Regina Berharap Ibunya Selamat

SIAU, TRIBUN - Lima korban bencana alam di Nameng, Kecamatan Siau Barat Utara Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro (Sitaro), Sabtu (25/1/2014), sejak kemarin dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)  Prof Kandou Manado. Mereka mengalami patah tulang kaki dan tangan. Satu korban menjalani operasi.

Kepada Tribun Manado, Regina Sidangoli (14) mengatakan, peristiwa itu terjadi begitu mendadak sehingga banyak orang  tidak sempat menyelamatkan diri. "Waktu kejadian saya bersama ibu dan paman sudah berada di atas kapal. Tiba-tiba banjir bandang menerjang perahu. Saya berlari ke bagian belakang kapal. Selanjutnya saya terhempas ke laut dan tangan saya sebelah kiri patah," ujarnya.

Regina kehilangan ibu dan pamannya yang sampai saat ini belum ditemukan. "Semoga mereka ditemukan," tutur Regina dengan raut wajah sedih dan takut. 
Fine, anggota keluarga korban menyatakan, tempat kejadian itu adalah sungai kering. "Angin puting beliung yang mencurahkan air di atas gunung kemudian turun di sungai kering. Curahan air laut itu berubah jadi banjir bandang yang menghantam kapal yang akan berangkat ke pasar," kata Fine.

Miranda,  anak dari korban selamat Respin Muliku menuturkan, ibu dan kedua kakaknya menjadi korban. "Semoga mereka selamat dan segera ditemukan," tutur Miranda.  "Saat kejadian saya berada di rumah dan ayah bekerja di Gorontalo. Jika tidak ada halangan ayah akan sampai di Manado malam ini," ujarnya.

Kelima korban selamat yang mengalami luka-luka itu diangkut dengan KM Terasanta dari Siau. Kapal tiba di Pelabuhan Manado, Senin (27/1) subuh. Para korban langsung dilarikan ke RS Kandou bersama dokter pendamping dari Sitaro. 
Sementara itu pencarian terhadap korban banjir bandang di Desa Nameng masih belanjut hingga Senin (27/1). Pencarian dilakukan tim gabungan  Polres Sangihe, TNI, Basarnas, aparat Pemkab Sitaro dan masyarakat setempat.

Kendala Cuaca Buruk
Polres Sangihe dan Pemkab Sitaro mengoreksi data korban yang hilang bukan hanya 26  orang tetapi 31 orang. Sedangkan korban yang tewas yang sudah ditemukan  akibat bencana tersebut 3 orang. "Tadi sekitar jam tiga sore (pukul 15.00 Wita) satu orang ditemukan bernama Adunikam Sidangoli," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten  Sitaro yang juga Asiten II Pemkab Sitaro, Herry Lano SE MM kepada Tribun Manado, Senin (27/1) sore. Sehari sebelumnya, kata dia, ada dua korban yang ditemukan tewas.

Herry menjelaskan,  Adunikam Sidangoli ditemukan tim gabungan saat menarik sebuah pohon yang tumbang. Saat pohon tersebut bergeser, jenazah dari Sidangoli  muncul. Herry mengakui, pada hari pertama musibah itu jumlah korban masih simpang siur.  Mereka pun mencari informasi ke warga dan terungkap sementara ada 41 orang yang menjadi penumpang dari dua kapal yang diterjang banjir curah pada Sabtu (25/1) pagi.

Korban yang selamat dan mengalami luka sampai saat ini berjumlah tujuh orang. Lima di antaranya mengalami patah tulang dan sudah dirujuk ke RSUP Prof Kandou Malalayang Manado. Herry mengakui upaya pencarian korban sangat sulit karena cuaca yang tidak bersahabat. "Ombak masih sangat kuat," ungkapnya.

Kapolres Sangihe, AKBP Sumitro mengatakan tim gabungan melakukan pencarian sejak pukul 07.00 Wita, Senin (27/1). Tim gabungan akan mencari korban selama satu minggu. Dia yakin tim akan menemukan korban. Berdasarkan pengalaman, kata dia, korban yang terseret arus laut akan terapung setelah dua atau tiga hari pasca kejadian.

"Ini sudah hari ketiga. Kami masih melihat situasi. Kalau belum ditemukan, maka kemungkinan tertimbun material di dasar laut. Setelah dihitung,  kedalaman air sekitar  12 meter di lokasi kejadian itu," tambah Sumitro.

Seperti diwartakan sebelumnya,  Sabtu (25/1) pagi puluhan warga Desa Nameng, Siau turun dari kampung mereka menuju dermaga di pantai antara Desa Nameng dan Bukide. Mereka hendak ke Pasar Ulu Siau menggunakan perahu motor. Sekitar pukul 09.00 Wita saat ABK perahu masih menunggu kedatangan seorang penumpang tujuan Ulu,  hujan turun di wilayah itu disertai angin kencang.

Menurut saksi mata,  angin kencang mirip puting beliung yang datang tiba-tiba membuat air laut seperti terangkat ke atas lalu  terhempas di atas sela-sela lereng perkampungan di pantai itu. Air kembali tercurah dari lereng ke arah laut, berubah seperti banjir bandang yang menghantam perahu di pantai.

Perahu terguling, tercabik-cabik. Para penumpang diterjang air bah bercampur material  batu, pasir dan kayu. Sebagian besar penumpang terhempas ke laut dan sebagian tertimbun material longsoran dari perkampungan. Dua warga ditemukan meninggal pada pukul 10.00 dan 11.00 Wita, Sabtu (25/1). (kel/kev)

Korban yang dirawat di RS Kandou
1. Wilson Kendung (42), warga Desa Nameng
2. Regina Sidangoli (14),  Desa Nameng
3. Steven Mananohas (25), Desa Nameng
4. Respin Muliku (36), Desa Nameng
5. Sunce Mugawe (46), Desa Nameng


Mungkin Tertimbun Bebatuan

KEPALA Bagian (Kabag) Hubungan Masyarakat (Humas) dan Protokol Pemerintah Kabupaten Kabupaten Sitaro James Marthin  meminta keluarga korban bencana di Desa Nameng bersabar. Lokasi evakuasi di dalam laut membuat tim penolong agak sulit mencari korban yang hilang. "Sulit sekali menemukan korban yang hilang tapi kita terus berusaha," ungkap James, Senin (27/1)

Dikatakannya,  proses pencarian pada Senin kemarin mulai pukul 06.00 hingga 18.00. Pencarian berlanjut hari ini Selasa (28/1). Tidak ada pencarian malam hari karena terkendala penerangan, arus laut yang kencang sekaligus memperkecil risiko. Saat ini, kata James,  Tim Basarnas Manado fokus pencarian dengan penyelaman karena besar kemungkinan para korban hilang tertimbun material yang didominasi bebatuan di dasar laut tersebut. "Tim SAR fokus evakuasi selam karena kemungkinan korban hilang tertimbun batu dan ada di dasar laut," kata James.

James mengakui bencana yang menimpa Kabupaten Sitaro kali ini benar-benar menyayat hati. Bila korban hilang tidak terlamatkan, maka melebihi jumlah korban banjir bandang di Kota Manado. James tidak mau mengambil kesimpulan semua korban hilang sudah meninggal walaupun pihak keluarga korban sudah pasrah melihat kondisi yang ada. "Bisa dibayangkan sulitnya mencari korban hilang karena puting beliung itu menghantarkan air dan bebatuan lalu menghantam mereka saat berada di perahu jatuh ke dalam laut," kata James sambil mengatakan  korban selamat yang luka parah sudah dirujuk ke RS Prof Kandou Malalayang Manado.

 "Sudah dirujuk atas petunjuk bupati dan semua biaya perawatan termasuk jika ada yang dioperasi akan ditanggung Pemkab Sitaro," ucapnya.

Sekretaris Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Pemkab Sitaro Gandha Mulalinda mengatakan, di Desa Nameng rumah penduduk berada di area tebing. "Jadi dermaga di sini bukan di tepi pantai tapi di daerah seperti lembah yang mengarah langsung ke laut yang dalam. Desa Nameng juga belum bisa dicapai dengan mobil. Tim tim yang datang mengunakan perahu atau kapal. Jalan ke desa ini hanya bisa dengan sepeda motor karena masih berupa jalan setapak. Di sini juga ada jembatan yang putus,  jadi masih terisolir," kata Gandha.

Disebutkannya, selain Basarnas Manado, tim yang ikut membantu proses evakuasi dari BPBD Sitaro, Dishub Sitaro, TNI AL, Polair, Polsek Urban Siau Barat, PMI Sitaro serta warga setempat.  Menurut  Gandha,  Bupati Sitaro Tonny Supit memerintahkan warga dari desa tetangga lokasi kejadian yaitu Kampung Lokong Banua dan Lohoraung untuk membantu proses evakuasi korban di Desa Nameng.
Anggota DPRD Sitaro Mochtar Kaudis berharap ada relawan membantu proses evakuasi karena harus mengunakan alat penyelaman. "Ini duka yang mendalam bagi kita semua terutama bagi keluarga korban. Tentu kami berharap segera ditemukan korban yang hilang itu," kata Kaudis.  (dit)

Sumber: Tribun Manado 28 Januari 2014 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes