Antonia Pah |
Suasana di teras hotel tersebut tampak sepi. Yang ada hanya seorang petugas resepsionis. Kemungkinan diklat seperti tertera pada spanduk digelar di ballroom lantai dua hotel tersebut. Hotel GreeNia memiliki beberapa ruang aula. Ada aula di lantai satu dan lantai dua. Letaknya yang di pusat Kota Kupang membuat hotel ini mudah dijangkau dari berbagai arah. Untuk sampai ke hotel ini, ikuti jalan disamping Kantor Dinas PU NTT. Hotel tepat berada di belakang kantor tersebut.
Nama Hotel GreeNia sudah tidak asing lagi bagi warga Kota Kupang dan sekitarnya. Bahkan, di Kota Kupang sudah ada dua hotel GreeNia. Hotel GreeNia 2 di Jalan R Suprapto Oebobo, 20 meter lebih dari pertigaan dengan Jalan El Tari depan Rujab Gubernur NTT.
Pemilik Hotel GreeNia bukan orang biasa. Pemiliknya perwira polisi berpangkat AKBP yang kini bertugas di Polda NTT. Dialah AKBP Antonia Pah, yang saat ini menjabat Kabag Infosarpras Polda NTT. Perempuan berdarah Rote Ndao yang lahir dan besar di Kota Kupang.
Ketika ditemui di ruang kerjanya di Mapolda NTT, Kamis (30/6/2016), Nia Pah, begitu ia biasa disapa, bercerita, untuk bisa memiliki dua buah hotel ia bersusah payah berusaha mulai dari titik nol. Banyak tantangan dan peluh keringat yang ia keluarkan untuk bisa mencapai titik ini. "Ceritanya panjang.Saya mengawali usaha bisnis dengan menjual barang keliling," kata Nia Pah.
Diceritakan Nia, pada tahun 1982 ia sudah menjadi seorang polisi. Di zaman itu, jam pulang kantor kalau hari Jumat pukul 11.00 Wita dan hari Sabtu pukul 13.00 Wita. Dia memiliki cukup banyak waktu untuk kerja sampingan. Kebetulan saat itu, Nia Pah mendapat informasi istri seorang dosen Undana menjual seprei, kain lap, baju dan lain-lain. Dosen Undana itu bernama Pak Koenunu, sementara nama istrinya ia lupa. Nia mendatangi istri dosen tersebut dan menawarkan diri ikut menjual. "Saya jual keliling ke semua orang. Bayarnya cicil, seperti kredit. Waktu itu belum ada orang dari Jawa atau orang Bugis yang jual keliling," kata Nia Pah.
Beberapa bulan kemudian, Ibu Devi dan Pak Devi asal Bandung datang ke Kupang. Keluarga itu menjual pakaian dari Bandung sehingga Nia Pah mendatangi mereka. Ia menawarkan kerja sama menjual pakaian mereka. Ibu Devi dan Pak Devi inilah yang mendirikan Toko Bandung Jeans di Kota Kupang.
"Karena usaha saya membuahkan hasil maka saya diberi kesempatan untuk jualan lebih banyak. Waktu itu, keluarga Ibu Devi dan Pak Devi masih kontrak rumah di depan Hotel Charvita, Oebobo," cerita Nia Pah.
Pihak yang berjasa bagi Nia Pah dalam usaha bisnis jual barang keliling ini adalah Toko Murah. Nia Pah juga jualan pakaian dari Toko Murah. "Pengusaha keturunan Thionghoa itu sulit percaya orang. Tapi mereka percaya saya. Bahkan saya ambil barang pakaian dalam jumlah banyak," kata Nia Pah. Pakaian dari Toko Murah itu ia pasarkan sampai ke Buraen, Kabupaten Kupang dan sekitarnya. Kebetulan saat itu, Nia Pah memiliki saudara yang tinggal di Buraen.
"Setiap Sabtu saya bawa barang ke Buraen. Kebetulan saat itu saya sudah punya sepeda motor Supercup 600. Sepeda motor itu saya dapat hadiah dari Pak Piet Tallo. Saya muat barang di motor menuju Buraen. Kadang-kadang pakai angkutan umum juga," cerita Nia Pah.
Saat memulai usaha jualan keliling Nia Pah belum menikah. Nia Pah baru menikah tahun 1988. "Saya masih nona-nona tapi saya tidak malu. Prinsipnya yang penting bisa bagi waktu dan tidak mengganggu tugas utama saya sebagai polisi. Dan ternyata saya mampu menjalani tanpa mengganggu tugas utama saya," katanya.
Dengan berusaha serius, keuntungan yang diperoleh Nia Pah terus bertambah. Nia Pah pun tidak puas dengan cuma berjualan barang. Jika menemukan sesuatu yang dinilainya bisa dijadikan peluang usaha, langsung ia sambar.
Misalnya, saat melihat ada pohon asam berbuah, timbul pemikiran dalam dirinya untuk membuat manisan asam. Saat musim mangga berbuah, ia langsung mengolahnya dan berjualan manisan mangga. Bahkan, Nia Pah pernah seperti pemulung. Ia mengumpulkan botol bekas, mencuci untuk digunakan lagi. "Saya juga pernah punya lima counter pulsa. Saya jual pulsa dan masih banyak yang lainnya. Yang bisa saya jual saya tekuni," kata Nia Pah.
Ketika menikah tahun 1988, beberapa ponakan tinggal di rumah mereka dan ikut membantu usaha bisnisnya. Tahun 2009, Nia membangun hotel dengan nama GreeNia. "Awalnya mau bangun kos-kosan. Tapi ada teman bernama ibu Anwar menyarankan sekalian bikin hotel saja. Kebetulan uang saya juga mencukupi untuk bangun hotel sehingga jadilah Hotel GreeNia," cerita Nia Pah.
Kini, Nia Pah bahkan memiliki dia buah hotel yakni Hotel GreeNia dan Hotel GreeNia 2. Sejak memiliki hotel, Nia Pah tidak lagi menekuni usaha counter pulsa, jual barang keliling dan usaha kecil-kecil lainnya. Nia Pah kini konsentrasi pada usaha hotelnya dan usaha toko yang juga sekaligus menjadi rumahnya tak jauh dari kantor Perwakilan OJK Provinsi NTT. "Bagi saya, di NTT terutama di Kota Kupang ini ada banyak uang yang berterbangan. Tinggal bagaimana kita menangkap atau menggapai uang-uang tersebut," kata Nia.
"Bagi saya, walau kita ini orang PNS yang digaji negara, tapi kalau kita mau berusaha bisa saja. Yang penting tetap mengutamakan dinas atau pekerjaan pokok. Seperti saya ini, walaulun saya berusaha tapi saya tidak melepas baju seragam coklat yang saya pakai. Justru pekerjaan utama saya yang mendukung usaha saya," kata Nia Pah. Nia Pah berharap, para PNS, anggota Polri dan TNI, bisa memanfaatkan waktu luang dengan berusaha. (maxi marho)
Sumber: Pos Kupang 1 Juli 2016 hal 1