dr Olwien Oroh |
Ibu dan anak itu merupakan dua dari lima korban tewas diterjang tanah longsor di Kelurahan Tinoor II Lingkungan V Kecamatan Tomohon Utara, Rabu (15/1) lalu.
Kepergian keduanya meninggalkan duka mendalam tak hanya bagi keluarga, tapi masyarakat Kota Tomohon dan Sulawesi Utara umumnya. Maklum, sosok dr Olwien semasa hidup dikenal ramah, baik hati dan suka menolong orang. Hal itu terlihat dari ribuan orang yang hadir saat pemakaman. Sejak pagi mereka berkumpul di rumah duka di Kelurahan Kuranga Talete.
Secara bergantian mereka ungkapkan pujian kepada Tuhan dan memberikan penghiburan bagi keluarga terutama dr Fandy Hermawan dan Stevano Hermawan yang tak lain adalah suami dan anak dari dr Olwien. Selain dr Olwien, Edo dan Rony Sion Moguni, sopir mobil yang diterjang longsor juga meninggal dunia.
Ratusan karangan bunga di rumah duka datang dari berbagai penjuru Sulawesi Utara, termasuk dari Menteri Kesehatan RI dr Nafiah Mboi yang batal melayat ke Tomohon karena akses jalan terputus.
Ketika disemayamkan di Jemaat GMIM Kuranga Talete, para pekabung tak beranjak kendati hujan deras mengguyur. Mereka tetap setia menemani almarhumah dr Olwien dan keluarga dalam ibadah syukur pelepasan jenazah. Para pekabung pun ikut memikul bersama-sama peti jenazah menyusuri jalan raya hingga ke pamakaman diikuti ribuan orang.
Satu persatu tanda penghormatan diberikan oleh keluarga kepada dr Olwien san Edo dengan melepas bunga dada yang terpasang diatas peti jenazah. dr Fandy dan Stevano, kendati merasa berduka, namun keduanya tampak tegar. Tak terdengar suara isak tangis, kecuali sesekali mengusap air mata sambil memandang peti jenazah. Keluarga suami almarhum dari Bojonegoro juga hadir.
Ketika peti jenazah menuju Puskesmas Kakaskasen, tempat almarhumah dr Olwien mengabdik sebelum akhir hidupnya, ribuan pelayat memadati jalanan. Saat tiba di puskesmas, seorang kerabat almarhumah nyaris pingsan dan harus dibopong.
Begitu pun ketika menuju ladang pekuburan, ribuan pelayat tampak memenuhi jalanan. Sekitar pukul 17.00 Wita, peti jenazah tiba di lokasi pekuburan keluarga di Wailan dan dimakamkan secara berdampingan. Hadir hadir Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto dengan pakaian serba hitam di lokasi pemakaman itu. "Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu," ujar dr Fandy seusai pemakaman istri dan anaknya.
Ia mengaku baru mengerti dan menyadari maksud baik Tuhan dalam kehidupan keluarganya setelah peristiwa yang menimpa dr Olwien dan Edo. "Saya baru mengerti dan sadar setelah semuanya sudah terjadi. Tidak mengapa, karena ada maksud baik Tuhan dari semua peristiwa ini," ungkapnya.
Dokter Fandy yang mengenakan pakaian berwarna hitam terus memberi semangat bagi putranya Stevano. Sesekali ia memegang kepala Stevano dan menciumnya. "Sebelum kejadian itu, saya sempat diberitahu oleh istri saya lewat BBM bahwa sudah terkepung longsor. Makanya ketika itu saya langsung suruh mereka balik ke Tomohon. Tapi, ternyata yang terjadi justru lain," ujarnya.Fandy mengenang istrinya sebagai sosok yang sangat menyayangi keluarga.
Stevano mengaku tak menyangka begitu cepat kehilangan sosok ibu yang dicintainya. Sebab, saat kejadian ia juga bersama-sama dengan adr Olwien dan Edo, namun ia selamat. "Saat itu saya sedang ketiduran, duduk bersama ibu di kursi kedua belakang sopir. Saya terkejut, saat mendengar benturan keras, tak tahu ternyata sudah terseret longsor. Ibu, Edo, dan saya sebenarnya waktu itu sudah selamat, bahkan ketika itu ibu sempat membantu saya untuk keluar mobil ketika kaki saya terjepit," ujarnya.
Stevano sempat berusaha mencari pertolongan tapi terlambat. "Saya diminta ibu untuk keluar mencari bantuan di atas, sebab ibu masih harus menolog Edo. Tapi..," tutur Stevano dengan suara lirih.
Sosok Edo dikenang Grace Mokoginta Mamuaja, neneknya, sebagai cucu yang baik. Sebagai remaha pecinta bolabasket, Edo dikenal cucu yang supel dan tak pernah jemu menemani nenek jalan-jalan. "Edo merupakan cucu yang sangat menyayangi omanya ketika berjalan," kata Grace.
Billy Kumolontang, Direktur Manado Internasional School (MIS), tempat sekolah anak-anak dr Olwien, sempat syok ketika mendengar kabar kepergian dr Olwien. Sebab, sebelum kejadian, dr Olwien sempat memberitahu akan terlambat ke MIS mengantar Edo dan Stevano pada hari pertama sekolah. "Tanggal 15 Januari 2014 adalah hari pertama masuk sekolah di MIS, dan pagi dr Olwien sempat memberitahu jika akan terlambat tiba di sekolah pukul 07.00 WitA, sebab ada longsor. Tapi, begitu mendapat berita pukul tiga sore beliau kena musibah, saya langsung syok. Belian saya kenal sangat penyayang, tapi itulah, apa yang Tuhan buat baik adanya," ungkapnya.
Bagaimana sosok dr Olwien di mata pasiennya? Bagi Sekretaris Kota Tomohon Arnold Poli, Olwien adalah dokter yang ahli memeriksa dan mengobati pasiennya. "Saat sakit, yang memeriksa saya adalah dr Olwien. Sangat cocok memang, sebab belum minum obat saja, terasa sudah sembuh," kata Polii.
Sementara itu, menurut data yang dirilis Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut Noldy Liow, Minggu (19/1), tercatat 19 orang tewas akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor di Sulut Rabu (15/1).
Noldy Liow menambahkan, korban meninggal antara lain terdapat di Kota Manado, Kabupaten Minahasa dan Kota Tomohon. Dia mengatakan, terkait dengan longsor di ruas jalan Tinoor, yang menghubungkan Kota Manado-Tomohon saat ini TNI sementara membangun jembatan Bailey di lokasi tersebut. Jembatan Bailey telah dibangun di lokasi jalan putus jembatan kuning, di kawasan Bolevard Manado. Dia mengatakan, pencarian terhadap korban tanah longsor di Tinoor oleh Tim SAR dan TNI juga masih dilakukan. (war/kps)
Cantik, Pintar dan Baik Hati
TAHUN 2014 ini seharusnya dr Olwien Oroh akan menerima penghargaan dari Presiden RI sebagai utusan Provinsi Sulawesi Utara yang meraih penghargaan puskesmas terbaik tahun 2013. "Tahun ini sebenarnya dokter Olwien sudah dijadwalkan menerima penghargaan di bidang kesehatan langsung dari Presiden.
Prestasinya memberi dampak besar bagi pembangunan kesehatan di Tomohon. Tapi apa boleh buat, peristiwa ini sudah terjadi. Pemerintah kini hanya bisa memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang besar, sebab dokter Olwien dan keluarga selalu menopang pemerintah membuat masyarakat hidup sehat dan kuat. Olwien memang dokter yang komplit kemampuannya, baik dari sisi intelegensi, emosional dan spiritual," kata Sekretaris Kota Tomohon Arnold Poli.
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sulut dr Juni Rantung sangat kehilangan dr Olwien. "Beliau selain cantik, juga pintar, bersahabat dan sangat baik hati. Banyak prestasi yang berhasil diukir misalnya dipercayakan menjadi dokter pendamping selama 12 tahun di Tomohon sebagai daerah percontohan," kata Rantung.
Fereidy Kaligis, mantan Ketua Pria Kaum Bapa (PKB) Jemaat GMIM Kuranga Talete menjelaskan, almarhumah tak hanya cekatan dalam tugas profesinya, tapi dalam tugas pelayanan sebagai hamba Tuhan dilaksanakan dengan sepenuh hati. "Terakhir beliau dipercayakan sebagai pelayan khusus, yakni menjadi syamas di Kolom 9 Jemaat GMIM Kuranga Talete. Pelayanan yang beliau berikan luar biasa, terutama ketika menjadi bendahara dan ketua panitia HUT Jemaat. Semua tugas mudah diselesaikan," katanya.
Dalam bekerja, kata dia, dr Olwien energik, punya motivasi tinggi dan komunikasi yang baik dengan anggota jemaat. "Komunikasi beliau dengan jemaat sangat bagus, bahkan ketika dipercayakan tanggung jawab selalu diselesaikan dengan baik. Tak mau tugas yang ada, hanya sekadar asal jadi. Inovasinya tinggi karena ditopang keluarga juga," kata Kaligis.
Terakhir di gereja, lanjut Kaligis, dr Olwien sempat melakukan pemeriksaan dan pengobatan gratis bagi jemaat. "Pokoknya pemberian diri beliau dalam pelayanan sangat total. Terus terang sebagai rekan sekerja dan pelayanan, saya merasa sangat kehilangan. Agak belum percaya juga dengan kepergian beliau," ujarnya
Chornelisu Kanter, rekan sejemaat dr Olwien juga sangat kehilangan. "Jarang ada dokter yang sama seperti beliau, ketika ada yang sakit saat ingin berkonsultasi di mana saja bisa, di tempat ibadah sekalipun," ungkapnya.
Pengalaman bersama dokter kata dia teruji keampuhannya, ketika cucunya sakit akibat tertusuk di tenggorokan. "Dokter bilang waktu itu, coba kumur betadine, tapi jika tidak sembuh maka dibawa ke Puskemas untuk diperiksa. Ternyata sembuh. Jadi saya sangat berterima kasih, sebab menjelang akhir hidupnya, masih sempat menolong orang lain yang sakit," demikian Kanter. (war)
Biofile
Nama: dr Olwien Stella Oroh
Lahir: Tomohon, 23 Oktober 1972
Suami: dr Fandy Hermawan
Anak : Edoardo Hermawan (Alm)
Stevano Hermawan
Pendidikan
SD GMIM Wailan 1985
SMP N 1 Tomohon 1988
SMA Kristen Tomohon 1991
S1 Faked Unsrat 2000
S2 UGM 2006
Pekerjaan
PTT Depkes RI Sulut 2001-2002 di Puskesmas Kakas
PTT Depkes RI di DIY 2002-2003
CPNS Dinkes Tomohon 1 Desember 2003
PNS Dinkes Tomohon 1 Februari 2005
Plt Kepala Puskesmas Lansot 2009
Kepala Puskesmas Rurukan 2009
Kepala Puskesmas Matani 2010
Kepala Puskesmas Kakaskasen, Spetember 2010 hingga meninggal
Prestasi
Puskesmas Citra Pelayanan Prima 2008
Dokter Teladan Tomohon 2011
Puskesmas Pelayanan Prima 2012
Dokter Teladan III Sulut 2013
Puskesmas Berpestasi Sulut 2013
Jabatan Pelayanan
Bendahara IDI Tomohon 2013-2016
Bendahara HUT Jemaat GMIM Kuranga 2012
Ketua Panitia HUT Jemaat GMIM Kuranga 2013
Pelayan Khusus (syamas) Kolom 9 Jemaat GMIM Kuranga 2014-2017
Sumber: Tribun Manado 20 Januari 2014 hal 1