Burung (2009), Tarian Ombak (2009).   Sedangkan Karya kumpulan cerpennya "antara lain" Matias Akankari (1972), Oleng-Kemoleng & Surat-Surat Cinta Rajagukguk (1975), Nostalgia Nusa Tenggara (1976), Jerat (1978), Di Bawah Matahari Bali (1982), Requiem untuk seorang perempuan (1983), Mutiara di Tengah Sawah (1984), Impian Nyoman Sulastri dan Hanibal (1988), dan Poli Woli (1988).  

Di tahun 2012, karya Gerson Poyk mulai diperkenalkan kembali di NTT. Naskah Teater-nya "Ratu Balonita" dipentaskan ulang oleh para awak teater yang tergabung dalam Rumah Poetika.  Sastrawan kelahiran Namodale, Rote pada tanggal 16 Juni 1931 meskipun tak muda lagi, masih mempertahankan vitalitas dalam ber-kata-kata. Karya masih mengalir dari jarinya. Biografi Singkat Gerson Poyk.

Sumber: Forum Academia NTT

Semua Artikel Terkait Forum Academia NTT: KLIK di SINI

Artikel Lainnya DI SINI

Anjing ini Rutin Menghadiri Misa di Gereja

Tommy duduk manis di altar gereja saat misa (dailymail)
SEEKOR anjing bersedih dan sangat kehilangan tuannya yang telah  meninggal dunia dua bulan lalu. Anjing bernama Tommy itu rutin menghadiri misa di sebuah gereja di Italia. Di gereja itulah tuanya, seorang perempuan, disemayamkan sebelum dikuburkan. Tampaknya Tommy menunggu kepulangan tuannya di situ.

Tommy yang setia itu merupakan anjing Gembala Jerman dan berusia tujuh tahun. Anjing itu milik Maria Margherita Lochi, 57 tahun, dan telah menjadi teman setia perempuan tersebut setelah Tommy diadopsi. Maria menemukan Tommy ditelantarkan di ladang dekat rumahnya.

Maria mengadopsi beberapa binatang terlantar yang ia temukan tetapi teman-temannya mengatakan, perempuan itu membangun sebuah hubungan yang sangat dekat dengan Tommy. Ia biasa berjalan kaki setiap hari dari rumahnya ke gereja bersama anjing itu.

Pastor di gereja itu mengizinkan Tommy duduk dengan sabar di dekat kaki tuannya di dalam gereja. Setelah kematian Maria di San Donaci dekat Brindisi, misa khusus untuk orang meninggal digelar dan Tommy bergabung dengan para pelayat. Sejak itu Tommy hadir secara rutin di gereja itu dan tiba tepat waktu saat lonceng berbunyi untuk menandai misa dimulai.

Pastor Donato Panna, sebagaimana dikutip Mail Online, Rabu (16/1/2013), mengatakan, "Anjing itu berada di sana setiap kali saya merayakan misa dan selalu berperilaku baik. Anjing tersebut tidak berisik. Saya tidak mendengar sekali pun anjing itu mengonggong sepanjang berada di dalam (gereja). Anjing itu dulu biasa datang misa bersama Maria dan anjing itu jelas berbakti padanya. Saya membolehkannya tinggal di dalam (gereja) karena anjing itu selalu berperilaku sangat baik dan tidak ada umat lain yang mengeluh kepada saya. Anjing itu masih datang misa bahkan setelah pemakaman Maria, anjing tersebut menunggu dengan sabar di sisi altar dan hanya duduk tenang di sana. Saya tidak tega mengusirnya. Saya baru saja kehilangan anjing saya sendiri sehingga saya membiarkannya di sana sampai selesai misa dan kemudian saya mengarahkannya keluar."

"Sekarang Tommy sudah diadopsi oleh semua orang di desa dan anjing itu menjadi teman semua orang. Semua orang memperhatikan anjing itu dan memberi makanan untuknya, meskipun akan bagus baginya jika menemukan sebuah rumah yang tepat."

Kisah Tommy mirip dengan film Hollywood tahun 2009 yang berjudul Hachi yang dibintangi Richard Gere. Film itu menceritakan bagaimana anjing jenis Akita yang setia menunggu dengan sabar tuannya yang telah meninggal hingga anjing itu juga kemudian mati.

Film tersebut berdasarkan kisah nyata tentang seekor anjing Akita Jepang yang dipanggil Hachiko, yang pemiliknya meninggal tahun 1925. Namun selama sembilan tahun berikutnya Hachiko menunggu dengan sabar tuannya itu di sebuah stasiun kereta api di mana mereka biasanya secara rutin naik kereta api. (dailymail)

Sumber: Kompas.Com

Cegah Konflik Sosial di Tahun Politik

ilustrasi
KOMISI Pemilihan Umum (KPU) telah mengadakan pengundian nomor urut partai politik (parpol) peserta Pemilu 2014 di Jakarta, 14 Januari 2013. Pengundian tersebut berlangsung seru namun diselingi gelak tawa fungsionaris parpol peserta pemilu. Beberapa hari sebelumnya sepuluh parpol sama-sama mengharapkan nomor cantik. Cantik dalam pengertian nomor yang mudah diingat misalnya nomor satu, nomor tiga, lima atau sembilan. 

Berdasarkan hasil undian di kantor KPU, nomor urut 1 yang dipandang sebagai nomor cantik jatuh ke tangan Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Nasdem adalah partai yang baru dibentuk dan oleh KPU dinyatakan lolos verifikasi faktual  sehingga berhak menjadi konstestan dalam pemilu tahun depan.

Nomor favorit lainnya yaitu Nomor 3 didapat Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nomor 5 untuk Partai Golkar dan Nomor 9 jadi milik Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Secara keseluruhan nomor urut partai berdasar hasil undian adalah Nomor 1  Nasdem, PKB (2), PKS (3), PDI Perjuangan (4), Partai Golkar (5), Partai Gerindra (6), Partai Demokrat (7), Partai Amanat Nasional (8), PPP (9) dan Partai Hanura Nomor  10. Pengundian nomor urut partai dihadiri para ketua umum partai, kecuali  Ketua Umum DPP PDIP, Megawati dan Ketua Umum PPP Suryadharma Ali.

Setelah memastikan nomor urut, ke-10 kontestan Pemilu 2014  mulai menempuh langkah selanjutnya yaitu mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk meraih suara sebanyak-banyaknya pada pesta demokrasi tahun 2014. Perolehan suara rakyat pada Pemilu 2014 sangat menentukan nasib para kader partai tersebut, baik yang akan duduk di lembaga legislatif maupun peluang berkiprah di pemerintahan.

Secara nasional dalam kurun waktu satu tahun ke depan bisa dilukiskan sebagai tahun politik. Energi masyarakat akan tersedot cukup signifikan pada urusan persta demokrasi. Segera setelah ini setiap parpol akan mengumumkan nama para calon anggota legislatif (caleg) mulai dari level DPRD kota, kabupaten, provinsi hingga DPR RI.  Ribuan caleg akan mensosialisasikan diri mereka kepada konstituen.

Kompetisisi merebut kekuasaan memungkinkan terjadi gesekan di antara elit partai yang bisa berujung konflik horizontal di tengah masyarakat. Maka masyarakat mesti menyiapkan diri menyambut tahun politik ini dengan kesadaran. Akal sehat harus tetap dikedepankan dan wujudkan penyelenggaraan pemilu yang damai.


Di Provinsi  Sulawesi Utara (Sulut), selain gebyar  menyambut Pemilu 2014, akan ada sejumlah momentum Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) seperti di Minahasa Tenggara, Kotamobagu, Bolmong Utara.

Harapan kita  kiranya semua pagelaran pesta demokrasi di bumi Nyiur Melambai  berlangsung lancar, sukses, damai dan demokratis. Sedini mungkin kita secara bersama-sama  mencegah semua potensi konflik sosial yang dapat menimbulkan keresahan di tengah masyarakat Sulut yang majemuk ini. Semoga!

Sumber: Tribun Manado 17 Januari 2013 hal 10

Pria Berkumis dan Jabatan Menpora RI

Hayono Isman
MUNCULNYA nama Roy Suryo sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga menggantikan Andi Mallarangeng mengundang reaksi pro dan kontra. Namun ada pula yang menganggapinya dengan humor. Apakah Menteri Pemuda dan Olahraga harus berkumis?

Fakta membuktikan tiga orang yang menjabat Menpora pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2014  adalah pria berkumis yaitu Adhyaksa Dault, Andi Alfian Mallaranggeng dan terakhir Roy Suryo. Bahkan Menpora sebelum itu Hayono Isman adalah juga pria yang memelihara kumis. Kumis adalah rambut yang tumbuh di atas bibir dan di bawah hidung. Umumnya hanya tumbuh lebat pada laki-laki.

1. Hayono Isman
Hayono Isman adalah Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia ke-6 (17 Maret 1993 - 16 Maret 1998) pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto.  Hayono menggantikan Akbar Tanjung dan digantikan oleh Agung Laksono.

Hayono Isman lahir di Surabaya, Jawa Timur, 25 April 1955). Ia telah menjadi anggota DPR oada periode 1987-1992 dan 1992-1993. Saat itu, dia menjadi anggota DPR dari Fraksi Karya Pembangunan (Golkar). Pada Pemilu 2009, melalui Partai Demokrat, ia terpilih kembali menjadi anggota dewan terhormat untuk masa bakti 2009-2014 melalui daerah pemilihan (dapil) DKI Jaya I (Jakarta Timur).

2. Adhyaksa Dault
Adhyaksa Dault merupakan suami dari Drg. Mira Arismunandar, sebelumnya pernah bekerja bekerja sebagai penasehat hukum. Namun kemudian melanjutkan pendidikan ke Program Magister Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Dan selanjutnya berhasil meraih gelar Doktor (S3) Jurusan Teknik Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2007.
Adhyaksa Dault

Ayah dari Umar Adiputra Adhyaksa dan Fakhira Putri Maryam Adhyaksa ini dikenal aktif berorganisasi. Tahun 1987 sampai 1988, ia dipercaya menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum USAKTI dan pada tahun yang sama ia dipercaya menjadi Ketua Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia (ISMAHI) Korwil DKI Jakarta. Jabatan Ketua Lembaga Pengkajian Keadilan dan Demokrasi Indonesia (LPKDI) diamanahkan kepadanya dari tahun 1999 hingga 2002.

Begitupun sebagai Ketua Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI) Jakarta diembannya dari tahun 1999 sampai 2004, Selanjut dia pernah juga dipercaya menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI) tahun 1999 sampai 2002. Kemudian menjadi Ketua Umum Majelis Pemuda Indonesia (MPI) tahun 2003 sampai 2006. Disamping itu ia juga dipercaya sebagai Ketua Badan Pengawas YPI Al Azhar periode 2007-2012.

Pada tanggal 27 Agustus 2009, Adhyaksa Dault, yang waktu itu calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Keadilan Sejahtera yang dipastikan terpilih dari daerah pemilihan Sulawesi Tengah, mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum untuk mengajukan pengunduran diri sebagai calon legislator.

Setelah selesai menjalankan tugas sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga Kabnet Indonesia bersatu Jilid 1 periode 2004 - 2009, Adhyaksa Dault mengabdikan dirinya kembali kepada dunia pendidikan dengan kembali mengajar sebagai Dosen Program Doktor Manajemen Sumberdaya Pantai-Universitas Diponegoro dan menjadi Kandidat Guru Besar pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro . Selain mengajar, tugas yang diemban Adhyaksa Dault menjadi Komisaris Independen PT.BRI.Tbk, sejak tahun 2010 sampai sekarang.

Di sela-sela kesibukannya, Adhyaksa Dault juga beraktivitas sebagai Ketua Umum VANAPRASTHA, yaitu suatu wadah dari para Penggiat Alam Terbuka dan Aktivis Lingkungan yang berdiri sejak 1976. Dan salah satu program yang merupakan ide kreatif seorang Adhyaksa Dault sebagai penggiat alam terbuka dan Aktivis lingkungan dimana sampai sekarang program tersebut masih berlangsung adalah PIP3D ( Promosi Indonesia Pada - Pada Puncak Dunia).

Program ini memadukan berbagai macam unsur kegiatan seperti Ekspedisi Pendakian, Touring Sepeda, Talkshow dan Dialog Interaktif sambil mempromosikan pariwisata Indonesia di manca negara. Pada tahun 2011 kemarin Adhyaksa Dault beserta team yang dipimpinnya berhasil melakukan Ekspedisi Pendakian di Mount Blanc - Prancis, touring sepeda mengelilingi sebagian Eropa Barat serta melakukan Talk show dan dialog interaktif di 2 Negara Eropa, Prancis dan Belanda.

3.  Andi Mallarangeng
Andi Alifian Mallarangeng (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 14 Maret 1963; umur 49 tahun) adalah seorang pengamat politik Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Indonesia Bersatu II. Ia juga pernah menjabat sebagai juru bicara kepresidenan bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia juga menjabat pemimpin redaksi situs web presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Andi Mallarangeng

Pada 7 Desember 2012, ia resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri setelah dirinya ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus proyek pusat olahraga Hambalang Bogor, Jawa Barat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi Ayahnya, Andi Mallarangeng Sr. (1936-1972) adalah wali kota Parepare yang menjadi wali kota pada usia 32 tahun. Ayahnya meninggal dunia pada usia 36 tahun, ketika Andi junior berusia 9 tahun.

Sejak itu, ibunya, Andi Asni Patoppoi dan kakeknya, Andi Patoppoi (1910-1977), Mantan Bupati Grobogan, Jawa Tengah dan juga Bupati Bone, Sulawesi Selatan yang membesarkannya. Kakeknya ini adalah salah seorang tokoh pemuda Sulawesi Selatan yang berhasil membujuk raja-raja di Sulawesi Selatan untuk mendukung dan menyerahkan kedaulatannya kepada Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Dari ayah dan kakeknya, ia belajar tentang semangat keindonesiaan yang mengatasi semangat kedaerahan, dari mereka pula ia belajar tentang nilai-nilai kedaerahan yang memperkaya nilai-nilai keindonesiaan. Dan dari ibunya belajar tentang hidup sebagai suatu perjuangan.

Andi Alfian Mallarangeng meraih gelar Doctor of Philisophy di bidang ilmu politik dari Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika Serikat pada tahun 1997. Di universitas yang sama, ia meraih gelar Master of Science di bidang sosiologi. Sedangkan gelar Drs Sosiologi diraihnya dari Fisipol Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada tahun 1986.

Sejak menjadi mahasiswa Fisipol UGM mengikuti jejak ayahnya, ia bercita-cita menjadi dosen. Cita-cita ini akhirnya tercapai dengan menjadi dosen di Universitas Hasanuddin (1988-1999) dan di Institut Ilmu Pemerintahan (1999-2002).

Tetapi nasib berkata lain. Jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan munculnya tuntutan reformasi, mengharuskan penataan ulang sistem politik dan sistem pemerintahan di Indonesia, yang didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi dan desentralisasi. Sebagai Doktor Ilmu Politik baru dengan disertai tentang Contextual Analysis on Indonesian Electoral Behavior, Andi diminta menjadi anggota Tim Tujuh (1998-1999) yang dipimpin oleh Prof. DR. Ryaas Rasyid, untuk merumuskan paket Undang-undang Politik yang baru sebagai landasan bagi pemilu demokratis pertama di era reformasi. Tim Tujuh ini kemudian juga merumuskan Undang-undang Pemerintahan Daerah yang baru, sebagai landasan reformasi sistem pemerintahan dengan desentralisasi dan otonomi daerah.

Keterlibatannya dalam gerakan reformasi berlanjut ketika ia dipercaya sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), wakil pemerintah, yang menyelenggarakan pemilu demokratis pertama pada tahun 1999. Dengan dibentuknya Kementerian Otonomi Daerah dalam pemerintah era reformasi, Andi mengundurkan diri dari KPU dan bergabung sebagai staf ahli Menteri Negara Otonomi Daerah (1999-2000). Kementerian itu kemudian dibubarkan walau baru berusia 10 bulan.

Ia kemudian bekerja mengembangkan ide tata pemerintahan yang baik sebagai Chair of Policy Committee pada Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan(2000-2002). Ia sempat mendirikan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan bersama Prof. DR. Ryaas Rasyid pada tahun 2002, namun keluar dua tahun kemudian, ia juga dikenal sebagai pengamat, kolumnis dan komentator politik di berbagai media.

Andi sementara ini berhenti menjadi dosen, karena sejak Oktober 2004 ia ditunjuk sebagai Juru Bicara Kepresidenan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak itu pula, mantan aktivis mahasiswa di Himpunan Mahasiswa Islam dan Senat Mahasiswa ini pun berhenti sementara menjadi pengamat dan komentator politik. Baginya tugas sebagai Juru Bicara Kepresidenan ini adalah suatu kehormatan yang menuntut seluruh waktu dan perhatiannya.

Pada masa kampanye Pemilihan Presiden 2009, komentar Andi Mallarangeng yang intinya ditujukan kepada Calon Presiden asal Sulawesi Selatan, Jusuf Kalla mengenai orang Sulawesi Selatan masih belum siap jadi Presiden dinilai telah mengurangi jumlah suara yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono di Propinsi Sulawesi Selatan secara signifikan.

Penghargaan yang pernah diraih Andi A. Mallarangeng adalah Man of the Year, Majalah MATRA (2002), Future Leader of Asia, Majalah Asia Week (1999), Bintang Jasa Utama RI (1999), dan Percy Buchman Prize (1995).

Ia mempunyai seorang istri yang bernama Vitri Cahyaningsih (biasa dipanggil Pipit) dan tiga orang anak yang bernama Gemilang Mallarangeng (Gilang), Gemintang Kejora Mallarangeng (Titang) dan Mentari Bunga Rantiga Mallarangeng. Adiknya, Rizal Mallarangeng (Chelly) berkiprah di dunia politik dan Zulkarnaen Mallarangeng (Choel) pebisnis.

Pada tanggal 7 Desember 2012, ia resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia setelah dirinya ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus proyek pusat olahraga Hambalang Bogor, Jawa Barat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)]. Mulai 7 Desember 2012, untuk sementara Presiden menunjuk Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono untuk mengambil alih tugas Menpora. Pada tanggal 11 Januari 2013 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Roy Suryo sebagai Menpora baru.


4. Roy Suryo
Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo atau disingkat KRMT Roy Suryo Notodiprojo atau lebih dikenal sebagai Roy Suryo (lahir di Yogyakarta, 18 Juli 1968; umur 44 tahun) adalah seorang pengurus Partai Demokrat di bidang Komunikasi dan Informatika. Roy sering menjadi narasumber di berbagai media massa Indonesia untuk bidang teknologi informasi, fotografi, dan multimedia.
Roy Suryo

 Roy juga pernah menjadi pembawa acara e-Lifestyle di Metro TV selama lima tahun. Oleh media massa Indonesia ia sering dijuluki sebagai pakar informatika, multimedia, dan telematika.

Roy Suryo menyelesaikan kuliah pada Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (1991-2001), kemudian mengajar di Jurusan Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia tahun 1994-2004. Ia juga pernah tercatat sebagai pengajar tamu di Program D-3 Komunikasi UGM, mengajar fotografi untuk beberapa semester namun tidak berstatus sebagai dosen tetap UGM.

Roy Suryo sering meraih penghargaan dari lomba fotografi tingkat nasional serta penghargaan dari berbagai pihak, di antaranya dari Kadin bidang Telematika, Menteri Perhubungan Agum Gumelar, Majalah Trend Digital, Telkomsel, dan Garuda Indonesia. Selain di bidang Telematika, ia juga ikut dalam kepengurusan Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia, Federasi Perkumpulan Seni Foto Indonesia, juga tercatat sebagai salah satu konsultan teknis di situs resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Terakhir Ia tercatat sebagai ketua departemen komunikasi dan informasi di Partai Demokrat dan penanggung jawab redaksi di situs resmi Partai Demokrat. Pada tanggal 15 Januari 2013 Roy Suryo resmi ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga pengganti Andi Mallarangeng yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK atas keterlibatannya dalam kasus Korupsi Hambalang.

Banyak pihak yang meragukan julukan pakar yang dimilikinya. Bahkan beberapa media sering mengutip pernyataannya tanpa memeriksa ulang kebenarannya secara akademis. Sehingga beberapa pihak berinisiatif untuk membuat situs roysuryowatch yang berisi kritik dan analisis atas komentar-komentarnya di media massa, blog Pesan Cinta Blogger Indonesia, dan Blogger dan hacker.

Keraguan ini semakin bertambah sejak dikeluarkannya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik, dikarenakan berbagai komentar Roy Suryo yang menuduh bahwa defacing situs-situs pemerintah dilakukan oleh para blogger dan hacker, menunjukkan bahwa ia bahkan tidak mengerti bahwa blogger hanyalah istilah yang dipakai untuk orang-orang yang menulis catatan harian di internet dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan defacing atau tindak pembobolan website lain. Perseteruan Roy Suryo dengan para blogger meruncing setelah dia mengatakan bahwa blogger adalah tukang tipu.

Media mencatat bahwa pada 4 Agustus 2007 Roy Suryo mengklaim menemukan lagu Indonesia Raya yang lebih lengkap daripada yang selama ini digunakan melalui kerjasama penelitian dengan Tim AirPutih. Pada 6 Agustus 2007, ditambahkan pernyataan bahwa ia meneliti sekaligus tiga versi lagu Indonesia Raya.

Namun kemudian diklarifikasi bahwa temuan tersebut bukanlah lagu Indonesia Raya asli. Lagu sebenarnya direkam oleh Perusahaan Piringan Hitam Populer, Pasarbaru milik Yo Kim Chan yang belum ditemukan hingga sekarang. Pada 6 Agustus 2007, Tim AirPutih juga membantah Roy Suryo sebagai pihak yang pertama meneliti dan menemukan lagu tersebut. Roy Suryo juga tidak diakui sebagai pihak yang bekerjasama dengan tim ini dalam meneliti hal tersebut.

 Roy Suryo menganggap bahwa penolakan tersebut tidak berasal dari sumber yang bisa dipercaya. Namun pada tanggal 7 Agustus 2007, salah seorang anggota Tim AirPutih mengklarifikasi secara tertulis kepada media bahwa mereka memang bekerjasama dengan Roy Suryo untuk berhubungan dengan pemerintah.

Sebuah stasiun televisi lokal Surabaya, JTV, diberitakan telah menayangkan video lagu kebangsaan Indonesia Raya tersebut sebagai bagian dari isi program dokumenter selama 3 tahun sejak 2004. Video tersebut juga telah berada di YouTube sejak Desember 2006, jauh sebelum kontroversi yang timbul akibat klaim penemuan oleh Roy Suryo muncul di media massa.

Pada tanggal 25 September 2008 untuk pertama kalinya kepakaran Roy Suryo dipertanyakan di depan lembaga hukum. Situs berita detik memberitakan bahwa Assegaf, pengacara Habieb Rizieq, keberatan jika Roy Suryo sebagai saksi ahli telematika dalam kasus tragedi Monas.

Assegaf menegaskan bahwa latar belakang pendidikan Roy Suryo dari fakultas ilmu sosial dan politik tidak ada kaitannya dengan telematika. Ditambah pula pihaknya belum pernah menemukan tesis ilmiah Roy Suryo di bidang Telematika. Habib Rizieq pun menuduh Roy Suryo sebagai plagiator pada kasus klaim penemuan Lagu Indonesia Raya 3 Stanza, sehingga kapasitas kepakarannya sangat diragukan.

Dalam sidang kasus Marcella Zalianty dan Ananda Mikola pada 16 April 2009, Roy Suryo dihadirkan sebagai saksi ahli oleh jaksa penuntut umum (JPU). Kesaksian Roy Suryo kemudian dibantah oleh Ruby Z Alamsyah, digital forensic analyst (analis forensik digital), yang diajukan sebagai saksi ahli oleh O.C. Kaligis, kuasa hukum Ananda Mikola, dalam sidang tanggal 20 April 2009. Ruby mengaku bahwa ia merupakan satu-satunya orang Indonesia sekaligus orang Indonesia pertama yang menjadi anggota International High Technology Crime Investigation Association (HTCIA).

Kata Ruby, semua yang telah dipaparkan oleh Roy tersebut tidak valid dan tak berkualitas sebagai barang bukti. Menurut Ruby, Roy Suryo tidak punya standar operasional sebagai seorang ahli telematika, merujuk ke standar internasional, hasil analisis Roy tidak valid dan tak berkualitas sebagai barang bukti.

Pada 21 Oktober 2009, Roy Suryo sebagai saksi ahli Jaksa Penuntut Umum memberikan keterangan memberatkan Prita Mulyasari dalam kasus pencemaran nama baik melawan RS Omni Internasional Alam Sutera. Roy Suryo memberi penjelasan bahwa salinan email Prita dapat menjadi barang bukti dan bahwa Prita memiliki niat menyebarkan email tersebut karena menggunakan menu 'To', bukan 'Cc'. Kesaksian Roy Suryo ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, terutama yang meragukan kepakaran Roy Suryo untuk membuat pernyataan dalam sidang pengadilan.

Pada akhir tahun 2012 Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng menjadi tersangka dalam Kasus Korupsi Hambalang, karena keterlibatannya Andi Mallarangeng mengundurkan diri dari jabatan sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, dan pada awal tahun 2013 Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Roy Suryo menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga yang baru. *

Sumber: Wikipedia Indonesia

Artikel Terkait

Lebih Jauh tentang Roy Suryo
Ciuman dari Pria Berkumis
Jenggot
Ketuma

Lebih Jauh tentang Roy Suryo

Roy Suryo
NAMANYA mulai dikenal ketika ia mengumumkan hasil analisis keabsahan suara Jaksa Agung Andi Muhammad Ghalib dengan Presiden B.J. Habibie kala itu. Majalah Panji memuat transkrip percakapan keduanya. Isinya Habibie secara halus minta Ghalib bersikap lunak terhadap Soeharto, diktator Orde Baru dan mentor Habibie itu.

Ghalib membantah itu suaranya. Tapi Habibie secara tak langsung mengakui adanya pembicaraan itu. Roy Suryo tergelitik. Roy melakukan analisis dengan menggunakan audio spectrum analyzer, sebuah piranti lunak yang mampu mengidentifikasikan suara. Ini dilakukan dengan membandingkan suara rekaman dengan suara asli. Hasilnya, suara itu identik dengan suara Habibie dan Ghalib.

Pada Agustus tahun yang sama, beredar lagi transkrip rekaman pembicaraan beberapa orang penting. Suara-suara itu di antaranya mirip suara Arnold Baramuli, ketua Dewan Petimbangan Agung, menteri kabinet Tanri Abeng, wakil bendahara Partai Golkar merangkap debt collector Setya Novanto, dan rekannya Djoko S. Tjandra, pengusaha hotel yang juga menawarkan jasa penagihan utang.

Dalam pertemuan itu, Golkar dituduh mendapat dana Rp 50 miliar dari Bank Bali sebagai imbalan atas peran orang-orang ini dalam rekapitalisasi bank itu. Mereka membantah. Pemeriksaan negara untuk menyelidiki kasus Bank Bali juga dianggap tak tuntas. Roy melakukan analisis. Dengan menggunakan piranti lunak yang sama, Roy mendigitalkan rekaman tersebut dan hasilnya memperkuat laporan majalah Gamma, majalah yang pertama kali menurunkan transkrip rekaman.

Wartawan pun berlomba-lomba mewawancarai Roy Suryo dari SCTV, majalah D&R, majalah Forum. Undangan jadi pembicara mulai berdatangan.

Kiprahnya kembali mencuat ketika dia menganalisis foto kontroversial Aryanti Sitepu dan Abdurrahman Wahid. Foto itu memperlihatkan Sitepu, yang mengatakan dirinya bekas kekasih orang nomor satu Indonesia itu, duduk di pangkuan Wahid. Kali ini Roy menggunakan piranti lunak Adobe Photoshop untuk menunjukkan tidak ada rekayasa dalam foto itu.

Juni ini Roy mengatakan kenaikan tarif telepon 2.796,7 persen, bukan 21,7 persen seperti yang dikatakan pemerintah.
Ketertarikan Roy Suryo terhadap teknologi sudah terlihat sejak duduk di bangku sekolah dasar di Yogyakarta. Roy kecil gemar mengutak-atik mobil-mobilan. "Bisa bongkar, tapi nggak bisa pasang," kenang Yayik Suryo, kakak perempuan Roy.

Roy kecil mempunyai cita-cita jadi sopir bus. Berdua dengan adiknya, Roy menamai mobil mainan mereka. "Kita punya mobil untuk presiden, mobil menteri, bus sekolah . pokoknya lengkap," kenang Dony Suryo.

Ketika meneruskan pendidikannya di sekolah menengah pertama, ketrampilan Roy dalam bidang elektronika mulai tampak. Di sekolah ia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler elektronika. Ia sering membetulkan peralatan elektronik milik ibunya yang rusak. Di sekolah menengah atas, Roy ikut Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia atau biasa disebut Orari. Berdua dengan kakak sulungnya, Sony, Roy mulai mengutak-atik peralatan komunikasi radio itu.

Ketika lulus, berbekal minat dan bakat, Roy bertekad mencari ilmu yang lebih dalam di jurusan teknik elektro Universitas Gadjah Mada. Dalam formulir pendaftaran, Roy memilih jurusan teknik elektro sebagai pilihan pertama dan komunikasi, pilihan kedua. Pertimbangan Roy, di jurusan komunikasi ia akan belajar hal yang kurang lebih sama dengan jurusan teknik elektro.

Roy ternyata gagal masuk jurusan elektro. Tapi dia diterima di jurusan komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada 1986. Ini dua jurusan yang sama sekali berbeda. Satu teknik, satunya ilmu sosial. Pada masa awal kuliah, Roy tidak kerasan. Ia tak dapat memahami materi kuliah. Ujian semesternya jeblok.

Baru pada semester berikutnya, Roy menemukan asyiknya kuliah. Ia makin rajin dan nilainya menanjak. Di sana pula ia menemukan keasyikan lain: pacaran dengan Ismarindayani, seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, nama panggilannya Ririen.

Ririen juga kelahiran Yogyakarta pada 11 Desember 1967. Mereka berteman sejak sekolah menengah atas. Mulanya Ririen jadi anggota The Unisi Family, sebuah organisasi anak muda milik radio Unisi 104,75 MHz. "Kita baru mulai pacaran itu tahun 1987, jadi menginjak tahun ke dua kuliah," kata Ririen. Pasangan ini menikah sesudah pacaran tujuh tahun.

Ririen menilai Roy memperlakukan dirinya dengan protektif. Roy selalu mengantar dan menjemput Ririen sewaktu kuliah. Kini, setiap pagi, jika tidak sedang ke luar kota, Roy mengantar Ririen ke kantor. Selepas mengantar, Roy melanjutkan aktivitasnya. Malam hari barulah mereka bertemu kembali. Kesibukan ini, menurut Ririen, menjadi salah satu penyebab mereka belum juga dikaruniai keturunan, "Harapan kami tahun ini kami dikasih momongan."

Untuk mengantar atau menjemput istrinya, Roy tinggal memilih mobil mana yang akan ia pakai. Roy senang mengoleksi mobil kuno. Ia menyukai Mercedes Benz.

"Mobil itu semakin kuno semakin bernilai seni dan bercita rasa. Orang gampang aja, punya uang terus beli mobil baru. Nggak ada seninya," ujar Roy.

Ketika saya tanya ada berapa koleksinya, Roy menolak menyebutkan jumlah, "Nggak enak. Nanti saya dikira sombong. Tapi saya sebutkan tahunnya saja, ya?" seraya mengumandangkan sederet tahun: 1958, 1961, 1963, 1965, 1967, 1972, dan 1982.

Saat ini Roy mengajar di Universitas Gadjah Mada dan Institut Seni Indonesia. Di kedua perguruan tinggi tersebut, Roy mengajar mata kuliah fotografi yang juga salah satu kegemarannya. Pada 1996 dia sering mengikuti lomba foto. "Kalau tidak nomor satu, ya nomor dua," katanya. Roy juga mengirimkan karya fotonya ke harian Kompas. Meskipun sempat ditolak 11 kali, Roy tidak putus asa. Pada kiriman ke-12 karyanya dimuat.

Seperti kebanyakan dosen Indonesia, Roy juga mengajar di tempat lain, tepatnya Institut Seni Indonesia. Pada Juli 1998, Roy meraih juara kedua pemilihan dosen teladan Fakultas Seni Media Rekam di sana. Memang Roy termasuk dosen yang disukai mahasiswanya. Kuliah-kuliah Roy penuh sesak. Kebanyakan dari mereka ingin tahu benda apa yang dibawa Roy ke ruang kelas. Koleksi kamera Roy sangat banyak. Ia sering membawa kamera kuno hingga kamera paling mutakhir. Dengan cara itu mahasiswa benar-benar tahu kelebihan dan kelemahan sebuah kamera. "Nggak cuma teori," ucap seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada.

Roy Suryo lahir pada 18 Juli 1968 di Yogyakarta. Ayahnya neurolog dan ibunya guru sekolah menengah. Roy Suryo generasi keempat dari Sultan Paku Alam III. Ibunda Roy adalah cucu Paku Alam III. Sebagai keturunan langsung Paku Alam, masa kecil dia habiskan di nDalem Notowinatan yang rindang dan luas bersama ketiga saudaranya.

Meskipun menyandang gelar raden mas, Roy tak merasa dirinya istimewa. Ia bermain layang-layang dengan tetangga atau keluar-masuk kampung. Kebiasaan Roy itu oleh Soejono Prawirohadikusumo, ayah Roy, dianggap sebagai sesuatu yang berbeda. Kakak tertua dan adiknya hampir tak pernah keluar-masuk kampung.

Si ayah melarang anak-anaknya bermain di siang hari. Mereka harus tidur siang. Tapi, Roy dan Yayik selalu punya akal. "Untuk mengetes bapak bener-bener tidur, kita nyabut bulu kaki bapak. Kalau diam aja, berarti bapak udah tidur," kata Yayik, tertawa.

Dalam pandangan saudara-saudaranya, Roy pribadi yang baik, meski punya kekurangan. Bagi Donny, Roy kakak yang asyik diajak bermain, meski mempunyai ego besar.

Sebaliknya, di mata kakak laki-lakinya, Sony Suryo, Roy orang yang suka mencari popularitas. "Lha kayak dia ikut tim (pelacakan) Tommy Soeharto, sebenarnya kan bukan (mencari) Tommy-nya yang penting, tapi . popularitasnya," kata Sony, seorang dokter spesialis kejiwaan di satu rumah sakit Yogyakarta.

Menurut Sony, pola pikir seseorang akan berbeda kalau ia memiliki anak. Segala tindak-tanduk akan memperhitungkan dan mempertimbangkan anak atau keluarga. "Nah, Roy ini sing penting mlebu koran (yang penting masuk koran). Nggak ada perhitungannya," kata Sony, tertawa.

Sony meragukan kemampuan Roy dalam bidang multimedia. Ia mencontohkan saat adiknya itu kehilangan laptop. Menurut Sony, pernyataan Roy bahwa laptop itu ditemukan berkat kecanggihan teknologi, adalah omong kosong.

Sebenarnya yang terjadi adalah kerja keras polisi. Polisi berkepentingan dengan laptop itu, karena di dalamnya terdapat data-data rahasia polisi. "Lha wong pencurinya sudah ketangkep terus ditanyai polisi, siapa yang nggak ngaku?" katanya.

Kejadiannya pada 2 Maret 2001. Roy dan Ririen menuju Denpasar, Bali, dengan bus untuk menghadiri seminar. Sampai di Banyuwangi, Ririen bangun dan ingin menelepon. Telepon seluler yang berada di dalam tas tangannya hilang. Tas laptop telah berganti isi jadi jenang dan air mineral. Pencurinya kemungkinan ikut menumpang bus lantas kabur.

Roy penasaran dan menghubungi PT Telkomsel untuk memantau aktivitas telepon selulernya. Melalui sistem pelacak call data record information, lalu lintas percakapan sebuah telepon seluler bisa diketahui. Sayangnya kartu telepon yang dicuri adalah kartu prabayar, sehingga aktivitas telepon seluler itu tak bisa dilacak.

Naluri ingin tahu Roy terusik. Dia segera mencari celah. Eureka! Sebuah cetak biru yang menjelaskan prinsip kerja kartu telepon seluler didapatkannya. Roy dan PT Telkomsel berhasil menemukan nomor telepon yang dihubungi dan menghubungi telepon seluler yang dicuri itu. Berkat posisinya sebagai narasumber dan konsultan di markas besar kepolisian Indonesia, Roy berhasil mendapatkan nama pemilik, alamat, dan aktivitas komunikasi si pemegang teleponnya.

Pelacakan laptopnya dilakukan Roy dengan menghubungi penyedia jasa internet untuk mengetahui aktivitas akses internet. Si pencuri ternyata menggunakan laptop Roy untuk mengakses internet dengan password dan login milik Roy.

Setelah sebulan melacak, Roy mulai bertindak. Ternyata telepon selulernya berpindah tangan lagi. Pemilik baru adalah seorang dosen yang mengatakan ia membeli telepon itu dari sebuah dealer resmi di jalan Tamansiswa, Yogyakarta.

Roy dan pihak kepolisian Yogyakarta bergerak. Pemilik toko telepon seluler itu mengaku memperolehnya dari orang yang bekerja di sebuah agen bus di Terminal Umbulharjo, Yogyakarta. Kerja sama itu berhasil menemukan tersangka. Barang-barang Roy berhasil ditemukan, walau data-data dalam laptop telah rusak.

Roy menanggapi ungkapan Sony dengan tenang. "Saya anggap itu risiko pohon. Pohon itu semakin tinggi semakin kena angin, nggak apa-apa," katanya.

Majalah Forum Februari 2001 menurunkan laporan panjang hasil pelacakan buronan 18 bulan, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto, putra bungsu mantan presiden Soeharto, yang menghindar dari hukuman penjara. Tim khusus yang dibentuk markas besar kepolisian Indonesia dengan dibantu konsultan teknologi informasi berhasil melacak nomor-nomor telepon yang dihubungi atau menghubungi Tommy.

Namun laporan itu menimbulkan keresahan dalam tim. Betapa tidak. Metode melacak Tommy yang sangat dirahasiakan polisi tiba-tiba diketahui banyak orang secara detail. Akibatnya anggota tim saling curiga. Keresahan tersebut berujung dengan mundurnya Roy Suryo, konsultan tim tersebut. Meski Forum tak menyebutkan nama, tapi Roy merasa tulisan itu memojokkan dirinya dan menempatkannya sebagai pihak yang membocorkan hasil pelacakan.

Kecurigaan ini mungkin didasarkan pada kedekatan Roy dengan kalangan media. Roy sering menelepon atau menghubungi majalah, stasiun televisi, atau koran untuk menyampaikan suatu informasi. Andi F. Noya, pemimpin redaksi Metro TV, mengatakan, "Saking enerjiknya, setiap ada temuan teknologi baru, Roy selalu menelepon saya."

Sebelum Forum memuat laporan pelacakan Tommy, Roy pernah memperlihatkan print out lalu lintas telepon Tommy dan inner circle-nya pada Noya. Waktu itu Roy bilang bahwa informasi itu off the record, sehingga Noya pun hanya menyimpan informasi itu untuk dirinya.

Bagaimana tanggapan polisi? Juru bicara polisi Inspektur Jenderal Didi Widayadi berkata, "Pak Suryo adalah tipe orang yang mengabdikan diri pada ilmu pengetahuan. Jadi kalau ia mundur, saya rasa itikad moral seorang profesional tidak demikian."

Awal Maret 2001."Roy Suryo, Sang Jagoan," kalimat itu menarik perhatian saya ketika sedang menjelajahi situs web kepolisian Indonesia http://www.polri.go.id. Saya segera membacanya, dan isinya benar-benar mengejutkan. Ditulis oleh seseorang dengan nama samaran "Anak 1000 Pulau."

Tulisan itu penuh caci maki pada Roy Suryo. "Anak 1000 Pulau" mengatakan Roy hanya cari muka di hadapan publik atau polisi dengan jabatannya sebagai "pakar teknologi informasi." Dia juga meragukan kemampuan Roy. "Anak 1000 Pulau" menganjurkan Roy Suryo agar jadi, "Pakar yang besar dan matang dari kemampuan Anda sendiri, bukan dari belas kasihan publik."

Dia juga menantang Roy Suryo menebak siapa dirinya dan dari mana ia mengakses internet. Caci maki itu tidak hanya dilakukan sekali. Situs polisi itu dibanjiri cacian dan segala hujatan dari para carder -sebutan untuk para pencuri internet yang menggunakan kartu kredit orang lain untuk belanja di dunia maya.

Ada juga yang mempermasalahkan istilah "pakar." Orang yang sering menulis di suratkabar atau muncul di televisi, dengan enteng disebut "pakar."

Menurut Roy, hujatan para carder itu muncul sejak dia mengumumkan 27 titik rawan kejahatan internet di Yogyakarta. Buntutnya adalah penangkapan empat orang pelaku tindak kejahatan di internet awal April 2001 lalu. Menurut Roy, sebanyak 65 orang telah masuk daftar dan menyusul 98 orang lagi.

Kenapa Roy melakukan itu? Salah satu alasan yang dikemukakan Roy adalah karena sakit hati. Sebelum dia mengumumkan perang pada para carder, Roy sudah mengingatkan agar mereka menghentikan kegiatannya. Para carder tidak ambil pusing bahkan pesanan mereka makin banyak dan beragam.

It's time to act! Roy mulai melancarkan serangan. Ia menyebarluaskan kejahatan di internet itu melalui media massa. Setiap ada kesempatan tak lupa ia menyinggung masalah yang satu itu.

Selain sakit hati, Roy merasa kegiatan ilegal ini mengakibatkan banyak perusahaan atau toko yang melayani online shopping menolak transaksi dan pengiriman barang ke Indonesia. Para pengusaha di internet tidak lagi percaya dengan pembeli asli. "Padahal bisnis di internet itu kan dibangun atas dasar trust dan networking," katanya. Dia menceritakan pengalaman buruknya berbelanja via internet. "Kita mau belanja pakai duit sendiri, tapi diperlakukan kayak penjahat," keluhnya.

Pengalaman ini makin menguatkan niatnya memerangi kejahatan internet. Apakah perseteruan itu berhenti seiring penangkapan carder? Kemungkinan besar tidak. Perseteruan itu terus berlanjut. Hujatan dan cacian masih dilancarkan. Sementara itu, Roy Suryo mungkin sibuk dengan pekerjaannya yang lain serta Mercedes Benz miliknya. ***

*Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Pantau Tahun II Nomor 015 - Juli 2001*

Sumber: WongTakon
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes