Perubahan Perilaku Hantui Korban Bencana

Banjir di Manado 15 Januari 2014
MANADO, TRIBUN - Bencana tak diharapkan siapa pun. Bencana yang datang tiba-tiba memberi dampak kerugian materi dan moril sekaligus. Di samping kerugian materi yang kasat mata alias bisa dihitung, korban bencana banjir dan tanah longsor di Sulut  dihantui gangguan fisik (penyakit) sekaligus mental.

Kepala Pusat Studi Otak dan Perilaku Sosial Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Dr Taufik Pasiak M.Kes mengatakan, selain mewaspadai penyakit fisik, korban banjir dan longsor di Manado dan sekitarnya hendaknya waspada terhadap perubahan perilaku yang muncul pascabencana. "Misalnya mudah marah, gampang tersinggung, hipersensivitas, kecemasan, ketakutan serta perasaan tak berguna dan hampa," kata Pasiak kepada Tribun Manado, Kamis (23/1/2014).

Menghindari ancaman tersebut, menurut Pasiak, perlu dilakukan langkah antisipasi melalui lembaga pendidikan dan keagamaan. Pertama, aktifkan secepatnya aktivitas pendidikan, buka segera persekolahan, pengajian dan sekolah minggu. "Paguyuban masyarakat, pertemuan rukun warga segera dimulai lagi dengan demikian ada kebersamaan, semangat baru, memecahkan solusi bersama dalam pertemuan ini," jelasnya.

Kemudian,  tokoh masyarakat turun membangun solidaritas dan optimisme di tengah warga yang sedang berduka. "Mimbar-mimbar agama di mesjid, gereja dan lainnya lebih menyerukan ke masyarakat untuk bersabar, tetap optimis melanjutkan hidup. Jangan bosan-bosan memberi pesan bahwa bencana bisa dilalui," katanya.

Dikatakannya, perubahan alam pikiran dan perasaan kerap terjadi menyusul adanya bencana yang menimbulkan trauma. Bencana yang mengancam nyawa dan menimbulkan rasa takut. "Gangguan ini menandai awal munculnya penyakit Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)," kata Pasiak yang sejak pekan lalu menjadi mobile doctor, turun ke kantong pengungsian dan melayani mereka yang sakit.

Lalu apa langkah yang dilakukan korban bencana? Menurut Pasiak, korban bencana  perlu meningkatkan level kesabaran. Kebersamaan, solidaritas harus dikuatkan kembali. Kata Pasiak, perasaan senasib harus menjadi daya gugah atas derita yang dialami. "Jangan mudah terprovokasi dengan isu isu kecil. Jangan cepat menyimpulkan dan membuat kesimpulan," jelas Sekum MUI Sulut ini.

Jika merasakan perasaan ini meningkat, maka segera cari dokter di Posko Kesehatan terdekat. Ia menitip pesan, kepada tokoh masyarakat agar bisa memberi komentar yang membangkitkan semangat, optimisme yang meningkatkan daya juang dan solidaritas masyarakat.

 "Di setiap bencana traumatik, di manapun yang pernah terjadi di belahan dunia ini, masalah- masalah seperti ini selalu menyertai pascabencana. Semoga sejawat yang di posko-posko kesehatan menjemput bola ke keluarga, kelompok warga  atau tempat-tempat yang terdapat banyak orang sakit," ucapnya. (ndo)

Sumber: Tribun Manado 24 Januari 2014 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes