Ya Tuhan... 13 Tewas

Banjir Manado 15-1-2014
MANADO, TRIBUN - Belum genap setahun sejak banjir bandang menerjang pada 17 Februari 2013, Kota Manado dan wilayah Sulawesi Utara (Sulut) lainnya  kembali dilanda bencana yang sama dengan dampak kerusakan lebih dahsyat.  Sedikitnya 13 orang tewas, puluhan orang hilang dan sekitar 40 ribu warga mengungsi akibat banjir bandang dan tanah longsor, Rabu (15/1/2014).

Total jumlah korban tewas sebanyak 13 orang itu disampaikan  Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulut  Noldy Liow kepada Tribun Manado sekitar pukul 23.20 Wita,  Rabu (15/1). Menurut Liow, korban tewas di Kota Manado lima orang, lima orang di Tomohon dan tiga orang di Minahasa dan Minahasa Utara. "Bukan 15 orang, saya laporkan kepada Bapak Gubernur 13 orang," ujarnya. Dalam keterangannya kepada salah satu stasiun televisi tadi malam, Gubernur Sulut Dr Sinyo H Sarundajang menyebut korban tewas sebanyak 15 orang. Jumlah korban tewas diperkirakan bertambah lantaran puluhan orang masih dinyatakan hilang atau belum diketahui keberadaannya pascabanjir dan longsor, Rabu (15/1).

Banjir bandang terparah melanda Kota Manado. Akses jalan di dalam ibu kota Provinsi Sulut itu lumpuh total sepanjang hari Rabu kemarin. Sementara tanah longsor di wilayah Kota Tomohon dan Minahasa Utara merenggut korban jiwa. Laporan sementara sedikitnya empat jembatan putus di beberapa lokasi. Akses  akses jalan darat Manado-Tomohon putus sejak kemarin pagi. Kota Tomohon sampai tadi  malam praktis terisolir lantaran jalan alternatif lewat Taratara ke Tanahwangko pun putus akibat longsoran  di Ranotangko

Sampai pukul 21.00 Wita, Rabu (15/1), Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado, Max Tatahede menyebut masih banyak warga terjebak di tengah pusaran banjir dengan ketinggian dua meter lebih. Untuk sementara, kata Max, sekitar 40 ribu warga Kota Manado terkena dampak bencana banjir yang melanda tujuh kecamatan di Kota Manado. Wilayah paling parah diterjang banjir bandang yakni Singkil, Paal 2 dan Tikala. "Wanea, Sario, Tuminting dan Bunaken hanya sebagian. Tuminting,  dua kelurahan sedangkan Bunaken satu kelurahan yang terkena banjir," katanya.

Korban tewas lainnya bernama Yu Mingkid (50), warga Desa Sawangan Jaga 3, Kabupaten Minahasa Utara. Yu tewas akibat tertimpa tanah longsor dan pohon dari bukit di belakang rumahnya. Yu yang waktu itu tengah berada di bagian tengah rumah tertimbun material tanah. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 06.30 Wita.
Herce yang berada di samping rumah hanya bisa berteriak, setelah itu menangis sejadi- adinya ketika jasad Yu berhasil dievakuasi beberapa jam kemudian.
"Aduh kasihan," jeritnya.

Usai dimandikan, jenazah Yu diletakkan di rumah kakak Yu, Unggu Sumampouw, tepat di depan rumah Yu yang porak-poranda. Yu memakai kameja putih, wajahnya terlihat tenang. Yu sejak lama menderita lumpuh sehingga jarang keluar rumah. "Ia keluar hanya kalau perlu saja, itu pun pakai tongkat," kata Hence. Selain korban tewas tertimpa longsoran, ratusan rumah penduduk di enam desa di Minahasa Utara tergenang banjir yaitu di Kema 3, Sawangan, Sarawet, Kima Bajo, Nain serta Mentehage. Dua desa yakni Kuwil dan Kaleosan. terisolir akibat putusnya jembatan Kuwil.


Korban di Tomohon
Tiga warga Tomohon dipastikan tewas akibat tanah longsor yang terjadi Rabu (15/1) siang di ruas Jalan Manado-Tomohon, sementara puluhan lainnya diduga hilang. Ketiga korban tewas yakni Alex Karinda dan cucunya Jeremia Pantouw warga Tinoor, dan Rony Sion Moguni (55), warga Kakaskasen III Lingkungan IV.

Ketiganya meninggal di dua lokasi longsoran berbeda. Alex Karinda dan cucunya meninggal di dekat Tambulinas di Tinoor III Lingkungan V, akibat tertindis sedan warna putih yang ikut terseret tanah longsor.  Rony, meninggal di dalam mobil Inova yang dikemudikannya saat membawa dr Olwien Oroh dan anak-anaknya.
Rony ditemukan meninggal oleh warga, Polisi, TNI, dan pemerintah yang melakukan evakuasi setelah terseret sekitar 300 meter dari jalan yang putus ke dalam jurang terjal. Ia terjepit dan masih terlihat terpasang sabuk pengaman di kemudi saat dievakuasi sekitar pukul 17.00 Wita. Sementara Farno Hermawan, putra dari dr Olwien bisa menyelamatkan diri dengan melompat dari mobil diterjang longsor. Mereka dilarikan ke RS Bethesda Tomohon.

Dokter Olwien yang menjabat Kepala Puskesmas di Kakaskasen dan satu anaknya bernama Edo hingga kini belum ditemukan. Saat diperiksa di dalam mobil usai evakuasi hanya Ronny yang sudah meninggal. Keduanya diduga ikut terseret longsoran tanah. Sang suami, dr Fandy Hermawan yang ikut melihat proses evakuasi di TKP, terlihat sangat sedih. Sesekali ia mengusap air mata di pipinya dan terdengar isak tangis. "Tidak apa-apa, saya masih kuat," ujarnya.

Selain ketiga korban yang telah teridentifikasi, ada puluan warga yang diduga terseret longsor dan tertimbun. Evakuasi terganggu cuaca yang sangat buruk serta terhalang medan berat. "Korban di Tambulinas yang berhasil dievakuasi tapi dalam kondisi sudah meninggal ada dua yakni Pak Alex dan cucunya Jeremia," ujar Deny Paila, anggota Kodim Minahasa.

Selain korban meninggal, di lokasi tersebut kata Deny ada dua warga yang berhasil diselamatka yakni Uada, pensiunan Polri dan Meify Purukan. Kapolsek Tomohon Utara Iptu J Tuda mengaku dirinya nyaris menjadi korban terjangan tanah longsor. Lima menit sebelum kejadian, ia sempat bercanda dan makan pisang  bersama-sama dengan Alex yang diketahui merupakan pensiunan marinir. "Saya bilang, Lex masih kuat berenang? Dan dijawabnya, masih kuat, sebab saya sudah biasa sewaktu masih aktif sebagai marinir," kata Tuda.

Ia menduga masih banyak korban yang belum ditemukan  karena sesaat sebelum kejadian dilihat sangat banyak warga yang berteduh di rumah yang ditempati Alex di pinggir ruas jalan Manado-Tomohon. "Rumah dan orang-orang yang berteduh di situ tiba-tiba seketika lenyap, tak terlihat lagi. Ada puluhan orang yang berada di sana, namun  baru dua yang ditemukan dalam kondisi tak bernyawa," tuturnya.

Di lokasi longsor area Tambulinas, tiga rumah di pinggir jalan lenyap. Tak ada sisa lagi yang berdiri, selain reruntuhan yang terlihat ratusan meter dari pinggiran jalan ke arah jurang. Akses jalan juga terputus total, yakni di dekat Tambulinas. Sebuah jembatan di situ pun lenyap, menyisakan lubang cukup dalam.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Kota Tomohon Robby Kalangi mengaku nyaris menjadi korban. "Sebelum jembatan terbawa longsor, saya sempat lewat di situ 30 detik sebelum kejadian. Beruntung tidak terkena musibah," tuturnya sembari menambahkan belum bisa menghitung kerugian akibat bencana ini.

Kendati tak terkena musibah, Kalangi mengaku sempat terjebak di lokasi yang tekstur tanahnya labi. "Tanah di sini labil, jadi sempat takut juga. Saat  menangani yang di sebelah, ternyata di sebelahnya lagi sudah longsor. Jadi, kami hanya mengevakuasi warga yang masih selamat. Sangat mencekam kondisinya tadi, sebab warga sudah tak bisa ke mana-mana lagi karena tertutup longsor," ujar  Kalangi.
Sebuah loader yang digunakan untuk membersihkan longsor tanah ikut terjebak di sana karena jalan putus. Begitu juga dengan mobil patroli  badan bencana, tak bisa bergerak ke mana-mana. Di dekat lokasi longsor yang menyebabkan Alex meninggal, sebuah rumah masih berdiri kokoh. Di depannya longsoran tanah memenuhi badan jalan, bahkan batu berukuran besar tampak menumpuk. "Di rumah itu, ada sekitar 10 sepeda motor yang terjebak dalam reruntuhan. Tidak tahu dengan pemiliknya," ujar Ipda Alex Rompis, anggota Polres Tomohon.

Data sementara ada 8 mobil dan 8 sepeda motor yang terseret tanah longsor di wilayah itu. "Untuk korban lain yang diduga hilang belum bisa dievakuasi, sebab kondisi medan  sangat berbahaya. Kami akan menunggu Basarnas, sebab mereka lebih ahli dan memiliki peralatan lebih lengkap," ujar Dandim Minahasa Kapten Kavaleri Heru Teguh Susanto. Ia mengatakan dengan terputusnya jalan Manado-Tomohon,  pihaknya kesulitan mengevakuasi korban bersama Polri dan masyarakat. Sebab alat-alat tak bisa lagi bergerak. "Tomohon, khususnya Tinoor kini sudah terisolir. Jadi, yang dilakukan sekarang hanya menyelamatkan warga yang masih selamat dulu," tuturnya. (war/erv/dma/kev/def/dit/art/ndo/ryo/alp)


Masih Banyak yang Terjebak

PULUHAN orang di Banjer, Kota Manado, terjebak banjir, Rabu (15/1). Air setinggi 7 meter menggenangi kampung yang berada di belakang kantor Wali Kota Manado itu. Mereka sejak pagi tak bisa kemana-mana, sementara regu penolong tak bisa mengevakuasi karena derasnya air.

Seorang warga yang berhasil melakukan komunikasi dengan Tribun Manado, Ali mengaku menyelamatkan diri di lantai dua di rumahnya di Lorong Pemadam. Selain dia, ada seorang ibu dan bayinya.

Sementara penduduk lainnya ada di atap-atap berteriak minta tolong, namun regu penolong tak kunjung datang. Hingga sore hari mereka hanya bisa berkutat di situ, sementara bahan makanan tidak ada. Mereka menahan lapar. Bahkan hingga tengah malam tadi, mereka belum juga bisa menikmati makan. Sementara Ali menuliskan status di BlackBerry Messenger bahwa ponsel pintarnya habis baterai dan power bank juga habis. Listrik pun mati di lokasi itu.

Telepon redaksi dan wartawan sibuk menerima aduan permintaan pertolongan. Para wartawan pun spontan iuran untuk membeli makanan dan mengusahakan mengirim ke korban yang lapar karena seharian tak makan.

Dimotori Charles Komaling dan Yudith Rondonuwu, mereka membeli makanan ringan dan membawa ke lokasi banjir. Mereka bekerja sama dengan regu penolong mendatangi orang-orang yang terjebak banjir untuk membagikan makanan.
Tribun juga membuka Posko Peduli Bencana untuk menyalurkan bantuan para pembaca. Posko dibuka di kantor Tribun Manado di Jalan AA Maramis Kairagi Manado dan bantuan berupa uang bisa ke Rekening Tribun Peduli BNI 377733777. Derasnya arus air serta ketinggian lebih dari 2 meter menyebabkan warga Dendengan Luar, Lingkungan III dan Lingkungan I terjebak di dalam rumah. "Masih ada yang terjebak di dalam rumah, belum keluar, karena air naik cepat sekali," kata Kepala Lingkungan I Dendengan Luar,  Antje.

Banjir bandang yang melanda Kota Manado dan sekitarnya, Rabu (15/1), membuat banyak kendaraan roda dua pun empat yang terbawa banjir serta  mogok di tengah jalan. Seperti yang terpantau di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang, tepatnya di ruas jalan depan SMP N 1 Manado. Sejumlah mobil terpaksa ditarik menggunakan mobil lain untuk menjauhi genangan banjir karena mogok.
Sejak Rabu siang, ruas jalan ini ditutup dari akses kendaraan karena genangan banjir tinginnya  lebih dari satu meter. Ratusan pengendara sepda motor memarkirkan kendaraannya di kawasan ini.

"Mau pulang ke Mapanget tapi dimana-mana banjir," keluh Ronald, karyawan perusahaan asuransi di Manado.

Lumpuhnya akses jalan di Kota Manado akibat banjir juga menyebabkan ratusan siswa terlantar di depan sekolah mereka hingga Rabu sore. Seperti siswa-siswi SMP Kr Eben Haezar Manado yang menunggu jemputan mereka tak kunjung datang. Orangtua siswa kesulitan menuju sekolah anak mereka karena akses jalan dalam kota putus. Pihak sekolah berupaya mengantarkan siswa ke titik yang masih bisa dijangkau dengan bus sekolah. Di Jalan AA Maramis, puluhan siswa berseragam serta warga Manado terpaksa jalan kali pulang ke rumah mereka  karena ketiadaan angkutan kota yang beroperasi.  (rbt/ika/def/alp/rik/def/kev/osi)

BMKG Keluarkan Peringatan Dini

BADAN Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Stasiun Samrat Manado mengeluarkan peringatan dini mengenai cuaca ekstrem di wilayah Sulut. Curah hujan yang tinggi diperkirakan masih terjadi hari ini dan beberapa hari ke depan.
"Ini hasil pantauan Citra Radar dan Satelit Cuaca hari ini hingga pukul 17:00 Wita tadi bahwa akan ada terjadi peningkatan aktivitas pembentukan awan hujan di atas Sulawesi Utara.  Diperkirakan cuaca buruk dan gelombang tinggi masih akan berlangsung tiga hingga lima hari hari ke depan," kata Prakirawan BMKG SamratRatih Prasetya, Rabu (15/1).

Dijelaskannya, curah hujan yang tinggi di wilayah Sulut beberapa hari ini terjadi karena suplai uap air di atmosfer masih cukup banyak. Potensi angin kencang dapat terjadi pada siang, sore dan malam hari. Ketinggian gelombang di Perairan Sulawesi dan Kepulaujan Sangihe Talaud berkisar antara dua hingga empat meter. Ia mengatakan, pembentukan awan hujan di  Sulawesi Utara yang akan berdampak pada terjadinya hujan intensitas sedang hingga lebat dan angin kencang. Kondisi itu  akan melanda Kota Manado, Kota Tomohon, Kota Bitung,Kabupaten Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa, Bolaang Mongondow Utara, Bolmong Selatan, Bolmong dan  Kota Kotamobagu.

Terkait informasi yang beredar akan terjadinya badai di pesisir Sulut, kata dia, hal itu tidak benar. "Selain itu,  mohon disampaikan bahwa banjir kemungkinan akan meluas karena curah hujan terus meningkat. Hal ini akibat aktivitas pusat tekanan rendah di utara Sulut dan adanya MJO yang memicu hujan deras disertai kilat dan petir," demikian  Ratih. (erv/def)

Sumber: Tribun Manado 16 Januari 2014  hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes