Banjir di kawasan Tikala Manado 17-2-2013 (foto dion) |
WARGA korban banjir di Paal 2 Lingkungan X, Kecamatan Paal 2, Kota Manado, mengeluh. Berharap memperoleh bantuan pangan untuk mengganjal perut kosong, eh malah memperoleh bantuan berupa pil KB dan kondom.
Pengalaman itu diceritakan Desy Sariowan, warga Paal 2 Manado kepada wartawan Tribun Manado, Riyo Noor, hari Kamis 21 Februari 2013.
Kata Desy, alat kontrasepsi itu dibagikan kepadanya saat kedatangan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, HR Agung Laksono hari Selasa 19 Februari 2013 atau dua hari pascabencana banjir dan tanah longsor di Kota Manado dan sekitarnya yang menewaskan 16 orang. Banjir dan longsor kali ini pun merusak 4.220 rumah penduduk yang memaksa 12.453 jiwa harus mengungsi. Pada hari Selasa itu, Menko Kesra datang membawa bantuan dari pemerintah pusat senilai Rp 2 miliar terdiri dari uang tunai Rp 500 juta dan 1,5 miliar berbentuk natura.
Banjir di kawasan Tikala Manado 17-2-2013 (foto dion) |
Awalnya Desy berharap setidaknya warga bisa memperoleh beberapa karung beras untuk modal ganjal perut satu dua hari ke depan. Apalagi penyerahan bantuan itu berlangsung di posko Kodim 1309 Manado, tempatnya mengungsi bersama ratusan warga korban banjir yang lain.
Ia pun harus kecewa. Meski sudah melihat bantuan diserahkan Menko Kesra kepada pejabat pemerintah daerah, nyatanya ia tak menikmati. "Kami malah dibagikan pil KB dan kondom. Kan kami butuhnya beras untuk makan," ujarnya.
Ia mengaku kebagian tiga pak kondom dan beberapa butir pil KB. Kekecewaan Desy pun makin menjadi kala Kamis, 21 Februari 2013, Ketua DPD RI Irman Gusman membawa bantuan Rp 150 juta, terdiri dari uang tunai Rp 25 juta dan sisanya natura.
Awalnya wajah Desy berseri-seri ketika menyaksikan mobil bak terbuka memuat bertumpuk-tumpuk beras di parkir depan posko tempat pengungsian. Dia cukup yakin bantuan tersebut akan disalurkan kepada warga korban banjir termasuk dirinya.
Banjir di kawasan Tikala Manado 17-2-2013 (foto dion) |
Acara seremonial penyerahan bantuan dari Ketua DPD RI ke Wali Kota Manado GS Vicky Lumentut pun ia ikuti dari awal. Ia asyik-asyik saja mendengar Ketua DPD Irman Gusman memuji-muji penanganan bencana di Manado. Walaupun dalam hatinya sejak bencana terjadi ia baru menerima lima bungkus mie instan dan dua bungkus nasi campur, ditambah tiga pak kondom dan pil KB, senasib dengan warga di lingkungannya.
Acara seremonial pun akhirnya berakhir. Mata Desy menatap tumpukan beras untuk dibagikan ke warga. Matanya terbelak, kala mobil pembawa beras berlalu bersama mobil sedan Ketua DPD RI.
Desy pun duduk sembari menggerutu karena kesal. "Jadi cuma show saja berasnya. Saya kira mau dibagikan, malah dibawa lagi. Ternyata mobil cuma parkir di posko," ungkapnya.
Abson Laberu, Kepala Lingkungan X, pun jadi sasaran gerutuan warga. Ia yang membawa kabar ada penyerahan bantuan di posko pengungsian. Ketika DPD RI tiba bersama rombongan ia mengumpulkan warga mengikuti acara seremonial penyerahan bantuan. "Yah, sudah risiko jadi pala (kepala lingkungan)," ucapnya pasrah.
Longsor di Gereja Kalam Kudus 17-2-2013 (foto dion) |
Laberu pun membenarkan, selama pengungsian warga Lingkungan X baru kebagian lima bungkus mie instan untuk masing-masing keluarga dan nasi bungkus. Hari-hari, berikutnya pun dibantu oleh Kodim 1303. "Nda dapat bantuan, cuma dari tentara yang kasih," ungkapnya.
Menurut seorang anggota Kodim 1309, bantuan yang disalurkan warga justru diperoleh dari swasta, bukan dari pemerintah. "Lalu dari pengusaha keturunan Tionghoa yang bawa. Itu yang dibagikan," katanya. Untuk petugas TNI sendiri pun tak kebagian. Mereka terpaksa harus menguras isi dompet sendiri untuk membeli makanan di warung. "Kita malah beli makan di warung," ujar anggota TNI itu.
Sumbang Rp 15 juta
Dalam kunjungannya ke Manado, rombongan DPD RI membawa sumbangan total Rp 150 juta. Rp 25 juta di antaranya dalam bentuk natura yang dibagikan secara khusus ke Gereja Torsina Tuminting Rp 5 juta, Gereja Dolorosa Rp 10 juta, dan masjid di Komo Luar Rp 10 juta.
Ketua DPD Irman Gusman mengatakan, pemerintah harus mengidentifikasi daerah-daerah mana saja yang rawan longsor maupun banjir. Jika sudah dilakukan kemudian masyarakat yang tinggal di daerah tersebut harus dievakuasi. "Masukkan ke dalam program, nanti akan kami perjuangkan ke pemerintah pusat," katanya.
Longsor di Gereja Kalam Kudus 17-2-2013 (foto dion) |
Kata dia, meski baru datang ke Manado, peristiwa bencana sering ia pantau melalui media massa.
"Hal ini tentu saja membuat prihatin bagi kita semua. Bencana seperti ini tidak diinginkan oleh siapapun. Kami berharap masyarakat yang menjadi korban tabah menghadapinya," ujarnya.
Wali Kota Manado GS Vicky Lumentut menjelaskan, bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Manado terdapat di 10 titik. Pihaknya saat ini akan melakukan relokasi masyarakat yang ditinggal di kawasan yang rawan bencana ke daerah yang jauh lebih aman. (Sumber: Tribun Manado, 22 Februari 2013 hal 9).*