Resep Terim

Catatan sepakbola Dion DB Putra

KURANG dari semenit lagi Kroasia berada di semifinal Piala Eropa 2008. Kemenangan di depan mata. Sorak-sorai pendukung bergemuruh di Stadion Ernst Happel-Vienna, Jumat (20/6/2008) malam atau Sabtu dinihari Wita (21/6/2008).

Dua puluh satu detik menjelang peluit panjang berbunyi, Semih Senturk menjebol gawang Stipe Pletikosa. Keceriaan berganti air mata. Skor akhir laga 120 menit 1-1. Kroasia tak pernah bangkit lagi. Adu penalti, menyerah 2-4! "Sakit bersarang dalam hatiku dan membayangi kami selamanya," kata Pelatih Kroasia, Slaven Bilic.

Jutarnji List, surat kabar dengan oplah terbesar di Kroasia melaporkan kekalahan itu menyebabkan hampir seluruh penduduk negeri itu depresi. Pengelola Jutarnji List sampai menyewa psikiatris, Mirela Vlastelica untuk memberi terapi melalui artikelnya di media tersebut. "Rakyat Kroasia harus memandang masa depan. Jangan berhenti bekerja. Jangan melakukan hal-hal negatif," tulis Vlastelica.

Begitulah kejamnya bola. Banyak sobat di Kupang mengaku kalah taruhan bahkan berjanji tak mau menonton lagi pertandingan Euro 2008 karena terlanjur cinta pada Belanda dan Portugal. Dua tim idola cuma sepenggal jalan. Portugal yang memukau selama penyisihan justru antiklimaks melawan Jerman. Sentuhan atraktif ala Scolari hanyut dalam harmonisasi staying power (kekuatan yang tak habis-habisnya) milik pasukan Bavaria. Tanpa Joachim Loew di bibir lapangan, Michael Ballack tetap seorang jenderal lapangan tengah dan juga algojo. Jerman menang 3-2.

Dan, Belanda paling perih menerima takdir. Pada era keemasan Johan Cruyff, Belanda adalah juara tanpa mahkota, juara di hati penonton, meraih piala tanpa anggur lantaran pesona total football. Buku sejarah Holland kini masuk bab baru. Meminjam idiom dari bekas jajahannya Indonesia, tahun 2008 Belanda makan Belanda.

Rusia tidak pernah memiliki ciri khas sepakbola seperti Inggris, Belanda, Jerman, Italia, Brasil atau Argentina. Bertahun-tahun Rusia terpuruk. Rusia surut sejak Soviet bubar. Maka mereka meminang anak Belanda yang ahli meracik tim pas-pasan menjadi luar biasa. Rusia meniru Korea Selatan dan Australia.

Tim Beruang Merah belajar total football dari Guus Hiddink. Meniru lurus dan utuh dari ahlinya. Eh, hasilnya malah jauh lebih bermutu. Rusia mematuk Belanda 3-1. Edwin van Der Sar memungut bola tiga kali dari gawangnya! Basten termangu melihat Dmitri Torbinski menjebol gawang Edwin setelah menyusup enteng di antara dua bek Belanda. Mirip dengan caranya memperdayai Soviet di final 1988. Total football ala Moskow tak cuma memulangkan juara bertahan Yunani dan membunuh tuan rumah Swedia. Rusia juga menistakan Belanda.

***

DALAM jagat sepakbola tidak berlaku prinsip jatuh cinta pada pandangan pertama. Pandangan pertama bisa membutakan mata. Kroasia menekuk Jerman, Austria dan Polanda hingga memimpin grup B dengan nilai sempurna. Portugal hancurkan Turki 2-0. Turki gilas Kroasia.

Mungkin banyak orang jatuh cinta pada Jerman untuk tradisinya sebagai tim spesialis turnamen. Tim Diesel yang lambat panas. Makin lama kian membara, membakar siapa saja. Jerman favorit untuk reputasinya sebagai negara pemegang gelar Piala Eropa terbanyak (1972, 1980 dan 1996). Di kancah Eropa Turki jelas anak bawang. Dalam hal rekor pertemuan, Jerman begitu dominan. Dari 17 kali pertemuan, tim Panser menang 11 kali, imbang empat kali serta hanya tiga kali kalah dari Turki.

Di atas kertas, Jerman lebih diunggulkan lolos ke final. Apalagi Turki mengalami krisis pemain sehingga laga semifinal tidak menampilkan tim terbaik. Setelah kehilangan enam pemain saat menghadapi Kroasia, Turki juga kehilangan empat pemain lain, yakni Tuncay Sanli, Arda Turan dan Emre Asik, akibat akumulasi kartu kuning. Striker Nihat Kahveci juga cedera paha kanan. Kehilangan Kahveci adalah kerugian besar bagi Turki karena dialah inspirator tim. Turki juga kehilangan kiper utama Volkan Demirel yang mendapat kartu merah pada partai Turki-Ceko dalam babak penyisihan grup.

Meski demikian, sangat menarik peringatan dari kapten tim Jerman, Michael Ballack dan Manajer tim, Oliver Bierhoff yang mengantar Jerman juara 1996. Ballack dan Bierhoff meminta tim Panser mewaspadai semangat juang Turki. "Tidak ada yang memperkirakan pencapaian Turki hingga semifinal, bahkan mungkin oleh tim itu sendiri. Mental mereka sangat kuat. Mental itu dapat membalikkan keadaan sekaligus memberi tekanan ke arah lawan," kata Ballack. "Kami belum memikirkan babak final," tambah Bierhoff.

Jelang duel semifinal, gelandang Turki, Hamid Altintop, menyatakan peluang timnya ke final 50 persen. "Jerman favorit, tetapi kami tim yang bagus. Jika kami melanjutkan cara bermain sebelumnya, kami akan ke final," kata Altintop. Yang lebih menakutkan Jerman justru resep Fatih Terim, pelatih Turki.

"Saya tidak memiliki resep apa pun untuk mengantarkan tim lolos sampai ke semifinal. Kami tidak akan pernah menyerah sebelum peluit akhir berbunyi, itu filosofi kami. Pertemuan Turki dengan Jerman adalah pertemuan dua tim raksasa di kancah sepakbola Eropa," kata Terim.

Menyaksikan perang dua raksasa, jelas memikat-menegangkan. Apakah Terim membuat kejutan baru atau Jerman menambah rekor sebagai penguasa Eropa berkat kekuatan yang tak habis- habisnya sepanjang satu setengah jam bahkan lebih? Selamat menonton. **
Pos Kupang edisi Rabu, 25 Juni 2008 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes