Judul : Hiruk Pikuk Pilkada dan Kursi Dewan
Penulis : Dion DB Putra
Penyunting : Usman Yatim
Desain Cover : Apat Supriyono
ISBN : 978-602-7936-16-4
Cetakan I : Tahun 2014
Penerbit : RMBOOKS Jakarta Bekerjasama dengan Panitia HPN 2014 dan Pengurus PWI Pusat
Peluncuran : Bengkulu, 9 Februari 2014.
Membincangkan Politik Tanpa Harus Berkerut Dahi
Oleh Dr Usman Yatim *
Pemilihan raya, pemilihan umum untuk legislatif, presiden dan wakil presiden kembali segera digelar. Hingga kini memasuki tahun politik, tahun pesta demokrasi. Hingar bingar politik 2014 akan lebih menggema dibandingkan 2009. Pertarungan berlangsung antara calon lama dan baru untuk wakil rakyat serta orang baru untuk presiden dan wapres. Bagaimanakah kira-kira keramaian politik pemilu kali ini?
"Tanpa duit, tak ada pintu. Tanpa uang, tak mungkin "jual diri" kepada konstituen. Tanpa uang mana mungkin mampu berkeliling tanpa rasa lelah dari pulau ke pulau, kota ke desa, turun gunung dan lembah demi "unjuk muka" dan "cari muka" kepada rakyat." Itulah antara lain menurut Dion DB Putra, merekam peristiwa pemilu (pemilihan umum) dan pilkada (pemilihan kepala daerah) di Nusa Tenggara Timur.
Cerita Dion tak jauh berbeda dengan berbagai pilkada di seantero negeri ini, dan tentu juga pemilu legislatif. Bahkan, biarpun tuturan ini tidak lagi baru, berlangsung seputar 2008-2011, tetap saja seolah kita sedang membaca peristiwa yang sedang atau akan terus berlangsung. Dunia politik di negeri ini, terutama seputar pemilihan umum digambarkan Dion secara gamblang dalam buku berjudul "Hiruk Pikuk Pilkada dan Kursi Dewan" ini.
Para wakil rakyat ramai menyampaikan visi dan misi saat kampanye. Dion menggambarkan peserta pilkada, begitu juga calon wakil rakyat bagaikan kucing. "Dulu kita beli kucing dalam karung. Kini sungguh menyenangkan karena tuan dan puan pilih sendiri sesuai selera. Dan, selera tidak boleh diperdebatkan. Kucing yang kita mau beli pun jelas warna bulunya. Kita sudah tahu cara dia mengeong, menerjang, mencakar dan menggigit. Tuan tentunya sudah kenal kira-kira kucing mana bergaya total football alias serangan total atas lawan-lawannya.Mana kucing berwatak jinak-jinak merpati. Murah senyum, kaya tawa tapi diam-diam mencakar dari belakang. Mana kucing yang otaknya berisi, dapat diandalkan meski malu-malu kucing!"
Coba simak pula aroma "Politik Dinasti". Kita seperti sudah diingatkan jauh hari bahwa politik di negeri ini dibangun dengan melibatkan banyak anggota keluarga sendiri. "Begitulah tuan dan puan. Kita mungkin tidak pernah membayangkan bahwa pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat Indonesia yang dimulai sejak 2005 akan berkembang seperti sekarang. Kalau di masa lalu jabatan kepala daerah seolah menjadi hak istimewa para birokrat, sekarang siapa pun bisa mencalonkan diri. Kapasitas dan kapabilitas seseorang menjadi nomor sekian, bukan syarat utama. Asal ada pintu masuk lewat partai politik yang notabene sangat dekat dengan kekuatan duit, siapa pun berpeluang menjadi calon bupati dan wakil bupati. Jadi, tidak mengherankan bila istri, anak, kakak, adik, paman dan bibi ramai-ramai melamar menjadi calon pemimpin di suatu daerah."
Membaca itu kita jadi teringat tentang seputar heboh korupsi di Provinsi Banten. Pilkada bisa membuat satu keluarga mendominasi sebuah daerah,sesuatu yang muskil terjadi di rezim lalu. Berbagai cara dilakukan untuk meraih kekuasaan. Pesta demokrasi yang seharusnya adalah pesta rakyat, ternyata hanyalah buat segelintir orang. Caranya terlihat legal, tapi menjegal demokrasi itu sendiri. Janji-janji kampanye begitu muluk, setelah duduk, berkuasa, lupa janji tapi rajin korupsi.
Buku ini adalah kumpulan tulisan Dion DB Putra yang dimuat dalam Kolom "Beranda Kita" yang dia asuh sejak April 2008 hingga Juni 2011 di Harian Pos Kupang.
Menurut Dion, tahun 2008 muncul diskusi di newsroom Pos Kupang tentang perlunya tulisan ringan yang bisa menyikapi masalah sosial kemasyarakatan sehari- hari. Hasil survei membuktikan, pembaca jenuh hanya menikmati hard news yang menjadi sajian utama koran harian. Sajian media memang harus beragam bentuk tulisan, ada berita, feature, kolom, pojok, karikatur, foto dan lainnya.
Atas persetujuan Pemimpin Umum Pos Kupang Damyan Godho saat itu, Dion DB Putra dipercayakan mengasuh kolom bernama Beranda Kita, lalu disingkat BETA. Beta (saya) adalah tutur khas orang Kupang yang sama dengan orang Ambon. Kalau di Jakarta bahasa gaulnya Lu dan Gua. Kolom Beta terbit sekali sepekan setian Senin di halaman satu Harian Pos Kupang. Kolom ini identik dengan Dion DB Putra dan tidak diadakan lagi semenjak dia mendapat tugas baru dari Pos Kupang sejak Juli 2011, salah satunya membantu manajemen koran Tribun Manado.
Mengapa Beranda? Menurut Dion, dinamai Beranda karena mengisyaratkan tulisan itu seperti obrolan di beranda rumah saat pagi atau sore hari sambil minum teh atau kopi. Obrolan sekenanya saja, bisa soal politik, ekonomi, sosial budaya, hukum dan lainnya. Berada di beranda rumah, seseorang bahkan bisa juga sekadar melamun, bergumam juga berangan-angan.
"Saya sendiri tidak begitu yakin apakah model tulisan semacam ini bisa masuk kategori essay. Bagi saya yang penting dikemas ringan, sederhana, kadang jenaka sekadar menyentil, menggugah, mengingatkan orang untuk refleksi diri," ucap Dion.
Pada periode 2008-2010, banyak tulisan Dion yang berkaitan dengan pemilihan umum kepala daerah (pilkada) dan pemilihan umum (pemilu) caleg. Maklum, saat itu banyak event pilkada di NTT dan juga Pemilu 2009. Dion juga menyoroti kinerja birokrasi. Setting sosialnya 90 persen di NTT tetapi benang merahnya bisa saja berlaku sama di seantero negeri ini.
Hanya sebagian dari tulisan Dion yang dimuat dalam buku ini, terutama terkait pilkada dan wakil rakyat yang tentu masih relevan, mengingat kita memasuki momentum Pemilu 2014. Artinya, masih ratusan artikel dari kolom itu yang Dion simpan karena topiknya berbeda-beda. "Mungkin suatu saat nanti bisa dibukukan juga," kata Dion berharap.
Buku ini diterbitkan dalam rangka menyambut Hari Pers Nasional 2014 yang puncaknya berlangsung di Bengkulu, 9 Februari 2014. Dion menyampaikan terima kasih kepada Panitia HPN 2014 dan Ketua Umum PWI Pusat Drs Margiono yang berkenan menerbitkan buku ini. Tentu saja, ucapan sama ditujukan Dion kepada penyunting.
"Saya sungguh berharap pak Usman membedah isinya, menuliskan dalam kata pengantar buku nanti sebagai panduan untuk sidang pembaca menikmati tulisan saya. Pak Usman memberi konteks dan corak sehingga bunga rampai tulisan ini menjadi satu buku yang utuh. Saya juga minta Pak Usman menjadi editornya. Mungkin saja ada tulisan yang kurang pas pengelompokkannya sehingga bisa diabaikan saja. Mengingat banyak artikel, boleh jadi buku ini terlalu tebal. Beberapa artikel bisa dipending saja demi efisiensi. Pokoknya saya serahkan sepenuhnya kepada Pak Usman untuk mengaturnya. Saya sangat berterima kasih Pak Usman memberi kesempatan untuk membukukan tulisan yang cerai-berai ini."
Saya harus minta maaf kepada Dion. Tak banyak harapannya dapat dipenuhi. Sesungguhnya buku ini tanpa banyak dibedah, apalagi disunting, sudah terasa pas untuk dinikmati. Biarpun tak banyak menyunting, semua tulisan Dion ini saya baca, terkadang larut mengikuti tuturannya. Kesimpulannya: menggelitik, mengundang senyum dan penuh makna.
Sebagai seorang wartawan, Dion coba mengajak pembaca membincangkan dunia politik kita tanpa harus berkerut dahi. Dia mengumbar kegundahan hati anak negeri namun tak harus membuat kita larut bersedih. Dia mengkritik tapi ada solusi yang coba dia kedepankan. Bagusnya pula, gaya tulisan Dion tidak menggurui. Dion mengulas politik dengan tetap mengedepankan fakta yang mudah dicerna. Sebagaimana motto Tempo, buku ini "enak dibaca dan perlu."
* Dr Usman Yatim, wartawan senior, dosen di beberapa perguruan tinggi di Jakarta dan pengurus PWI Pusat.
ANDA INGIN MEMBACA BUKU INI? Silakan klik linknya di bawah ini i!!!
Daftar Isi
Bagian 1
HIRUK PIKUK PILKADA
- Sayonara Rakyat!
- Pemimpin Ora et Labora
- Jangan oh Jangan
- Pelukan Hangat Turnamen
- Bersua Tanpa Jumpa
- Impikan Pemimpin Gila
- Roh Dwi Tunggal
- Mbeka yang Terpasung
- Suara Getir Berulang
- Satu, Dua, Tiga
- PR dan RP
- Aroma Politik Dinasti
- Menawarkan Akan
- Bolakada
- Amnesia Rakyat
- Penantian Ania
- Keganjilan Negeri Ini
- Golkar Versus PDIP. Masih Skor 5: 5
Bagian 2
WAKIL RAKYAT YANG TERHORMAT
- Sama-sama Enak
- Transaksi Nomor Urut
- Tambah Kursi, Tambah Ongkos
- Harim Sakit Kepala
- Pak Visi Mengumbar Misi
- Eh Porno
- Nasib Om Pe'u
- Orang Ketiga
- Warna dan Lambang Partai
- Visi Gizi Setelah Visi Misi
- Rasa Malu Sri Hayati
- Oh Pak Tua, Sudahlah!
- Sapaan Yth
- Negeri SGM
- Stuba Thomas
- Protes Pong
- Berangkat ke Mana-mana
- Kesadaran GST
- Siapa Punya Celana Dalam?
Bagian 3
SALAH URUS BIROKRASI
- Melebihi Pilot
- Diam-diam Saja
- Alorawe
- Curhat Sang Anak Muda
- Kecebong Cerdas
- Kebakaran Jenggot
- Negeri Loba
- Pemikir Otda
- Koleksi MoU
- Sabu oh Sabu
- Aula 301 Unwira
- Prosedur Birokrasi
- Hasil Tes CPNS
- Negara Banci
- Dikte Sumpah
EPILOG: Menukik dari Pinggir oleh Hengky Ola Sura
Biodata Penulis