MANADO, TRIBUN - Kegiatan belajar mengajar (KBM) di Kota Manado pascabanjir bandang belum berjalan pada Senin (27/1/2014). Selain karena ruang kelas belum sepenuhnya bersih dari sampah dan lumpur, ada pula ruang kelas yang masih dipakai pengungsi korban banjir bandang 15 Januari 2014 lalu.
Seperti disaksikan Tribun Manado, Senin (27/1), satu di antara gedung sekolah yang masih dipakai pengungsi adalah SD Kartika Wirabuana di Perkamil. Ruang kelas masih dijadikan tempat penginapan untuk para pengungsi.
Wakil Kepala SD Kartika Wirabuana Max Kapoh mengakui kegiatan belajar mengajar belum berjalan. "Tadi hanya kegiatan bersih-bersih saja di sekolah," katanya, Senin kemarin, Menurut Max Kapoh, sekitar 90 persen siswa sekolah itu terkena bencana banjir bandang. "Siswa seluruhnya 205 orang. Yang datang sekolah tadi hanya 21 orang," katanya. Menurut dia, para guru sudah memeberitahukan kepada siswa bahwa KBM akan normal kembali, Selasa (28/1).
Begitu juga dengan SD Negeri 02 Manado. Kemarin, siswa yang hadir hanya 15 orang. "Besok (hari ini, Red) kegiatan belajar mengajar akan kembali normal," ujar guru kelas 4 SD Negeri 02 Manado Katrince Mondoringin.
Aktivitas KBM pun belum terlihat di Sekolah Dasar Negeri 16 Manado di Jalan Pingkan Matindas. "Sejak Sabtu (25/1) bersih-bersih sampai sekarang, kita belum tahu mulai belajar lagi," kata siswa SDN 16 Manado, Irgi Suleman, Senin (27/1).
Hal yang sama dikatakan rekannya Samirrudin yang duduk di kelas 6. "Kita belum tahu, kita hanya disuruh ke sekolah bersih-bersih dan akan diberikan baju seragam. Jadi hari ini pakai baju biasa karena seragam sudah hanyut," kata Samirrudin.
Berdasarkan pantauan Tribun, para siswa yang mengenakan baju biasa bahu membahu mengatur meja dan buku pelajarang. Terlihat juga guru-guru membersihkan kelas dan bangku.
Kepala SDN 16 Manado, Lies Rorie menjelaskan, kegiatan belajar mengajar direncanakan mulai Rabu (29/1). "Hari Rabu kita pastikan sudah mulai belajar mengajar. Hari ini dan besok kita masih membersihkan sekolah. Banyak sekali lumpur dan sudah diangkut sampai 14 kali. Siswa di sini seratus persen terkena bencana banjir," kata Lies Rorie.
Kondisi yang sama terjadi di SMK dan SMP Cokroaminoto di Kelurahan Ternate Baru, Kecamatan Singkil. Belum terlihat aktivitas belajar mengajar di kedua sekolah tersebut. Hari Senin (27/1) tampak para guru bersama PNS dari sejumlah instansi membersihkan lumpur. Meja dikeluarkan ke halaman sekolah dan ruang kelas disemprot menggunakan air dari mobil pemadam kebakaran.
Menurut Kepala SMK Cokroaminoto, Hj Tini Muslim mengakui, kondisi sekolahnya cukup parah karena air naik hingga sekitar 3 meter.
"Tadi ada siswa yang sudah pakai seragam, tapi kita suruh pulang ganti baju untuk bantu-bantu membersihkan. Instruksi dari Pak Gubernur hari ini sudah masuk sekolah. Tapi anak-anak sekolah dis ini 100 persen domisili di wilayah banjir. Jadi belum bisa sekolah lagi. Apalagi di lantai dua masih ada pengungsi," kata Tini.
Ia menambahkan, guru dan pegawai SMK Cokroaminoto sudah masuk kerja untuk bersih-bersih sejak beberapa hari lalu. Bahkan ada juga PNS dari instasi lain yang ikut membersihkan seperti dari Diknas Propinsi, Dinas Perhubungan dan SMK lain. "Kita ingin secepatnya bisa sekolah kembali. Bila memungkinan, Senin minggu depan sudah bisa sekolah. Tapi itu tergantunhg pengungsi, apakah mereka sudah pulang atau belum," ujarnya.
Tini menuturkan, sebanyak 154 siswa di sekolah ini merupakan korban banjir. Mereka tinggal Karame, Ternate Tanjung, Ketang Baru dan Ternate Baru. "Kita belum dapat bantuan untuk sekolah, hanya tadi ada yang minta data anak sekolah yang terkena banjir atau kehilangan baju sekolah. Kita bilang, bagaimana mau mendata, kondisi kita masih begini dan kita bilang semua siswa di sini merupakan korban banjir," demikian Tini.
Seperti diberitakan, sebanyak 119 sekolah di Manado mulai dari TK hingga SMA diterjang banjir bandang, Rabu (15/1) lalu. Para siswa yang terkena dampak banjir sekitar 8.000 orang. Hampir dua pekan mereka tidak mengikuti KBM. (def/fer)
Sumber: Tribun Manado 28 Januari 2014 hal 1