SEJUMLAH daerah di Sulawesi Utara (Sulut) luluh-lantak! Banjir, tanah longsor, angin kencang, dan gelombang besar telah memorak-porandakan infrastruktur (jalan, jembatan, dan tanggung pengaman ombak) serta permukiman Kota Manado, Tomohon, Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, dan Bolaang Mongondow, Rabu (15/1) malam.
Selain belasan korban jiwa, peristiwa yang disebut-sebut terbesar pascabencana tahun 2000 (skala Sulut) ini diperkirakan menimbulkan kerugian hingga triliun rupiah. Contohnya jalan penghubung Manado-Tomohon di kawasan Tambulinas amblas, sebagian badan jalan penghubung antara Airmadidi-Sawangan amblas, jembatan menuju Desa Kuwil (Minut) ambruk, badan jalan dekat jembatan Sulu (Minsel) amblas, jembatan di Jalan Piere Tendean (Boulevard) Manado amblas. Belum termasuk ratusan longsoran kecil yang terjadi di sejumlah sarana transportasi di wilayah Sulut.
Akibatnya, akses transportasi darat di beberapa wilayah lumpuh. Situasi tersebut tentu tidak menguntungkan bagi masyarakat pengguna jalan. Sejumlah desa bahkan terisolasi. Masyarakat kesulitan menjual hasil perkebunan seperti jagung, kopra, dan hortikultura. Belum lagi dampak langsung yang diderita petani setelah area persawahan mereka dilibas banjir dan angin kencang. Masyarakat seakan dibuat tak berdaya oleh bencana alam.
Mereka hanya bisa berharap pemerintah kabupaten/kota, provinsi, dan pusat lebih peduli. Perhatian itu harus dibuktikan untuk memenuhi kebutuhan para korban dan membangun kembali infrastruktur yang rusak. Menjadi pekerjaan rumah dinas pekerjaan umum (PU) kabupaten/kota, provinsi, dan Balai Jalan dan Jembatan Wilayah Sulut dan Gorontalo (pusat) untuk segera memperbaiki kerusakan jalan dan jembatan.
Sedikit beruntung kita punya aparat TNI yang begitu sigap menyikasi kerusakan beberapa infrastruktur. Meski rekonstruksi sederhana, langkah cepat dan tepat seperti yang ditunjukkan aparat TNI amat dibutuhkan untuk menggairahkan kembali roda perekonomian masyarakat.
Kita memang mengenal orang Manado berjiwa besar, selalu bergerak maju pantang menyerah dalam menjalani kehidupan ini. Namun semangat bangkit kembali dari keterpurukan itu tidak akan maksimal me-recover dampak buruk akibat bencana tanpa didukung sikap cepat dan tepat dari pemerintah. Satu di antara skala prioritas adalah segera merekonstruksi (membangun kembali) jalan, jembatan, serta infrastuktur yang rusak akibat bencana.
Bagaimanapun perekonomian yang mulai berjalan normal membutuhkan dorongan dari pemerintah. Membuka kembali akses transportasi darat yang sempat terputus sangat dibutuhkan masyarakat untuk memperlancar lagi perputaran ekonomi. Kita semua berharap kejadian "penelantaran" infrastruktur rusak pascabencana oleh pemerintah tidak terulang lagi pada menanggulangan bencana alam di Manado kali ini. Semoga! *
Sumber Tribun Manado: 20 Januari 2014