MANADO, TRIBUN - Kepala Dinas Pendidikan Kota Manado Dante Tombeg dan jajarannya menempuh berbagai cara agar kegiatan belajar mengajar (KBM) di Kota Manado segera pulih pascabanjir bandang 15 Januari 2014. Mengingat masih banyak sekolah di Manado yang belum bisa digunakan karena rusak dihantam banjir, Tombeg menerapkan sistem pinjam sekolah.
Artinya, para guru dan siswa yang sekolahnya rusak meminjam ruang kelas di sekolah terdekat yang sudah bisa digunakan. "Istilahnya sekolah pinjam sekolah, semua pinjam. Misalnya SD 52 di Ternate Tanjung pindah belajar ke SD 29. Kemudian SD 56 Malendeng pinjam sebagian sekolah di SD 23. Diberlakukan sekolah pagi dan sore. Yang penting anak-anak bisa masuk sekolah," katanya kepada Tribun Manado, Rabu (5/2/2014).
Menurut Tombeg, cara itu sudah diterapkan di beberapa sekolah meskipun pelaksanaan di lapangan belum maksimal karena masih dalam kondisi serba darurat. "Memang belum maksimal tapi pada umumnya anak-anak sudah masuk sekolah. Kita menyadari banyak siswa korban banjir yang belum masuk," ungkapnya. Sebanyak 8.000 siswa mulai dari tingkat TK hingga SMA di Kota Manado terkena dampak banjir bandang 15 Januari lalu.
Selain pinjam sekolah, kata Tombeg, ketidadaan seragam dan sepatu tak menghalangi para siswa masuk sekolah bila memang belum ada. "Bisa pakai baju biasa dulu, jika tak ada sepatu bisa pakai sandal jepit," ujarnya. Dia berharap pihak sekolah tidak boleh mempersulit siswa yang belum memiliki seragam sekolah, sepatu, buku serta alat-alat tulis.
Menyangkut kelengkapan di sekolah seperti buku pelajara, kursi dan meja, Tombeg mengharapkan kreativitas kepala sekolah dan guru untuk mengadakannya. Bahkan satu kursi bisa digunakan untuk untuk dua siswa. Di tingkat TK dan SD hal itu dimungkinkan. "Harus diusahakan apapun caranya atau bisa duduk sekursi berdua, namanya juga darurat," katanya. Hari Kamis (6/2) ini Tombeg akan bertemu dengan para kepala sekolah untuk mengetahui kebutuhan mereka.
30 Sekolah Lumpuh
Sementara itu hingga Rabu (5/2/2014), sebanyak 30 sekolah di Kota Manado masih lumpuh atau belum melaksanakan KBM sejak banjir bandang 15 Januari lalu. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulut Harold Manoreh mengungkapkan, dari data yang masuk ada 111 sekolah di Sulut yang terkena dampak bencana banjir dan tanah longsor yakni 90 sekolah di Kota Manado, 6 sekolah di Minahasa Selatan, 6 di Kabupaten Minahasa, 6 di Minahasa Utara dan 3 sekolah di Kota Tomohon.
Manoreh mengakui para siwa dari 30 sekolah di Kota Manado yang belum bisa digunakan karena rusak berat, akan dipindahkan ke sekolah terdekat. "Untuk sementara masih pembersihan, diupayakan, secepatnya renovasi, perbaikan kursi meja dan sebaganya," katanya..
Manoreh berharap aktivitas KBM segera pulih mengingat bulan Februari ini sudah masuk tahap persiapan menghadap Ujian Sekolah dan Ujian Nasional (UN). "Mengingat bulan Februari dan Maret 2014 sudah masuk dalam persiapan menghadapi ujian sekolah dan pelaksanaan ujian nasional," ungkapnya. Ia meminta percepatan perbaikan sekolah yang rusak atau segera membangun sekolah darurat agar KBM tidak vakum terlalu lama. "Kendala lain seperti kesediaan buku-buku, seragam sekolah serta sepatu juga akan segera dicarikan solusinya," kata dia.
Dia mengharapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan petunjuk yang jelas terkait kebutuhan sekolah tersebut. "Tentunya selain bantuan dari pusat, juga petunjuk tentang sarana prasarana yang akan ditanggung oleh kami. Ini harus dipilahkan, mana penanggulangan dana dari BNPB dan mana pula yang akan kami tanggulangi melalui Kementerian Pendidikan," katanya. (ryo)
Debora Belajar di Rumah
KECEMASAN dirasakan Kepala SD SD GMIM 8 Manado, Nelly L Manawan.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah yang dipimpinnya belum berjalan normal. Para siswa terpakda menggunakan ruang kelas yang terbatas karena sebagian besar rusak diterjang banjir bandang.
Seperti disaksikan Tribun Manado, Selasa (4/2/2014), para murid kelas 1, 2 dan 3 belajar dalam satu ruangan kelas, begitu juga dengan murid kelas 4, 5 dan 6. Nelly mengatakan, ruangan kelas itu sebenarnya belum layak di jadikan tempat belajar. Namun, KBM harus dijalankan agar anak-anak tidak ketinggalan pelajaran.
Lebih khusus murid kelas 6 yang sebentar lagi akan mengikuti Ujian Nasional (UN). "Biasanya bulan-bulan begini try out (pengayaan) sudah mulai. Kita masih menunggu soal-soal try out dari dinas kecamatan dan dinas kota," katanya. Nelly berharap sekolahnya dibangun kembali. Debora, murid kelas 6 sekolah tersebut mengaku tetap belajar di rumah agar tidak ketinggalan pelajaran "Saya belajar di rumah supaya bisa lulus," katanya.
Setelah hampir tiga pekan libur, Sekolah Dasar Negeri 98 Manado mulai ramai lagi oleh aktivitas para siswa dan guru. Kepala Sekolah Drs Lady Solang mengatakan kegiatan belajar sudah berjalan. Untuk murid kelas 6 yang akan menghadapi UN, ada pelajara tambahan. "Saat ini kami fokus memberikan motivasi kepada para siswa agar tetap rajin sekolah dan belajar," ucapnya. Diakuinya, proses KBM belum berjalan 100 persen karena ada ruangan sekolah itu yang masih dipenuhi barang-barang warga yang sempat mengungsi pascabanjir 15 Januari lalu.
Sama seperti Debora, Irgi Syaputra Asjid, murid kelas 6 SD Negeri 98 Manado tetap belajar di rumah dibantu orangtuanya agar tidak ketinggalan pelajaran.
"Rumah kami juga terkena banjir. Tapi saya tetap belajar dengan ayah di rumah," kata Matris Yeremia Ludani, murid lainnya.
Kepala Sekolah Dasar Negeri 67 Sario Drs Norma Tangkuman mengakui, KBM di sekolah yang dipimpinnya sudah berjalan normal. Seluruh siswa sudah menggenakan pakaian seragam sekolah. "Untuk mengejar ketertinggalan saya dan guru-guru akan menambah waktu belajar di sekolah," kata Norma.
Willy, murid kelas 6 SD 67 Sario merasa senang sudah bisa kembali ke sekolah untuk belajar bersama teman-temannya. "Selama libur, saya belajar di rumah dengan ibu," kata Willy. (fer/kel)
Sumber: Tribun Manado 6 Februari 2014 hal 1