Tonny Bersyukur Jika Dapat Rp 35 Juta

Banjir di Manado 15 Januari 2014
MANADO, TRIBUN - Warga Kota Manado korban banjir bandang 15 Januari 2-14 memberikan respons berbeda terkait rencana pemerintah memberikan ganti rugi untuk rumah yang rusak berat, sedang dan rusak ringan. Ada yang merasa bersyukur dapat bantuan dari pemerintah dan siap pindah dari bantaran sungai, namun ada yang bersikap sebaliknya. Pemerintah berencana memberikan ganti rugi Rp 50 juta untuk rumah rusak berat, Rp 35 juta untuk rusak sedang dan Rp 25 juta buat rusak ringan.

"Informasi tersebut sudah saya dengar sekitar tiga hari sesudah banjir, entah benar atau tidak. Kondisi rumah saya bagian dapur yang rusak parah, sedangkan warung makan tempat usaha saya juga rusak parah. Kalau hanya Rp 50 juta kemudian harus pindah itu tidak cukup," ujar Nyongki Ismail (53), warga lingkungan III Dendengarn Dalam kepada Tribun Manado, Sabtu (1/2/2014). Ketika ditemui dia sedang mencuci pakaian yang berlumpur di depan rumahnya yang belum bersih sepenuhnya.

Ismail enggan pindah dari lokasi sekarang karena ia mengadu nasib disitu. "Mata  pencarian saya di sini dan banyak yang datang makan di warung saya, kalau suami punya profesi yang bisa saya harapkan bisa pindah, tapi kalau harus pindah di pedalaman mau dapat uang bagaimana?" katanya.

 Hempri (38),  warga  lingkungan IV kelurahan yang sama yang kini mengungsi di Gereja GMIM Yarden mengatakan pemerintah jika ingin bantu harus jujur. "Kalau  hanya dapat Rp 35 juta sesuai dengan kerusakan rumah saya, mau dibikin apa itu? Jika hanya begitu saya lebih memilih rumah direhabitasi sesuai dana yang ada.  Pemerintah jika membuat janji harus ditepati jangan sama seperti bola pingpong ke sana-kemari. Kalau betul akan diberi, ya terima kasih. Harapan besar saya kalau mau bantu, bantulah secara jujur," kata Hempri. Jumlah mereka yang mengungsi di gereja  itu, kata Hempri 168 kepala keluarga.

Tonny (38) yang rumah rusak sedang merasa bersyukur jika bisa mendapatkan ganti rugi Rp 35 juta dari pemerintah. "Jika dapat, saya sangat bersyukur dan kalau hanya Rp 35 juta saya pilih rehab rumah," ujarnya sambil mengaku rumahnya yang tersisa hanya dapur. Yang lain ambuk disapu air bah.

Minter Pangandahen (51), warga lingkungan IV Dendengan Dalam yang rumahnya hanyut menyatakan, jika dapat ganti rugi Rp 50 juta dengan syarat harus pindah, dia siap. "Nanti dana tersebut saya akan cukupkan untuk bangun rumah," ujarnya.
Hal senada dikatakan Deice Boham (42) warga Lingkungan IV. "Waktu Wapres Boediono datang saya dengar janji mereka tersebut, kalau memang dapat kami akan pindah. Buat apa tinggal di sini jika harus terkena banjir terus-menerus? Semoga bantuan tersebut bisa tersalur, jangan hanya sampai di suara, beri bukti! Lebih cepat lebih bagus supaya cepat pindah," ujarnya saat ditemui di belakang rumahsedang memberi makan ayahnya dekat sungai.


Jangan Cuma Janji
Ditemui Tribun Manado secara terpisah, Jumat (31/1), sejumlah warga korban banjir di  Dendengan Dalam menyatakan siap pindah dari bantaran sungai (DAS Tondano, Red) jika pemerintah menyiapkan rusunawa atau lahan. "Untuk rumah warga yang akan terkena relokasi pasti tidak akan menolak karena memang sudah pada jalurnya. Tanah di bantaran sungai adalah milik pemerintah, jika pemerintah ingin menggunakan demi kepentingan umum maka masyarakat yang berada di DAS harus memberikannya," kata Semmy Mananoha.

Semmy mengharapkan pemerintah segera bertindak lewat aksi nyata untuk program revitalisasi DAS Tondano dan relokasi. "Jika pemerintah langsung bertindak untuk segera menggusur dan membangun untuk perbaikan DAS Tondano, maka masyarakat yang rumahnya terkena akan pindah,  tidak mungkin akan kembali lagi ke tempat itu.
Sesuai  pengalaman beberapa tahun lalu ada warga yang direlokasi tapi setahun kemudian mereka kambali lagi karena pemerintah tidak membangun apa yang mereka rencanakan," kata dia. Suma Talimunga (60), korban banjir yang berada di tempat pengungsian karena  rumahnya hancur total menyatakan siap direlokasi. "Jika pemerintah menyediakan tempat untuk membangun rumah walaupun hanya ukuran kecil saya akan pindah," ujarnya.

Suma menceritakan pengalaman pada bencana sebelumnya. "Saya berharap pemerintah secepatnya bertindak. Jangan sampai terjadi lagi beberapa tahun lalu, kami akan direlokasi  mendapatkan bahan material membangun rumah tapi ternyata semua itu baru muncul kurang lebih tiga  tahun kemudian dan bahannya sudah tidak sesuai lagi. Contohnya atap yang rencananya 20 tapi hanya dapat 5 atau 10 saja, begitu juga dengan pasir dan bantu tidak sesuai lagi," kata Suma.

Suma kini bingung akan tinggal di mana lagi kerena rumah sudah rusak berat dan tidak mungkin  tinggal di situ lagi. "Saat ini semua makanan dan pakaian diberikan oleh gereja. Tidak mungkin kami akan terus diberi bantuan oleh gereja, jadi pemerintah segeralah bergerak jangan menunggu terlalu lama," ujarnya.  Harapan yang sama dikatakan Jemmy Tumopa (53).  "Untuk pemerintah jangan hanya menyampaikan surga di telinga saja atau janji-janji palsu tanpa tindakan nyata,"  katanya. (alp/kel)

Sumber: Tribun Manado 3 Februari 2014 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes