Gubernur Lebu Raya Teteskan Air Mata

Frans Lebu Raya
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs. Frans Lebu Raya meneteskan air mata ketika mendengar sambutan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, Dr. H. Harry Azhar Azis, MA tentang hasil pemeriksaan  BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) TA 2015 Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT. Untuk pertama kali daerah ini meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) LKPD ini berlangsung dalam rapat paripurna istimewa DPRD NTT di Kupang, Senin (13/6/2016).

Paripurna istimewa dipimpin Ketua DPRD  NTT, Anwar Pua Geno, dihadiri para wakil ketua dan anggota DPRD NTT. Hadir pula Kepala BPK RI Perwakilan  NTT, Dra. Dewi Ciantrini M.Fin Mngmt, pimpinan SKPD lingkup Pemprov NTT, Forkompimda NTT, Walikota Kupang, Jonas Salean dan Wakil Walikota, Herman Man serta undangan lainnya.

Ketika Ketua BPK RI, Dr. H. Harry Azhar Azis, menyampaikan bahwa hasil pemeriksan terhadap  LKPD NTT tahun 2015 dengan predikat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),  Frans Lebu Raya mengambil tisu lalu menyeka kedua matanya. Sekitar dua sampai tiga kali Lebu Raya menyeka wajahnya dengan tisu.

Selama mendengar sambutan Ketua BPK RI, Harry Azhar, Lebu Raya terus memalingkan wajah dan posisi duduknya ke arah podium di mana Ketua BPK RI berdiri.
Suasana  ini mengharukan ini benarkan Sekda NTT, Frans Salem, S.H, M.Si. Ia mengatakan, saat mendengar LHP LKPD NTT tahun 2015 dinyatakan meraih WTP, ia  melihat Gubernur Lebu Raya meneteskan air mata.

Ketika Ketua BPK RI, Dr. H. Harry Azhar Azis , MA mengatakan, penyerahan LHP ini dalam rangka memenuhi Undang-Undang (UU) No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK  serta UU terkait lainnya.

Azis mengatakan, pemeriksaan atas LKPD ditujukan untuk memberikan opini atas kewajaran LKPD dengan memperhatikan kesesuaian Laporan Keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, kecukupan pengungkapan, efektivitas sistem pengendalian internal dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

"Laporan Keuangan Pemprov NTT tahun anggaran 2015, BPK RI memberikan opini WTP. Pencapaian opini WTP ini adalah yang pertama kali diraih Pemprov NTT. Ini juga sekaligus yang pertama bagi seluruh entitas pemerintah daerah di Provinsi NTT," kata Azis.

Ia menjelaskan, LKPD tahun anggaran 2015 telah disajikan dengan basis aktual dari sebelumnya berbasis Cash Toward Accrual (CTA), sehingga jumlah  laporan keuangan yang disajikan berubah dari tiga laporan menjadi tujuh laporan, yaitu laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo anggaran lebih, laporan neraca, laporan operasional, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan.

"LKPD Tahun 2015 ini diserahkan kepada BPK RI tepat waktu pada tanggal 31 Maret 2016. Tepat dua bulan sejak diserahkan, BPK RI sesuai amanat UU juga dapat menyelesaikan laporan hasil pemeriksaannya secara tepat waktu pada tanggal 31 Mei 2016. Dan dapat diserahkan pada hari ini tanggal 13 Juni 2016," kata Azis.

Azis menyatakan, BPK RI  menghargai dan memberi apresiasi berbagai upaya yang telah dilakukan Pemprov NTT dalam perbaikan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah.

"BPK berharap  Provinsi NTT pada masa mendatang dapat mempertahankan opini WTP ini dan menjadi motivasi bagi pemerintah daerah lainnya di Provinsi NTT untuk memperoleh opini WTP," harapnya.  BPK RI, lanjut Azis,  juga berharap agar Gubernur NTT segera menindaklanjuti setiap permasalahan yang menjadi catatan BPK. 

                                                Terkadang Keras
Gubernur NTT, Frans Lebu Raya mengatakan, hasil LHP LKDP 2015  yang diserahkan oleh BPK RI telah melewati berbagai tahapan sebagaimana diatur dalam UU yang berlaku. "Saya ucapkan terima kasih kepada Pak Sekda NTT dan seluruh jajaran pimpinan SKPD lingkup  Pemprov NTT, yang mana terkadang saya harus bertindak keras, tetapi semua berjalan baik dan akhirnya kita dapat hasil yang memuaskan hari ini," kata Lebu Raya

Gubernur Lebu Raya menjelaskan, selama ini ia terus mendorong semua jajaran dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah sehingga hasilnya bisa WTP.

Kepada seluruh jajaran  Forkompimda NTT , Lebu Raya juga mengucapkan terima kasih. Khusus kepada  BPK RI dan Perwakilan BPK RI NTT, ia menyampaikan terima kasih yang tinggi karena selalu mendorong dan memberi perhatian kepada pemerintah NTT dalam rangka pengelolaan keuangan daerah NTT. "Kami selalu berkonsultasi, baik kepada BPK maupun BPKP sehingga hasilnya dapat memuaskan," katanya.

Lebu Raya mengharapkan seluruh SKPD segera menindaklanjuti hasil temuan dari BPK RI yang sudah disampaikan dalam waktu yang singkat dan terus berjuang mempertahankan opini WTP. "Masyarakat juga saya minta supaya dukung pemerintah NTT agar bisa bekerja lebih baik. Berdaya guna dan lebih maju lagi demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat NTT," kata Lebu Raya. (yel)

Item Pemeriksaan BPK
-  Pendapatan  Realisasi Rp 3,31 triliun dari anggaran Rp 3,35 triliun
- Belanja dan transfer  realisasi Rp 3,32  triliun dari  anggaran Rp 3,52 triliun
- Total aktiva dan pasiva Rp  4,49 triliun
- Anggaran belanja dari pendapatan Rp  2,42 triliun atau 72,9 persen
- Pendapatan Asli Daerah (PAD)  Rp 884,57 miliar atau 26,6 persen
- Pendapatan daerah tahun 2015 naik 18,95 persen dibanding tahun 2014
- Belanja tahun 2015 naik 23,79 persen
- Kenaikan ini pada belanja pegawai
   kenaikan 10,04 persen
- Belanja barang turun 24,94 persen
- Belanja modal naik  48,85 persen
- Belanja hibah turun 25,64 persen
- Belanja bantuan  sosial turun 5,56 persen 
- Bantuan keuangan turun 6,12 persen
- Belanja tak terduga turun  94,4 persen
- Transfer turun  18,93 persen.
Sumber: BPK RI Perwakilan NTT


Sekda Ancam Pimpinan SKPD

SEKRETARIS Daerah NTT, Frans Salem, S.H, M.Si mengatakan, pihaknya pernah mengancam pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Provinsi (Pemrov)  NTT dalam pengelolaan aset yang merupakan salah satu item pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).

"Kami  pernah menandatangi  komitmen dengan pimpinan SKPD dan ancam, kalau tidak data aset dengan baik, pimpinan SKPD harus mundur," kata Salem. Ia menjelaskan, dalam komitmen  yang ditandatangani pimpinan SKPD ditegaskan bahwa jika SKPD tidak menyelesaikan  pendataan  aset, maka kepala SKPD-nya harus mundur.

"Pak Gubernur merasa tidak setuju untuk melakukan. Kemudian kami   beri saran beliau setuju dan hasilnya tadi (opini Wajar Tanpa Pengecualian, Red) kita semua terima," ujarnya, Senin (13/6/2016).

Prestasi yang diperoleh, demikian Salem, bukan tiba-tiba tetapi melalui proses panjang  dan  dalam proses itu, ia sendiri melihat gubernur sempat meneteskan air mata. "Memang terkadang beliau (Gubernur, Red) marah soal tindak lanjut  rekomendasi dari BPK, terutama aset. Dan kami kasih masukan soal komitmen dengan SKPD, akhirnya beliau setuju juga," katanya.

Menurut dia, opini WTP ini hasil pergumulan dan jerih lelah dari semua jajaran Pemprov NTT. Selama ini jika diperbaiki atau ditindaklanjuti satu temuan, maka akan muncul lagi temuan lain sehingga sulit mendapat opini WTP.

 "Kita bersyukur atas opini WTP yang sudah kita  capai. Tetapi juga harus perhatikan bagaimana kita pertahankan. Terutama penataan aset yang sudah kita temukan formulanya menjadi titik awal pengelolaan aset di NTT," ujarnya.

Frans Salem menjelaskan, ke depan Pemprov NTT akan menerima pengalihan aset  bidang pendidikan dari kabupaten/kota. Karena itu, lanjutnya, perlu menjadi perhatian serius semua jajaran Pemprov NTT.

Ia mengatakan, gubernur memiliki komitmen agar pengelolaan keuangan daerah di NTT harus benar-benar akuntabel, sehingga tidak jarang gubernur marah sekali apabila ada aparat yang bekerja tidak bertanggung jawab.

Mengenai opini WTP, Salem mengatakan,  Pemprov NTT memiliki roadmap sehingga dalam evaluasi kalau roadmap  tersendat, maka gubenrur tidak segan-segan marah.
"Roadmap ini kita lakukan untuk peroleh opini WTP dan target ini tercapai. Awalnya banyak yang pesimis, apakah bisa dapat WTP atau tidak. Hari ini sudah terbukti," ujar Salem. (yel)


Anwar Pua Geno: Motivasi untuk Berbenah
KETUA DPRD NTT, Anwar Pua Geno,  meminta kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT untuk memperhatikan dan menjadikan  hasil LHP BPK RI menjadi motivasi untuk terus berbenah dalam pengelolaan keuangan daerah.

"Ini harus jadi motivasi bagi Pemprov NTT yang baru pertama kali dapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kerja keras ini harus tetap dijaga sehingga terus mempertahakan opini WTP," saran Anwar.

Menurut dia, prestasi itu menjadi harapan bagi Pemprov NTT dalam mengelola keuangan daerah. "Opini ini harus dipertahankan melalui kerja keras dan bertanggung jawab dari Pemprov NTT.  Hasil yang diraih ini merupakan kerja keras kurang lebih dua tahun belakangan, yang mana sudah ada roadmap sehingga kinerja pengelolaan keuangan terukur jelas," kata Anwar.

Menurut dia, dengan berlakunya Peraturan Pemerintah (PP) No.  71/2010 tentang Standar Akuntasi Pemerintah, maka mewajibkan pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota untuk menerapkan standar akuntansi berbasis aktual dalam pengeloalan laporan keuangan daerah. "Regulasi ini  bertujuan agar pemerintah  dapat melakukan pengelolaan keuangan yang akuntabilitas dan dapat terukur. Sekali lagi saya harapkan opini ini harus terus dipertahankan," tegas Anwar.

Anggota Komisi II DRPD NTT,  Kasmirus Kollo mengatakan, opini WTP yang diraih Pemprov NTT ini sebagai cambuk  bagi pemerintah  agar  mempertahankan predikat ini. "WTP ini tidak selamanya berkorelasi dengan kesejahteraan masyarakat NTT. Apakah dengan opini ini berdampak pada kesejahteraan masyarakat, sabar dulu.  BPK ini hanya memberi penilaian pada rencana  anggaran, sedangkan implementasinya di lapangan itu soal lain," kata Kasmirus.

Dikatakannya, opini WTP harus ada koreksi lebih lanjut  pada masyarakat. "Ini perlu dievaluasi karena BPK  RI hanya menilai APBD di atas kertas, tidak melihat di lapangan  berupa implementasi anggaran di masyarakat. Ini baru pertama kali dan tentu kita beri apresiasi, namun harus terus dievaluasi,"  ujarnya.

Wakil Ketua DPRD NTT, Alex Ofong,  mengatakan,  prestasi ini tidak berarti Pemprov NTT terlena. "Ini harus diimbangi dengan kinerja implementasi program sehingga predikat ini berdampak pada kesejahteraan masyarakat," demikian Alex. (yel)


NEWS ANALYSIS
Dr. Thomas Ola Langodai
Dosen Fakultas Ekonomi Unwira Kupang

Tularkan ke Kabupaten

PEMERINTAH Provinsi NTT jangan berbangga dulu dengan  opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, Senin (13/6/2016).


Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah provinsi mengingat  sampai saat ini semua kabupaten/kota di NTT masih memiliki opini dari BPK RI, yakni WDP, malah ada yang diberikan opini disclamair setiap tahun. Pemerintah Provinsi NTT pun baru pertama kali mendapatkan opini WTP dari BPK.

Bagi saya, mendapatkan yang baru lebih mudah ketimbang mempertahankan prestasi. Sebagai pembina kabupaten/kota, pemerintah provinsi juga harus mampu menularkan prestasi ini kepada semua pemerintah kabupaten/kota di NTT.

Opini BPK dibagi menjadi beberapa bagian, yakni tidak berpendapat, disclamer, wajar dengan pengecualian (WDP) dan wajar tanpa pengecualian (WTP). Pemerintah Provinsi NTT baru kali ini mendapat opini WTP, dan tahun-tahun sebelumnya WDP. Ini artinya, tahun-tahun sebelumnya semua laporan keuangan Pemerintah Provinsi NTT  sudah memenuhi syarat pemeriksaan BPK, tetapi bukan berarti sudah beres atau baik. Baru kali ini mendapatkan opini WTP, yang artinya sudah melaksanakan rekomendasi BPK atau sudah menindaklanjuti rekomendasi BPK lalu dijalankan dengan baik dan benar.

Dengan melihat perkembangan dan rekomendasi tahun-tahun sebelumnya, BPK berpendapat sudah baik sesuai dengan aturan yang berlaku. Dan, Pemprop NTT menjadi contoh yang baik bagi pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan keuangan dan aset daerah secara baik dan benar.

Memang terlepas dari prestasi ini, masih ada praktik korupsi yang menyelimuti Pemprop NTT yang membuat daerah ini menjadi nomor empat daerah korupsi di Indonesia, terlepas dari isu ini benar atau tidak. Tapi itu persoalan lain.

Tugas Pemprov NTT adalah menularkan prestasi ini (WTP) kepada semua pemerintah daerah di NTT. Jadi, Pemprov  NTT  harus bisa membina daerah kabupaten/kota bagaimana membuat laporan keuangan dan aset yang baik dan benar. Pemprov  NTT tidak bisa membiarkan daerah kabupaten/kota berjalan sendiri.

Prestasi WTP ini harus dipertahankan. Kalau tahun depan dan seterusnya tidak mendapatkan opini WTP lagi, patut dipertanyakan. Ada apa dengan BPK RI?  Mudah- mudahan semua berjalan baik, dan opini yang diberikan BPK ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Pemprov NTT sungguh memenuhi syarat.  (nia)

Sumber: Pos Kupang 14 Juni 2016 hal 1

Prajurit TNI Jadi Jutawan Anggur di Belu

Acungan jempol patut diberikan kepada  prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI),  Sersan Satu (Sertu) Duarte Dos Santos. Anggota TNI AD tersebut bisa dilukiskan sebagai jutawan berkat kesuksesannya membudidayakan anggur hijau dari Thailand di Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu.

Sertu Duarte Dos Santos yang sehari-hari bertugas sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) Silawan dari Koramil 07 Wedomu, Kodim 1605 Belu mengembangkan anggur hijau sejak tahun 2008 dan hasilnya sudah dia nikmati tahun 2010.

Kepada Pos Kupang di Atambua, Sabtu (4/6/2016), Duarte mengatakan, ia  akan terus mengembangkan tanaman hingga pensiun. "Yang jelas, sampai pensiun di sini saya terus budidaya tanaman anggur.  Rumah saya di Mota'ain. Saya tidak mungkin ke mana-mana," katanya. Untuk mengembangkan anggur, Duarte tidak  sendiri. Ia selalu mengajak masyarakat setempat untuk ikut mengembangkan tanaman anggur.  "Saya  melibatkan masyarakat, membagikan ilmu dan pengalaman saya. Suatu kebanggaan bagi saya jika masyarakat meniru dan mengikuti hal ini," ujarnya.

Ia menjelaskan, setiap kali panen satu pohon menghasilkan 15 sampai 20 kilogram anggur. Jika dikalikan dengan harga Rp 60 ribu/kg, maka satu pohon menghasilkan Rp 900 ribu.  Saat ini ada sembilan pohon yang selalu dipanen. Dalam sekali panen, Duarte bisa mendapat minimal Rp 24.300.000 dari anggur di pekarangannya.

Duarte tidak menjual ke pasar umum  karena sudah ada pelanggan. Ada yang datang langsung ke rumahnya untuk membeli buah anggur. "Harga Rp 60 ribu/kg. Meski di pasaran Rp 120 ribu/kg. Tapi saya  tetap jual dengan harga Rp 60 ribu/kg, karena ada yang langsung datang," ujarnya.

Duarte menyebut sejumlah pelanggan tetap antara lain, Toko Merlin Atambua, Willy Lay (Bupati Belu) dan pihak Keuskupan Atambua. "Pak Willy sering datang ambil langsung di sini. Juga pihak Keuskupan ambil di sini," tambahnya.

Ia menjelaskan, tanaman anggur dipanen tiga kali setahun dan telah memberikan dampak ekonomi bagi keluarganya.  "Awalnya hanya mencoba, tapi kemudian berbuah banyak dan  bisa dijual. Saat ini ada sembilan pohon dan saya sedang menyiapkan lahan seluas satu hektar," jelas Duarte.

Suami Elisa Madeira Marques ini mengaku terlahir dari keluarga petani anggur di Timor Leste. Dia belajar tentang budidaya anggur ketika bertugas sebagai TNI di Bali.  "Saya dulu di kampung di Liquisa, Timor Leste ada kebun anggur. Lalu saat  masuk tentara, saya tugas di Singaraja, Bali, pusatnya anggur. Saya belajar dan dalami di situ," kisahnya. Setelah kembali ke Belu, Duarte melihat kondisi iklim dan tanah di Belu tidak jauh berbeda dengan Bali. Dari situ ia mulai membudidayakan anggur.

Duarte mengaku pernah mencoba menanam anggur jenis lain. Namun tidak cocok. Menurutnya, yang cocok anggur hijau dan akhirnya dikembangkan sampai saat ini.
Duarte mengatakan, merawat anggur  sulit-sulit gampang karena butuh ketekunan dan ketelatenan. Tidak membutuhkan banyak waktu, kecuali ketika memasuki masa pemangkasan untuk pembuahan, membutuhkan waktu lebih. Karena pembuahan akan terjadi jika ranting dari pokok anggur dipangkas.

Duarta membentuk kelompok tani dan merangkul pemuda-pemudi dalam satu kelompok untuk mengembangkan tanaman anggur. Duarte  mengajak kaum muda di desa itu melalui mimbar gereja untuk menanam anggur. "Ini tidak mengganggu tugas saya sebagai TNI. Malah membuat saya semakin dekat dengan warga," katanya.

Dominggus Gomes (45), warga Silawan, yang juga Pegawai Kantor Pos Indonesia Atapupu  sudah empat tahun membudidaya anggur di pekarangan rumahnya.
Ada delapan pohon yang ditanamnya. Dia berharap lahan-lahan kosong di Desa Silawan bisa dimanfaatkan sebagai kebun anggur. Menjadi anggota kelompok petani anggur, Gomes berharap bisa sukses seperti Sertu Duarte.

"Kebetulan di daerah perbatasan dan kami  punya lahan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Saya punya hobi menanam buah-buahan dan lebih tertarik menanam anggur. Apalagi benih sudah disiapkan oleh Pak Duarte," ujarnya.

Dulu, lanjut Gomes, ketika makan buah anggur  dirinya selalu membayangkan daerah asal anggur yang begitu jauh di seberang sana.  Setelah mengenal  Duarte, Gomes bisa menanam dan memanen sendiri anggurnya. "Ke depan kami  bisa menghasilkan anggur yang banyak. Buah ini harganya mahal dan bisa membantu ekonomi keluarga. Kami  punya impian bahwa Silawan akan menjadi penghasil anggur," ujarnya.

Gomes mengeluhkan salah satu kendala, yakni kesulitan air. "Kami butuh air, pemerintah bisa perhatikan air supaya bisa membantu kita menanam anggur. Apalagi ini ada rencana untuk budidaya secara besar-besaran di lahan yang lebih luas. Bagaimana mungkin itu kita lakukan tanpa air," ujarnya. 

Anggota kelompok petani anggur lainnya, Neriana Modesta Funan, warga Dusun Nanaeklot, Desa Silawan, yang memiliki dua pohon anggur di rumah mengatakan, awalnya ia mendapat benih anggur dari pedagang keliling.  "Tanaman anggur saya sudah ada sejak 2010. Waktu itu saya beli dari penjual keliling dengan harga  satu pohon Rp 20 ribu," ujarnya.  (roy)

Sensasi Gurihnya Berbeda

BUPATI Belu, Willy Lay sudah tahu tentang budidaya anggur di Silawan oleh Babinsa Sersan Duarte. Bupati Willy bahkan sudah lama menjadi konsumen anggur itu. Willy berpesan kepada Sersan Duarte untuk terus mengembangkan anggur itu dan membagikan ilmunya kepada warga setempat.

"Waktu itu saya belum menjadi bupati. Saya menyarankan agar dia berbagi ilmu ini pada tetangga, sehingga Desa Silawan  dikenal sebagai penghasil anggur. Kalau hanya satu atau dua keluarga, orang datang beli satu kali langsung habis," kata Bupati Willy.

Willy Lay  mengatakan,  Silawan akan dikembangkan sebagai desa penghasil anggur dan pemerintah akan membantu dengan program di sana.  "Kita akan uji coba di Desa Silawan dan beberapa tempat yang ada di Kabupaten Belu dengan kapasitas yang tidak besar. Supaya kalau gagal, kerugian tidak besar. Kalau berhasil, mungkin dikembangkan di setiap desa minimal satu  hektar.  Ini memang sudah masuk dalam visi-misi saya tentang pengembangan anggur," kata Willy.

Bupati Willy sudah membangun komunikasi dengan Kapolres Belu, AKBP Dewa Putu Gede Artha untuk mencari informasi tentang budidaya anggur.  "Saya sudah bicara dengan Kapolres. Kebetulan dia dari Bali dan Bali itu daerah penghasil anggur. Saya minta Pak Kapolres mencari informasi dan sebelum kita lakukan uji coba, kita studi banding dulu ke Bali, ke tempat mereka yang sudah berhasil," kata Willy Lay.


Mengenai cita rasa anggur dari Desa Silawan,  Willy, mengaku tidak kalah jauh dengan anggur impor tapi anggur Silawan memiliki cita rasa khas dan berbeda.

"Kita harus bicara jujur, kalau dibandingkan dengan impor, karena mungkin sudah rekayasa teknologi dan lainya sehingga yang impor lebih baik. Tapi (anggur Silawan) rasa gurihnya, menimbulkan sensasinya lain. Kadang-kadang orang mencari sensasi di lidah  yang berbeda," imbuhnya.

Kepala  Desa Silawan, Ferdi Mones merasa bangga memiliki mitra yang berani membuat hal berbeda dan bermanfaat. Dia juga mendukung agar kelompok tani yang dipimpin Sertu Duarte  terus berkarya.

Baginya, apa yang dilakukan Sertu Duarte, merupakan sesuatu yang positif bagi pembangunan wilayah desa yang berbatasan langsung dengan Timor Leste ini. Warga di desa ini pun diharapkan meniru langkah anggota TNI tersebut. "Kita harapkan supaya usaha ini terus berlanjut dan bisa ditiru warga desa ini," kata Mones.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan, Remigius Asa, S.H mengatakan, pemerintah Kabupaten Belu melalui dinas pertanian memberi apresiasi terhadap apa yang dilakukan oleh Babinsa Duarte ini. "Seorang tentara yang sukses  bertani anggur itu sesuatu yang luar biasa. Ini patut ditiru," ujarnya.

Menurut dia, Pemkab Belu sebelumnya pernah memberikan bantuan benih anggur di Silawan namun tidak berhasil. Kini malahan muncul seorang TNI yang berhasil. Karena itu, dia berjanji berupaya memberikan bantuan kepada sersan ini.  "Kami apresiasi meski dalam skala kecil, tapi perlu kita dorong agar dalam APBD  perubahan 2016 kita beri bantuan," demikian Asa. (roy)


Ferdi: Perlu Ditiru

KEPALA Desa Silawan, Ferdi Mones, menyatakan kebanggaannya memiliki mitra yang berani membuat hal berbeda dan bermanfaat. Dia juga mendukung agar kelompok tani yang dipimpin Sertu Duarte ini terus berkarya.

Baginya, apa yang dilakukan Sertu Duarte, merupakan sesuatu yang positif bagi pembangunan wilayah desa yang berbatasan langsung dengan Timor Leste ini.
Warga di desa inipun diharapkan bisa meniru apa yang dilakukan anggota TNI ini. "Kita harapkan supaya usaha ini terus berlanjut dan bisa ditiru warga desa ini. Ini sesuatu yang membanggakan dan patut diapresiasi," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan, Remigius Asa, S.H mengatakan, pemerintah Kabupaten Belu melalui dinas pertanian memberi apresiasi terhadap apa yang dilakukan oleh Babinsa Duarte ini.

"Seorang tentara yang sukses  bertani anggur itu sesuatu yang luar biasa. Ini patut ditiru," ujarnya.

Menurut dia, Pemkab Belu sebelumnya pernah memberikan bantuan benih anggur di Silawan namun tidak berhasil. Kini malahan muncul seorang TNI yang berhasil. Karena itu, dia berjanji akan berupaya memberikan bantuan kepada sersan ini.  "Kami apresiasi meski dalam skala kecil, tapi perlu kita dorong, agar dalam   perubahan 2016 kita beri bantuan," kata Asa. (roy)

Remigius Asa: Kadis Pertanian Belu
PEMERINTAH  Kabupaten (Pemkab) Belu melihat budidaya anggur di Desa Silawan cukup bagus. Hal ini bisa dilihat sebagai peluang ekonomi.

Anggur adalah salah satu tanaman hortikultura yang bisa dikembangkan di wilayah pesisir pantai seperti di Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur (Tastim) dan beberapa desa di Kecamatan Kalukuk Mesak seperti, Kenebibi, Jenilu, Dualaus dan Leosama.

Anggur bisa menjadi penyanggah ekonomi keluarga dan menjawab kebutuhan pasar di wilayah perbatasan Indoneis adan Tmor Leste hingga ke Timor Leste. Meskipun anggur bukan masuk dalam program unggulan Kabupaten  Belu, tapi dalam skala kecil seperti rumah tangga atau kelompok tani bisa dikembangkan karena banyak manfaat.

Langkah Pemkab Belu melalui dinas teknis akan menyampaikan kepada DPRD Belu agar akomodir pada perubahan anggaran tahun 2016 atau dalam APBD murni tahun 2017.
Pada tahun 2012, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Belu pernah memberikan bantuan kepada satu kelompok tani anggur di Silawan  dengan harapan bisa jadi pilot project atau menjadi contoh bagi kelompok tani lain.

Tetapi ternyata setelah ada bantuan, tidak dilanjutkan. Harusnya setelah pemeritah bantu, jangan berhenti. Jika ada kendala atau kesulitan harus dikomunikasikan untuk ditindaklanjuti.

Cita rasa anggur yang dikembangkan Sersan Duarte, anggur itu memiliki cita rasa berbeda dengan anggur impor. Dan pasca panen anggur Januari 2016, banyak permintaan dari luar. Setelah kami panen, ternyata banyak permintaan dari luar. Artinya, dari aspek pasar ada dan terbuka. Rasanya berbeda dengan impor mungkin karena perlakuannya berbeda.

Untuk memberikan pendampingan dalam pengembangan anggur, ada staf yang siap memberikan pendampingan bagi petani yang mau mengembangkan anggur. Ada Staf kami di bidang tanaman pangan hortikultura. Karena ini bukan hal baru. Anggur adalah tanaman yang bisa dibudidyakan dan ini akan menjadi entri point untuk dikembangkan karena secara politik Silawan adalah daerah perbatasan, secara ekonomi berada dekat dengan negara tetangga yang memiliki peluang pasar besar untuk pemasaran.

Selain anggur, ada buah lain yang sedang dikembangkan di Kabupaten Belu dan memiliki peluang ekonomi besar antara lain, rambutan, srikaya, pepaya california (Red Ladies) dan mangga garifta. (roy)

Sumber: Pos Kupang 12 Juni 2016 hal 1

Demam Pokemon, Juan dan Rudy Dikira Orang Gila

DUA mahasiswa Stikom Artha Buana Kupang penuh semangat ketika bercerita tentang game yang sedang tren, Pokemon Go. Meski baru kenal dua pekan lalu, namun permainan Pokemon Go membuat keduanya terpikat.

Kedua mahasiswa itu bernama, Juan Ngefak dan Rudy Hadjo. Bahkan gara-gara dema Pokemon Go keduanya sempat dikira orang gila oleh orang sekitar tempat mereka bermain. "Pernah suatu ketika, pokemon ada tepat di tengah jalan raya. Terpaksa kita minta teman tahan kendaraan supaya bisa tangkap Pokemon. Begitu masuk ke jalan raya teman bilang, tangkap sudah. Cuma setelah ditangkap harus diam sekitar satu menit. Tapi karena harus cepat keluar dari jalan, Pokemonnya terlepas lagi," kata Juan sambil tertawa. Juan dan Rudy menceritakan hal itu ketika ditemui  di dekat kantor Kelurahan Bonipoi, Kupang, Jumat (15/7/2016) sore.

Pokemon Go adalah permainan berbasis augmented-reality (AR) yang dikembangkan Pokemon Company bekerja sama dengan Nintendo dan Niantic. Pemain bisa merasakan sensasi petualangan untuk mencari Pokemon di dunia nyata. Game ini bisa diunduh secara gratis di Android dan iOS.

"Cara mainnya berbeda dengan game lain. Kalau game lain, kita duduk saja di satu tempat terus asyik bermain sendiri dengan perangkat HP, laptop atau komputer. Tapi kalau Pokemon Go, pemain akan bertindak sebagai pencari Pokémon dengan cara berjalan-jalan ke tempat yang terdeteksi ada Pokemon. Jadi tidak diam di satu tempat," cerita Juan dibenarkan Rudy.

Game ini, kata keduanya, membutuhkan jaringan internet dan GPS.  Smartphone yang digunakan harus memiliki spesifikasi yang penuhi syarat. Pokemon Go merupakan game baru yang sedang naik daun. Saking populernya, server Nintendo sampai kewalahan karena banjir traffic.

Pokemon Go baru diluncurkan di tiga negara, Australia, AS dan Jepang. "Karena kita dekat dengan Australia jadi kita dapat permainannya dari Australia," kata Juan. Menurut  Rudy, permainan ini seru karena harus mencari Pokemon sampai ke rumah orang, kantor, hotel dan lainnya. "Yang bikin seru misalnya, kita cari Pokemon ternyata ada di dapur rumah orang. Kalau mau tangkap Pokemon terpaksa harus minta izin masuk sampai ke dapur rumah orang," katanya.

Beberapa hari lalu, kata Rudy, ketika dia mencari ternyata Pokemon ada di kompleks Mapolda NTT. Dia beranikan diri masuk ke kantor polisi itu. "Posisi Pokemon dapat dilihat melalui GPS di smartphone. Kalau terdapat gambar tiga bintang berarti Pokemon berada 300 meter dari posisi kita berada. Kalau lima bintang berarti jaraknya 500 meter. Kalau mau tangkap Pokemon kita harus berjalan sejauh jumlah bintang itu," kata Rudy.

Menurut dia, kebanyakan Pokemon ada di gereja, masjid atau rumah ibadat. Ada juga di tempat-tempat bersejarah di Kota Kupang ini. Ketika hendak menangkap Pokemon menggunakan kamera, pemain harus mengaktifkan AR mode sehingga bisa melihat dunia Pokemon melalui layar smartphone sebagai viewfinder dari kamera perangkat. Nantinya, pemain melihat berbagai animasi dan obyek 3D di layar berupa monster Pokemon. Sementara pemain berperan sebagai trainer yang bertugas  menangkap sebanyak mungkin Pokemon.

Selain itu, kata Juan dan Rudy, pemain  tidak hanya mencari Pokemon tetapi  wajib melatih para Pokemon agar bisa naik level dan semakin kuat. Para pemain bisa saling bertukar Pokemon dan buat pertarungan antar Pokemon. "Kalau sudah naik level bisa battle. Jadi makin seru. Nanti ada juga game master-nya. Kalau game masternya biasa di depan Planet Fashion Kupang," kata Rudy.

Untuk membuktikan bagaimana cara bermain Pokemon Go, Rudy dan Juan coba mencari Pokemon di kawasan kantor Kelurahan Bonipoi. Ada satu Pokemon sejauh tiga ratus meter.  Rudy dan Juan adalah teman akrab dan satu tempat kuliah. Keduanya juga punya hobi yang sama. Mereka punya banyak teman di Kota Kupang yang suka  game. "Tapi kami main game kalau ada waktu luang. Tidak sampai melupakan pekerjaan pokok," kata Juan.

"Di Kota Kupang sudah banyak yang mulai bermain Pokemon Go. Artinya demam Pokemon sudah merambah Kota Kupang. Kami juga banyak mendapat SMS, BBM atau WA dari teman-teman yang minta diajari permainan ini. Kami juga jadi banyak teman gara-gara main pokemon go," kata Juan lagi.  

Mengingat game  ini menuntut pemain harus bergerak dari satu tempat ke tempat lain, Juan dan Rudy menganjurkan agar tetap berhati-hati saat bermain di jalan raya agar tidak menimbulkan kecelakaan. (maxi marho)

Sumber: Pos Kupang 16 Juli 2016 hal 1

Cerita Sukses Perwira Polisi dalam Berbisnis

Antonia Pah
SPANDUK bertuliskan "Selamat Datang Peserta Diklat Autis bagi Kepala/Guru SLB dan Sekolah Penyelenggara Program Inklusif Se-NTT" terpasang di depan Hotel GreeNia di Jalan WJ Lalamentik Oebobo, Kota Kupang. Di teras hotel ini ada sebuah mobil dan beberapa sepeda motor sedang parkir.

Suasana di teras hotel tersebut tampak sepi. Yang ada hanya seorang petugas resepsionis. Kemungkinan diklat seperti tertera pada spanduk digelar di ballroom lantai dua hotel tersebut. Hotel GreeNia memiliki beberapa ruang aula. Ada aula di lantai satu dan  lantai dua. Letaknya yang di pusat Kota Kupang membuat hotel ini mudah dijangkau dari berbagai arah. Untuk sampai ke hotel ini, ikuti jalan disamping Kantor Dinas PU NTT.  Hotel tepat berada di belakang kantor tersebut.

Nama Hotel GreeNia sudah tidak asing lagi bagi warga Kota Kupang dan sekitarnya. Bahkan, di Kota Kupang sudah ada dua hotel GreeNia. Hotel GreeNia 2 di Jalan R Suprapto Oebobo,  20 meter lebih dari pertigaan dengan Jalan El Tari depan Rujab Gubernur NTT.

Pemilik Hotel GreeNia bukan orang biasa. Pemiliknya perwira polisi berpangkat AKBP yang kini bertugas di Polda NTT. Dialah AKBP Antonia Pah, yang saat ini menjabat Kabag Infosarpras Polda NTT. Perempuan berdarah Rote Ndao yang lahir dan besar di Kota Kupang.

Ketika ditemui di ruang kerjanya di Mapolda NTT, Kamis (30/6/2016), Nia Pah, begitu ia biasa disapa, bercerita, untuk bisa memiliki dua buah hotel  ia bersusah payah berusaha mulai dari titik nol. Banyak tantangan dan peluh keringat yang ia keluarkan untuk bisa mencapai titik ini. "Ceritanya panjang.Saya mengawali usaha bisnis dengan menjual barang keliling," kata Nia Pah.

Diceritakan Nia, pada tahun 1982 ia sudah menjadi seorang polisi. Di zaman itu, jam pulang kantor kalau hari Jumat pukul 11.00 Wita dan hari Sabtu pukul 13.00 Wita. Dia  memiliki cukup banyak waktu untuk kerja sampingan.  Kebetulan saat itu, Nia Pah mendapat informasi istri seorang dosen Undana menjual seprei, kain lap, baju dan lain-lain. Dosen Undana itu bernama Pak Koenunu, sementara nama istrinya ia lupa. Nia mendatangi istri dosen tersebut dan menawarkan diri ikut menjual. "Saya jual keliling ke semua orang. Bayarnya cicil, seperti kredit. Waktu itu belum ada orang dari Jawa atau orang Bugis yang jual keliling," kata Nia Pah.

Beberapa bulan kemudian, Ibu Devi dan Pak Devi asal Bandung datang ke Kupang. Keluarga itu menjual pakaian dari Bandung sehingga Nia Pah  mendatangi mereka. Ia menawarkan kerja sama menjual pakaian mereka. Ibu Devi dan Pak Devi inilah yang mendirikan Toko Bandung Jeans di Kota Kupang.

"Karena usaha saya membuahkan hasil maka saya diberi kesempatan untuk jualan lebih banyak. Waktu itu, keluarga Ibu Devi dan Pak Devi masih kontrak rumah di depan Hotel Charvita, Oebobo," cerita Nia Pah.

Pihak yang  berjasa bagi Nia Pah dalam usaha bisnis jual barang keliling ini adalah Toko Murah. Nia Pah juga jualan pakaian dari Toko Murah. "Pengusaha keturunan Thionghoa itu sulit percaya orang. Tapi mereka percaya saya. Bahkan saya ambil barang pakaian dalam jumlah banyak," kata Nia Pah. Pakaian dari Toko Murah itu ia pasarkan sampai ke Buraen, Kabupaten Kupang dan sekitarnya. Kebetulan saat itu, Nia Pah memiliki saudara yang tinggal di Buraen.

"Setiap Sabtu saya bawa barang ke Buraen. Kebetulan saat itu saya sudah punya sepeda motor Supercup 600. Sepeda motor itu saya dapat hadiah dari Pak  Piet Tallo. Saya muat barang di motor menuju Buraen. Kadang-kadang pakai angkutan umum juga," cerita Nia Pah.

Saat memulai usaha jualan keliling Nia Pah belum menikah. Nia Pah baru menikah tahun 1988. "Saya masih nona-nona tapi saya tidak malu. Prinsipnya yang penting bisa bagi waktu dan tidak mengganggu tugas utama saya sebagai polisi. Dan ternyata saya mampu menjalani tanpa mengganggu tugas utama saya," katanya.

Dengan berusaha serius, keuntungan yang diperoleh Nia Pah terus bertambah. Nia Pah pun tidak puas dengan cuma berjualan barang. Jika menemukan sesuatu yang dinilainya bisa dijadikan peluang usaha, langsung ia sambar.

Misalnya, saat melihat ada pohon asam berbuah, timbul pemikiran dalam dirinya untuk membuat manisan asam. Saat musim mangga berbuah, ia langsung mengolahnya dan berjualan manisan mangga. Bahkan, Nia Pah pernah  seperti pemulung. Ia mengumpulkan botol bekas, mencuci untuk digunakan lagi. "Saya juga pernah punya lima counter pulsa. Saya jual pulsa dan masih banyak yang lainnya. Yang bisa saya jual saya tekuni," kata Nia Pah.

Ketika menikah tahun 1988, beberapa ponakan tinggal di rumah mereka dan ikut membantu usaha bisnisnya. Tahun 2009, Nia membangun hotel dengan nama GreeNia. "Awalnya mau bangun kos-kosan. Tapi ada teman bernama ibu Anwar menyarankan sekalian bikin hotel saja. Kebetulan uang saya juga mencukupi untuk bangun hotel sehingga jadilah Hotel GreeNia," cerita Nia Pah.

Kini, Nia Pah bahkan memiliki dia buah hotel yakni Hotel GreeNia dan Hotel GreeNia 2. Sejak memiliki hotel, Nia Pah tidak lagi menekuni usaha counter pulsa,  jual barang keliling dan usaha kecil-kecil lainnya. Nia Pah kini konsentrasi pada usaha hotelnya dan usaha toko yang juga sekaligus menjadi rumahnya tak jauh dari kantor Perwakilan OJK Provinsi NTT. "Bagi saya, di NTT terutama di Kota Kupang ini ada banyak uang yang berterbangan. Tinggal bagaimana kita menangkap atau menggapai uang-uang tersebut," kata Nia.

"Bagi saya, walau kita ini orang PNS yang digaji negara, tapi kalau kita mau berusaha bisa saja. Yang penting tetap mengutamakan dinas atau pekerjaan pokok. Seperti saya ini, walaulun saya berusaha tapi saya tidak melepas baju seragam coklat yang saya pakai. Justru pekerjaan utama saya yang mendukung usaha saya," kata Nia Pah. Nia Pah berharap, para PNS, anggota Polri dan TNI, bisa memanfaatkan waktu luang dengan berusaha.  (maxi marho)

Sumber: Pos Kupang 1 Juli 2016 hal 1

Pesta Bola Sudah Berakhir

Cristiano Ronado
PESTA sepakbola selama sebulan penuh itu berakhir sudah yang dengan Portugal meraih gelar terbaik sebagai jawara  Eropa. Ya, Portugal mengalahkan tuan rumah Prancis 1-0 pada babak final kejuaraan sepakbola Piala Eropa 2016 di  Stade de France, Paris, Minggu (10/7/2016)  malam waktu setempat atau Senin (11/7/2016) dini hari Wita.

Tim nasional Portugal sukses mengalahkan Prancis berkat gol pemain pengganti, Eder pada babak tambahan waktu, tepatnya menit ke-109 setelah kedua tim hanya bermain imbang sepanjang  waktu normal 2 x 45 menit.

Laga final dua tim berbeda reputasi, Portugal melawan Prancis sempat membosankan para penonton karena kehilangan gregetnya. Kesan hati-hati kuat mengental sehingga para pemain Prancis maupun Portugal tidak bermain lepas. Mereka takut kecolongan. Serangan silih berganti yang diperagakan kedua kesebelasan tidak menghasilkan satu gol pun selama 90 menit.

Beruntung kejenuhan itu luruh tatkala Pelatih Fernando Santos memasukkan
gelandang serang Ederzito Antonio atau Eder. Mendapat sedikit ruang terbuka dari luar kotak penalti pada menit ke-109, Eder melepaskan tendangan yang gagal dibendung Kiper Prancis, Hugo Lloris. Sejarah baru pun tercatat, pertama kalinya Portugal menjadi juara Eropa setelah gagal pada kesempatan perdana tahun 2004 di kandang mereka sendiri melawan Yunani.

Sukses Portugal tahun ini sungguh di luar prediksi banyak pakar dan pengamat bola yang lebih menjagokan juara dunia 2014, Jerman,  juara bertahan  Spanyol, Italia, Inggris, Belgia, Polandia, dan Prancis. Terbukti tim-tim unggulan itu malah tumbang sebelum partai puncak. Portugal malah nyaris gagal di penyisihan grup. Cristiano Ronaldo dkk beruntung bisa lolos sebagai tim urutan ketiga terbaik. Bahkan dalam lima pertandingan hingga babak semifinal Piala Eropa 2016, Portugal tidak mampu meraih kemenangan dalam waktu normal 90 menit.

Ketika sejarah mempertemukan mereka dengan Prancis di final, lagi-lagi banyak yang meremehkannya mengingat rekor buruk tak pernah menang atas tim berjulukan Les Bleus itu di turnamen resmi maupun laga persahabatan.

Dalam sepuluh perjumpaan mereka terakhir, misalnya,  Prancis tak pernah kalah atas Portugal. Prancis juga diunggulkan mengingat mereka berperan sebagai tuan rumah. Ternyata Portugal 2016 yang serba minimalis itu keluar sebagai pemenang. Selecao meruntuhkan dominasi Prancis yang bertahan lebih dari 30 tahun.


Begitulah secuil kisah yang bisa kita petik dari Piala Eropa 2016. Berkat kerja keras, displin serta kesabaran, tim nasional  Portugal mewujudkan impian mereka menjadi yang terbaik di Eropa. Dan, pesta bola selama sebulan penuh sudah berakhir. Kita kembali ke rutinitas. Kembali melihat kenyataan diri, betapa prestasi kita di ladang bola begitu sunyi dari prestasi. Mari berbuat sesuatu agar kita tidak menjadi penonton abadi. Semoga. (*)

Sumber: Pos Kupang 12 Juli 2016 hal 4
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes