Wartawan yang juga Blogger!

Bersama teman-teman dari berbagai negara di Nusa Dua 8 Nov 2012

Surel (surat elektronik)  Christiana Chelsia Chan dari Dewan Pers tanggal 25 Oktober 2012 sungguh mengejutkan saya.  Saya kutip kembali isi surel atau email tersebut.

Yth Pak Dion,

Apa kabar di Manado? Sehat selalu ya.

Apakah memungkinkan atas nama Dewan Pers dan partner kami mengundang Pak Dion dalam kapasitas sebagai blogger yang juga jurnalis untuk hadir dalam acara Bali Media Forum di Bali yang akan dilaksanakan tgl 7-9 November 2012. Topik kali ini terkait dengan tantangan yang dihadapi Dewan Pers atas perkembang sosial media.

Terlampir undangan dan background paper. Detail program menyusul.

Sekiranya berkenan kami menanggung biaya tiket pesawat pulang pergi Denpasar Manado kelas ekonomi dan penginapan selama acara berlangsung.

Mohon konfirmasinya segera. Terima kasih.

Salam,
Chelsia



Untuk menepis rasa penasaran, saya buru-buru membuka lampiran undangan dan background paper yang dikirim Chelsia. Di sana antara lain tertulis demikian.


Citizen Media: Giving People a Voice in Support of Democracy
Bali, November 7-9, 2012

Dear Mr Dion DB Putra
Blogger: www.dionbata.com
Manado

The Indonesian Press Council and the Thomson Foundation are pleased to invite you to the 4th Bali Media Forum: Ethical Journalism and Citizen Media: Giving People a Voice in Support of Democracy to be held in Bali, Indonesia on November 7-9, 2012.


The meeting will build on the conclusions of the three previous Bali Media Forums and will reaffirm the principles adopted by these meetings as well as agreeing a strategy on how pres councils, editors and journalists can meet the challenge of journalists' ethics in a global multi-platform media environment. You can find information about the previous events at: http://gfmd.info/index.php/regions/bali_media_forum_2011/.

The conference will also prepare an intervention for the Bali Democracy Forum on the importance of self-regulatory bodies as instruments for helping media and journalists to contribute to increased democratic participation.

Several high-level speakers including the Mr Espen Barth Eide, Foreign Minister of Norway as well as editors-in chief and presidents of press councils from Indonesia, Pakistan, India and Thailand, will address the event.

We will send you the draft programme for the conference in the coming days. As we have little time to organise the event, please do confirm receipt of this invitation, and let us know if you can attend as soon as possible.

Thank you for taking the time to reply to us and we look forward to seeing you in Bali.

Best regards
Bettina Peters
Director of Development Thomson Foundation

Bambang Harymurti
Vice Chairman Indonesian Press Council


Surel yang sungguh  spesial buat saya. Saya diundang mengikuti seminar internasional Bali Media Forum 2012 dalam kapasitasku sebagai jurnalis yang juga blogger! Batinku sontak bergumam.. "Wah, ternyata ada institusi yang selama ini diam-diam mengamati aktivitasku berblog ria. Dan, blog kini mengantarku ke Bali untuk berdiskusi tentang citizen media." Event bergengsi. Bali Media Forum selalu digelar bersamaan dengan Bali Democracy Forum, suatu forum dialog antara para pemimpin Asia Pasifik tentang demokrasi. Rekomendasi Bali Media Forum selalu menjaid bagian dari rekomendasi Bali Democracy Forum (BDF).

Setelah mendapat izin dari pimpinanku di Harian Tribun Manado, berangkatlah saya ke Bali sebagai jurnalis yang blogger.

Sewaktu berada di Nusa Dua,  saya bertemu teman-teman wartawan dari berbagai media yang meliput BDF 2012.  Kepada rekan wartawan yang meliput Bali Democracy Forum,   termasuk dari Harian Kompas,  saya sempat bercanda, "Hai kawan, kalian datang ke sini karena penugasan dari bosmu untuk meliput. Saya hadir di sini sebagai undangan. Jadi saya naik pangkat sebagai subyek liputan kalian. Jadi sesuatu banget. Hahahahaha..."

Prolog cerita ini sengaja saya angkat untuk menjawab pertanyaanku sendiri mengapa saya terus bertahan mengisi Blog pada saat banyak orang beralih ke Facebook dan Twitter?

Ikhwal blog, saya pertama kali diperkenalkan Arif ER  Rachman, rekan wartawan Harian Tribun Kaltim di Balikpapan tahun 2005. Kala itu Arif mengolok-olok saya sebagai manusia gaptek (gagap teknologi) dari Flores  karena tidak bergaul dengan jejaring sosial. Dia pun mengajak saja bergabung di Friendster.

Lama kelamaan ternyata asyik juga, saya jadi keranjingan. Tahun 2007 saya beralih ke Blogspot. Saya pun sempat buka akun di Wordpress tetapi saya tinggalkan karena saya anggap Blogspot lebih cocok.

Agar tidak ketinggalan zaman dan dipandang kurang gaul, saya juga buka akun Facebook dan Twitter. Hemat saya, untuk kebutuhan pertemanan kita butuh FB dan Twitter. Tapi saya tidak pernah meninggalkan blog. Saya tetap mengurus blog, meski  isinya rumpu-rampe alias gado gado.

Bagi saya blog merupakan kliping online yang sewaktu-waktu sangat membantu pekerjaanku sebagai jurnalis. Di blog ini saya isi segala macam informasi yang saya anggap penting dan perlu. Jadi blog tidak melulu tulisan karya saya sendiri. Blog ini malah berisi macam-macam artikel dari berbagai sumber. Dari lalulintas mesin pencari saya tahu tidak sedikit pula yang menikmati isi blog saya ketika mereka mencari suatu topik tulisan.

Bukan rahasia lagi bila seseorang menulis di Twitter atau FB, hati kecilnya mengharapkan agar orang lain  menyukai atau minimal menanggapi status atau tulisannya. Di blog agak susah mendapatkan interaksi langsung seperti itu. Saya menduga banyak teman jurnalis yang tidak lagi up date informasi di blognya karena sudah telanjur kecanduan FB atau Twitter. Mereka lebih suka memperbarui status di FB dan berkicau ria di Twitter ketimbang menulis di akun blognya.

Bagi saya, orang akan mengomentari atau tidak, bukanlah sesuatu yang penting amat. Saya tetap berusaha mengisi blog saya dengan berbagai informasi. Saya kliping dan kliping itu pasti ada manfaatnya bukan? Dari kebiasaan mengumpulkan tulisan di blog saya sudah menghasilkan beberapa buku yang bisa Anda nikmati juga di blog ini.

Setiap kali bertemu orang-orang muda, baik pelajar maupun mahasiswa saya selalu mengkampanyekan blog. Saya mendorong mereka agar mau membuka akun blog karena blog dapat menjadi salah satu wahana bagi mereka belajar menulis tentang sesuatu. Kalau dulu di zaman saya SMA dan kuliah masih mengandalkan mading (majalah dinding), sekarang mading itu bisa dialihkan ke blog. Zaman  digital sudah tidak bisa dibendung lagi.

Lebih-lebih lagi kepada wartawan, saya selalu berkicau tentang pentingnya blog. Menurut saya wartawan tanpa blog adalah wartawan yang bloon. Hehehe... Mengapa? Banyak wartawan berbangga diri sebagai jurnalis yang memproduksi karya jurnalistik saban hari. Tapi ketika ditanya mana contoh karyamu? Biasanya dia bingung menjawab. Cuma bisa menggaruk-garuk kepala.

Mencari dokumentasi edisi cetak (print) majalah atau koran tidak mudah, meskipun sebuah institusi media memiliki lembaga litbang yang bagus. Coba kalau wartawan terbiasa kliping tulisannya di blog, niscaya dia akan mudah menunjukkan hasil karyanya. Kapan dan di mana saja (asal ada jaringan internet) dia bisa membuka alamat blog dan memperlihatkan karyanya.

Saya sadar betul ajakan itu tidak selalu berhasil. Banyak wartawan yang berprinsip panas-panas tahi ayam. Buka akun blog lalu secepat kilat melupakannya. Tak apalah. Mau jadi jurnalis yang juga blogger, monggo! Mau jadi jurnalis semata pun tak apalah.

Salam blogger!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes