Ayin

SEANDAINYA hari ini ada kontes memilih perempuan Indonesia terpopuler, maka pilihan beta akan jatuh pada Artalytha Suryani alias Ayin. Dia wanita cantik, matang, kaya dan terkenal. Sejak 2 Maret 2008, namanya menghiasi media massa cetak dan elektronik. Tak putus-putusnya. Tiada hari tanpa Ayin.

Ayin memang sudah tercatat dalam buku sejarah hukum Republik Indonesia. Dia akan dikenang selalu. Mewariskan sesuatu bagi negeri ini sejak Jaksa Urip Tri Gunawan ditangkap aparat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di rumahnya 2 Maret 2008. Urip dibekuk setelah menerima uang Rp 6 miliar dari Ayin. Posisi hukum Ayin adalah terdakwa penyuapan terhadap Urip. Proses persidangan masih bergulir.

Hebohnya belum berakhir. Dari hari ke hari, Ayin menguak banyak tabir misteri. Misteri yang membuat gedung bundar Kejaksaan Agung (Kejagung) Jakarta bergetar dan merinding. Tak perlu menjelaskan panjang lebar tentang inti cerita. Indonesia sudah tahu dan maklum. Betapa hukum bisa diperjualbelikan. Ujung- Ujungnya Duit. Betapa Panggung Sandiwara penegakan hukum negeri tercinta tak cuma judul lagu karya Ian Antono-Taufik Ismail yang dipopulerkan Ahmad Albar. Melalui Ayin kabar-kabur berpuluh tahun tentang mafia peradilan, tentang aparat penegak hukum yang bisa "dibeli" kini sungguh nyata dan terang-benderang.

Kisah Ayin di pengadilan "menelan korban". Korban positif untuk menegakkan martabat institusi kejaksaan. Jaksa Agung berani membersihkan rumah sendiri mulai dari langit-langit. Setelah Kemas Yahya Rahman dibebastugaskan dari jabatannya sebagai Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) gara-gara anak buahnya Urip menerima suap 660.000 dolar AS dari Ayin, pada tanggal 26 Juni 2008 Jaksa Agung Muda Perdata Tata Usaha Negara (Jamdatun), Untung Udji Santoso dicopot dari jabatannya oleh Jaksa Agung, Hendarman Supanji. Kabar terbaru menyebutkan Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel), Wisnu Subroto yang namanya disebut-sebut dalam percakapan Untung-Ayin dalam "skenario penyelamatan Ayin" oleh Kejagung -- juga mundur.

Ayin laksana virus yang cepat menyebar lewat udara. Ayin menghentak kesadaran. Melecut aksi nyata. Sejak penangkapan Urip, kinerja kejaksaan dalam menangani kasus korupsi jauh lebih baik. Tak sedikit kepala kejaksaan negeri, kepala kejaksaan tinggi dicopot dari jabatannya karena kinerja buruk -- sesuatu yang langka di masa lalu.

"Virus Ayin" agaknya merembet juga ke rumah Flobamora. Di kampung besar kita, penyidik kejaksaan telah berani menahan tersangka korupsi, kendati masih kecil- kecilan. Beberapa contoh bisa disebut. 11 Juni 2008: aparat Kejaksaan Negeri SoE menahan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS, Drs. Marthen Nenabu, M.Pd. Nenabu ditahan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi rehabilitasi situs bersejarah Sonaf Ajobaki senilai Rp 325 juta.

23 Juni 2008: penyidik Kejari Bajawa menahan mantan Kepala Desa Lanamai, Marianus Amalo karena diduga menjual beras untuk rakyat miskin (Raskin) di Desa Lanamai, Kecamatan Riung Barat tahun 2006-2007 kepada seorang pengusaha di Bajawa. Perbuatan Amalo dalam tiga kasus tindak pidana korupsi merugikan negara Rp 82.206.680. Sebelumnya, Kejari Bajawa menangkap Roberth M.Say, tersangka kasus dugaan korupsi dana bantuan pembangunan SMK Sanjaya-Bajawa 2001-2007.

24 Juni 2008: Penyidik Kejaksaan Tinggi NTT menahan Yeni Amelia, tersangka kasus dugaan korupsi dana perjalanan dinas (SPPD) fiktif tahun 2007 di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTT. Itu contoh keseriusan aparat kejaksaan. Semakin banyak penahanan tersangka korupsi semakin baik. Kerinduan kita adalah menahan tanpa pandang bulu. Kakap dan teri sama manusia. Jangan kakap bebas- merdeka.

Besok, 1 Juli 2008, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) akan merayakan hari Ulang Tahun (HUT) ke-62. Terbayang di mata, polisi di kampung Flobamora memiliki keberanian yang sama seperti aparat kejaksaan yang kini giat menangkap dan rajin menahan. Khususnya kasus tindak pidana korupsi.

Polri tak harus menunggu tokoh semacam Ayin baru bergerak. Berani tahan dan proses hukum secepatnya termasuk "saudara sendiri" semisal kasus dugaan pemalsuan dokumen pembelian mobil di Sumba Timur dan Kupang yang sampai detik ini belum tahu ending-nya seperti apa. Polisi membersihkan rumah sendiri. Mungkin ini kado istimewa HUT ke-62. Dirgayahu Polri. Terima kasih Ayin! (email: dionbata@yahoo.com)

Beranda Kita Pos Kupang edisi Senin, 30 Juni 2008, halaman 1

Jerman adalah Jerman

Catatan sepakbola Dion DB Putra

MENARIK nian pernyataan Pelatih Spanyol, Luis Aragones menjelang pertandingan final Piala Eropa 2008 melawan Jerman. "Kami berhak juara, tetapi Jerman adalah Jerman. Mereka punya mental juara menghadapi siapa saja. Kami harus lebih beringas. Secara fisik Jerman lebih kuat. Kami perlu bermain dengan langkah yang cermat agar lawan kelelahan sendiri."

Apakah dengan mengatakan begitu Aragones gentar menghadapi Jerman? Jangan salah. Aragones adalah kesatria Catalan yang jujur. Ia tidak menutup mata terhadap rekam jejak Der Panzer. Juara Piala Dunia tiga kali, juara Eropa tiga kali dan lima kali masuk final Euro. Jerman yang tahun ini berada di final Piala Eropa keenam menyimpan rekor yang tidak dimiliki tim lain di Eropa. Untuk level Piala Dunia, rekor Jerman cuma kalah tipis dari Brasil dan Italia.

Jerman adalah Jerman merupakan sebuah pengakuan. Di level klub, apa artinya Bundesliga dibanding La Liga Primera? Prestasi tim-tim Bundesliga Jerman kurang gemerlap dibandingkan klub Spanyol di kompetisi Eropa. Liga Spanyol merupakan surga bagi para pemain bintang seluruh dunia. Bundesliga lebih bermaterikan pemain lokal dan bintang kelas dua. Namun, jangan tanya kalau Jerman sudah mengenakan kostum tim nasional. Mental bertanding dan kekuatan fisik mampu menutup kelemahan teknis. Jerman hampir selalu menuai hasil terbaik dalam kompetisi antarnegara.

Pertandingan final Minggu malam atau Senin (30/6/2009) dinihari Wita di Stadion Ernst Happel-Vienna kembali menguji daya tahan Jerman. Malam pembuktian siapa akan menjadi Raja Eropa 2008. Dan, Aragones telah memberi sinyal jelas bagi Pelatih Jerman, Joachim Loew. "Kami harus lebih beringas. Kami perlu bermain dengan langkah yang cermat agar lawan kelelahan sendiri."

Membuat lawan kelelahan sendiri merupakan filosofi pertarungan manusia melawan banteng di Spanyol yang disebut matador (pembunuh). Manusia yang disebut torero bermodalkan muleta, sepotong kain merah sebagai tameng. Kain itu dikibar-kibarkan torero guna memancing amarah banteng serta mengalihkan perhatiannya. Banteng seruduk ke sana-sini. Menerjang sekuat mungkin. Si matador cukup mengatur langkah dengan cermat. Gesit menghindar, cerdik memutar. Meliuk-liuk di lapangan. Lama kelamaan banteng beringas kehabisan stamina. Matador tinggal mengakhiri hidupnya. Selesailah sudah!

Pasukan Beruang Merah yang gagah perkasa merupakan korban paling akhir. Korban ke-21 tim Aragones secara beruntun. Realita itu diakui Pelatih Rusia, Guus Hiddink. "Mereka punya senjata yang membuat para pemain kami kelelahan. Kami tak sanggup bangkit pada babak kedua," kata Hiddink usai timnya dipermalukan Spanyol 3-0 di semifinal.

***

BERMAIN dengan cermat kiranya kembali menjadi pilihan Spanyol menghadapi badai staying power Jerman malam ini. Aragones mungkin tidak mengutak-atik the winning team yang terdiri dari Iker Casillas, Sergio Ramos, Carles Puyol, Carlos Marchena, Joan Capdevilla, Marcos Senna, Andres Iniesta, Xavi, David Silva, David Villa dan Fernando Torres. Jika David Villa belum fit akibat cedera saat melawan Rusia di semifinal, hampir pasti Cesc Fabregas menjadi starter. Fabregas akan berkolaborasi dengan Xavi Hernandez sebagai pengatur serangan sekaligus motor Spanyol guna mengimbangi kuartet gelandang Jerman di bawah komando Michael Ballack. Formasi Aragones adalah 4-5-1 atau 4-4-1-1.

Kedua tim mungkin memilih formasi yang sama yaitu cuma memasang striker tunggal. Itu berarti Joachim Loew mengulang taktik melawan Turki di semifinal. Waktu itu, Loew tidak memakai dua striker murni seperti biasa melalui Miroslav Klose dan Mario Gomez. Klose sendiri diapit dua sayap lincah Lukas Podolski di kiri dan Bastian Schweinsteiger di kanan.

Loew sangat berharap kontribusi kedua pemain tersebut dalam membongkar pertahanan Spanyol sekaligus memberi umpan terukur kepada Klose. Jika Podolski dan Schweinsteiger dijegal, Philip Lahm, Torsten Frings dan Ballack bisa menjadi ancaman dari lini kedua. Frings agaknya masuk sejak menit awal guna melapis Ballack. Tanpa Frings, Ballack kehilangan tandem ideal di lapangan tengah. Saat melawan Turki, masuknya Frings sebagai pemain pengganti mengubah irama permainan Jerman.

Aragones akan memberi tugas khusus kepada Carlos Marchena dan Marcos Senna mengawal Podolski. Sergio Ramos akan adu kuat dengan Bastian Schweinsteiger. Calos Puyol berhadapan satu satu dengan Klose. Untuk mematikan bola-bola atas, Puyol dibantu Ramos dan Senna. Tugas Xavi dan Fabregas mengawal Ballack agar tidak terlalu mengacam gawang Iker Casillas.

Aragones kiranya membangun "tembok Berlin" di area 16 meter karena Jerman piawai melepaskan tembakan gledek jarak jauh. Kesalahan sedapat mungkin minim di kawasan itu karena akan menguntungkan Jerman melepaskan bola mati terukur. Tapi Spanyol beruntung memiliki kapten sekaligus kiper sekaliber Casillas. Tatapan matanya menakutkan lawan.

Di kubu Jerman, perhatian mereka akan tertuju pada Xavi, Fabregas dan Torres. Tugas itu akan dimainkan dua pilar terakhir, Christoph Metzelder dan Per Mestesacker. Keduanya dibantu Arne Friedrich dan Frings. Christoph Metzelder adalah kawan akrab Casillas dan Sergio Ramos di klub Real Madrid. Demi kehormatan bangsa, pertemanan tentu diabaikan sejenak. Jika Tores atau Villa diganjal, Jerman harus cepat menghentikan David Silla, Xavi atau Ramos yang biasanya muncul tiba-tiba di kotak penalti. Sedemikian jauh, Torres sering menjadi pelayan bagi gelandang serang Spanyol untuk menghasilkan gol. Kunci permainan Jerman vs Spanyol akhirnya terletak di lapangan tengah. Ballack bentrok dengan Xavi atau Fabregas.

Materi pemain kedua tim sama bagus. Soliditas tim pun sudah teruji. Jerman pernah kalah dan menang. Spanyol menang terus. Rasa percaya diri sedang di ubun-ubun. Tidak dapat mengatakan salah satu finalis lebih diunggulkan dan yang lain underdog. Inilah final ideal. Pemenang tergantung daya tahan dan konsentrasi selama 90 menit. Semoga tidak terjadi antiklimaks sehingga pertandingan berakhir dalam waktu normal seperti final 2004 antara Yunani vs Portugal.

Campeone! Buku sejarah Eropa akan menulis sang juara malam ini. Spanyol menebus kerinduan 44 tahun atau Jerman menambah koleksi keempat setelah 1972, 1980 dan 1996.

Menurut penyair Ludwig Harig, bola adalah seni yang dihasilkan oleh kaki, karena itu di dalamnya juga tersimpan inspirasi dan misteri. Sudah pasti bola adalah seni dan sumber inspirasi yang tak pernah habis diulas dan ditulis. Dikuras tak pernah berkurang pesonanya. Tapi siapa juara Eropa 2008, masih sebuah misteri. Jadi, sebaiknya Anda menonton akhir fiesta Austria-Swiss 2008. Menanti sampai wasit asal Italia, Roberto Rosetti (40) meniup peluit panjang. **

Pos Kupang edisi Minggu, 29 Juni 2008 halaman 1

Espana 24

Catatan sepakbola Dion DB Putra

USAI sudah petualangan Guus Hiddink. Rusia berhenti sampai di sini. Semifinal Piala Eropa 2008. Semangat juang, permainan impresif dan lugas Rusia belum cukup mengantar Guus ke puncak sekaligus menambah rekor baru. Hiddink cuma mengulang prestasi yang pernah diraihnya sepuluh tahun lalu.

Guntur tak henti-hentinya menggelar di langit Ernst Happel- Vienna Kamis (26/6/2008) malam atau Jumat (27/6/2008) dinihari Wita. Kilatan petir menyertai hujan. Hiddink terdiam pada akhir duel. Skor 3-0 bagi Matador. Luis Arogones ceria.

Rusia vs Spanyol part II ternyata tidak jauh beda atmosfirnya dengan pertemuan pertama di Tivoli Neu. Pertanyaan yang tentu mengganggu penggemar bola adalah mengapa pasukan Hiddink tampil tak segarang menghadapi Belanda?

Setelah babak pertama berakhir 0-0 baru terkuak rahasia Rusia. Tim Hiddink tak sanggup melupakan trauma 1-4 di Tivoli 10 Juni lalu dan rekor pertemuan dimana Rusia belum pernah menang atas Spanyol di turnamen besar. Sebelum laga 26 Juni 2008, Spanyol vs Rusia sudah bertemu empat kali dengan tiga kemenangan bagi Spanyol dan sekali seri.

Hiddink sempat berkibar atas keperkasaan Rusia selama Euro 2008 termasuk menistakan tim negaranya Belanda 3-1. Tapi kali ini dia harus mengakui Aragones. Setelah wasit asal Belgia, Frank De Bleeckere membuka kick-off, Rusia mengawali duel dengan formasi kesukaan Hiddink 4-4-1-1 yang disambut Aragones 4-4-2. Hiddink terlihat enjoy karena playmaker Andrei Arshavin yang merupakan inspirator dan kekuatan tim Beruang Merah kembali merumput. Arshavin-lah yang menerjemahkan taktik Hiddink di lapangan.

Kedua tim turunkan formasi awal terbaik. Rusia: Igor Akinfeyev, Alexander Anyukov, Vasily Berezutsky, Sergei Ignashevich, Yuri Zhirkov, Konstantin Zyryanov, Sergei Semak, Igor Semshov, Ivan Saenko, Andrei Arshavin dan Roman Pavlyuchenko. Spanyol: Iker Casillas, Sergio Ramos, Carles Puyol, Carlos Marchena, Joan Capdevila, Marcos Senna, Andres Iniesta, Xavi, David Silva, David Villa, Fernando Torres.

Aragones menyadari roh kesebelasan Rusia adalah Arshavin. Maka tugas khusus Carlos Marchena dan Marcos Senna adalah mematikan Arshavin. Sepanjang 90 menit, gelandang Zenit St. Petersburg yang bulan lalu meraih tropi Piala UEFA itu jarang mengganggu gawang Casillas. Matinya Arshavin berimbas pada striker jangkung Roman Pavlyuchenko. Pavlyuchenko yang selalu ditempel Carles Puyol tidak berdaya karena jarang mendapat bola matang dari Arshavin.

Bek kanan Spanyol, Sergio Ramos juga sukses mengunci gerak maju bek kiri Rusia, Zhirkov. Zhirkov yang tampil hidup dalam tiga pertandingan terakhir, frustrasi menghadapi Ramos. Trio Zhirkov-Arshavin-Pavlyuchenko tidak mampu mengembangkan permainan. Hampir semua serangan Rusia kandas di lini tengah.


Pada menit ke-31 David Villa mengalami cedera. Menit ke-35 Aragones memasukkan Cesc Fabregas. Cukup mengejutkan karena Villa sebagai striker justru diganti gelandang. Biasanya Fabregas mengganti playmaker utama Spanyol, Xavi Hernandez. Aragones rupanya mencoba kiat baru. Membiarkan Torres sebagai striker tunggal. Fabregas, gelandang muda Arsenal itu diberi kebebasan berkreasi di lini tengah bersama Xavi. Jadilah Spanyol memainkan 4-2-3-1 dengan dua playmaker, Xavi-Fabregas. Duet yang ganas-mematikan. Kerja sama Fabregas dan Xavi melahirkan tiga gol beruntun lewat Xavi menit ke-50, Daniel Guiza (73) dan David Silva (82).

Sejak Villa cedera dan Fabregas masuk, tugas Fernando Torres adalah membuka ruang bagi Fabregas dan Xavi muncul tiba-tiba dari second line. Gol pertama Spanyol adalah bukti kejelian Xavi memanfaatkan ruang kosong. Xavi berlari secepat kilat ke depan gawang Igor Akinfeev untuk menuntaskan umpan Iniesta. Gol kedua dan ketiga juga lahir dari kreasi Fabregas.

Aragones memang memiliki stok pemain yang sama bagus di setiap posisi. Beda dengan stok Rusia yang pas-pasan dan kurang pengalaman. Di babak kedua, Hiddink memainkan dua tenaga baru. Igor Semshov diganti Diniyar Bilyaletdinov dan Dmitry Sychev menggantikan Saenko. Tapi pergantian itu tidak mampu mengangkat moral bertanding Rusia.

Rusia benar-benar kedodoran menghadapi Spanyol yang bertarung laksana Matador. Tak kenal lelah berlari selama satu setengah jam. Fisik mereka begitu kuat meski bertanding di bawah guyuran hujan dan lapangan licin. Kemenangan atas Rusia menambah rekor Aragones menjadi 21 kemenangan beruntun. Prestasi istimewa Pak Tua yang wajah dan pembawaannya lebih mirip pastor itu. Lolos ke final adalah harga yang pantas bagi Spanyol dan pertemuan dengan Jerman merupakan final idaman Euro 2008.

Que Viva Espana (Jayalah Spanyol). Espana 24. Demikian antara lain poster yang diacung-acungkan warga Madrid saat merayakan sukses Spanyol maju ke final. Pesta pun meladak di Barcelona, Mallorca, Valencia dan hampir di seluruh penjuru Spanyol. Mereka berpesta sepanjang Kamis malam hingga Jumat dinihari. Aragones dielu-elukan. Fabregas dan Xavi dipuji.

"Ini waktunya! Ya, waktunya Spanyol juara," teriak Juan, dengan tangan kanan memegang bendera Spanyol sementara tangan kiri menggenggam botol bir di alun-alun Madrid. Sekitar 10 ribu orang berkerumun di alun-alun Ibu Kota negeri itu.

Espana 24 mengingatkan saat terakhir Spanyol masuk final Piala Eropa. Di final tahun 1984 mereka ditekuk Perancis yang dipimpin Presiden UEFA saat ini, Michel Platini dengan skor 2- 0. Satu-satunya sukses Spanyol adalah juara tahun 1964. Sudah lama sekali.

Namun, Luis Aragones mengingatkan agar timnya tidak lupa diri. "Kami berhak menjadi juara. Tapi Jerman adalah Jerman. Mereka punya mental juara. Kami harus lebih beringas.
Secara fisik, Jerman lebih kuat. Kami perlu bermain dengan langkah yang cermat agar lawan kelelahan sendiri," ujarnya. Usia boleh tua, tapi Aragones tetaplah Matador sejati. Tak mau kalah sebelum bertanding. Viva Espana!*

Pos Kupang edisi Sabtu, 28 Juni 2008 halaman 1

Turki tak Pernah Mati

Catatan sepakbola Dion DB Putra

TURKI ternyata bukan elang yang terluka. Tampil dalam laga hidup mati dengan hampir separuh pemain inti absen akibat hukuman dan cedera --- Turki tetap gagah mengepakkan sayap. Turki tak pernah mati. Malah nyaris menghancur-luluhkan reputasi dan nama besar Der Panzer.

Turki vs Jerman menghadirkan drama di St. Jakob-Park, Basel - Swiss, Rabu malam atau Kamis (26/6/2008) dinihari Wita. Hempasan badai yang menginterupsi siaran televisi sejagat sekian menit tidak mengurangi ketegangan. Kanselir Jerman, Angela Merkel harus menunggu hingga 90 menit untuk menarik napas lega. "Saya begitu sering menahan napas," kata Merkel yang menonton langsung pertandingan di St. Jakob-Park.

"Gila! Saraf Kami Tegang!" tulis Harian Bild (http://www.bild.de). Bild menilai Jerman kalah dominan dibanding Turki. "Tidak tampak jejak permainan mengesankan, cepat dan langsung menusuk seperti melawan Portugal. Apakah karena arogansi atau kegugupan?" tulis Bild.

Bukan arogan. Joachim Loew mengakui kegugupan itu. "Tidak ada bagian di lapangan yang bisa kami kuasai. Turki bangkit sebanyak tiga kali untuk memenangi pertandingan, dan kami sadar itu bisa terjadi lagi. Pada menit-menit terakhir, kami sempat khawatir, tapi kami beruntung mencetak gol menit ke-90. Saat itu kami mulai yakin mereka tidak akan bangkit untuk keempat kalinya," kata Loew.

Turki sempat menciptakan neraka bagi Jerman. Walau hanya bermodal tim "lapis kedua", pasukan Fatih Terim bermain tanpa beban. Jerman hampir bernasib sama dengan Swiss, Republik Ceko dan Kroasia. Di Basel, penonton menduga pertandingan berakhir 1-1. Tiba-tiba Arda Turan menjebol gawang Swiss menit kedua perpanjangan waktu. Di Geneva, 15 menit sebelum pertandingan usai, Turki ketinggalan 0-2 dari Ceko. Toh mereka akhirnya menggilas Ceko 3-2 berkat gol Nihat Kahveci dalam rentang waktu dua menit. Korban paling tragis adalah Kroasia.
Pada menit ke-119, Kroasia yakin akan keluar sebagai pemenang lewat gol Ivan Klasnic. Menit ke-122, Semih Senturk menyamakan kedudukan dan Kroasia keok lewat adu penalti.

***

NASIB serupa nyaris menghampiri Jerman. Terim begitu percaya diri meski timnya hanya beranggotakan 15 orang. Data statistik selama 90 menit menunjukkan dominasi Turki tersebut. Penguasaan bola, Turki 54 persen, Jerman 46. Tendangan ke gawang, Jerman 9, Turki 20. Sepak pojok, Turki 8, Jerman 2. Jerman tidak pernah keluar dari tekanan lawan!

Sejak kick-off dilakukan wasit asal Swiss, Massimo Busacca, Rustu Recber, Gokhan Zan, Hakan Balta, Mehmet Topal, Mehmet Aurelio, Ugur Boral, Sabri Sarioglu, Ayhan Akman, Kazim Kazim, Hamit Altintop dan Semih Senturk bertarung spartan. Mereka meladeni tim terbaik lawan dengan komposisi Lehmann, Arne Friedrich, Per Mertesacker, Metzelder, Philipp Lahm, Thomas Hitzlsperger, Simon Rolfes, Schweinsteiger, Michael Ballack, Lukas Podolski dan Miroslav Klose.

Mirip laga tinju, Turki dan Jerman jual-beli gol. Jerman kecolongan lebih dulu menit ke-22 lewat gol cerdik Ugur Boral yang menyambar bola muntah hasil tembakan Semih Senturk. Sontekannya tidak sempurna diblok Lehman. Empat menit kemudian Podolski mengirim umpan silang yang diteruskan Schweinsteiger ke sisi kiri gawang Rustu. Skor 1-1. Babak kedua Jerman tetap tertekan. Lapangan tengah milik Turki. Tapi Jerman memimpin menit ke-79 melalui Klose. Empat menit menjelang bubar, Semih Senturk menyusup ke kotak penalti, menyentuh umpan Sabri dari sayap kanan yang hampir jatuh dalam pelukan Lehman. Skor 2-2. Semua tegang. Untung Philip Lahm memperlihatkan kelasnya sebagai bintang. Menit ke-90, Thomas Hitzlsperger memegang bola. Bek kiri Philip Lahm merangsek ke kotak penalti. Hitzlsperger dengan gesit mengirimkan umpan. Lahm yang tak terkawal menghujamkan canon ball indah. Skor akhir 3-2. Gol kaki kanan Lahm mengirim Jerman ke final. Staying Power menang.

Dalam jumpa pers usai pertandingan, Terim yang segera mundur dari jabatannya tetap tersenyum dan memuji Rustu Recber dkk. "Selamat kepada Jerman dan saya berharap untuk keberhasilan mereka di final. Saya sangat bangga kepada para pemain karena mereka menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah tim terbaik. Kami akan pergi, tapi saya pikir kami akan dikenang sebagai tim yang paling berwarna pada turnamen ini. Kami hampir sampai di final, tapi inilah sepakbola," kata Terim.


Ya, sepakbola sesungguhnya bercerita tentang pergulatan manusia menjalani kerasnya kehidupan. Pergulatan itu tak selalu berakhir dengan jaya. Pergumulan bola juga mengajarkan ketabahan untuk menerima kegagalan dengan senyum.

Turki memberi warna Austria-Swiss 2008. Mereka menggelar simfoni bola dengan cara yang unik. Mereka akan dikenang selalu. Diingat sebagai tim yang pantang menyerah di saat krisis. Jatuh terjerembab bukan berarti selesai. Tepatlah kiranya kata-kata Faurk Buyukyoran. "Jerman dikenal dengan kedisiplinan mereka bermain dan Brasil tenar karena teknik. Turki akan dikenang dunia karena semangat juang kami," kata mahasiswa Turki berusia 21 tahun itu. **

Pos Kupang edisi Jumat, 27 Juni 2008, halaman 1

Hiddink

Catatan sepakbola Dion DB Putra

GUUS Hiddink adalah anugerah bagi sepakbola. Dia akan dikenang sebagai salah satu yang terbaik. Hiddink memberi corak yang khas dalam cara memimpin tim. Bagaimana seharusnya pelatih memposisikan diri sebagai ayah, abang, senior, atasan dan rekan kerja. Pemimpin dengan visi jelas dan misi terukur.

Dia motivator ulung yang mampu memompa semangat bertanding laksana banteng. Hiddink bisa mengubah mimpi jadi kenyataan. Anak Belanda itu telah menciptakan eforia lintas benua. Dia musafir yang berkeliling sambil mewartakan kabar gembira bahwa rasa minder itu tabu dalam sepakbola.

Enam tahun terakhir Hiddink adalah hero. Pahlawan untuk beda bangsa. Berawal dari negeri kuning Korea Selatan. Kiprahnya berlanjut ke bumi selatan, Australia. Kini dia memanaskan negeri dingin Rusia sekaligus magnet di Austria-Swiss 2008.
Bulan Januari 2001, ia dipercaya sebagai pelatih tim nasional Korea Selatan (Korsel). Di Asia nama harum Hiddink merebak, mencapai tingkat popularitas mengagumkan.

Korea menembus babak semifinal Piala Dunia dengan menghabisi empat raksasa Eropa, mulai dari Polandia, Portugal, Italia dan Spanyol. Jerman menghentikannya di semifinal dengan susah payah. Bangsa Korea memberinya nama baru, Hie Dung-gu yang dalam bahasa setempat berarti bahagia saat mendaki puncak. Hiddink mengantar Korsel masuk empat besar Piala Dunia, prestasi tertinggi tim Asia sepanjang sejarah Piala Dunia. Prestasi yang sulit terulang dalam waktu dekat. Di Korea 2002, Hiddink menebarkan eforia hingga mereka mengangkatnya sebagai warga kehormatan dan menganggapnya layak jadi presiden! Samsung Electronics, satu dari sekian raksasa bisnis Korsel sampai melakukan penelitian tentang gaya kepemimpinan Hiddink. Mereka temukan The Hiddink Way. Hiddink tak sekadar mengajarkan cara bermain bola. Tapi ia menanamkan visi hingga bangsa Korea keluar dari lingkup Asia. Masuk level dunia. Hiddink adalah pemimpin dengan visi, sesuatu yang langka ditemukan di negeri kita ini.

Tahun 2005-2006 Hiddink menghadirkan eforia di Australia. Di mana-mana, namanya disebut warga negeri itu yang sejatinya lebih cinta kriket, bisbol dan tenis ketimbang sepakbola. Wajar karena Hiddink mengantar Aussie ke the greatest show on Earth bernama Piala Dunia. "Hiddink membawa keajaiban bagi negeri kami," kata PM John Howard ketika itu. Hampir saja Australia menembus perempatfinal seandainya Italia tidak mendapat hadiah penalti kontroversial yang diselesaikan dengan jitu oleh Pangeran Roma, Francesco Totti. Italia akhirnya menjadi juara.

***

NAMA Hiddink kini membius Rusia. Dari Leningrad hingga Moskwa. Sesaat rakyat Rusia lebih hapal nama Hiddink ketimbang presiden mereka yang muda dan energik, Dmitry Anatolyevich Medvedev (42). Seperti diungkap Asisten Hiddink, Igor Kornejev, "Guus telah mengubah kami. Sebelumnya, para pemain Rusia tidak respek terhadap tim nasional. Mereka lebih mencintai klub sendiri. Di tangan Guus, mereka bangga mengenakan seragam tim nasional," kata Kornejev.

Hiddink memang membawa perubahan, sama seperti yang dia wariskan di Korsel 2002 dan Australia 2006. Hasilnya sudah menjadi sejarah. Rusia kini berada di semifinal Piala Eropa 2008 untuk menghadapi Spanyol di Stadion Ersnt Happel-Vienna. Di semifinal dengan menistakan Belanda 3-1. Rusia berwarna Belanda. Memainkan bola dengan lincah dan riang. Menganut prinsip pertahanan terbaik adalah terus menyerang. Serang tanpa beban. Menggedor lawan hingga loyo!

Secara teknis dan mental, Rusia tidak kekurangan dibanding tim Matador Spanyol yang juga meraih hasil sempurna sejak kualifikasi dengan meragakan attacking football. Kalah 1-4 pada laga pembuka Grup D 10 Juni lalu di Stadion Tivoli, bukan jaminan pasukan Luis Aragones akan akan mudah lolos ke final Euro 2008.

Dengan corak dan karakter hampir sama, laga malam ini akan memanjakan penonton. Penggemar bola akan disuguhi pertempuran dinamis selama 90 menit. Duel tim mantan juara Eropa! Rusia dan Spanyol sama-sama merindukan gelar yang pernah digenggam. Piala Eropa bermukim di Moskwa pada pagelaran perdana tahun 1960 saat masih berjubah Uni Soviet. Spanyol yang diasuh duet pelatih Jose Villalonga/Miguel Munoz merebutnya empat tahun kemudian dari tangan Soviet.
Hasil akhir malam ini akhirnya kembali ke nasib Hiddink yang sekian jauh perjalanannya sebagai musafir bola belum pernah mereguk anggur merah sebagai juara turnamen Piala Eropa dan Piala Dunia. Pria kelahiran Varsseveld, 8 November 1946 itu sukses membawa tim Oranye ke perempatfinal Piala Eropa 1996 dan semifinal Piala Dunia 1998 di Perancis. Belanda gagal ke final karena kalah 2-4 melawan Brasil. Korea Selatan 2002 terhenti di semifinal dan Australia paling jauh babak 16 besar.

"Masuk semifinal bukan prestasi. Itu sudah terjadi satu dasawarsa lalu," kata Hiddink. Masuk final dan juara Eropa, itulah target Hiddink. Tidak hanya bagi Rusia tetapi lebih bagi dirinya sendiri. Hiddink masih ingat kata-kata gurunya Rinus Michell ketika mengantar Belanda menjuarai Piala Eropa 1988. "Hanya pelatih tim juara yang dikenang dunia," kata Michell.

Sebagai pelatih tim nasional, babak grandfinal belum pernah memihak Hiddink. Waktunya kini untuk membuktikan apakah melalui Igor Akinfeev, Denis Kolodin, Zhirkov, Igor Semshov, Zyrianov, Sergei Semak dan Roman Pavlyuchenko, Hiddink akan melangkah lebih jauh. Kalau terjadi, Hiddink bakal dikenang sama oleh Rusia seperti Leo Tolstoy yang kesohor lewat Anna Karenina-nya, Lenin, Stalin, Putin, Gorbachev, Pushkin hingga si jelita Maria Sharapova. Jangan-jangan malah Iker Casillas, Ramos, Puyol, David Silva, Alonso, Xavi Hernandez, Iniesta, David Villa, Torres atau Cesc Fabregas yang memberi Pak tua Aragones senyum ceria menuju singgasana. **

Pos Kupang edisi Kamis, 26 Juni 2008 halaman 1

Resep Terim

Catatan sepakbola Dion DB Putra

KURANG dari semenit lagi Kroasia berada di semifinal Piala Eropa 2008. Kemenangan di depan mata. Sorak-sorai pendukung bergemuruh di Stadion Ernst Happel-Vienna, Jumat (20/6/2008) malam atau Sabtu dinihari Wita (21/6/2008).

Dua puluh satu detik menjelang peluit panjang berbunyi, Semih Senturk menjebol gawang Stipe Pletikosa. Keceriaan berganti air mata. Skor akhir laga 120 menit 1-1. Kroasia tak pernah bangkit lagi. Adu penalti, menyerah 2-4! "Sakit bersarang dalam hatiku dan membayangi kami selamanya," kata Pelatih Kroasia, Slaven Bilic.

Jutarnji List, surat kabar dengan oplah terbesar di Kroasia melaporkan kekalahan itu menyebabkan hampir seluruh penduduk negeri itu depresi. Pengelola Jutarnji List sampai menyewa psikiatris, Mirela Vlastelica untuk memberi terapi melalui artikelnya di media tersebut. "Rakyat Kroasia harus memandang masa depan. Jangan berhenti bekerja. Jangan melakukan hal-hal negatif," tulis Vlastelica.

Begitulah kejamnya bola. Banyak sobat di Kupang mengaku kalah taruhan bahkan berjanji tak mau menonton lagi pertandingan Euro 2008 karena terlanjur cinta pada Belanda dan Portugal. Dua tim idola cuma sepenggal jalan. Portugal yang memukau selama penyisihan justru antiklimaks melawan Jerman. Sentuhan atraktif ala Scolari hanyut dalam harmonisasi staying power (kekuatan yang tak habis-habisnya) milik pasukan Bavaria. Tanpa Joachim Loew di bibir lapangan, Michael Ballack tetap seorang jenderal lapangan tengah dan juga algojo. Jerman menang 3-2.

Dan, Belanda paling perih menerima takdir. Pada era keemasan Johan Cruyff, Belanda adalah juara tanpa mahkota, juara di hati penonton, meraih piala tanpa anggur lantaran pesona total football. Buku sejarah Holland kini masuk bab baru. Meminjam idiom dari bekas jajahannya Indonesia, tahun 2008 Belanda makan Belanda.

Rusia tidak pernah memiliki ciri khas sepakbola seperti Inggris, Belanda, Jerman, Italia, Brasil atau Argentina. Bertahun-tahun Rusia terpuruk. Rusia surut sejak Soviet bubar. Maka mereka meminang anak Belanda yang ahli meracik tim pas-pasan menjadi luar biasa. Rusia meniru Korea Selatan dan Australia.

Tim Beruang Merah belajar total football dari Guus Hiddink. Meniru lurus dan utuh dari ahlinya. Eh, hasilnya malah jauh lebih bermutu. Rusia mematuk Belanda 3-1. Edwin van Der Sar memungut bola tiga kali dari gawangnya! Basten termangu melihat Dmitri Torbinski menjebol gawang Edwin setelah menyusup enteng di antara dua bek Belanda. Mirip dengan caranya memperdayai Soviet di final 1988. Total football ala Moskow tak cuma memulangkan juara bertahan Yunani dan membunuh tuan rumah Swedia. Rusia juga menistakan Belanda.

***

DALAM jagat sepakbola tidak berlaku prinsip jatuh cinta pada pandangan pertama. Pandangan pertama bisa membutakan mata. Kroasia menekuk Jerman, Austria dan Polanda hingga memimpin grup B dengan nilai sempurna. Portugal hancurkan Turki 2-0. Turki gilas Kroasia.

Mungkin banyak orang jatuh cinta pada Jerman untuk tradisinya sebagai tim spesialis turnamen. Tim Diesel yang lambat panas. Makin lama kian membara, membakar siapa saja. Jerman favorit untuk reputasinya sebagai negara pemegang gelar Piala Eropa terbanyak (1972, 1980 dan 1996). Di kancah Eropa Turki jelas anak bawang. Dalam hal rekor pertemuan, Jerman begitu dominan. Dari 17 kali pertemuan, tim Panser menang 11 kali, imbang empat kali serta hanya tiga kali kalah dari Turki.

Di atas kertas, Jerman lebih diunggulkan lolos ke final. Apalagi Turki mengalami krisis pemain sehingga laga semifinal tidak menampilkan tim terbaik. Setelah kehilangan enam pemain saat menghadapi Kroasia, Turki juga kehilangan empat pemain lain, yakni Tuncay Sanli, Arda Turan dan Emre Asik, akibat akumulasi kartu kuning. Striker Nihat Kahveci juga cedera paha kanan. Kehilangan Kahveci adalah kerugian besar bagi Turki karena dialah inspirator tim. Turki juga kehilangan kiper utama Volkan Demirel yang mendapat kartu merah pada partai Turki-Ceko dalam babak penyisihan grup.

Meski demikian, sangat menarik peringatan dari kapten tim Jerman, Michael Ballack dan Manajer tim, Oliver Bierhoff yang mengantar Jerman juara 1996. Ballack dan Bierhoff meminta tim Panser mewaspadai semangat juang Turki. "Tidak ada yang memperkirakan pencapaian Turki hingga semifinal, bahkan mungkin oleh tim itu sendiri. Mental mereka sangat kuat. Mental itu dapat membalikkan keadaan sekaligus memberi tekanan ke arah lawan," kata Ballack. "Kami belum memikirkan babak final," tambah Bierhoff.

Jelang duel semifinal, gelandang Turki, Hamid Altintop, menyatakan peluang timnya ke final 50 persen. "Jerman favorit, tetapi kami tim yang bagus. Jika kami melanjutkan cara bermain sebelumnya, kami akan ke final," kata Altintop. Yang lebih menakutkan Jerman justru resep Fatih Terim, pelatih Turki.

"Saya tidak memiliki resep apa pun untuk mengantarkan tim lolos sampai ke semifinal. Kami tidak akan pernah menyerah sebelum peluit akhir berbunyi, itu filosofi kami. Pertemuan Turki dengan Jerman adalah pertemuan dua tim raksasa di kancah sepakbola Eropa," kata Terim.

Menyaksikan perang dua raksasa, jelas memikat-menegangkan. Apakah Terim membuat kejutan baru atau Jerman menambah rekor sebagai penguasa Eropa berkat kekuatan yang tak habis- habisnya sepanjang satu setengah jam bahkan lebih? Selamat menonton. **
Pos Kupang edisi Rabu, 25 Juni 2008 halaman 1

516.718 Pemilih Tidak Coblos

KUPANG, PK -- Sebanyak 516.718 pemilih, setara dengan jumlah penduduk dua kabupaten, tidak mencoblos pada Pemilihan Langsung Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) NTT, 14 Juni 2008.

Jumlah pemilih yang tidak menggunakan haknya dan atau tidak terakomodir hak politiknya itu mencapai 19,53 persen dari total 2.646.114 pemilih yang terdaftar sebagai pemilih tetap (DPT) dalam Pilgub NTT, tahun ini. Sisanya, 2.129.396 pemilih menggunakan haknya. Dari jumlah itu, 62.168 suara dinyatakan tidak sah.

Berdasarkan data yang diperoleh Pos Kupang dari Ketua Panwas Pilgub NTT, Drs. Djidon de Haan, M.Si, Senin (23/6/2008), daerah pemilihan yang paling banyak pemilihnya tidak mencoblos adalah Kota Kupang (58.345 pemilih), Sikka (56.499), Belu (48.952), Sumba Barat Daya (35.693) dan Manggarai (30.528).

"Meski tingkat partisipasi dalam Pilkada cukup tinggi yakni mencapai 80,47 persen, tetapi yang tidak menggunakan haknya juga cukup banyak, sebagaimana laporan dari daerah-daerah. Ini disebabkan berbagai faktor, diantaranya pemilih tidak mendapat kartu pemilih dan atau mendapat kartu pemilih tapi tidak mau hadir. Saya tidak menyebut mereka sebagai kelompok golput," kata Djidon saat ditemui di Sekretariat Panwas Pilgub.

"Kita tidak bisa saling menyalahkan. Sekarang cari solusi untuk sama- sama kerja demi pemilu mendatang. Perlu sinergi antara Pemda dan KPU beserta jajarannya dengan melibatkan RT, RW untuk mendata warga secara akurat," katanya.

Djidon menjelaskan, pemerintah daerah yang bertugas melakukan pendataan warga. Data penduduk dalam format DP4 (data penduduk potensial pemilih pemilu) diserahkan pemerintah kepada KPU daerah. Selanjutnya KPU daerah menyerahkan kepada panitia pemungutan suara (PPS) untuk melakukan verifikasi untuk penetapan data pemilih. "Jadi, KPU daerah hanya mensahkan data untuk kepentingan logistik," katanya.
Menurut Djidon, jumlah surat suara tidak sah yang mencapai 62.168 menunjukkan bahwa sosialisasi belum maksimal. "Ini menandakan sosialisasi Pilgub tidak jalan. Pendidikan politik tidak jalan. Dan ini, bukan saja tanggungjawab pemerintah dan penyelenggara tetapi partai politik juga berkewajiban," ujar Djidon.

Dengan dengan melihat hasil perolehan pilkada, demikian Djidon, warga NTT masih cendrung memilih pemimpin berdasarkan sentimen etnis dan agama. Faktor lain yang juga ikut berpengaruh adalah popularitas figur, program dan sentimen parpol.

Sebagaimana kita ketahui, dalam Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, pasangan Drs. Frans Lebu Raya-Ir. Esthon Foenay meraih kemenangan dengan menyisihkan Gaspar Parang Ehok-Julius Bobo diusung Koalisi Abdi Flobamora dan Drs. Ibrahim Agustinus Medah - Paulus Moa yang diusung Partai Golkar.

Pasangan Frans Lebu Raya-Esthon Foenay meraih 772.030 suara, sementara Ibrahim Agustinus Medah-Paulus Moa meraih 711.116 suara dan Gaspar Parang Ehok-Yulius Bobo meraih 584.082 suara.
Komunikasi Politik
Sehari setelah Komisi Pemilihan Umum NTT menetapkan Frans Lebu Raya-Esthon L Foenay sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur NTT terpilih periode 2008 - 2013, Lebu Raya dan Esthon langsung membangun komunikasi politik.

Pada Senin (23/6/2008) petang, Lebu Raya dan Esthon bertandang ke Rumah Jabatan Bupati Kupang, bertatap muka dengan Ibrahim Agustinus Medah-Paulus Moa. Pertemuan yang berlangsung sekitar 30 menit itu berlangsung dalam suasana kekeluargaan. Hadir juga sejumlah pengurus PDIP dan Partai Golkar.

"Inisiatif pertemuan ini datang dari kami, karena kami merasa tidak ada yang menang atau pun kalah dalam Pilgub NTT," kata Lebu Raya kepada wartawan usai mengadakan pertemuan.

Dia menegaskan, membangun NTT butuh kebersamaan sehingga pihaknya memandang penting mengajak Partai Golkar di bawah kepemimpinan Ibrahim Agustinus Medah untuk bermitra bersama pemerintah membangun daerah ini.

"Setelah bertemu dengan Pak Medah dan Pak Moa, hal yang sama akan kami lakukan pula dengan pasangan Pak Gaspar dan Pak Julius. Kami sedang mencari waktu yang pas untuk bertemu," ujar Lebu Raya.
Dalam pertemuan tersebut, Medah dalam nada seloroh mengatakan, "Pertemuan ini bukan antara Gubernur NTT dengan Bupati Kupang tetapi antara sesama calon gubernur dan wakil gubernur". Medah juga mengatakan merasa tersanjung dengan kunjungan itu. "Kami siap mendukung Pak Frans dan Pak Esthon. Kami percaya bahwa dengan kebersamaan kita sukses membangun daerah," kata Medah.

Baik Medah maupun Lebu Raya sama-sama menyampaikan permohonan maaf jika selama Pilkada ada tutur kata dan sikap yang kurang berkenan dan menyinggung perasaan. "Pilkada sudah lewat dan lupakan itu. Mari sehati sesuara membangun NTT," kata Lebu Raya.

Lebu Raya yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Gubernur NTT dan Ketua DPD PDIP NTT mengatakan, dengan komunikasi politik yang baik maka pembangunan daerah dan masyarakat akan berjalan baik. "Kami tidak membangun daerah ini di atas dendam," katanya. Pertemuan itu diakhiri dengan foto bersama. (aca)

Tabel
Pemilih Pilkada NTT

-------------------------------------------------------------------------------------------- ---
Kabupaten DPT Yang Coblos Suara sah Tidak sah Tidak Coblos
-------------------------------------------------------------------------------------------- ----
Kota Kupang 204.649 146.304 142.825 3.479 58.345
Kabupaten Kupang 207.217 181.403 176.942 4.461 25.814
TTS 247.318 223.487 216.167 6.604 23.831
TTU 131.358 105.306 101.600 3.706 26.052
Belu 203.558 154.606 146.140 8.466 48.952
Rote Ndao 71.005 61.338 59.751 1.587 9.667
Manggarai Barat 115.262 94.463 92.554 1.909 20.799
Manggarai 155.038 124.510 121.286 3.224 30.528
Manggarai Timur 138.420 115.86 113.131 2.730 22.559
Ngada 78.083 62.890 62.085 805 15.193
Nagekeo 74.987 60.611 59.894 717 14.376
Ende 153.047 125.175 120.069 5.106 27.872
Sikka 187.603 131.104 128.288 2.816 56.499
Flores Timur 131.078 107.520 102.067 5.453 23.558
Lembata 65.603 53.438 51.184 2.254 12.165
Alor 112.143 94.380 91.011 3.369 17.763
Sumba Timur 127.000 101.926 100.097 1.829 25.074
Sumba Tengah 33.744 26.792 26.336 456 6.952
Sumba Barat 60.084 45.058 43.993 1.065 20.799
Sumba Barat Daya 148.917 113.224 111.092 2.132 35.693
-------------------------------------------------------------------------------------------- --
J u m l a h 2.646.114 2.129.396 2.072.368 62.168 516.718
-------------------------------------------------------------------------------------------- ---
Sumber: Panwas Pilgub NTT

Pos Kupang edisi Selasa, 24 Juni 2008 halaman 1

Bersua Tanpa Jumpa

KEMESRAAN itu tercipta di Jalan Polisi Militer Kupang. Hari Minggu 22 Juni 2008. Di sore hari yang cerah dengan sepoi angin Timor agak dingin menusuk tulang. Tapi kedinginan itu kalah oleh kehangatan. Terkulai oleh indahnya persahabatan.

Tiga pasangan calon pemimpin Propinsi Nusa Tenggara Timur yang baru usai bertarung datang ke jalan itu. Jalan Polisi Militer yang jauh dari angker. Mereka bersua. Bertatapan muka lalu berangkulan. Ucapkan salam dan selamat. Beranda rumah besar Flobamora berjingkak riang ria. Riuh gemuruh oleh senyum. Banjir tawa dan haru. Damai...

Maka pantaslah bibir bertutur: Terima kasih Fren, Gaul dan Tulus. Proficiat KPU dan Panwas. Hormat tertinggi bagi rakyat Flobamora yang empunya kedaulatan. Tuan dan puan telah memilih pemimpinmu. Andalah yang menang! Selamat bekerja bagi Fren yang meraih suara terbanyak.

Hari ini enam putra terbaik NTT memberi pesan kepada dunia tentang cara berdemokrasi secara elegan. Ada saat bertarung. Sikut-menyikut. Ada waktu berangkulan. Memberi respek dan hormat. Menerima keputusan akhir dengan jiwa besar.
Sungguh akhir yang indah. Ketegangan, pergumulan, kerja keras, kecewa, kurang hati dan macam-macam rasa hampir enam bulan berujung tawa di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), 22 Juni 2008.

Siapa bilang politik itu keji? Dia juga sebuah seni. Seni hidup berkompetisi secara tulus tanpa mencederai persahabatan. Tak mengingkari bahwa kita bernaung dalam rumah yang satu dan sama. Rumah Flobamora yang mutlak menghargai keberagaman.

Demikian sekilas pandang dari acara rapat pleno penetapan calon Gubernur-Wakil Gubernur NTT terpilih periode 2008- 2013. Pasangan Drs. Frans Lebu Raya - Ir. Esthon L Foenay, M.Si (Fren), Drs. Gaspar P Ehok-Julius Bobo (Gaul) dan Drs. Ibrahim Agustinus Medah-Drs. Paulus Moa (Tulus) menerima keputusan KPU Propinsi NTT. Kehadiran mereka menunjukkan betapa kebesaran jiwa itu sungguh diperlihatkan para pemimpin NTT. Teladan yang akan dikenang selalu.

Tepatlah kata-kata Ketua KPU Propinsi NTT, Robinson Ratukore bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya. Dalam rapat pleno kemarin lima anggota KPU Propinsi NTT hadir lengkap. Hadir juga Panwas, pejabat berwenang dari Pemerintah Propinsi NTT, jajaran Muspida serta ketiga pasangan calon yang mengikuti Pemilihan Umum Gubernur- Wakil Gubernur NTT periode 2008-2013 tanggal 14 Juni yang lalu. Di luar kantor KPU ada kerumunan massa. Mereka adalah pendukung dan simpatisan yang ingin melihat dari dekat rapat penting tersebut. Kerumunan yang santun. Mereka memberi aplaus. Menebarkan rasa hormat kepada tiga pasangan calon.

Akhir yang indah tentu saja tidak serta-merta melupakan kekurangan. Onak dan duri juga tersaji dalam pesta ini. Ada keterbatasan. Ada kekurangan yang perlu dibenahi esok hari. Misalnya, persentasi pemilih yang tidak mencoblos pada hari H 14 Juni 2008 ternyata lumayan gemuk. Pastilah ada sesuatu yang salah soal validitas data pemilih. Agaknya bukan alasan golput atau enteng menghakimi partisipasi rakyat rendah. Boleh jadi karena semata salah urus. Ini pelajaran berharga bagi kabupaten lain di NTT yang akan memasuki Pilkada. Jangan main-main dengan data pemilih. Memilih itu hak rakyat. Di sanalah wujud kedaulatan mereka. Pemutakhiran data sangat penting dan segera agar tidak terulang -- ratusan ribu rakyat kehilangan hak suara karena tidak tercatat sebagai pemilih.

Dengan jatuhnya palu KPU NTT 22 Juni 2008, pesta ini bisa dilukiskan telah usai kecuali muncul peristiwa luar biasa -- sesuatu yang tidak kita harapkan. Kita tinggal menanti seremoni pengukuhan "mosalaki" Flobamora hasil pilihan rakyat secara langsung, umum, bebas dan rahasia. Tonggak sejarah bertepatan dengan NTT berusia setengah abad. Pesta emas yang puncaknya jatuh pada 20 Desember 2008.

Keheningan selalu merebak di ujung pesta. Begitulah hukum alam. Sontak teringat marhaen. Terkenang 70 persen lebih yang masih menepi di pinggir sungai kemiskinan. Melihat bening air mata duka. Duka yang mengalir sampai jauh gara-gara gizi buruk, busung lapar, susahnya mencari pekerjaan dan biaya hidup yang kian mencekik leher.

Di sana terdengar suara-suara. Bisikan diam. Jerit letih marhaen. Lengkingan tragedi tahunan. Kepada pemenang, kami tak minta banyak-banyak. Semoga kemesraan ini langgeng. Dan, dirimu masih seperti kemarin. Tak berubah karena kursi hingga bersua tanpa jumpa, bertemu tanpa sapaan lagi. Dengan Rakyat!

Lima tahun ke depan, semoga berkurang warta anak Flobamora mati karena busung lapar. Sajikan kami menu unggulan agar ekonomi NTT lebih bergairah. Hallo Fren, selamat bekerja! Teriring salam dan doa. (dionbata@poskupang.co.id)

Rubrik Beranda Kita (BETA) Pos Kupang edisi Senin, 23 Juni 2008 halaman 1

Medah: FREN Lebih Mampu Memikat

KUPANG, PK -- "Teman kami Fren lebih mampu memikat hati masyarakat sehingga mendapat dukungan lebih besar. Lebih unggul dalam pengumpulan suara. Kami dengan lapang dada, ikhlas dan tulus menerima dan mengakui kemenangan Fren. Kepada para pendukung kami, saya minta supaya benar-benar memberi dukungan secara ikhlas bagi Pak Frans dan Pak Esthon dalam memimpin NTT lima tahun ke depan".

Demikian dikatakan Ibrahim Agustinus Medah usai menghadiri pleno KPUD NTT, Minggu (22/6/2008), yang menetapkan Paket Fren (Frans Lebu Raya-Esthon Foenay) sebagai paket terpilih, hasil Pilgub NTT. Fren menyisihkan dua pasang kandidat lainnya, Ibrahim Agustinus Medah- Paulus Moa (Tulus) dan Gaspar Parang Ehok-Julius Bobo (Gaul).

Menyikapi hasil tersebut, Paket Tulus langsung menggelar jumlah pers di Sekretariat DPD Golkar NTT di Jalan El Tari II-Kupang. Saat itu, Medah menegaskan bahwa Pilgub NTT telah dilaksanakan secara bersih sehingga Paket Tulus, Golkar dan semua pihak harus menerima hasilnya dengan lapang dada.

Saat memberi penjelasan, Medah didampingi Paulus Moa dan sejumlah pengurus harian DPD Golkar NTT, diantaranya Cirylus Bau Engo, Alex Ena, Moh. Ansor, Anwar Pua Geno dan Nikson Mesakh.

Medah mengatakan, dirinya dan Paulus Moa memaknai ketidakberhasilan mereka dalam Pilgub kali ini dari perpektif iman yakni karena Tuhan belum mengizinkan. "Ini rencana Tuhan. Tuhan belum menghendaki kami. Tuhan punya rencana yang lain buat kami. Kami mengucapkan selamat kepada Fren yang telah mendapat kepercayaan dari masyarakat dan pilihan kepercayaan dari Tuhan," kata Medah.

Ditegaskannya, kegagalan Tulus tidak berarti partai ini tidak bekerja secara maksimal. Dukungan lebih dari 700 ribu suara sah, sudah mengindikasikan kerja keras dari tim sukses di semua tingkatan.
"Karena itu saya dan Pak Moa atas nama pribadi maupun keluarga mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan masyarakat dan kerja keras semua tim Paket Tulus. Mereka mengabaikan kelelahan fisik untuk terus bekerja. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada wartawan yang juga membantu dalam pemberitaan," kata Medah.

Dia mengatakan, Pilgub NTT sudah selesai. Untuk itu, rakyat yang sebelumnya terkotak-kotak harus kembali bersatu untuk mendukung pemimpin terpilih sehingga proses penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan berjalan dengan baik.

"Sewaktu tiba di Sekretariat KPU, kami menyalami masyarakat yang adalah pendukung Fren. Kami membayangkan mendapat ocehan, tetapi yang terjadi sebaliknya. Ini membuktikan masyarakat kita masih diselimuti oleh rasa religius yang tinggi dan saya pikir iklim kondusif ini harus terus dipelihara," ujarnya.

Sementara itu, Gaspar Ehok yang ditemui usai hadir dalam pleno KPUD, kemarin, mengharapkan agar Paket Fren dapat mewujudkan janji-janji yang disampaikan selama kampanye dan mengakomodir program-program paket Gaul.

"Program kami yang baik kalau bisa diakomodir untuk kepentingan masyarakat NTT. Sekarang semuanya sudah selesai, kami menerima seluruh proses ini dan hasil-hasilnya tetapi dengan sedikit catatan untuk perbaikan mutu Pilkada kita ke depan," kata Ehok.

Lebu Raya yang dikonfirmasi mengenai itu, mengatakan, tidak berkeberatan mengakomodir program-program dari dua paket lain. Baginya, untuk kemajuan NTT, ia dengan senang hati menerimanya.
Di sela-sela menerima ucapan selamat, Lebu Raya dan Esthon mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat NTT atas partisipasi dan dukungannya kepada mereka. Keduanya juga berterima kasih kepada Tulus dan Gaul.

Rapat penetapan paket terpilih, kemarin, dimulai pukul 17.00 Wita. Rapat dipimpin Ketua KPU, Robinson Ratukore yang didampingi empat anggotanya, John Depa, Hans Louk, John Lalongkoe dan Yoseph Dasi Jawa. Turut hadir, Paket Fren, Gaul (hanya Gaspar Ehok yang hadir) dan Tulus.

Setelah mengesahkan tata tertib pleno, KPU NTT menerbitkan tiga keputusan, pertama, berita acara rekapitulasi hasil penghitungan suara sah masing-masing calon. Dalam berita acara dengan nomor 71/BA/KPU/VI/2008 ini, Fren meraih 772.030 suara (bukan 772.032, red), disusul Tulus dengan 711.116 suara dan Gaul memproleh 584.082 suara.

Kedua, berita acara No. 72/BA/KPU/VI/2008 tentang penetapan Paket Fren sebagai pemenang. Setelah itu, KPU NTT mengeluarkan Keputusan Nomor 32 Tahun 2008 tentang penetapan Drs. Frans Lebu Raya - Ir. Esthon L Foenay sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur NTT terpilih periode 2008-2013.

Sementara rapat berlangsung, di depan Sekretariat KPU, ratusan warga yang adalah pendukung dan simpatisan Paket Fren bersiap-siap melakukan pawai menyambut penetapan KPU NTT. (dar/aca)

Pos Kupang edisi Senin, 23 Juni 2008 halaman 1

FREN Menang Dengan 772.030 Suara

KUPANG, PK -- Pasangan Frans Lebu Raya-Esthon L Foenay (Fren) menang dalam Pemilu Gubernur-Wakil Gubernur (Pilgub) NTT dengan meraih 772.030 suara (37,34 persen) dari 2.067.230 total suara sah pada pemilu 14 Juni lalu. Suara terbanyak kedua diraih pasangan Ibrahim Agustinus Medah-Paulus Moa (Tulus) yang mengumpulkan 711.116 suara (34,40 persen) dan Paket Gaul (Gaspar Parang Ehok-Yulius Bobol) di urutan terakhir dengan 584.082 suara (28,25 persen).

Demikian diumumkan Ketua KPUD NTT, Ir Robinso Ratukore saat memimpin rapat pleno KPUD, Sabtu (21/6/2008). Rapat pleno KPUD NTT itu dengan agenda melakukan penghitungan suara terakhir dari hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh 20 KPUD kabupaten/kota se-NTT.
Dengan hasil perolehan suara tersebut, Paket Fren yang diusung PDIP itu, unggul 60.916 suara dari Paket Tulus dan 187.950 suara dari Paket Gaul. Sedangkan selisih antara Paket Tulus dengan Paket Gaul sebanyak 127.034 suara.

Dalam rapat pleno yang terbuka untuk umum itu, tidak muncul protes saat KPUD mengumumkan hasil perolehan suara dari ketiga paket calon. Rapat pleno berlangsung lancar dan tertib. Tidak muncul sanggahan dari saksi-saksi ketiga paket calon yang menyaksikan jalannya pleno di Sekretariat KPUD NTT, Jalan Polisi Militer-Kupang.

Saat Robinson Ratukore menanyakan tentang sah tidaknya hasil pleno, semua yang hadir menyatakan rapat pleno itu sah dan menerima hasil- hasilnya.

Dalam rapat pleno ini juga terungkap, saksi Paket Gaul tidak menandatangani berita acara hasil pleno KPUD di empat kabupaten, yakni Ngada, Nagekeo, Flotim dan Lembata. Anggota KPUD NTT, Yoseph Dasi Jawa yang membaca hasil rekapitulasi penghitungan suara masing- masing calon, mengatakan, saksi Paket Gaul tidak menandatangani hasil rekapitulasi karena tidak hadir saat pleno di empat KPUD kabupaten tersebut.

Walaupun tidak menandatangani hasil pleno KPU di empat kabupaten ini, saksi Paket Gaul dalam pleno tingkat propinsi ini, Anselmus Gatur mengakui keabsahan hasil pleno di empat kabupaten ini.

Saat ditanya Pos Kupang usai rapat pleno ini, ia mengatakan, "Hasil rekapan di Gaul Center tidak berbeda dengan yang dibacakan dalam rapat pleno tadi (pleno KPUD NTT, Red). Data persis sama dan tidak ada kecurangan, jadi saya menyatakan sah dan menerima hasilnya".

Untuk diketahui, rapat pleno ini berlangsung selama dua hari. Pada hari pertama, Jumat (20/6/2008), KPUD NTT menggelar rapat pleno rekapituasi di tujuh kabupaten, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Sikka, Ende, Kota Kupang dan TTU.

Kemarin, rapat pleno ini kembali berlangsung dalam dua sesi. Pada sesi pertama, dilangsungkan pleno hasil rekapitulasi delapan kabupaten, yakni Belu, Alor, Flores Timur, Ngada, Nagekeo, Manggarai Barat, Sumba Timur dan Rote Ndao. Sedangkan pleno hasil rekapitulasi Kabupten Manggarai, Manggarai Timur, Kabupaten Kupang, TTS dan Lembata terjadi pada sesi kedua. Anggota KPU NTT, John Depa menjelaskan, pembagian sesi ini terpaksa ditempuh karena hasil pleno dari KPUD kabupaten/kota terlambat tiba di Sekretariat KPUD NTT karena kendala transportasi.

Ketua Panwas Pilgub NTT, Djidon de Haan usai menghadiri acara tersebut, mengatakan, mekanisme dan sistem penghitungan suara dalam Pilgub tahun ini pantas dipertahankan.

"Mekanisme penghitungan suara tidak memungkinkan orang melakukan kecurangan kecuali orang-orang yang nekat. Salah satu lampiran berita acara hasil penghitungan suara di semua tingkatan kan diserahkan kepada para saksi. Jadi bagaimana mungkin datanya bisa lain. Ini perlu kita pertahankan ke depan," katanya. (dar)

Pos Kupang edisi Minggu, 22 Juni 2008, halaman 1

Perolehan Suara Pilgub NTT 2008

Kabupaten/kota Fren Gaul Tulus Suara Sah Tidak Sah
Kota Kupang 71.357 13.913 57.555 142.825 3.479

TTU 45.965 27.206 28.429 101.600 3.706

Sumba Barat 8.182 23.342 12.469 43.993 1.065

Sumba Tengah 8.122 12.352 5.862 26.336 456

Sumba Barat Daya 31.738 59.807 19.547 111.092 2.132

Sikka 54.812 13.182 60.294 128.288 2.816

Ende 66.955 32.457 20.657 120.069 5.106

Belu 61.883 39.155 45.102 146.140 8.466

TTS 85.098 21.501 110.286 216.883 6.604

Kabupaten Kupang 51.248 8.102 117.592 176.942 4.461

Rote Ndao 7.980 1.823 49.948 59.751 1.587

Sumba Timur 48.618 16.281 35.198 100.097 1.829

Alor 29.060 8.291 53.660 91.011 3.369

Lembata 28.849 6.737 15.598 51.184 2.254

Flores Timur 64.865 14.039 23.163 102.067 5.453

Nagekeo 19.783 33.835 6.276 59.894 717

Ngada 30.365 19.088 12.632 62.085 805

Manggarai 23.456 88.651 9.179 121.286 3.224

Manggarai Timur 14.801 90.098 8.232 113.131 2.730

Manggarai Barat 18.895 54.222 19.437 92.554 1.902
--------------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah 772.030 584.082 711.116 2.067.230 62.152
--------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber: Rekapitulasi Suara Hasil Pleno KPU NTT, Jumat -Sabtu (20-21/6/2008)

KPU NTT tetapkan FREN Menang

KUPANG, PK -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nusa Tenggara Timur (NTT) Sabtu (21/6/2008) menetapkan pasangan calon gubernur/wakil gubernur, Drs. Frans Lebu Raya- Ir. Esthon Foenay (Fren) sebagai pemenang dalam Pilkada Gubernur NTT periode 2008-201. Fren meraih suara 37,35 persen. Pasangan Ibrahim Agustinus Medah-Paulus Moa (Tulus) menempati urutan kedua dengan 34, 40 persen. Pasangan nomor urut tiga Gaspar Parang Ehok-Julius Bobo menempati urutan tiga dengan 28,25 persen suara.

Ketua KPU NTT Robinson Ratukore ketika memimpin rapat pleno KPU NTT di Kupang, Sabtu (21/6/2008), mengatakan, KPU telah melakukan rekapitulasi hasil pemungutan suara di 20 kabupaten/kota se-NTT.

"Dari hasil rekapitulasi tersebut Fren mendapat dukungan 37,35 persen atau 772.032 suara, Tulus mendapat 34,40 persen atau 711.116 suara, dan Gaul sebanyak 28, 25 persen atau 584.082 suara. Dengan demikian Pasangan calon gubernur Frans Lebu Raya dan Esthon Foenay memenangkan pemilihan tersebut," katanya.

Paket Fren diusung oleh PDI Perjuangan, Tulus oleh Partai Golkar dan Gaul oleh koalisi partai yang diberi nama Abdi Flobamora. Sesuai jadwal, pelantikan gubernur dan wakil gubernur NTT periode 2008-2013 diselenggarakan,16 Juli 2008. (*)

http://www.pos-kupang.com/main/index.php

Begonia Kelimutuensis

SATU tumbuhan spesies baru telah ditemukan di kawasan Taman Nasional Kelimutu, di Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Spesies baru itu diberi nama Begonia kelimutuensis.

Tumbuhan sejenis perdu itu yang dengan bahasa setempat disebut dengan Uta Onga merupakan satu-satunya tanaman di dunia yang cuma terdapat di kawasan TN Kelimutu. Itu sebabnya oleh ahli yang menemukan langsung diberi nama Begonia kelimutuensis, sebab setelah diteliti tumbuhan jenis ini tak ditemukan di tempat lain di dunia, kata Kepala Balai Taman Nasional (BTN) Kelimutu Gatot Soebiantoro, Sabtu (21/6/2008) di Ende.

Begonia kelimutuensis ditemukan dalam rangkaian kegiatan studi komunitas flora dan fauna di TN Kelimutu yang dilakukan oleh tim dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 17 Juli 5 Agustus 2007 lalu. Kegiatan itu diperkirakan akan berakhir tahun 2009. Studi komunitas flora dan fauna itu direncanakan berlangsung selama tiga tahap.

Adapun tim dari Puslit LIPI itu terdiri dari lima orang, yaitu Albert Husein Wawo (Biologi Konservasi), Harry Wiriadinata (taksonomis tumbuhan), Sudaryanti (taksonomis burung), Achmad Saim (taksonomis mamalia), dan Wardi (asisten peneliti taksonomi tumbuhan).*

http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/21/18100654/begonia.kelimutuensis.spesies.tumbuhan.baru.dari.kelimutu

Menangkap Terobosan TransNusa

SATU lagi terobosan dilakukan operator penerbangan lokal PT TransNusa Air Service. Seperti diwartakan harian ini, TransNusa akan membuka rute penerbangan Kupang-Dili-Darwin (PP). Rute penerbangan baru tersebut mulai beroperasi bulan Agustus 2008 dengan pesawat jenis Fokker-50. Untuk rute baru ini, TransNusa bekerja sama dengan Garuda Indonesia Airlines (GIA).

Kita memberi apresiasi tingi terhadap perkembangan usaha TransNusa. Awal mula cuma melayani rute penerbangan dari Kota Kupang ke berbagai kota kabupaten di NTT. Gebrakan berikutnya adalah membuka rute regional. TransNusa menghubungkan NTT dengan NTB, Bali dan Sulawesi. Tidak cukup sampai di situ. Belum lama berselang TransNusa memperluas operasinya dengan membuka rute penerbangan Kupang-Surabaya-Jakarta setiap hari.

Operator penerbangan yang dikelola putra-putri NTT tersebut sungguh memanjakan penumpang. Jika ingin ke Jakarta, seorang warga Alor atau Ende, misalnya, tidak perlu menginap di Kupang baru melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Itu keadaan masa lalu. Sekarang pada hari yang sama dia akan tiba di Jakarta. Kalau urusannya beres, dia bisa pulang pada hari berikutnya. Jadi, tak perlu berlama-lama di Jakarta yang menghabiskan banyak biaya.

Sebaliknya bagi orang dari luar NTT, kesan kalau bepergian ke NTT "mudah masuk, susah keluar" dengan sendirinya terkikis. Mudah-mudahan terus bertahan dan semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai motto Kami Hadir untuk Melayani Anda.

Dengan membuka rute penerbangan Kupang-Dili-Darwin, TransNusa mempertegas keberadaannya sebagai operator yang sukses. TransNusa kini merambah jalur internasional, menghubungkan tiga negara sekaligus, Indonesia, Australia dan Timor Leste.

Rute penerbangan internasional itu pernah ada sebelum krisis ekonomi dan moneter melanda Indonesia tahun 1997. Ketika itu dilayani Merpati Nusantara Airlines. Jumlah penumpang menggembirakan. Hampir seluruh seat terisi setiap kali penerbangan Kupang-Darwin PP. Wisatawan dari Australia pun lebih mudah ke NTT. Mereka tidak harus melalui satu-satunya pintu selatan Indonesia, Bandara Ngurah Rai Denpasar-Bali.

Keputusan manajemen TransNusa melayani kembali rute internasional mulai bulan Agustus mendatang sangat tepat. TransNusa akan mendekatkan jarak NTT-Timor Leste dan Australia Utara. Jika ingin bepergian ke Dili, orang NTT tidak perlu terbang ke Denpasar dulu baru ke Dili. Ongkos tiket akan lebih murah dibandingkan dengan keadaan sekarang. Waktu perjalanan lebih singkat dan hubungan Kupang-Dili akan lebih erat. Demikian pula jalur tradisional Kupang- Darwin. Jumlah kunjungan wisatawan Australia ke NTT akan meningkat. Kita yakin dengan kemungkinan semacam itu karena pintu selatan Indonesia tidak lagi menjadi monopoli Bali.

Pertanyaan penting hari ini adalah bagaimana pemerintah daerah di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menangkap terobosan yang dilakukan Manajemen TransNusa? Secara khusus kita gugah perhatian Dinas Pariwisata serta semua pelaku bisnis ini di setiap daerah. TransNusa telah membuka kembali hubungan yang vakum hampir satu dasawarsa. Peluang emas tersebut hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menghidupkan semua sektor terkait. Tak mungkin sekadar berpangku tangan dan menunggu. Kita harus lekas bergegas. Berpacu dengan irama dinamis yang telah diperlihatkan Manajemen TransNusa. **

Salam Pos Kupang edisi Jumat, 20 Juni 2008 halaman 14

"Kirim Duka Lewat Sungai"

BEGITULAH Julianus Akoit memilih judul pertama untuk laporannya tentang sejumput soal di perbatasan Indonesia- Timor Leste. Laporan Julianus Akoit dipublikasikan secara serial oleh Harian Pos Kupang tanggal 14-16 Februari 2008. Saya mengutip kembali beberapa bagian di bawah ini.

Nyonya Maria Cun Romea (50) mengacungkan jari tangannya lalu berdiri. Sejenak ia menarik napas dalam-dalam. Matanya berkaca-kaca, menahan isak tangis. Suaranya terbata-bata dan terdengar parau.

"Kalo on bin le susar, ela le'uf, het tamat fin, ka tem teu batas sonu, hit paok ninik nok hit loet pilu taba batas noel," ujarnya.

Artinya kurang lebih seperti ini: Kalau ada keluarga yang meninggal dunia, kami tidak bisa menyeberang ke desa sebelah untuk menyampaikan ucapan turut berduka cita. Kami hanya datang di batas tepi sungai lalu mengirim nyala lilin, air mata dan uang duka cita lewat air yang mengalir di sungai.

Sejenak perempuan paruh baya asal Sakato, Oekusi itu mengedarkan pandangannya berkeliling. Semua yang hadir hanya tertunduk diam. Tidak ada yang bersuara. Semua membisu.

Lalu ia melanjutkan, "Hit toet neu hit palenat nua sin, nan sa moe kit on ia?" ujarnya dalam nada tanya. Artinya kira-kira demikian: Coba kita tanya kepada dua pemerintah (maksudnya Indonesia dan Timor Leste, Red), kenapa kita diperlakukan seperti ini? (Pos Kupang, 14 Februari 2008, halaman 1)

Siapa yang hari ini sanggup memberi jawaban kepada Maria Cun Romea? Apakah Pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui Pemerintah Propinsi NTT, Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Belu, Pemerintaha Distrik Oekusi atau siapa?

Curahan hati Maria Cun Romea sekadar menegaskan soal besar di depan mata bahwa kehidupan masyarakat di perbatasan kedua negara masih menyisakan banyak perkara, pekerjaan rumah dan kemungkinan banyak jatuh korban baru kalau para pemangku kepentingan di Propinsi NTT cuma berpangku tangan.

Sebagaimana dilaporkan Pos Kupang, menjelang akhir 2007 Fundacao Fatu Sinai Oe-Cusse, sebuah LSM dari Distrik Oekusi, Timor Leste, dibantu Lembaga Advokasi Anti Kekerasan Masyarakat Sipil (Lakmas) NTT, menggelar dialog yang melibatkan 600-an warga 24 desa di 10 titik sepanjang garis perbatasan RI - Timor Leste.

Isu yang dibahas dalam dialog yaitu masalah pemberlakuan Pas Lintas Batas (PLB), pasar tapal batas dan pembentukan lembaga adat bersama. Akhir Januari 2008, Direktur Departemen Bilateral Kementerian Luar Negeri Timor Leste, Marcos da Costa, memberi sinyal PLB segera diberlakukan Juli 2008. Tapi harapan itu sirna ketika Presiden Timor Leste, Ramos Horta, terluka parah ditembak gerombolan tentara pemberontak yang dipimpin Mayor Alfredo Reinado, Senin 11 Februari 2008. Konflik berdarah ini berdampak pada kelanjutan realisasi hasil dialog itu. Pemberlakuan PLB yang disetujui pemerintah kedua negara melalui pendandatangan nota kesepahaman (MoU) tanggal 11 Desember 2003 -- agaknya sulit direalisaskan bulan Juli mendatang.

Maka jika terjadi lagi peristiwa duka di tapal batas, keluarga kembali hanya memandang dari kejauhan. Mengirim air mata duka lewat sungai. Ini tragedi. Timor yang satu utuh -- terbelah atas nama panji negara berbeda. Indonesia-Timor Leste.

Api dalam sekam
Terkatung-katungnya pemberlakuan PLB merupakan salah satu sumber keresahan masyarakat di perbatasan. Tali persaudaraan, hubungan kekerabatan mereka seolah "dikekang" oleh ketentuan pemerintah dua negara, RI - Timor Leste.

Misalnya, untuk mengunjungi saudara laki-lakinya yang tinggal di Desa Sakato (Okusi - Timor Leste) karena menikah dengan gadis di sana, seorang warga Wini (TTU-Indonesia) harus ke Atambua, Kabupaten Belu untuk mengurus paspor dan visa, baru bisa menyeberang ke desa sebelah.

Padahal jarak rumahnya dengan rumah saudara laki-lakinya itu cuma 150 meter. Jika nekat menyeberang diam-diam, sangat mungkin ditangkap tentara yang menjaga perbatasan. Kalau ditangkap, urusannya bisa panjang dan berliku. Kita sudah biasa mendengar warta penangkapan. Bahkan kejadian yang lebih miris hingga jatuh korban jiwa.

Pas Lintas Batas (PLB) merupakan terobosan yang sangat baik dan telah dipraktekkan di beberapa negara. Usul yang muncul adalah PLB RI-Timor Leste itu diurus masing-masing kepala desa di tapal batas. Jika ada warga yang mau menghadiri acara kedukaan, pesta adat, pesta nikah, pesta Natal dan Paskah, bisa pakai PLB. Boleh ada uang administrasi yang dipungut kepala desa. Tapi pungutan itu tidak membebani penduduk setempat. Jika PLB diberlakukan, akan sangat membantu penduduk di perbatasan. Mereka dapat bepergian tanpa dihantui perasaan takut melanggar batas negara dan dihukum.

Saya kembali mengutip kata-kata Direktur Lembaga Advokasi Anti Kekerasan Masyarakat Sipil (Lakmas) NTT, Victor Manbait, S.H, yang memprakarsai dialog warga di tapal batas akhir tahu 2007 lalu. Ia menjelaskan tanda khusus PLB harus disepakati bersama dua negara.

"Soal pemberlakuan PLB, mesti ada kesepakatan teknis pelaksanaannya oleh Timor Leste dan RI. Sambil menunggu kebijakan pemberlakuan PLB, saya kira pemerintah desa di dua negara yang ada di tapal batas bisa memberlakukan surat jalan dengan diketahui oleh aparat keamanan yang bertugas di tapal batas," demikian Manbait (Pos Kupang, 14 Februari 2008).

Terkatung-katungnya regulasi yang memudahkan bagi penduduk di kawasan perbatasan RI-RDTL hanyalah salah satu masalah dari litani persoalan di sana. Kecuali karena masalah politik dalam negeri Timor Leste yang belum stabil, pemerintah Indonesia tidak cukup dengan menyalahkan atau menuding. Toh sekecil apapun kejadian di tapal batas, masyarakat dan pemerintah kedua negara sama-sama merasakan dampaknya.
Masih banyak perkara lain yang urgen. Beberapa bisa disebut, misalnya kepastian titik batas antara Indonesia-Timor Leste. Sampai saat ini pemerintah kedua negara masih memegang peta wilayah berbeda. Persoalan ini ibarat api dalam sekam.
Sesewaktu akan menyala dan meledak. Tidak sekadar terpaut motif politik, tetapi juga ekonomi, sosial dan budaya.

Di bidang ekonomi, pemerintah RI sudah melakukan sejumlah langkah guna menghidupkan aktivitas di tapal batas. Pemerintah membangun pasar tradisional di sejumlah titik di kawasan tapal batas Kabupaten Belu seperti di Motaain, Turiskain dan Motamasin. Selain di Belu, pemerintah Indonesia juga membangun tiga unit tradisional di wilayah Kabupaten TTU yang berbatasan langsung dengan wilayah kantung (enclave) Timor Leste, Oekusi.

Ketiga pasar tradisional itu berlokasi di Napan (Kecamatan Miomafo Barat), Wini (Kecamatan Insana Utara), Haumeniana (Kecamatan Miomafo Timur) dan sebuah pasar di Nekliu, Kecamatan Amfoang Utara, Kabupaten Kupang. Tetapi sudah berulang dilaporkan media massa, pasar-pasar itu tidak berfungsi. Tidak ada aktivitas perdagangan di sana. Akar soalnya kembali ke titik semula, PLB. Usia MoU PLB hampir lima tahun. Namun, realisasinya masih sebuah tanda tanya.

Pers berbuat apa?
Catatan di atas sekadar ilustrasi kecil tentang masalah yang dihadapi masyarakat di perbatasan RI-Timor Leste. Pertanyaan penting sesuai tema diskusi kita hari ini adalah: Insan pers di Nusa Tenggara Timur (NTT) berbuat apa? Apa yang telah dan akan mereka kerjakan untuk mendorong masyarakat perbatasan RI-Timor Leste dapat hidup berdampingan secara damai?

Mengingat saratnya bibit dan potensi konflik di perbatasan RI- Timor Leste, maka pendekatan jurnalisme yang perlu dikembangkan terus-menerus oleh insan pers Indonesia (NTT) adalah jurnalisme damai. Tidak bisa lain!

Pengamatan sambil lalu yang saya lakukan menunjuk pada kenyataan berikut ini. Insan pers di NTT belum memainkan peran yang dibutuhkan untuk mendorong terciptanya masyarakat di perbatasan untuk hidup berdampingan secara damai. Arus utama jurnalisme yang berkembang di daerah ini masih memperlihatkan peran jurnalis sebagai anjing penjaga (watch dog). Di tingkat praksis, wartawan cenderung menunggu terjadinya kekerasan atau konflik di tapal batas baru meliput fakta dan data dengan menganut prinsip cover both side. Pilihan ini tidak salah. Tetapi peran wartawan sekadar melaporkan peristiwa atau kejadian.

Menurut saya, peran semacam itu tidak cukup. Wartawan NTT
hendaknya menyadari bahwa mereka berkarya di daerah dengan potensi konflik yang tinggi. Maka arus utama yang dikembangkan adalah jurnalisme alternatif. Pilihannya jatuh pada jurnalisme damai, bukan jurnalisme perang. Jurnalis tidak berperan sebagai anjing penjaga semata. Tidak menunggu datangnya peristiwa atau konflik.


Sebaliknya mereka proaktif untuk mencegah terjadinya kekerasan atau konflik dan meliput peristiwa secara berimbang dari segala sisi secara kualitatif (cover multisides). Aliran ini berpandangan mengakomodir kedua pihak yang berkonflik saja tidak cukup, tapi harus melibatkan semua pihak terkait.

Jurnalisme damai dikembangkan oleh Johan Galtung, seorang profesor perdamaian asal Norwegia. Galtung mempopulerkan istilah jurnalisme damai tahun 1970-an. Ketika itu dia mencermati banyaknya jurnalis yang menerapkan prinsip jurnalisme perang.

Diasumsikan, jurnalisme perang sama halnya dengan jurnalis yang meliput pertandingan olahraga. Yang ada hanyalah fokus pada kemenangan pihak yang bertanding. Jurnalisme damai diasumsikan sebagai orang yang meliput kesehatan. Jurnalis kesehatan akan menjelaskan perjuangan seorang penderita kanker melawan sel-sel kanker yang menggoroti tubuh penderita. Sang jurnalis tentu akan menceritakan penyebab terjadinya kanker dan memberikan gambaran tentang upaya penyembuhannya serta pencegahan yang bisa dilakukan.

Sekarang setiap wartawan NTT (Indonesia) dapat bertanya kepada dirinya sendiri, di manakah dia berada ketika melaporkan masalah yang melanda masyarakat di perbatasan RI-Timor Leste? Pewarta damai atau menebarkan perang?

Bagian dari solusi
Sering diingatkan bahwa media massa bukan hanya menyuguhkan fakta dan realita, tapi perlu menjadi bagian dari solusi. Jurnalisme damai adalah praktek jurnalistik yang bersandar pada pertanyaan-pertanyaan kritis tentang manfaat aksi kekerasan dalam sebuah konflik dan tentang hikmah konflik itu sendiri. Jurnalisme damai mengembangkan liputan yang berkiblat kepada masyarakat (people oriented).

Berbeda dengan jurnalisme perang yang lebih tertarik pada konflik, kekerasan, korban yang tewas dan kerusakan material. Pola seperti ini banyak dianut infotaiment di Indonesia yang lebih suka melaporkan konflik rumah tangga selebritis.

Penganut jurnalisme perang enggan menggali asal-usul konflik, mencari alternatif penyelesaian dan berempati pada dampak kemanusiaan yang ditimbulkannya. Jurnalisme perang lebih suka memperjauh jarak pihak berkonflik dalam kerangka kalah-menang, bukan mendekatkan keduanya untuk berdamai.
Galtung mendorong pers mengubah teori klasik jurnalisme perang menjadi jurnalisme damai (peace journalism). Pers harus mengambil peran memprovokasi pihak yang bertikai menemukan jalan keluar. Pers melakukan pendekatan menang-menang dan memperbanyak alternatif solusi konflik.

Jurnalisme damai melihat perang atau pertikaian bersenjata sebagai sebuah masalah, sebagai ironi kemanusiaan yang tidak seharusnya terjadi. Dalam konteks ini, jurnalisme damai pada dasarnya adalah seruan kepada semua semua pihak memikirkan hikmah konflik. Yaitu dengan senantiasa menggarisbawahi kerusakan dan kerugian psikologis, budaya dan struktur dari kelompok masyarakat yang menjadi korban konflik. Jurnalisme damai lebih mementingkan empati kepada korban konflik daripada liputan kontinyu tentang jalannya konflik.

Jurnalisme damai memberi porsi sama kepada semua versi yang muncul dalam wacana konflik. Jurnalisme damai juga berusaha mengungkapkan ketidakbenaran di kedua belah pihak, bahkan menyebutkan nama pelaku kejahatan di kedua belah pihak.

Bagi penggagas junalistik damai itu, pers bukanlah sekadar penyampai informasi apa adanya soal darah dan kemarahan, melainkan harus kreatif membangun debat publik yang sehat bagi kepentingan umum yang luas: memberikan empati pada anak-anak yang telantar, penderitaan rakyat tak berdosa akibat konflik. Wartawan perlu menyadari bahwa masyarakat tidak suka dengan pemberitaan konflik, kekerasan dan kurang manusiawi. Masyarakat membutuhkan laporan dengan bingkai (frame) lebih luas, lebih berimbang dan akurat.

Tidak lagi menunggu
Jurnalisme damai diharapkan menjadi referensi bagi wartawan di NTT dalam mengemas laporan tentang kehidupan masyarakat di perbatasan RI-Timor Leste. Sudah saatnya kita mengembangkan jurnalisme alternatif ini. Kita tidak cukup lagi hanya menunggu peristiwa bernilai berita tinggi di perbatasan baru bergegas meliput. Hari ini pun kita bisa ke sana untuk menggali dan menemukan persoalan yang dihadapi saudara- saudari kita sendiri. Jujur saja, liputan semacam itu masih sangat minim. Dapat dihitung dengan jari.

Mari kita belajar dari konflik Aceh ketika para jurnalis menjadi sangat sulit mengungkap kebenaran secara cover both side akibat patron patriotisme bahkan nasiolisme. Atas nama patriotisme, argumen tentang obyektivitas, etika atau kebenaran menjadi kabur.

Timor Leste jelas berbeda dengan Aceh. Patriotisme tidak mungkin diletakkan secara keliru ketika kita memotret persoalan di perbatasan kedua negara. Sebagaimana saya sebut pada bagian lain tulisan ini, hanya ada satu TIMOR. Kita tidak patut memilih diksi "mereka" orang Timor Leste dan "kami"
warga NRI. Media massa di NTT hendaknya tidak menebarkan bahasa perang dalam pemberitaannya.

Konflik memang tidak serta-merta berhenti karena media hadir dan leluasa meliput. Namun, liputan yang berimbang dan akurat, liputan yang mendalam dan menawarkan solusi bisa menciptakan dalam. Sebab, salah satu fungsi media adalah memberikan pencerahan.

Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin menggugah insan pers di NTT untuk kembali membaca buku Sembilan Elemen Jurnalisme yang terbit di Indonesia tahun 2003. Dalam buku itu, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merumuskan sembilan elemen jurnalisme yang harus diketahui wartawan dan sangat diharapkan publik.

Ingatlah selalu bahwa kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran dan loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga. Hari ini Bill Kovach dan Tom Rosenstiel kembali bertanya kepada wartawan yang berkarya di NTT, kepada siapakah loyalitas itu Anda persembahkan? Jangan-jangan loyalitas kepada elite saja! **

Kupang, 18 Juni 2008/Dion DB Putra

* Disampaikan dalam acara Forum Peningkatan Peran Media Massa di Daerah Perbatasan RI- Timor Leste. Acara ini diselenggarakan Badan Infokom NTT di Aula El Tari Kupang, Kamis, 19 Juni 2008.

KPU Jangan Bermain Api

KUPANG, PK -- Jajaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) Propinsi NTT diingatkan untuk bekerja profesional dengan mematuhi aturan dalam merekap hasil penghitungan suara hasil pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) NTT. KPU jangan memanipulasi data karena tindakan seperti itu sama dengan bermain api.

Ketua DPRD NTT, Drs. Mell Adoe dan Wakil Ketua DPD PDIP NTT, Drs. Kristo Blasin menegaskan itu saat dihubungi terpisah, Selasa (17/6/2008). "KPU harus bekerja sesuai aturan. Bekerja jujur dan jaga kepercayaan masyarakat. Hal ini saya selalu katakan dari awal pelaksanan Pilgub agar sesuai aturan. Legalitas dijaga. Hindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan," kata Mell Adoe.

Mell Adoe yang saat dihubungi ke ponselnya, sedang berada di Jakarta. Dia mengatakan, tindakan memanipulasi suara sangat berbahaya. Sebab, data hasil pencoblosan, selain dimiliki para saksi dari pasangan calon, juga dimiliki oleh masyarakat dan istitusi lainnya seperti polisi, TNI dan para pemantau independen.

Hal senada dikemukakan Kristo Blasin. Dia mengatakan, sistem penghitungan suara dan proses selanjutnya sudah transparan sehingga sangat kecil peluang untuk pihak- pihak tertentu melakukan kecurangan.
Kristo yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Pemenangan Paket Fren (Frans Lebu Raya - Esthon Foenay) ini, menegaskan, banyak masyarakat menaruh kepercayaan yang tinggi pada KPU NTT walaupun dalam proses penjaringan dan penetapan calon menjadi sasaran demonstrasi sejumlah warga.

"Saya pikir sekarang ini saat yang tepat bagi teman-teman di KPU NTT memperlihatkan profesionalismenya. Saat ini semua mata masyarakat NTT terarah pada lembaga ini karena beberapa hari lagi mereka sudah menetapkan pasangan terpilih," katanya.

Tentang proses pengumuman yang dilakukan KPU NTT, Kristo mengatakan, pihaknya tidak berkeberatan karena itu dapat membantu masyarakat mengetahui hasil sementara penghitungan suara masing-masing paket. Namun Dia mengingatkan, data yang diumumkan adalah data yang benar dan akurat karena satu eksemplar formulir C-1 yang berisi tentang perolehan suara setiap pasangan di tiap TPS, diberikan juga kepada para saksi tiap paket calon.

Tuntutan agar KPU NTT profesional juga disampaikan John Dekresano dari Paket Gaul. Menurutnya, wajar kalau ada pihak-pihak yang mengingatkan KPU NTT untuk bertindak normatif. Peringatan ini, katanya, bukan bertolak dari rasa curiga melainkan harus dilihat sebagai dorongan agar lembaga itu bekerja mengikuti mekanisme dan sistem yang ada.

Tentang proses penghitungan dan pengumuman hasil perolehan suara sementara, Dekresano menilai KPU NTT sudah mengambil keputusan yang bijak karena memenuhi asas transparansi.

Sementara Ketua Pemenangan Paket IA Medah-Paulus Moa (Paket Tulus), Aleks Ena maupun Sekretaris DPD I Partai Golkar NTT, Sirilus Bao Engo belum bisa dimintai komentarnya. Ketika dihubungi ke ponsel masing-masing, kemarin, keduanya tidak menjawab panggilan.

Ditemui terpisah, Wakil Ketua Komisi A DPRD NTT, Jonathan Kana mengatakan, masyarakat harus bersabar menunggu hasil perhitungan resmi dari KPU NTT. "Siapapun yang terpilih bukan soal karena tiga pasangan calon adalah putra terbaik daerah ini. Jangan berpikir menang atau kalah tapi bagaimana masyarakat susah segera diatasi," kata Kana. (dar/aca)
Pos Kupang edisi Rabu 18 Juni 2008, halaman 1

59.247 Warga Kupang Tidak Coblos

KUPANG, PK -- Sebanyak 59.247 pemilih di empat kecamatan di Kota Kupang tidak menggunakan haknya pada saat pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, 14 Juni 2008 lalu. Pemilih yang tidak mencoblos karena berbagai sebab itu, terdapat di Kecamatan Oebobo (23.945 pemilih), Kelapa Lima (19.543 pemilih), Maulafa (9.501 pemilih) dan Alak (6.258 pemilih).

Dibandingkan dengan total data pemilih tetap (DPT) Kota Kupang untuk Pilgub NTT sebanyak 206.649 pemilih, maka 28 persen pemilih di ibukota propinsi ini yang tidak mencoblos.

Jumlah warga yang tidak mencoblos ini diperoleh Pos Kupang setelah PPK di masing-masing kecamatan, yakni Oebobo, Kelapa Lima, Maulafa dan Alak menggelar rapat pleno rekapitulasi perolehan hasil Pilgub NTT, Selasa (17/6/2008).

Menurut anggota KPUD Kota Kupang, Maryanti Luturmas, banyaknya pemilih yang tidak mencoblos itu antara lain karena faktor golput, pemilih tidak mendapat kartu atau undangan memilih, atau tidak berada di tempat saat pemilihan berlangsung.

Hinggsa Selasa (17/6/2008) pukul 19.00 Wita, suara sah hasil Pilgub NTT yang dilaporkan ke KPU NTT bertambah 131.664 suara. Jumlah ini diperoleh dari selirih antara total suara sah per Selasa malam sebanyak 1.263.611 dikurangi total suara sah yang masuk ke KPU NTT pada Senin (16/6/2008) pukul 19.00 Wita .

Dari hasil rekapitulasi penghitungan suara sementara yang dikeluarkan KPU NTT semalam, pasangan Frans Lebu Raya - Esthon Foenay (Fren) masih unggul dengan 504.559 suara, disusul Ibrahim A Medah - Paulus Moa (Tulus) 468.305 suara dan Gaspar Parang Ehok (Gaul) 290.747 suara.

Hasil sementara ini dikeluarkan KPU NTT yang kelima kalinya, sejak penghitungan di TPS, Sabtu (14/6/2008). Sementara itu, sesuai jadwal, rekapitulasi penghitungan suara di tingkat PPK sudah berakhir, kemarin. Hari ini, Rabu (18/6/2008), dimulai dengan proses rekapitulasi di tingkat KPUD kabupaten/kota yang berlangsung dua hari.

Ketua KPU NTT, Robinson Ratukore mengatakan belum bisa memastikan apakah pleno rekapitulasi suara di PPK berjalan sesuai jadwal atau tidak. "Saya belum menghubungi KPU kabupaten/kota tentang pleno di tingkat PPK sudah dilaksanakan atau belum," ujar Ratukore di sekretariat KPU NTT di Jalan Polisi Militer-Kupang, kemarin.

Dari Ba'a dilaporkan, hasil sementara pleno tingkat PPK se-Kabupaten Rote Ndao memenangkan pasangan Tulus dengan 46.146 suara (83 persen), disusul Fren dengan 7.691 suara (13 persen) dan Gaul 1.785 suara (4 persen).

Ketua KPUD Rote Ndao, Robert H. Lona yang ditemui, Selasa (17/6/2008) mengatakan, pihaknya masih memiliki data sementara tingkat kecamatan sedangkan data tingkat kabupaten masih menunggu pleno tanggal 22 Juni 2008.

"Data yang ada pada kita masih sementara. Dan, sesuai data Tulus meraih sekitar 83 persen diikuti Fren 13 persen dan Gaul 4 persen," kata Lona. (aca/dar/iva/dar)

Pos Kupang edisi Rabu, 18 Juni 2008 halaman 1

Satu TPS di Mabar Coblos Ulang

LABUAN BAJO, PK -- Tempat Pemungutan Suara (TPS) Hawir di Desa Nggilat, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), melakukan pencoblosan ulang pada Senin (16/6/2008), karena pada hari pencoblosan Pilgub NTT, Sabtu (14/6/2008), terjadi keributan yang tidak memungkinkan dilanjutkannya proses pemungutan suara.

Informasi yang dihimpun Pos Kupang, menyebutkan, keributan itu antara lain dipicu protes warga yang tidak terdaftar sebagai pemilih dalam Pilgub NTT. Beberapa warga mengamuk dan merusak TPS sehingga KPPS (kelompok penyelenggara pemungutan suara) terpaksa menghentikan kegiatan pemungutan suara, hari itu. Warga yang mengamuk itu menyatakan tidak puas karena ada banyak warga di desa itu yang tidak didata sebagai pemilih dalam Pilgub NTT.

Pencoblosan ulang dilakukan kemarin dan berlangsung lancar dalam kawalan aparat keamanan. Ada juga anggota KPUD Mabar yang terjun ke TPS tersebut untuk memantau jalannya pemungutan suara, sekaligus menjemput hasil penghitungan suara di TPS dimaksud.

Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Mabar, Bernadus B Daya yang ditemui di Sekretariat PPK Komodo, mengatakan, pencoblosan ulang terpaksa dilakukan karena saat insiden pengrusakan TPS Hawir, masih banyak pemilih yang belum mencoblos.

Dia menjelaskan, dari 235 pemilih di TPS Hawir, baru 95 pemilih yang mencoblos pada hari Sabtu, sementara yang lainnya belum. Dikatakannya, logistik yang ada masih bisa digunakan untuk pencoblosan ulang sebab KPPS sempat mengamankan semua logistik, termasuk kotak suara yang berisi surat suara yang sudah dicoblos.

Kapolres Mabar, AKBP Butje Hello mengatakan, suasana di TPS Hawir sudah kondusif sehingga pelaksanaan pencoblosan ulang berlangsung lancar. "Polisi sudah mengamankan warga yang merusak TPS itu," kata Butje.

Menurut Butje, polisi menangkap empat orang yang diduga sebagai pelaku yakni Wilfridus Aman, Yustinus Senujin, Abensisus Ama dan Siprianus Jehadi. Mereka sedang diperiksa penyidik.

"Informasi awal yang kami peroleh, keempat pelaku itu disuruh oleh orang lain. Jadi mereka didalangi oleh salah satu warga yang punya masalah dengan kepala desa setempat. tapi kami masih selidiki," katanya.
Ketua KPUD NTT, Robinson Ratukore yang dikonfirmasi di ruang kerjanya, kemarin, mengatakan, pencoblosan ulang di TPS Hawir sah. "Dalam Pasal 105 UU 32/2004 disebutkan apabila terjadi kerusuhan, pemungutan suara dan penghitungannya dapat dilakukan ulang paling lambat tujuh hari dari jadwal seharusnya. Jadi tidak masalah," katanya.
Dikatakannya, untuk pencoblosan ulang di TPS tersebut, KPUD Mabar sudah berkoodinasi dengan PPK, KPPS, pengawas lapangan serta Desk Pilkada setempat. (yel/dar)

Pos Kupang edisi Selasa, 17 Juni 2008, halaman 1

Turnamen

AUSTRIA-Swiss 2008 sepekan sudah menyajikan keindahan, air mata, sakit hati dan kegembiraan. Beragam rasa itu lahir dari bola telanjang yang disepak, ditendang, disundul, diraba, ditinju, diputar-putar atau dibuang. Disepak-disundul hampir selalu dan selalu ke depan gawang karena itulah tujuan akhir dengan titik terakhir, siapa yang menggapai mahkota. Mahkota turnamen sepakbola terakbar kedua sedunia bernama Piala Eropa.

Air mata membanjiri Swiss yang tersingkir amat lekas gara-gara dua kekalahan beruntun. Faktor tuan rumah tak sanggup menopang. Dukungan jutaan penggemar tak cukup menegakkan bendera Swiss berkibar lebih lama di tanah air sendiri.


Sakit hati Perancis untuk hasil yang memilukan bagi tim pemenang Piala Dunia 1998, Piala Eropa 2000 dan runner-up Piala Dunia dua tahun lalu. Juara bertahan Yunani tak lagi bernyanyi-nyanyi. Tesaloniki kini meringis. Nyanyian juara begitu datar. Nyaris tak terdengar setelah dua kekalahan beruntun. Tak ada lagi sentuhan bola ala Dewa-Dewi yang menghipnotis seperti empat tahun silam di Portugal. Juara bertahan gulung tikar dengan kegagalan mencetak gol. Sepakbola sejatinya bercerita tentang manusia yang harus sadar akan keterbatasan. Ada saat di atas, ada waktu merayap tanah. Yunani kini menyadari keterbatasan itu.

Kegembiraan merebak di Lisabon, Wageningen, Madrid dan Zagreb. Begitu riuh di keheningan Himalaya. Fans Belanda, Portugal dan Spanyol di sana bersukaria. Menyatu dalam ceria rakyat menyambut akhir dongeng Monarki Nepal yang berusia 239 tahun. Raja terakhir, Gyanendra, meninggalkan istana tanpa mengenal jalan pulang. Raja yang disembah kini jadi rakyat biasa karena serakah dan haus kuasa. Tawa dan senyum juga menyembul di Palue, Kurubege, Maulafa dan Witihama. Tawa setiap pemuja Belanda, Portugal, Spanyol yang tampil elok- menjanjikan. Juga menghibur!

Dan, tuan telah menyaksikan betapa tim sarat pengalaman seperti Jerman dan Italia tunggang-langgang. Tertatih-tatih sekadar mengimbangi atau menekuk tim underdog. Kroasia sungguh kuda hitam. Dari dulu memang begitu. Suka beri pelajaran tim-tim besar karena menganggapnya remeh. Jerman dipermalukan Kroasia.
 

Belanda sikat juara Piala Dunia 2006, Italia 3-0, kekalahan terburuk Gli Azzuri sepanjang sejarah Piala Eropa. Perancis digilas 4-1 membuyarkan anggapan grup maut. Tim muda usia Belanda memang mooi.

Pasukan dinamis Portugal layak menuju puncak. Spanyol, semoga kali ini Dewi Fortuna menghampiri. Yang muda yang menjual. Yang energik membuat orang jatuh cinta. Sepakbola tidak mengenal ini: Yang muda belum boleh naik panggung. Belanda, Portugal, Spanyol juara Eropa? Ah kawan, jangan buru-buru mengklaim. Turnamen Euro 2008 baru setapak jalan. Tunggulah sampai puncak pesta. Segala sesuatu akan indah pada waktunya!


***
HARI Sabtu, 14 Juni 2008. Pukul 06.30 waktu Indonesia Bagian Tengah. Sebuah pesan singkat alias SMS masuk ke ponsel. Pesan dari seorang sahabat. "Turnamen manapun akan hancur lebur kalau semuanya memaksa untuk menang. Bagi saya, nasib turnamen sebenarnya lebih banyak ditentukan oleh yang kalah. Bagi yang menang tidak dibutuhkan kedewasaan yang tinggi. Namun bagi yang kalah hanya kedewasaan membuat mereka tersenyum dan datang kepada yang menang, menyalami dan memeluk pihak yang menang."

Kata-kata bung Francis, sahabatku itu tiba-tiba terasa kental relevansi dan aromanya dengan suasana di beranda rumah besar Flobamora hari ini. Sontak sadar ada turnamen di sini dalam konteks beda tapi atmosfirnya mirip. Kisah Euro 2008 terpisah jauh tapi terpaut. Terpisah puluhan ribu mil di benua lain, namun terpaut dengan keresahan di Kolhua, gumaman anak-anak Oesapa serta mimpi pemuda-pemudi San Juan dan Raijua. Impian untuk hidup lebih baik di esok hari. Impian memiliki pemimpin yang tidak ingat diri setelah bertahta di singgasana kekuasaan.

Turnamen lima tahunan di kampung besar NTT telah bergulir tapi belum usai. Masih dibutuhkan kedewasaan sikap, kerendahan hati. Biarlah turnamen dengan 2,6 juta penggemar lebih ini berakhir damai. Yang juara tak perlu bertepuk dada sambil mengolok yang kalah. Kekalahan tidak harus mengakhiri persahabatan sebagaimana pelajaran berulang dari sepakbola. Di setiap akhir pertandingan bola, selalu ada pelukan hangat, tepuk pipi hingga tukaran kaus berbau keringat. Ada pengakuan, sapaan dan salam hormat. (email: dionbata@poskupang.co.id)

Pos Kupang edisi Senin, 16 Juni 2008 halaman 1

Data Pemilih Tidak Akurat

JARINGAN Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Propinsi NTT menyatakan, masalah yang menonjol dalam proses Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur NTT adalah tidak akuratnya data pemilih. Banyak pemilih tidak terdaftar dan banyak pemilih yang terdaftar tetapi tidak mendapatkan kartu pemilih.

Koordinator JPPR Propinsi NTT, Valent Manek, mengungkapkan di Desa Baumata Barat, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, banyak warga yang datang mengadu karena tidak memperoleh kartu pemilih dan tidak bisa ikut memilih. "Ada yang datang membawa KTP dan menunjukkan ke ketua KPPS tapi tidak diizinkan untuk ikut memilih," kata Valent saat ditemui di Kupang, Minggu (15/6/2008).

Di TPS 3 Desa Manusak, Kecamatan Kupang Timur, jelas Valent, ada pemilih yang sudah merantau keluar daerah tapi masih didaftar. Selain itu, sebanyak 5 orang anak di bawah umur ikut memilih. Di TPS 3 Kelurahan Oesao, Kecamatan Kupang Timur orang yang sudah meninggal masih terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT).

Di TPS 1 Desa Merbaun, Kecamatan Amarasi Barat, dari total 423 pemilih, sebanyak 58 orang tidak mendapat kartu pemilih. Di TPS 2 Desa Tuapukan, Kecamatan Kupang Timur, yang tidak mendapat kartu pemilih 47 orang dari jumlah pemilih 415 jiwa. TPS 3 jumlah pemilih 393 orang, yang tidak mendapat kartu pemilih 32 orang.

Kondisi yang sama terjadi juga di Kabupaten Sikka. Di TPS 10 Kelurahan Madawat Kecamatan Alok, jumlah pemilih 500 orang, sementara yang menggunakan hak pilih 300 orang. Sebanyak 200 orang lainnya tidak mencoblos karena tidak punya kartu pemilih. Di TPS 3 Kelurahan Kabor, 34 orang tidak mendapatkan kartu pemilih. Di TPS 6 Kelurahan Kota Uneng, 16 orang tidak mendapat kartu pemilih. Dan, di TPS 2 Desa Koting A, Kecamatan Koting, 12 orang tidak mendapat kartu pemilih.

Persoalan lainnya, demikian Valent, pemantau tidak diizinkan untuk mencoblos di TPS yang dipantau karena petugas masih ragu karena pemantau berasal dari luar desa. Banyak petugas di TPS (KPPS) kurang memahami tentang aturan main dalam proses pemungutan dan penghitungan suara. Ada juga kebingungan untuk menentukan sah tidaknya surat suara yang dicoblos. Juga masih banyak atribut pasangan calon, bahkan ada yang berada di areal dekat TPS.

"Meski demikian, secara umum proses pilkada berjalan aman dan lancar tanpa ada gangguan yang berdampak pada terhambatnya proses pemungutan dan penghitungan suara," kata Valent. Dia menambahkan bahwa JPPR melakukan pemantauan di 163 TPS di Kabupaten Kupang dan 38 TPS di Kabupaten Sikka.
Tidak akuratnya data pemilih juga terjadi di Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Manggarai. Di Rote Ndao, diperkirakan sekitar 7.000 lebih pemilih tidak ikut mencoblos. Alasannya beragam, antara lain tidak memiliki kartu pemilih, tidak terdaftar dalam DPT, sebagian sudah meninggal, pindah alamat, dan anak kecil.
"Memang sekitar belasan persen atau 7000-an pemilih yang tidak mencoblos. Yang tidak memilih bisa saja karena tidak menerima surat undangan, ada yang sudah meninggal, anak kecil. Kondisi ini akan menjadi pengalaman yang dibenahi untuk pilada bupati-wakil bupati Rote Ndao ke depan," kata Ketua KPU Kabupaten Rote Ndao, Robert H Lona, kemarin.
Ketua KPU Kabupaten Manggarai, Frans Aci, S.Fil, juga membenarkan bahwa banyak warga Manggarai tidak mendapat kartu pemilih. Dia mengungkapkan, di Desa Mokel warga yang tidak memberikan hak suaranya melakukan aksi.

Sementara dari penelusuran Pos Kupang diketahui, sejumlah warga tidak mencoblos. Paulus Danggur, tokoh masyarakat La'a tidak bisa memberi hak suara karena tidak ada kartu pemilih. Selain itu, empat anggota keluarganya juga tidak memilih.
Yeremias Bahagia, warga La'o lainnya, menambahkan jumlah warga yang tidak memilih sekitar 30 orang. "Itu baru TPS di kampung ini, belum lagi di kampung lain. Kami juga tidak tahu mengapa kami tidak dapat kartu pemilih. Hanya diberitahu bahwa data ini dari pusat sehingga kami tidak protes," katanya.

Camat Ruteng, Drs. Hendrik D Amal, mengatakan, ada warga yang tidak bisa memberikan hak suara karena tidak ada kartu. Bahkan TPS di Poco Likang, sempat ribut karena tidak ada kartu. Pemerintah setempat bersama panwas berhasil memberi pengertian sehingga warga bisa pulang ke rumah masing-masing. "Ada warga yang tidak ikut coblos, tapi kami tidak ada data pasti berapa jumlah riil warga yang tidak ikut," katanya.

Pengakuan yang sama disampaikan Camat Satar Mese, Ignasius Tepat. Dia mengaku di wilayahnya ada sejumlah warga yang tidak ikut coblos karena tidak ada kartu panggilan. (aca/iva/lyn)

Penghitungan Sementara Versi KPUD Kabupaten/Kota
Minggu (15/6/2008) hingga pukul 23.40 Wita


Jumlah perolehan suara
No Kabupaten Jlh suara Fren Gaul Tulus

1. Belu 63.264 39.226 46.609
2. TTU 35.624 22.675 22.253
3. TTS 6.882 2.343 10.591 4. Kabupaten Kupang 7.971 1.648 19.086 5. Kota Kupang 70.285 14.226 57.556 6. Rote Ndao 7.691 1.785 46.146 7. Sumba Timur 49.986 17.161 34.183 8. Sumba Barat 8.191 23.215 12.215 9. Sumba Tengah 8.127 12.259 6.036 10. Sumba Barat Daya 31.339 59.901 19.650 11. Alor 16.696 4.633 33.797 12. Lembata 28.925 7.190 15.487 13. Flores Timur 63.459 19.195 24.393
14. Sikka 49.141 11.099 53.837 15. Ende 60.805 29.069 18.181 16. Nagekeo 19.747 33.832 6.427 17. Ngada 30.097 18.626 12.516 18. Manggarai 15.930 58.282 4.839
19. Manggarai Timur 3.225 17.585 2.673
20. Manggarai Barat 643 1.132 806

Jumlah sementara 643.920 395.082 447.281 1.486.283
Sumber: KPU kabupaten/kota


Penghitungan Sementara Versi KPUD NTT
Minggu (15/6/2008) hingga pukul 19.00 Wita


Jumlah perolehan suara
No Kabupaten Fren Gaul Tulus Jumlah Suara

1. Kota Kupang 14.983 3.188 13.255 31.426
2. Kabupaten Kupang 16.963 2.534 33.588 53.085
3. Rote Ndao 7.691 1.785 46.146 55.622
4. TTS 5.375 1.887 6.002 13.264
5. TTU 21.438 12.029 14.616 48.083
6. Belu 17.519 9.277 10.536 37.322
7. Alor 14.156 4.018 29.140 47.314
8. Lembata 10.499 1.956 3.699 16.154
9. Flores Timur 43.317 14.980 17.206 75.503
10. Sikka 42.740 9.611 42.460 94.811
11. Ende 56.367 24.737 16.551 97.655
12. Nagekeo 19.050 31.467 5.981 56.498
13. Ngada 29.752 18.297 12.652 60.701
14. Manggarai Timur 1.082 4.721 579 6.328
15. Manggarai 313 2.652 107 3.072
16. Manggarai Barat 1.321 2.530 2.022 5.873
17. Sumba Barat Daya 3.147 6.389 1.674 11.210
18. Sumba Barat 1.520 4.124 2.753 8.397
19. Sumba Tengah 1.749 2.592 1.365 5.706
20. Sumba Timur 13.072 5.545 9.598 13.778

Jumlah sementara 322.054 164.319 269.930 756.303
-----------------------------------------------------
Sumber: KPU NTT

Agenda KPUD NTT
----------------------------
14-15 Juni : Pengumuman di PPS
16-17 Juni : Pengumuman di tingkat PPK
18-19 Juni : Pengumuman di KPU Kabupaten/Kota
20-21 Juni : Pengumuman di KPU NTT
22 Juni : Penetapan pasangan terpilih
Pos Kupang edisi Senin 16 Juni 2008, halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes