Wanita itu Menyapanya Padre


Maxi Ebu Tho
"Dion, kau lagi buat apa?" Begitu sapaan khas Om Damyan Godho dari balik telepon (interkom).

"Lagi edit berita nih Om."

"Kau ke ruang saya sekarang! Ada sesuatu yang mau saya sampaikan," kata Om Damyan Godho, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Harian Pos Kupang.

Dialog itu terjadi medio 1997 di kantor lama Pos Kupang, Jl. Kenari No.1 Kelurahan Naikoten 1 Kupang.  Cuma sejengkal dari pasar tradisional terbesar di Kota Kupang, Pasar Inpres Naikoten.

Sampai di ruang kerja Om Damy di lantai 1, beliau langsung memberikan kepada saya sepucuk surat undangan.

"Kau tugas ke Dili ya. Kau bisa menulis banyak artikel menarik," kata Si Om.

Isi surat mengundang wartawan Pos Kupang mengikuti workshop tentang HIV/AIDS di sebuah hotel di Dili. Isu HIV/AIDS memang sedang hangat pada waktu itu.

Saya termasuk beruntung karena sebelumnya pernah mengikuti pelatihan intens di tempat novelis terkenal Ashadi Siregar di Kota Yogyakarta.

Om Damyan  menugaskan saya ke Dili agar bisa memperluas wawasan mengenai penyakit yang menyerang kekebalan tubuh manusia tersebut.

Saya mengatakan siap berangkat dua hari kemudian dengan bus Trans Timor. Tapi siap berangkat ke Dili disertai permintaan tambahan.

"Kalau hanya meliput di Kota Dili tidak terlalu menarik Om," kataku.

"Ah kau ini. Memang  mau ke mana?"

"Ya, kalau bisa sampai ke kawasan timur seperti Baucau, Lautem, Los Palos..."

"Baik nanti saya coba hubungi orang yang bisa membantu kau jalan-jalan ke beberapa tempat di sana," jawab Om Damyan Godho.

Saya tahu Om Damy punya selusin relasi di Timor Timur dan mereka tentu  siap membantu.

Pembicaraan senja itu berakhir. Om Damyan dan saya melanjutkan pekerjaan kami masing-masing.

Singkat cerita saya berangkat ke Dili dua hari berikutnya.  Bus Kupang-Atambua habiskan waktu sekira 8 jam.

Ganti bus di Atambua lanjut ke Kota Dili kira-kira 4 jam. Total 12 jam perjalanan.

Workshop berlangsung sehari penuh. Telaah materi dan diskusinya asyik.  Sungguh memperkaya pengetahuan tentang HIV/AIDS.

Sebelum meninggalkan Kupang, Om Damy memberitahu bahwa ada kenalannya bernama Maxi yang akan menghubungi saya di Dili.

Benar adanya. Malam itu seusai workshop  kira-kira pukul 19.00 Wita, resepsionis Hotel Turismo menginformasikan ada seseorang bernama Maxi ingin bertemu.

Saya bergegas menemuinya di lobi hotel. Kami bersalaman dan saling memperkenalkan diri.

Baru saya tahu Om  Maxi  berasal dari Flores. Tepatnya Boawae, Kabupaten Nagekeo,  sekampung halaman dengan Om Damyan Godho. Masih kerabat dekat pula.

Rupanya Om Damy sengaja tidak beritahu saya sebelumnya biar ada kejutan dan saya perlu mencari tahu sendiri.

Orangnya ramah. Tutur katanya lembut. "Besok pagi saya akan ke Baucau. Kaka Damy bilang, Dion mau jalan-jalan, silakan bersama saya nanti," kata Om Maxi.

"Wah terima kasih Om. Memang itu yang saya harapkan biar bisa menulis hal-hal menarik di luar Dili," jawabku. Wajah berbinar ceria.

Keesokan hari sekira pukul 08.30 Wita, Om Maxi menjemput saya di hotel.
Setengah jam kemudian kami sudah meninggalkan Dili. Bergerak dalam kecepatan sedang dengan mobil yang dikemudikan sendiri Om Maxi.

Kami terus meluncur ke timur Pulau Timor dalam siraman matahari pagi dan udara yang cerah.

Inilah pertama kali saya ke wilayah timur pulau itu. Pengalaman yang sangat berkesan.

Medio 1997, ‏kira-kia dua puluh purnama sebelum Timor Timur akhirnya mengucapkan sayonara kepada Indonesia melalui referendum.

Situasi politik dan keamanan kala itu tak  bisa dibilang aman-aman saja. Apalagi di tanah Timor Timur. Tensi panas terasa di banyak tempat. Pun di Indonesia.

Gejolak reformasi mulai berembus kencang yang mencapai puncaknya 21 Mei 1998 saat Soeharto lengser keprabon.

Sepanjang perjalanan dari Dili ke Baucau yang berjarak 122 km, Om Maxi bercerita banyak hal kepada saya. Dia juga menunjukkan sejumlah tempat penting dan bersejarah.

Baucau adalah kota terbesar kedua di Timor Leste, setelah Dili, ibu kota negara itu. Kota mungil eksotik di pesisir utara Pulau Timor.

Masih ada  peninggalan Portugis di kota ini, seperti rumah, gereja dan bangunan umum lainnya.

Setelah puas berkeliling  Baucau dan beristirahat, Om Maxi selanjutnya membawa saya ke wilayah Lautem lalu kami bergerak ke selatan. Menuju Distrik Viqueque.

Bukan perjalanan biasa. Om Maxi sejatinya sambil melakoni pekerjaannya sebagai aktivis LSM. Saya juga bekerja. Merekam banyak hal yang kemudian saya sajikan bagi pembaca Pos Kupang.

Saat itu Om Maxi merupakan pimpinan LSM Yayasan Bina Swadaya di Timor Timur. LSM ini bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat antara lain melalui sektor pertanian.

Kami selalu mampir di setiap tempat binaan dan dampingan Om Maxi. Bangga dan terharu melihat kedekatan beliau dengan masyarakat setempat. Mereka antusias dan riang menyambutnya.

Di suatu tempat di wilayah Viqueque, seorang wanita berusia 60-an tahun sontak berlari kecil mendekati mobil. Dia pun spontan merangkul Om Maxi sambil berkata,  "Padre...padre."

Padre artinya pastor. Imam Katolik. Sejurus kemudian, wanita itu baru menyadari yang datang  Om Maxi, bukan pastor. Mereka pun terbahak.
Saat perjalanan kami berlanjut, saya bercanda. "Wajah dan tutur kata Om Maxi memang mirip pastor na." Dia terkekeh.

Tur Timor 1997 tak selalu penuh senyum dan tawa. Berkali-kali Om Maxi menghentikan mobil di sisi jalan dekat perkampungan.

Saya penasaran, mengapa mendadak berhenti? Ternyata Om Maxi menanti iring-iringan kendaraan lain.

"Kita tidak boleh jalan sendirian Dion. Rawan. Usahakan selalu ada mobil atau kendaraan lain. Kalau terjadi apa-apa, ada yang bisa bantu," katanya dengan mimik serius.

Jangan bayangkan jalanan ramai seperti sekarang. Keheningan sangat terasa. Jarang nian berpapasan dengan kendaraan lain.

Ya begitulah. Tahun 1997 kontak senjata antara prajurit TNI dengan pejuang kemerdekaan Timor Leste lazim terjadi.  Korban kerap berjatuhan di kedua belah pihak.

Sepanjang jalan  dalam jarak kira-kira 300-500  meter selalu ada pos jaga TNI. Prajurit senantiasa siaga.

Om Maxi paham betul bahwa saya butuh lebih dari sekeranjang bahan berita. Itulah sebabnya kami mampir di banyak tempat termasuk di seminari, biara dan gereja.

Om Maxi memang punya relasi luas, mulai dari orang-orang biasa sampai pejabat, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Di sebuah gereja paroki kami dijamu makan siang pastor asal Spanyol dan Filipina. Mereka berbagi banyak cerita menarik tentang dinamika kehidupan masyarakat Timor Leste saat itu.

Kami  menelusuri tempat-tempat penting dan bersejarah di Viqueque. Setelah menginap semalam baru kembali ke Dili.

Saya mendapatkan banyak bahan untuk artikel. Lebih dari itu bisa menikmati lekak-lekuk alam Timor yang indah, flora dan fauna serta dinamika masyarakatnya, baik yang kontra maupun pro-kemerdekaan.

Kenangan indah Tur Timor Leste  1997 tak terlupakan berkat jasa Om Maxi. Nama lengkapnya Kasintus Proklamasi Ebu Tho.

Setelah Timor Timur pisah dari Indonesia tahun 1999, Om Maxi dan keluarga meninggalkan daerah yang dicintainya itu.

Kembali ke Timor barat, tepatnya Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Beliau kemudian aktif di politik melalui Partai Gerakan Indonesia Raya atau Partai Gerindra. Partai politik di Indonesia yang didirikan dan dipimpin Prabowo Subianto.

Khusus di Provinsi NTT, Om Maxi merupakan perintis berkembangnya partai yang berdiri pada tanggal 6 Februari 2008 tersebut.

Beliau mendapat mandat untuk pembentukan DPC Partai Gerinda Kabupaten Ende,  Ngada, Nagekeo dan Sikka pada tahun 2008.

Om Maxi pun terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi NTT periode 2009-2014. Bahkan menjabat Wakil Pimpinan DPRD Provinsi NTT dari Fraksi Gerindra.

Sabtu malam 11 Juli 2020, saya mendapat kabar duka dari Kupang. Om Maxi berpulang.

Kabar itu pertama kali disampaikan Bung Winston Rondo di grup WA Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) NTT.

Hatiku sontak teriris. Sedih. Pertemuan kami terakhir di rumah Om Damyan Godho (alm).

Selamat jalan Om Maxi. Om Kasintus Proklamasi Ebu Tho.

Saya dan keluarga turut berduka.

Tuhan maharahim memelukmu dalam keabadian dan meneguhkan Mama Yohanna Sarjumiyati Ebu Tho beserta anak dan cucu.

Teriring doaku
Denpasar, 12 Juli 2020


Sumber: Pos Kupang

Pria Berjin Biru Itu


Saya dan Herman Darmo (kanan) 2019
Oleh Dion DB Putra

Jin. Warnanya biru. Berpadu kemeja lengan pendek yang ujungnya dibiarkan berjuntai. Jarang amat dia memasukkannya ke dalam celana panjang.

Kakinya pasti berbalut sepatu, jenis sporty lazimnya. Bukan sepatu formal resmi. Satu lagi asesoris harian yang tak pernah ketinggalan yaitu tas model ransel.

Fashionable sekali sih tidak, tapi penampilannya selalu good looking. Fresh. Memberi spirit bahwa usia boleh tua tetapi semangat tidak mesti menua apalagi redup berderai.

Ini secuil kenangan tentang seorang pria berjin biru. Sejak dulu saya menyapanya Om.

Om Herman Darmo, Kuat dugaan biru adalah warna idolanya.

Teori warna menyebutkan, biru merupakan satu dari tiga warna primer aditif selain merah dan hijau. Biru adalah jenis warna antara sian dan nila. Biru itu warna langit. Seindah langit biru. Pun warna laut. Seluas samudera raya.

Kaum bijak berstari bilang, biru bermakna stabil, kecerdasan dan rasa percaya diri.

Keutamaan ini pula yang melekat pada kepribadian si pria berjin biru tersebut.

Om Herman Darmo atau kerap kami sapa inisialnya saja, Om HD, Pak HD atau Mas HD. Tribun ya biru. Biru ya Tribunnews. Biru ya Om Herman Darmo.

Hanya dua hari setelah Harian Kompas merayakan ulang tahun ke-55, tepatnya Selasa tanggal 30 Juni 2020, beliau pensiun dari Kompas Gramedia.

Purna bakti untuk Tribun Grup (Persda) yang dia layani sepenuh hati selama lebih dari dua dekade.

Setiap orang mengenal batas. Om Herman Darmo telah sampai di titik batas pengabdian sebagai insan Kompas Gramedia. Untuk grup ini pengabdian beliau tuntas dan total. Terima kasih Om HD.

Surya dan Persda

Saya pertama kali mengenal nama Om Herman Darmo ketika masih mahasiswa di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) penghujung 1980-an. Tepatnya sejak Harian Surya terbit di Kota Surabaya 10 November 1989.

Beliau merintis pendirian Surya bersama sahabatnya sesama Wartawan Kompas, Valens Goa Doy. Om HD memimpin koran yang kala itu mengusung tagline Suara Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Koran di bawah payung Kompas Gramedia ini merupakan media favorit mahasiswa di Kota Kupang masa itu.

Selain kemasan isinya ringan dan perwajahannya atraktif, dari sisi harga Harian Surya relatif terjangkau kantong mahasiswa ketimbang Harian Kompas atau Majalah Tempo.

Saya dan beberapa teman urunan berlangganan Harian Surya.

Koran ini merupakan tempat saya belajar menulis selain media lokal NTT seperti Mingguan Dian.

Mula-mula saya menulis surat pembaca di Surya. Setelah itu naik level menulis di Kolom Komentar, rubrik khusus Surya bagi mahasiswa menuangkan gagasan dan pandangannya terhadap suatu masalah yang sedang aktual.

Menulis di Surya menjadi modal bagi saya tatkala bergabung dengan Harian Pos Kupang pada 1 Desember 1992.

Tiga sekawan yaitu Damyan Godho, Valens Goa Doy dan Rudolf Nggai adalah tokoh perintis dan pendiri koran perdana di NTT tersebut.

Tahun 1995 Pos Kupang masuk PT Indopersda Prima Media (Persda), unit usaha yang khusus mengelola koran-koran daerah Kompas Gramedia (KG). Dari Aceh hingga Papua, Manado di utara sampai Kupang di tenggara Indonesia.

Bergabungnya Pos Kupang sebagai unit usaha KG mempertemukan saya di kemudian hari dengan Om HD.

Relasi intens mulai terjalin sejak beliau menjabat Direktur Kelompok Persda menggantikan pendahulunya Pak Mamak Sutamat.

Singkat cerita, Persda dalam jamahan tangan Om Herman Darmo mencapai perkembangan luar biasa seperti saat ini melalui branding Tribun.

Si biru itu. Om HD sebagai pucuk pimpinan Persda menjadi kunci penentu keberhasilan Tribun dalam kerja bareng duetnya Pak Sentrijanto. Berawal dari proyek Metro Bandung yang kemudian berubah nama jadi Tribun Jabar bermarkas di Bandung.

Tribun Kaltim lahir 8 Mei 2003 di Balikpapan, Kalimantan Timur, sebagai pionir brand koran Tribun, lalu menyusul koran Tribun lainnya.

Tribun Timur di Makassar, Tribun Batam, Tribun Pontianak, Tribun Manado, Tribun Jambi, Tribun Lampung, Tribun Jogja, Tribun Jateng, Tribun Medan. Tribun Sumsel, Tribun Bali.

Persda pun mengelola koran yang mempertahankan nama yang sudah branded di daerahnya semisal Serambi Indonesia, Sriwijaya Post, Bangka Pos, Banjarmasin Post, Surya dan Pos Kupang.

Om HD adalah sosok yang mumpuni di industri media. Pria kelahiran Padang Sumatera Barat 11 Juni 1954 ini bertangan dingin.

Tak seorang pun di jaringan Tribun memungkiri jamahan tangan dingin beliau selama 20 tahun terakhir.

Tribun kini menjadi satu di antara unit bisnis kuat di lingkungan Kompas Gramedia berkat kiat mujarab Om HD.

Brand Tribun menjulang dan bertumbuh sehat di tengah kompetisi bisnis media yang supet ketat.

Om Herman mampu membawa Tribun sukses melakukan transformasi ke dunia digital lewat portal Tribunnews.com.

Tribunnews kini portal nomor satu di Indonesia. Selain kemampuan komplet di bidang redaksi, Om Herman Darmo punya intuisi bisnis tajam dan jitu.

Beliau sukses membangun jaringan Tribun yang solid dan bertahan hidup (survive) di tengah kejamnya gempuran disrupsi.

Tribun termasuk sanggup meniti buih perubahan. Ketika memasuki era digital, Tribun tidak gagap atau kelabakan karena sejak jauh hari sudah mempersiapkan diri secara baik. Sudah kerja by design.

Apa Jualanmu?

Keutamaan Om Herman adalah komitmennya yang luar biasa soal produk.

Jualanmu besok apa?

Begitu pertanyaan Om HD kepada kru redaksi mengenai berita andalan setiap edisi, baik versi print (cetak) maupun online.

Dalam berbagai forum konsolidasi dan koordinasi, beliau selalu menekankan yang utama dalam manajemen pemasaran adalah produk.

Produk tetaplah menjadi gerbong untuk strategi 4P itu.

Product (Produk), Price (Harga), Place (Lokasi) dan Promotion (Promosi). Tanpa produk yang baik, kata Om HD, betapapun 3P lainnya ideal, hasilnya tidak akan membawa keuntungan.

Content is the king, begitu pakemnya. Orang mau membeli koran atau klik link portal Tribun karena mereka percaya produknya bermutu.

Produk jurnalistik yang membawa benefit atau manfaat bagi publik.

Berulang kali Om HD mengingatkan kami di newsroom mengenai pentingnya berita public service. Urusan KTP, Pasport, SIM, sampah, air, listrik, telepon dan sebagainya.

Jangan pernah mengabaikan kebutuhan utama khalayak.

Ingat selalu bahwa loyalitas utama jurnalisme adalah warga. Kesetiaannya pada kepentingan publik. Om HD pun mengingatkan pada detail persoalan, konsisten menerapkan konsep mikro people dan nonproblematik.

Sajian Tribun harus memanjakan pembaca melalui resep easy reading dan multi angle.

“Jangan kau bikin orang pening kepala baca Tribun,” begitu kata si Om.

Lebih dari itu berita Tribun Network hendaknya memberikan benefit (manfaat) bagi masyrakat, baik manfaat praktis, manfaat secara intelektual serta spiritual.

Laksana manajer sepak bola, Om Herman piawai membangun tim.

Om HD mengenal kekuatan dan kelemahan setiap anggota timnya. Beliau apik mengptimalkan kekuatan dan minimalisir sisi lemah setiap anak buahnya.

Om Herman bukan pemuja pemain bintang tetapi mengandalkan kekuatan tim (team work).

Om HD kiranya yakin sehebat-hebatnya pemain bintang, tak akan menciptakan gol kalau bertarung sendirian.

Dia perlu tim yang kompak. Soliditas adalah kunci keunggulan. Om HD pun pencipta fit kader terbaik.

Si Om memang pensiun, tapi Tribun hari ini berada di tangan orang-orang terbaik. Tribun tak kekurangan sosok andal yang akan meneruskan visi, misi dan resep Om HD menjaga unit usaha ini tetap survive.

Beberapa nama patut disebut. Mas Febby Mahendra Putra, Dahlan Dahi, Domuara Ambarita, Vovo Susatio, Yuli Sulistyawan.

Yudhi Thirzano, C Budiarto. H Cyptiantoro, Moris Rumanto, M Fabiola Ririen, Heru Budi Kuncara.

Mereka tahu bagaimana mesti bergerak dan menggerakkan tim Tribun Network agar warisan Om HD tetap berkibar dan terutama memberikanmanfaat bagi banyak orang.

Mengemong

Sebagai pemimpin Om HD sungguh emong.  Mengasuh,melayani, mendidik dan mengurus sepenuh hati. Juga total.

Om HD akrab dengan semua anak buahnya. Tidak menjaga jarak hubungan meski beliau adalah pimpinan tertinggi Persda (Tribun).

Suka bercanda. Jarang amat saya melihat Om HD marah atau bersuara keras apalagi kasar. Padahal saya ini berkali-kali melakukan kesalahan. Bikin blunder dalam pekerjaan.

Menegur dan mengeritik pasti. Tapi cara beliau menyampaikan teguran berteknik tinggi, halus lembut tapi mengena di otak dan hati. Saya kerap merasa malu sendiri.

Om Herman pemimpin yang perhatian. Penggemar kopi tanpa gula ini dermawan dan murah hati. Selalu sempatkan waktu menanyakan kabar keluarga, berkirim pesan dan ucapan selamat saat ulang tahun, hari raya dan sebagainya.

Om Herman terima kasih atas semua bimbingan, didikan, perhatian dan kesempatan yang Om berikan kepada saya selama ini. Saya sangat beruntung menjadi anak didik Om HD.

Saya juga meminta maaf atas tutur kata dan tindakan yang mengecewakan.

Akhirul kata, semoga Om Herman Darmo dan keluarga senantiasa dilimpahi kegembiraan, kesehatan dan kebahagiaan. Kasih Tuhan menyertai Om selalu. Selamat mengisi hari-hari yang indah di masa purna bakti.

Sebelum menutup catatan ala kadarnya ini, saya mengutip syair sajak untuk Om Herman Darmo yang dibacakan Mas Febby Mahendra Putra.

Larik-larik sajak yang tepat menggambarkan sosok Om Herman Darmo bagi kami semua, keluarga besar Tribun yang harus rela melepasnya memasuki masa pensiun.

Etape Tanpa Koma

Ombak tetaplah ombak
Yang membuahkan gelombang
Dan ketika para penumpang gemetar dilanda ketakutan
Ketika badai tak berbelas kasih
Ketika yang lain tak sanggup membaca arah
Kau seperti memetik bintang
Dari keangkuhan gulita malam
Daerah yang kita tuju bukan pulau emas
Apalagi surga para bidadari
Suaramu lirih tapi menggema

Suaramu perih tapi jernih
Matamu mengajarkan kami
Paham sebutir peluh
Lidahmu mengajarkan kami
Paham sebilah belati
Gerak tubuhmu mengajarkan kami
Untuk berdansa di tengah badai
Pulau harapan bukan kepastian
Tapi langkahmu
Matamu
Lidahmu
Irama tubuhmu
Napasmu
Jejakmu
Barangkali semua hanya kerlip
Barangkali semua ragu
Itulah isyarat yang harus ditempuh
Laut beringsut surut
Kestas perlahan buram dan menguning
Tubuh pun menyusut
Apa yang diajarkan alam

Biru laut tak pernah lenyap
Apa yang ditorehkan bahasa
Kalimat yang tak pernah tua
Apa yang disediakan pulau
Harapan yang tak berlumut
Apa yang kau ajarkan
Melipat lindam menjadi terang

Juni 2020

Sumber: Tribun Bali

Klopp Memang Klop dan Top


Juergen Klopp (ist)
URUSAN klop dan top hari-hari ini hanya dipunyai satu nama.

Juergen Klopp. Seng (tidak) ada yang lain. Dia top. Tertinggi, teratas.

Berada di puncak prestasi dan kesohoran sepak bola.

Itu terjadi karena dia memang klop. Tidak kurang dan tidak lebih. Cocok.

Sesuai harapan Liverpool.

Setelah menanti 30 tahun akhirnya trofi Premier League (PL) alias Liga Inggris mendarat lagi di Anfield Juni 2020.

Melengkapi koleksi trofi Liga Champions Eropa yang The Reds raih tahun sebelumnya.

Klopp sungguh klop. Tapi jangan tuan lihat semata atas hasil hari ini.

Empat setengah tahun silam, ketika dia terbang dari Frankfurt ke Liverpool, pesimisme mengental. Ragu mengaduk-aduk rasa fans Si Merah.

Apakah mungkin pria Jerman kelahiran 16 Juni 1967 itu sanggup mengobati luka Liverpool selama bertahun-tahun?

Jangan-jangan dia sama saja dengan pelatih pendahulunya yang gagal memberi trofi Premier
League.

Sebut misalnya Brendan Rodgers. Roy Hodgson, Rafael Benitez, Gerard Houllier dan Roy Evans.

Nama-nama ini bukan pelatih ayam sayur.

Mereka manajer terbaik di zamannya tapi tak sanggup memberi gelar bagi The Reds.

Justru di tangan Juergen Klopp, pelatih yang namanya tak seharum Jose Mourinho atau Pep Guardiola, Liverpool memenuhi kerinduannya.

Klopp tipe pekerja. Tak doyan berkoar. Enggan mengumbar kata-kata meskipun dia piawai bicara dan dikenal luas sebagai komentator sepak bola ternama di Jerman.

Dia bekerja tekun, efektif berselimutkan disiplin tinggi ala Jerman.

Dua tahun pertamanya di Anfield adalah masa konsolidasi.

Kloppp habis-habisan membangun tim yang solid.

Memompakan roh perjuangan berbasis kepercayaan penuh kepada setiap pemain.

Hasilnya tak semudah memakai masker. Klopp jatuh bangun.

Laga debutnya berakhir antiklimaks. Mereka ditahan imbang 0-0 Tottenham Hotspur di Stadion Anfield, 17 Oktober 2015.

Liverpool kerap tersandung tim penghuni papan tengah klasemen Liga Inggris.

Hal tersebut membuat tim asuhan Klopp harus puas finis di peringkat kedelapan klasemen pada musim perdananya di Inggris.

Klopp tak patah semangat. Kunci suksesnya adalah hubungan harmonis dengan semua pemain.

Klopp sukses merebut hati mereka. Pemain pun berlaga dengan sepenuh jiwa dan raga. Hasilnya nyata.

Perlahan tapi pasti Liverpool selalu berada di papan atas Liga Inggris. The Reds merangsek di antara nama beken sekelas Manchester City, Manchester United, Chelsea dan Arsenal.

Tahun keempat Klopp di Liverpool, sentuhan tangannya mulai membuahkan hasil.

Bukan main-main. The Reds juara Eropa. Genggam trofi Liga Champions.

Dan, memasuki tahun kelima penantian selama tiga dekade pun tuntas.

Liverpool juara Liga Inggris musim 2019-2020. Klopp berurai air mata. Tangisan bahagia.

Kepastian Liverpool juara tak lepas dari kemenangan Chelsea atas Manchester City dengan skor 2-1 pada pekan ke-31 Premier League, Kamis 25 Juni 2020.

"Ini tak bisa dipercaya. Ini melebihi ekspektasi yang ada dalam pikiran saya," kata Klopp kepada Sky Sports.

Klopp tetap rendah hati. Dia tak jumawa. Pencapaian emas itu menurut dia adalah buah kerja keras pemain.

"Ini pencapaian luar biasa oleh para pemain dan merupakan sukacita besar bagi saya untuk melatih mereka," ujarnya.

"Saya belum menunggu selama 30 tahun, tetapi saya telah berada di sini selama empat setengah tahun," kata Klopp lagi.

Memastikan gelar pada pekan ke-31 musim ini membuat Liverpool mencetak rekor sebagai tim juara tercepat dalam sejarah Premier League. Namun, diksi tercepat dalam kalimat di atas menunjukkan pekan kompetisi, bukan waktu.

Sebelumnya, rekor juara tercepat Premier League dalam pengertian waktu masih dipegang rival abadi Liverpool, Manchester United (MU).

MU mencetak rekor itu pada musim kompetisi 2000-2001.

Kala itu Man United memastikan gelar juara pada 14 April 2001 seusai mengalahkan Coventry 4-2 di Stadion Old Trafford.

Liverpool sebenarnya berpeluang menyalib rekor juara tercepat Man United musim ini. Namun, peluang itu pupus gara-gara virus Corona.

Liga Inggris vakum sejak medio Maret sampai 17 Juni 2020 karena pandemi Covid-19.

Kendati demikian, Liverpool memiliki catatan lebih baik dari rekor Man United jika melihat jadwal kompetisi dari musim ketika kedua tim itu juara.

Liverpool juara pada pekan ke-31 dengan menyisakan tujuh pertandingan.

Man United saat mencetak rekor musim 2000-2001, memastikan gelar pada pekan ke-33 dan menyisakan lima laga.

Guru Olahraga dari Stuttgart

Juergen Klopp lahir 16 Juni 1967 di Kota Stuttgart, Jerman.

Pria semampai dengan tinggi badan 1,91 meter ini telah merengkuh empat gelar bergengsi bagi Liverpool.

Inilah koleksinya. Juara Liga Inggris (2019/2020), Liga Champions (2018/2019), Piala Super Eropa (2019), dan Piala Dunia Antarklub (2019).

Kemampuan menemukan dan mengembangkan bakat potensial pemain adalah kelebihan utama Juergen Klopp.

Dia tidak mengagungkan pemain bintang. Justru di tangannya seorang pemain biasa berubah hebat di lapangan.

Klopp melatih tak semata andalkan intuisi.

Latar belakang pendidikan formal sang juru taktik ini cocok dengan pekerjaannya sekarang. Basis pengetahuannya komplet.

Klopp merupakan lulusan Ilmu Keolahragaan dengan gelar diploma dari Universitas Goethe, Frankfurt.

Itulah sebabnya ada yang menyebutnya mirip guru olahraga. Guru olahraga dari Stuttgart.

Jauh sebelum merengkuh kesuksesan bersama Liverpool, potensi kepelatihan Juergen Klopp mulai tercium di penghujung kariernya sebagai pemain di klub Jerman, FSV Mainz 05.

Dia ditunjuk sebagai pelatih kepala Mainz 05 setelah menyatakan pensiun sebagai pemain di klub yang ia bela selama rentang waktu 1990-2001 itu.

Kala menukangi Mainz 05, Klopp sukses membawa klub berjuluk Nullfuenfer itu promosi dari Bundeliga 2 ke kompetisi teratas Liga Jerman, hingga tampil di Piala UEFA musim 2005-2006.

Prestasi Klopp bersama Mainz 04 disusul ketertarikan dari Borussia Dortmund yang kemudian mengontraknya pada Juli 2008.

Bersama Dortmund, nama Juergen Klopp mulai dikenal publik pencinta sepak bola dunia.

Terlebih ketika dia suskes meraih trofi Bundeliga dalam dua musim beruntun (2010/2011-2011/2012) dan tiga trofi domestik Liga Jerman lainnya.

Dia juga sempat mengantar Dortmund ke final Liga Champions Eropa musim 2012-2013.

Namun, kala itu Dortmund takluk dari rival senegara, Bayern Muenchen.

Saat bergabung dengan Borussia Dortmund tahun 2008, Klopp masuk sebagai pelatih pada situasi sulit.

Klub ini berakhir di posisi ke-13 Bundesliga saat diasuh pelatih Thomas Doll.

Sentuhan Klopp membuahkan hasil manis. Pada musim pertamanya, Klopp sukses membawa Borussia Dortmund menjuarai DFB-Supercup 2008.

Di final mengalahkan tim raksasa FC Bayern Muenchen.

Di ajang Bundesliga, peringkat Borussia Dortmund melonjak drastis.

Naik dari urutan ke-13 ke posisi keenam tahun 2009 dan pada musim berikutnya bahkan masuk lima besar.

Nama Klopp semakin berkibar ketika untuk dua musim liga berturut-turut (Bundesliga 2010-11 dan Bundesliga 2011-12) Borussia Dortmund menjadi juara.

Selama musim 2011-12, Borussia Dortmund meraih beberapa rekor.

Poin 81 pada klasemen akhir merupakan yang tertinggi dalam sejarah Bundesliga, setelah poin 47 pada paruh musim juga merupakan yang tertinggi.

Disamping itu, sebanyak 25 kemenangan dalam seluruh musim menyamai rekor Bayern Muenchen pada musim 1972-1973.

Bahkan 28 laga tak terkalahkan merupakan rekor terbaik untuk level divisi utama Bundesliga.

Pada tanggal 12 Mei 2012, Klopp mencetakkan sejarah ketika Dortmund mencetak kemenangan ganda: Juara liga dan juara Piala DFB (DFB-Pokal), mengalahkan musuh bebuyutannya Bayern Muenchen 5–2.

Prestasinya bersama Borussia Dortmund itulah yang membuat manajemen Liverpool jatuh hati.

Tepatnya tanggal 8 Oktober 2015, Klopp resmi menjadi pelatih Liverpool dengan kontrak awal selama tiga tahun.

Di luar lapangan, ayah dua orang anak ini piawai menjadi narasumber atau komentator bola bagi stasiun televisi.

Dia langganan menjadi komentator utama ZDF, stasiun televisi yang berpusat di Mainz.

Ia memberikan ulasan tentang penampilan tim nasional Jerman.

Namanya dikenal luas publik ketika menjadi narasumber utama pada siaran-siaran pertandingan Piala Dunia FIFA 2006 yang berlangsung di Jerman.

Banyak yang menyukai ulasannya. Klopp pernah mendapat penghargaan televisi Jerman (Deutsche Fernsehpreis) untuk kategori siaran olahraga terbaik.

Di dalam maupun di luar lapangan Klopp memang top dan terbaik.

Klop dengan urusan si kulit bundar.

Dalam kehidupan pribadinya, Juergen Klopp menikah dua kali.

Pernikahan pertamanya dengan Sabine, pasangan ini dikarunio seorang putra bernama Marc yang lahir tahun 1988.

Marc sempat menjadi pemain sepak bola seperti sang ayah.

Memperkuat sejumlah klub termasuk FSV Frankfurt U-19.

Namun, karena kerap cedera ia harus pensiun lebih awal.

Hubungan Klopp dengan Sabine berakhir tahun 2001.

Setelah itu Klopp menikah dengan Ulla Sandrock tahun 2005. Mereka dikarunia anak bernama Dennis.

Tahukah tuan apa olahraga kesukaan Juergen Klopp?

Dia ternyara gemar berjalan kaki setelah menemani anak asuhnya bertanding.

Klopp mengaku saat berjalan kaki, ia mudah mengingat segala kekurangan yang tersembul selama pertandingan bola.

Berjalan kaki adalah momen evaluasi diri. Klopp memang top!

(dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Sepucuk Surat buat Shin Tae-yong


Shin Tae-yong
ORANG Indonesia doyan drama Korea alias drakor.

Bahkan sekarang ada stasiun televisi menempatkan drakor sebagai program hiburan utama.

Ada drakor sesi pagi, sesi siang dan drakor malam. Ratingnya memang tinggi sih.

Kisah romantisme ala Korea yang kadang mengurai air mata rupanya mendapat pasar spesial di Indonesia.

Di luar layar kaca itu, ada “drama” lain pula yang sedang menyedot perhatian publik negeri ini. Sama-sama berwarna Korea.

Drama di panggung sepak bola.


Aktornya PSSI dan pelatih tim nasional (timnas) asal Korea Selatan (Korsel), Shin Tae-yong.

Episode teranyar soal surat-menyurat. PSSI mengirim sepucuk surat kepada Shin Tae-yong.

Isinya meminta pelatih timnas Indonesia tersebut segera kembali ke Indonesia.

Paling lambat hari Senin tanggal 29 Juni 2020.

Ini mirip panggilan polisi. Bernada ultimatum.

Ya, sudah menjadi pengetahuan publik terutama penggemar sepak bola di tanah air bahwa ada friksi antara PSSI dengan Shin.

Sepekan terakhir kisruh itu menghiasi ruang pemberitaan olahraga di Indonesia.

Pun di negeri ginseng Korea Selatan.

Seperti diberitakan Kompas.Com, Ketua Satgas Timnas Indonesia, Syarif Bastaman, mengatakan pihaknya telah melayangkan surat kepada Shin Tae-yong.

PSSI meminta Shin kembali ke Indonesia.

Shin masih berada di negaranya, Korea Selatan.

Sama seperti kebanyakan orang di dunia, dia belum leluasa bepergian karena pandemi Covid-19 alias virus corona.

"Untuk kick-off meeting, kami sudah undang beliau datang ke sini, resmi melalui undangan PSSI," kata Syarif Bastaman.

Menurut Syarif, selain demi meluruskan polemik, kedatangan Shin Tae-yong amat dibutuhkan timnas Indonesia agar segera memulai latihan.

PSSI menolak permintaan Shin agar latihan timnas berlangsung di Korea Selatan.

Shin yang harus ke Indonesia, bukan pemain yang terbang ke Seoul.

Friksi yang viral itu berawal dari curhat (curahan hati). Curhat Shin Tae-yong (51) kepada media Korea Selatan, Naver Sports, pekan silam.

Tepatnya di sebuah kafe di Kota Seoul pada tanggal 17 Juni 2020.

Begini ceritanya. Shin mengungkap kekecewaannya terhadap PSSI.

Dia menilai PSSI tidak konsisten memegang janji dan menyusun kebijakan untuk timnas Indonesia.

"PSSI sering berganti pengurus dan kebijakannya," kata Shin seperti dilansir Bolasport.com dari Naver Sports.

"Sekretaris Jenderal, (Ratu) Tisha yang berkemampuan besar dan sangat disukai oleh masyarakat pun keluar secara tiba-tiba pada April lalu," kata Shin.

Shin Tae-yong pun menyinggung mantan pelatih timnas U-22 Indonesia, Indra Sjafri, yang dinilainya melakukan kesalahan ketika timnas U-19 Indonesia sedang training camp (TC) di Thailand pada Januari 2020 lalu.

Saat itu, diceritakan Shin Tae-yong, Indra Sjafri pulang lebih dulu tanpa izin dari dia sebagai pelatih kepala.

Namun yang membuat Shin Tae-yong lebih heran, alih-alih diberi sanksi, Indra Sjafri justru ditunjuk sebagai Direktur Teknik PSSI.

"PSSI meminta merekomendasikan coach lokal (Indra Sjafri) dan saya terima saja. Akan tetapi, setelah selesai TC Thailand, coach lokal tersebut pulang saja tanpa izin," ujar Shin Tae-yong.

"Meeting hari esoknya saya ingin memaafkan jika dia mengaku kesalahanya, tetapi malah kelakuannya seolah-olah tidak salah apa-apa."

“Kemudian Ketua Umum PSSI, purnawirawan perwira tinggi Polri, memanggil saya untuk bertemu. Dua bulan kemudian, coach (pelatih) yang tadinya dikeluarkan menjadi berjabat sebagai Direktur Teknik (PSSI),” tandasnya.

Keputusan PSSI membuat Shin Tae-yong kesal.

Mantan pelatih klub Seongnam Ilhwa Chunma itu menyebut PSSI seharusnya fokus padanpersoalan sepak bola serta berusaha agar timnas Indonesia lebih berprestasi.

"Negara-negara yang sepak bolanya maju itu masyarakat lebih mengetahui tentang federasi secara transparan," kata Shin.

Nyanyian Shin bikin geger. Jagat sepak bola Indonesia panas. PSSI tersentil dan langsung bereaksi.

Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri menyebut pernyataan Shin banyak bohongnya.

Indra Sjafri mengatakan, ia mendampingi Shin dalam tim merupakan bagian dari kesepakatan kontrak.

"Shin setuju saya menjadi bagian tim kepelatihan timnas. Bahkan saat saya meminta tambahan satu nama pelatih lokal lagi, yang saya rekomendasikan Nova Arianto, dia juga setuju," ujar Indra tiga hari setelah Shin berceloteh di Korsel.

Pelatih asal Sumatera Barat itu mengaku sudah minta maaf kepada Shin atas tindakannya pulang lebih dulu ke Indonesia dari lokasi TC di Thailand untuk menghadiri pernikahan putri pelatih Rahmad Darmawan.

Namun, Shin Tae-yong yang kecewa mengusirnya keluar dalam sebuah rapat pada 3 Februari 2020.

"Shin minta saya keluar ruangan. Saya pun ikuti permintaannya. Saya ke luar ruangan dan merenung di sana," ucap Indra.

"Jadi tidak benar kalau saya dikatakan tidak mendampingi dirinya sejak awal perkenalan di Hotel Mulia, lalu disebut mangkir dan juga tidak pernah meminta maaf. Bohong semua itu," kata Indra.

Bantahan juga dikeluarkan Indra Sjafri terkait tudingan sebagai penentu pemilihan pemain ketika Timnas Indonesia kalah 1-4 dari Persita Tangerang dalam laga uji coba.

"Bagaimana mungkin saya dibilang menjadi penentu, sementara saat rapat penentuan pemain saya sudah diusir keluar?" ujar Indra.

Indra Sjafri mengaku memiliki hubungan baik dengan Shin dan mendukung pelatih asal Korea Selatan tersebut

"Tapi tiba-tiba dia membuat berita yang tidak perlu dan banyak bohongnya," ungkap mantan pelatih Bali
United ini.

"Kami harus tegaskan bagaimana duduk perkara sebenarnya. Agar publik tahu lengkap dan tidak sepotong-potong. Ini soal harga diri bangsa kita diperlakukan seperti ini," kata Indra lagi.

Begitu kira-kira silang sengkarut antara PSSI dan Shin Tae-yong.

Sampai kemarin belum ada tanggapan dari Shin apakah dia akan terbang ke Jakarta pada 29 Juni 2020 atau tidak.

Tidak Menguntungkan

Silang pendapat tersebut jelas tidak menguntungkan bagi persepakbolaan nasional. Kuat kesan tidak akur. Shin Tae-yong kecewa terhadap keputusan PSSI.

Demikian sebaliknya PSSI tidak bisa menerima begitu saja pernyataan Shin.

Shin menyebut PSSI kurang transparan. Boleh jadi benar.

Sebagai pelatih profesional dari negara dengan tradisi dan prestasi sepakbola terbaik di Asia, Shin tak mungkin asal omong.

Idealnya asosiasi sepak bola itu selalu memposisikan diri sebagai regulator dan fasilitator yang menjamin terciptanya iklim kompetisi yang profesional .

Dengan begitu dapat menciptakan prestasi timmas yang setinggi-tingginya.

Kisruh yang sekarang menyembul pasti mendapat perhatian dunia dan menjadi ujian bagi PSSI di bawah kepemimpinan Mochamad Iriawan.

Maklum Indonesia sudah mendapat kepercayaan FIFA sebagai tuan rumah tunggal penyelenggaraan putaran final Piala Dunia U-20 tahun depan.

Di tengah persiapan menyambut event bergengsi tersebut, perkara demi perkara menyelimuti PSSI.

Belum lagi dampak pandemi Covid-19 yang membuat kompetisi sepak bola Indonesia mati suri.

Sampai hari ini bahkan belum ada jadwal pasti kapan liga Indonesia musim 2020 bergulir lagi.

PSSI baru sebatas menyebut bulan September atau Oktober nanti.

Tanggal 13 April 2020, publik sepak bola tanah air terkejut ketika Ratu Tisha Destria mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal PSSI.

Sebulan kemudian, tepatnya 18 Mei 2020, Cucu Somantri meninggalkan kursi CEO PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan perkara terbaru adalah perseteruan Shin Tae-yong dengan Indra Sjafri.

Bila bara api konflik tersebut tidak segera dipadamkan, dampak ikutannya sudah bisa kita tebak.

Bisa membawa implikasi sangat serius bagi sepak bola Indonesia dalam usaha mewujudkan target di Piala Dunia U-20 tahun depan serta target lain misalnya kualifikasi Piala Dunia senior serta Piala AFF.

Tahun lalu ketika memilih Shin Tae-yong sebagai pelatih kepala timnas Indonesia, PSSI mengacu pada reputasi dan prestasinya yang memang luar biasa.

Di level klub, misalnya. Shin pernah membawa Seongnam menjuarai Liga Champion Asia.

Untuk timnas, dialah pelatih yang membuat rakyat Jerman sakit hati tak terkira.

Shin Tae-yong adalah sang arsitek Korsel kala menggasak Jerman 2-0 di Piala Dunia Rusia 2018.

Masyarakat Indonesia tentu berharap Shin bisa membentuk timnas yang solid, bermain apik hingga boleh menciptakan kejutan di Piala Dunia U-20 tahun depan.

Target juara mungkin berlebihan, tapi sebagai tuan rumah setidaknya tim Garuda muda tampil sebaik mungkin. Jangan sampai kalah melulu.

Indonesia dambakan Shin lebih bersinar ketimbang pendahulunya pelatih asing seperti Alfred Riedl, Jacksen F Tiago, Luis Milla dan terakhir Simon McMenemey.

Untuk itu Shin Tae-yong butuh kepercayaan dan otoritas penuh untuk membentuk dan membina tim.

Tidak boleh ada matahari kembar.

Jauhkan dari keputusan mendadak yang tidak sejalan dengan program kerja yang telah dia canangkan.

Sesungguhnya tidak sulit berkaca pada cara asosiasi sepak bola negara lain yang lebih maju prestasinya.

Mereka lazimnya memberi otoritas penuh kepada pelatih tim nasional untuk bekerja sesuai indikator kinerja yang jelas dan terukur.

Bila kisruh sekarang berlarut-larut bahkan berujung Shin Tae-yong mundur dari kursi pelatih timnas, dampaknya sangat besar bagi Indonesia.

Menjadi preseden buruk. Kita kehabisan energi dan waktu.

Sementara Piala Dunia U-20 sudah di depan mata. Kompetisi belum bergulir.

Persiapan timnas bakal berantakan karena tidak mudah mendapatkan pelatih berkualitas.

Oleh sebab itu PSSI harus mempertemukan Shin Tae-yong dan Indra Sjafri.

Mereka perlu segera menyelesaikan masalah ini dengan sikap profesional, jiwa besar dan kerendahan hati.

Kepentingan sepak bola nasional harus di atas segalanya.

Semoga drama di panggung sepak bola Indonesia ini berakhir indah buat semua. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes