Acungan jempol patut diberikan kepada prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), Sersan Satu (Sertu) Duarte Dos Santos. Anggota TNI AD tersebut bisa dilukiskan sebagai jutawan berkat kesuksesannya membudidayakan anggur hijau dari Thailand di Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu.
Sertu Duarte Dos Santos yang sehari-hari bertugas sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) Silawan dari Koramil 07 Wedomu, Kodim 1605 Belu mengembangkan anggur hijau sejak tahun 2008 dan hasilnya sudah dia nikmati tahun 2010.
Kepada Pos Kupang di Atambua, Sabtu (4/6/2016), Duarte mengatakan, ia akan terus mengembangkan tanaman hingga pensiun. "Yang jelas, sampai pensiun di sini saya terus budidaya tanaman anggur. Rumah saya di Mota'ain. Saya tidak mungkin ke mana-mana," katanya. Untuk mengembangkan anggur, Duarte tidak sendiri. Ia selalu mengajak masyarakat setempat untuk ikut mengembangkan tanaman anggur. "Saya melibatkan masyarakat, membagikan ilmu dan pengalaman saya. Suatu kebanggaan bagi saya jika masyarakat meniru dan mengikuti hal ini," ujarnya.
Ia menjelaskan, setiap kali panen satu pohon menghasilkan 15 sampai 20 kilogram anggur. Jika dikalikan dengan harga Rp 60 ribu/kg, maka satu pohon menghasilkan Rp 900 ribu. Saat ini ada sembilan pohon yang selalu dipanen. Dalam sekali panen, Duarte bisa mendapat minimal Rp 24.300.000 dari anggur di pekarangannya.
Duarte tidak menjual ke pasar umum karena sudah ada pelanggan. Ada yang datang langsung ke rumahnya untuk membeli buah anggur. "Harga Rp 60 ribu/kg. Meski di pasaran Rp 120 ribu/kg. Tapi saya tetap jual dengan harga Rp 60 ribu/kg, karena ada yang langsung datang," ujarnya.
Duarte menyebut sejumlah pelanggan tetap antara lain, Toko Merlin Atambua, Willy Lay (Bupati Belu) dan pihak Keuskupan Atambua. "Pak Willy sering datang ambil langsung di sini. Juga pihak Keuskupan ambil di sini," tambahnya.
Ia menjelaskan, tanaman anggur dipanen tiga kali setahun dan telah memberikan dampak ekonomi bagi keluarganya. "Awalnya hanya mencoba, tapi kemudian berbuah banyak dan bisa dijual. Saat ini ada sembilan pohon dan saya sedang menyiapkan lahan seluas satu hektar," jelas Duarte.
Suami Elisa Madeira Marques ini mengaku terlahir dari keluarga petani anggur di Timor Leste. Dia belajar tentang budidaya anggur ketika bertugas sebagai TNI di Bali. "Saya dulu di kampung di Liquisa, Timor Leste ada kebun anggur. Lalu saat masuk tentara, saya tugas di Singaraja, Bali, pusatnya anggur. Saya belajar dan dalami di situ," kisahnya. Setelah kembali ke Belu, Duarte melihat kondisi iklim dan tanah di Belu tidak jauh berbeda dengan Bali. Dari situ ia mulai membudidayakan anggur.
Duarte mengaku pernah mencoba menanam anggur jenis lain. Namun tidak cocok. Menurutnya, yang cocok anggur hijau dan akhirnya dikembangkan sampai saat ini.
Duarte mengatakan, merawat anggur sulit-sulit gampang karena butuh ketekunan dan ketelatenan. Tidak membutuhkan banyak waktu, kecuali ketika memasuki masa pemangkasan untuk pembuahan, membutuhkan waktu lebih. Karena pembuahan akan terjadi jika ranting dari pokok anggur dipangkas.
Duarta membentuk kelompok tani dan merangkul pemuda-pemudi dalam satu kelompok untuk mengembangkan tanaman anggur. Duarte mengajak kaum muda di desa itu melalui mimbar gereja untuk menanam anggur. "Ini tidak mengganggu tugas saya sebagai TNI. Malah membuat saya semakin dekat dengan warga," katanya.
Dominggus Gomes (45), warga Silawan, yang juga Pegawai Kantor Pos Indonesia Atapupu sudah empat tahun membudidaya anggur di pekarangan rumahnya.
Ada delapan pohon yang ditanamnya. Dia berharap lahan-lahan kosong di Desa Silawan bisa dimanfaatkan sebagai kebun anggur. Menjadi anggota kelompok petani anggur, Gomes berharap bisa sukses seperti Sertu Duarte.
"Kebetulan di daerah perbatasan dan kami punya lahan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Saya punya hobi menanam buah-buahan dan lebih tertarik menanam anggur. Apalagi benih sudah disiapkan oleh Pak Duarte," ujarnya.
Dulu, lanjut Gomes, ketika makan buah anggur dirinya selalu membayangkan daerah asal anggur yang begitu jauh di seberang sana. Setelah mengenal Duarte, Gomes bisa menanam dan memanen sendiri anggurnya. "Ke depan kami bisa menghasilkan anggur yang banyak. Buah ini harganya mahal dan bisa membantu ekonomi keluarga. Kami punya impian bahwa Silawan akan menjadi penghasil anggur," ujarnya.
Gomes mengeluhkan salah satu kendala, yakni kesulitan air. "Kami butuh air, pemerintah bisa perhatikan air supaya bisa membantu kita menanam anggur. Apalagi ini ada rencana untuk budidaya secara besar-besaran di lahan yang lebih luas. Bagaimana mungkin itu kita lakukan tanpa air," ujarnya.
Anggota kelompok petani anggur lainnya, Neriana Modesta Funan, warga Dusun Nanaeklot, Desa Silawan, yang memiliki dua pohon anggur di rumah mengatakan, awalnya ia mendapat benih anggur dari pedagang keliling. "Tanaman anggur saya sudah ada sejak 2010. Waktu itu saya beli dari penjual keliling dengan harga satu pohon Rp 20 ribu," ujarnya. (roy)
Sensasi Gurihnya Berbeda
BUPATI Belu, Willy Lay sudah tahu tentang budidaya anggur di Silawan oleh Babinsa Sersan Duarte. Bupati Willy bahkan sudah lama menjadi konsumen anggur itu. Willy berpesan kepada Sersan Duarte untuk terus mengembangkan anggur itu dan membagikan ilmunya kepada warga setempat.
"Waktu itu saya belum menjadi bupati. Saya menyarankan agar dia berbagi ilmu ini pada tetangga, sehingga Desa Silawan dikenal sebagai penghasil anggur. Kalau hanya satu atau dua keluarga, orang datang beli satu kali langsung habis," kata Bupati Willy.
Willy Lay mengatakan, Silawan akan dikembangkan sebagai desa penghasil anggur dan pemerintah akan membantu dengan program di sana. "Kita akan uji coba di Desa Silawan dan beberapa tempat yang ada di Kabupaten Belu dengan kapasitas yang tidak besar. Supaya kalau gagal, kerugian tidak besar. Kalau berhasil, mungkin dikembangkan di setiap desa minimal satu hektar. Ini memang sudah masuk dalam visi-misi saya tentang pengembangan anggur," kata Willy.
Bupati Willy sudah membangun komunikasi dengan Kapolres Belu, AKBP Dewa Putu Gede Artha untuk mencari informasi tentang budidaya anggur. "Saya sudah bicara dengan Kapolres. Kebetulan dia dari Bali dan Bali itu daerah penghasil anggur. Saya minta Pak Kapolres mencari informasi dan sebelum kita lakukan uji coba, kita studi banding dulu ke Bali, ke tempat mereka yang sudah berhasil," kata Willy Lay.
Mengenai cita rasa anggur dari Desa Silawan, Willy, mengaku tidak kalah jauh dengan anggur impor tapi anggur Silawan memiliki cita rasa khas dan berbeda.
"Kita harus bicara jujur, kalau dibandingkan dengan impor, karena mungkin sudah rekayasa teknologi dan lainya sehingga yang impor lebih baik. Tapi (anggur Silawan) rasa gurihnya, menimbulkan sensasinya lain. Kadang-kadang orang mencari sensasi di lidah yang berbeda," imbuhnya.
Kepala Desa Silawan, Ferdi Mones merasa bangga memiliki mitra yang berani membuat hal berbeda dan bermanfaat. Dia juga mendukung agar kelompok tani yang dipimpin Sertu Duarte terus berkarya.
Baginya, apa yang dilakukan Sertu Duarte, merupakan sesuatu yang positif bagi pembangunan wilayah desa yang berbatasan langsung dengan Timor Leste ini. Warga di desa ini pun diharapkan meniru langkah anggota TNI tersebut. "Kita harapkan supaya usaha ini terus berlanjut dan bisa ditiru warga desa ini," kata Mones.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan, Remigius Asa, S.H mengatakan, pemerintah Kabupaten Belu melalui dinas pertanian memberi apresiasi terhadap apa yang dilakukan oleh Babinsa Duarte ini. "Seorang tentara yang sukses bertani anggur itu sesuatu yang luar biasa. Ini patut ditiru," ujarnya.
Menurut dia, Pemkab Belu sebelumnya pernah memberikan bantuan benih anggur di Silawan namun tidak berhasil. Kini malahan muncul seorang TNI yang berhasil. Karena itu, dia berjanji berupaya memberikan bantuan kepada sersan ini. "Kami apresiasi meski dalam skala kecil, tapi perlu kita dorong agar dalam APBD perubahan 2016 kita beri bantuan," demikian Asa. (roy)
Ferdi: Perlu Ditiru
KEPALA Desa Silawan, Ferdi Mones, menyatakan kebanggaannya memiliki mitra yang berani membuat hal berbeda dan bermanfaat. Dia juga mendukung agar kelompok tani yang dipimpin Sertu Duarte ini terus berkarya.
Baginya, apa yang dilakukan Sertu Duarte, merupakan sesuatu yang positif bagi pembangunan wilayah desa yang berbatasan langsung dengan Timor Leste ini.
Warga di desa inipun diharapkan bisa meniru apa yang dilakukan anggota TNI ini. "Kita harapkan supaya usaha ini terus berlanjut dan bisa ditiru warga desa ini. Ini sesuatu yang membanggakan dan patut diapresiasi," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan, Remigius Asa, S.H mengatakan, pemerintah Kabupaten Belu melalui dinas pertanian memberi apresiasi terhadap apa yang dilakukan oleh Babinsa Duarte ini.
"Seorang tentara yang sukses bertani anggur itu sesuatu yang luar biasa. Ini patut ditiru," ujarnya.
Menurut dia, Pemkab Belu sebelumnya pernah memberikan bantuan benih anggur di Silawan namun tidak berhasil. Kini malahan muncul seorang TNI yang berhasil. Karena itu, dia berjanji akan berupaya memberikan bantuan kepada sersan ini. "Kami apresiasi meski dalam skala kecil, tapi perlu kita dorong, agar dalam perubahan 2016 kita beri bantuan," kata Asa. (roy)
Remigius Asa: Kadis Pertanian Belu
PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Belu melihat budidaya anggur di Desa Silawan cukup bagus. Hal ini bisa dilihat sebagai peluang ekonomi.
Anggur adalah salah satu tanaman hortikultura yang bisa dikembangkan di wilayah pesisir pantai seperti di Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur (Tastim) dan beberapa desa di Kecamatan Kalukuk Mesak seperti, Kenebibi, Jenilu, Dualaus dan Leosama.
Anggur bisa menjadi penyanggah ekonomi keluarga dan menjawab kebutuhan pasar di wilayah perbatasan Indoneis adan Tmor Leste hingga ke Timor Leste. Meskipun anggur bukan masuk dalam program unggulan Kabupaten Belu, tapi dalam skala kecil seperti rumah tangga atau kelompok tani bisa dikembangkan karena banyak manfaat.
Langkah Pemkab Belu melalui dinas teknis akan menyampaikan kepada DPRD Belu agar akomodir pada perubahan anggaran tahun 2016 atau dalam APBD murni tahun 2017.
Pada tahun 2012, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Belu pernah memberikan bantuan kepada satu kelompok tani anggur di Silawan dengan harapan bisa jadi pilot project atau menjadi contoh bagi kelompok tani lain.
Tetapi ternyata setelah ada bantuan, tidak dilanjutkan. Harusnya setelah pemeritah bantu, jangan berhenti. Jika ada kendala atau kesulitan harus dikomunikasikan untuk ditindaklanjuti.
Cita rasa anggur yang dikembangkan Sersan Duarte, anggur itu memiliki cita rasa berbeda dengan anggur impor. Dan pasca panen anggur Januari 2016, banyak permintaan dari luar. Setelah kami panen, ternyata banyak permintaan dari luar. Artinya, dari aspek pasar ada dan terbuka. Rasanya berbeda dengan impor mungkin karena perlakuannya berbeda.
Untuk memberikan pendampingan dalam pengembangan anggur, ada staf yang siap memberikan pendampingan bagi petani yang mau mengembangkan anggur. Ada Staf kami di bidang tanaman pangan hortikultura. Karena ini bukan hal baru. Anggur adalah tanaman yang bisa dibudidyakan dan ini akan menjadi entri point untuk dikembangkan karena secara politik Silawan adalah daerah perbatasan, secara ekonomi berada dekat dengan negara tetangga yang memiliki peluang pasar besar untuk pemasaran.
Selain anggur, ada buah lain yang sedang dikembangkan di Kabupaten Belu dan memiliki peluang ekonomi besar antara lain, rambutan, srikaya, pepaya california (Red Ladies) dan mangga garifta. (roy)
Sumber: Pos Kupang 12 Juni 2016 hal 1