Catatan sepakbola Dion DB Putra
MENARIK nian pernyataan Pelatih Spanyol, Luis Aragones menjelang pertandingan final Piala Eropa 2008 melawan Jerman. "Kami berhak juara, tetapi Jerman adalah Jerman. Mereka punya mental juara menghadapi siapa saja. Kami harus lebih beringas. Secara fisik Jerman lebih kuat. Kami perlu bermain dengan langkah yang cermat agar lawan kelelahan sendiri."
Apakah dengan mengatakan begitu Aragones gentar menghadapi Jerman? Jangan salah. Aragones adalah kesatria Catalan yang jujur. Ia tidak menutup mata terhadap rekam jejak Der Panzer. Juara Piala Dunia tiga kali, juara Eropa tiga kali dan lima kali masuk final Euro. Jerman yang tahun ini berada di final Piala Eropa keenam menyimpan rekor yang tidak dimiliki tim lain di Eropa. Untuk level Piala Dunia, rekor Jerman cuma kalah tipis dari Brasil dan Italia.
Jerman adalah Jerman merupakan sebuah pengakuan. Di level klub, apa artinya Bundesliga dibanding La Liga Primera? Prestasi tim-tim Bundesliga Jerman kurang gemerlap dibandingkan klub Spanyol di kompetisi Eropa. Liga Spanyol merupakan surga bagi para pemain bintang seluruh dunia. Bundesliga lebih bermaterikan pemain lokal dan bintang kelas dua. Namun, jangan tanya kalau Jerman sudah mengenakan kostum tim nasional. Mental bertanding dan kekuatan fisik mampu menutup kelemahan teknis. Jerman hampir selalu menuai hasil terbaik dalam kompetisi antarnegara.
Pertandingan final Minggu malam atau Senin (30/6/2009) dinihari Wita di Stadion Ernst Happel-Vienna kembali menguji daya tahan Jerman. Malam pembuktian siapa akan menjadi Raja Eropa 2008. Dan, Aragones telah memberi sinyal jelas bagi Pelatih Jerman, Joachim Loew. "Kami harus lebih beringas. Kami perlu bermain dengan langkah yang cermat agar lawan kelelahan sendiri."
Membuat lawan kelelahan sendiri merupakan filosofi pertarungan manusia melawan banteng di Spanyol yang disebut matador (pembunuh). Manusia yang disebut torero bermodalkan muleta, sepotong kain merah sebagai tameng. Kain itu dikibar-kibarkan torero guna memancing amarah banteng serta mengalihkan perhatiannya. Banteng seruduk ke sana-sini. Menerjang sekuat mungkin. Si matador cukup mengatur langkah dengan cermat. Gesit menghindar, cerdik memutar. Meliuk-liuk di lapangan. Lama kelamaan banteng beringas kehabisan stamina. Matador tinggal mengakhiri hidupnya. Selesailah sudah!
Pasukan Beruang Merah yang gagah perkasa merupakan korban paling akhir. Korban ke-21 tim Aragones secara beruntun. Realita itu diakui Pelatih Rusia, Guus Hiddink. "Mereka punya senjata yang membuat para pemain kami kelelahan. Kami tak sanggup bangkit pada babak kedua," kata Hiddink usai timnya dipermalukan Spanyol 3-0 di semifinal.
***
BERMAIN dengan cermat kiranya kembali menjadi pilihan Spanyol menghadapi badai staying power Jerman malam ini. Aragones mungkin tidak mengutak-atik the winning team yang terdiri dari Iker Casillas, Sergio Ramos, Carles Puyol, Carlos Marchena, Joan Capdevilla, Marcos Senna, Andres Iniesta, Xavi, David Silva, David Villa dan Fernando Torres. Jika David Villa belum fit akibat cedera saat melawan Rusia di semifinal, hampir pasti Cesc Fabregas menjadi starter. Fabregas akan berkolaborasi dengan Xavi Hernandez sebagai pengatur serangan sekaligus motor Spanyol guna mengimbangi kuartet gelandang Jerman di bawah komando Michael Ballack. Formasi Aragones adalah 4-5-1 atau 4-4-1-1.
Kedua tim mungkin memilih formasi yang sama yaitu cuma memasang striker tunggal. Itu berarti Joachim Loew mengulang taktik melawan Turki di semifinal. Waktu itu, Loew tidak memakai dua striker murni seperti biasa melalui Miroslav Klose dan Mario Gomez. Klose sendiri diapit dua sayap lincah Lukas Podolski di kiri dan Bastian Schweinsteiger di kanan.
Loew sangat berharap kontribusi kedua pemain tersebut dalam membongkar pertahanan Spanyol sekaligus memberi umpan terukur kepada Klose. Jika Podolski dan Schweinsteiger dijegal, Philip Lahm, Torsten Frings dan Ballack bisa menjadi ancaman dari lini kedua. Frings agaknya masuk sejak menit awal guna melapis Ballack. Tanpa Frings, Ballack kehilangan tandem ideal di lapangan tengah. Saat melawan Turki, masuknya Frings sebagai pemain pengganti mengubah irama permainan Jerman.
Aragones akan memberi tugas khusus kepada Carlos Marchena dan Marcos Senna mengawal Podolski. Sergio Ramos akan adu kuat dengan Bastian Schweinsteiger. Calos Puyol berhadapan satu satu dengan Klose. Untuk mematikan bola-bola atas, Puyol dibantu Ramos dan Senna. Tugas Xavi dan Fabregas mengawal Ballack agar tidak terlalu mengacam gawang Iker Casillas.
Aragones kiranya membangun "tembok Berlin" di area 16 meter karena Jerman piawai melepaskan tembakan gledek jarak jauh. Kesalahan sedapat mungkin minim di kawasan itu karena akan menguntungkan Jerman melepaskan bola mati terukur. Tapi Spanyol beruntung memiliki kapten sekaligus kiper sekaliber Casillas. Tatapan matanya menakutkan lawan.
Di kubu Jerman, perhatian mereka akan tertuju pada Xavi, Fabregas dan Torres. Tugas itu akan dimainkan dua pilar terakhir, Christoph Metzelder dan Per Mestesacker. Keduanya dibantu Arne Friedrich dan Frings. Christoph Metzelder adalah kawan akrab Casillas dan Sergio Ramos di klub Real Madrid. Demi kehormatan bangsa, pertemanan tentu diabaikan sejenak. Jika Tores atau Villa diganjal, Jerman harus cepat menghentikan David Silla, Xavi atau Ramos yang biasanya muncul tiba-tiba di kotak penalti. Sedemikian jauh, Torres sering menjadi pelayan bagi gelandang serang Spanyol untuk menghasilkan gol. Kunci permainan Jerman vs Spanyol akhirnya terletak di lapangan tengah. Ballack bentrok dengan Xavi atau Fabregas.
Materi pemain kedua tim sama bagus. Soliditas tim pun sudah teruji. Jerman pernah kalah dan menang. Spanyol menang terus. Rasa percaya diri sedang di ubun-ubun. Tidak dapat mengatakan salah satu finalis lebih diunggulkan dan yang lain underdog. Inilah final ideal. Pemenang tergantung daya tahan dan konsentrasi selama 90 menit. Semoga tidak terjadi antiklimaks sehingga pertandingan berakhir dalam waktu normal seperti final 2004 antara Yunani vs Portugal.
Campeone! Buku sejarah Eropa akan menulis sang juara malam ini. Spanyol menebus kerinduan 44 tahun atau Jerman menambah koleksi keempat setelah 1972, 1980 dan 1996.
Menurut penyair Ludwig Harig, bola adalah seni yang dihasilkan oleh kaki, karena itu di dalamnya juga tersimpan inspirasi dan misteri. Sudah pasti bola adalah seni dan sumber inspirasi yang tak pernah habis diulas dan ditulis. Dikuras tak pernah berkurang pesonanya. Tapi siapa juara Eropa 2008, masih sebuah misteri. Jadi, sebaiknya Anda menonton akhir fiesta Austria-Swiss 2008. Menanti sampai wasit asal Italia, Roberto Rosetti (40) meniup peluit panjang. **
Pos Kupang edisi Minggu, 29 Juni 2008 halaman 1
MENARIK nian pernyataan Pelatih Spanyol, Luis Aragones menjelang pertandingan final Piala Eropa 2008 melawan Jerman. "Kami berhak juara, tetapi Jerman adalah Jerman. Mereka punya mental juara menghadapi siapa saja. Kami harus lebih beringas. Secara fisik Jerman lebih kuat. Kami perlu bermain dengan langkah yang cermat agar lawan kelelahan sendiri."
Apakah dengan mengatakan begitu Aragones gentar menghadapi Jerman? Jangan salah. Aragones adalah kesatria Catalan yang jujur. Ia tidak menutup mata terhadap rekam jejak Der Panzer. Juara Piala Dunia tiga kali, juara Eropa tiga kali dan lima kali masuk final Euro. Jerman yang tahun ini berada di final Piala Eropa keenam menyimpan rekor yang tidak dimiliki tim lain di Eropa. Untuk level Piala Dunia, rekor Jerman cuma kalah tipis dari Brasil dan Italia.
Jerman adalah Jerman merupakan sebuah pengakuan. Di level klub, apa artinya Bundesliga dibanding La Liga Primera? Prestasi tim-tim Bundesliga Jerman kurang gemerlap dibandingkan klub Spanyol di kompetisi Eropa. Liga Spanyol merupakan surga bagi para pemain bintang seluruh dunia. Bundesliga lebih bermaterikan pemain lokal dan bintang kelas dua. Namun, jangan tanya kalau Jerman sudah mengenakan kostum tim nasional. Mental bertanding dan kekuatan fisik mampu menutup kelemahan teknis. Jerman hampir selalu menuai hasil terbaik dalam kompetisi antarnegara.
Pertandingan final Minggu malam atau Senin (30/6/2009) dinihari Wita di Stadion Ernst Happel-Vienna kembali menguji daya tahan Jerman. Malam pembuktian siapa akan menjadi Raja Eropa 2008. Dan, Aragones telah memberi sinyal jelas bagi Pelatih Jerman, Joachim Loew. "Kami harus lebih beringas. Kami perlu bermain dengan langkah yang cermat agar lawan kelelahan sendiri."
Membuat lawan kelelahan sendiri merupakan filosofi pertarungan manusia melawan banteng di Spanyol yang disebut matador (pembunuh). Manusia yang disebut torero bermodalkan muleta, sepotong kain merah sebagai tameng. Kain itu dikibar-kibarkan torero guna memancing amarah banteng serta mengalihkan perhatiannya. Banteng seruduk ke sana-sini. Menerjang sekuat mungkin. Si matador cukup mengatur langkah dengan cermat. Gesit menghindar, cerdik memutar. Meliuk-liuk di lapangan. Lama kelamaan banteng beringas kehabisan stamina. Matador tinggal mengakhiri hidupnya. Selesailah sudah!
Pasukan Beruang Merah yang gagah perkasa merupakan korban paling akhir. Korban ke-21 tim Aragones secara beruntun. Realita itu diakui Pelatih Rusia, Guus Hiddink. "Mereka punya senjata yang membuat para pemain kami kelelahan. Kami tak sanggup bangkit pada babak kedua," kata Hiddink usai timnya dipermalukan Spanyol 3-0 di semifinal.
***
BERMAIN dengan cermat kiranya kembali menjadi pilihan Spanyol menghadapi badai staying power Jerman malam ini. Aragones mungkin tidak mengutak-atik the winning team yang terdiri dari Iker Casillas, Sergio Ramos, Carles Puyol, Carlos Marchena, Joan Capdevilla, Marcos Senna, Andres Iniesta, Xavi, David Silva, David Villa dan Fernando Torres. Jika David Villa belum fit akibat cedera saat melawan Rusia di semifinal, hampir pasti Cesc Fabregas menjadi starter. Fabregas akan berkolaborasi dengan Xavi Hernandez sebagai pengatur serangan sekaligus motor Spanyol guna mengimbangi kuartet gelandang Jerman di bawah komando Michael Ballack. Formasi Aragones adalah 4-5-1 atau 4-4-1-1.
Kedua tim mungkin memilih formasi yang sama yaitu cuma memasang striker tunggal. Itu berarti Joachim Loew mengulang taktik melawan Turki di semifinal. Waktu itu, Loew tidak memakai dua striker murni seperti biasa melalui Miroslav Klose dan Mario Gomez. Klose sendiri diapit dua sayap lincah Lukas Podolski di kiri dan Bastian Schweinsteiger di kanan.
Loew sangat berharap kontribusi kedua pemain tersebut dalam membongkar pertahanan Spanyol sekaligus memberi umpan terukur kepada Klose. Jika Podolski dan Schweinsteiger dijegal, Philip Lahm, Torsten Frings dan Ballack bisa menjadi ancaman dari lini kedua. Frings agaknya masuk sejak menit awal guna melapis Ballack. Tanpa Frings, Ballack kehilangan tandem ideal di lapangan tengah. Saat melawan Turki, masuknya Frings sebagai pemain pengganti mengubah irama permainan Jerman.
Aragones akan memberi tugas khusus kepada Carlos Marchena dan Marcos Senna mengawal Podolski. Sergio Ramos akan adu kuat dengan Bastian Schweinsteiger. Calos Puyol berhadapan satu satu dengan Klose. Untuk mematikan bola-bola atas, Puyol dibantu Ramos dan Senna. Tugas Xavi dan Fabregas mengawal Ballack agar tidak terlalu mengacam gawang Iker Casillas.
Aragones kiranya membangun "tembok Berlin" di area 16 meter karena Jerman piawai melepaskan tembakan gledek jarak jauh. Kesalahan sedapat mungkin minim di kawasan itu karena akan menguntungkan Jerman melepaskan bola mati terukur. Tapi Spanyol beruntung memiliki kapten sekaligus kiper sekaliber Casillas. Tatapan matanya menakutkan lawan.
Di kubu Jerman, perhatian mereka akan tertuju pada Xavi, Fabregas dan Torres. Tugas itu akan dimainkan dua pilar terakhir, Christoph Metzelder dan Per Mestesacker. Keduanya dibantu Arne Friedrich dan Frings. Christoph Metzelder adalah kawan akrab Casillas dan Sergio Ramos di klub Real Madrid. Demi kehormatan bangsa, pertemanan tentu diabaikan sejenak. Jika Tores atau Villa diganjal, Jerman harus cepat menghentikan David Silla, Xavi atau Ramos yang biasanya muncul tiba-tiba di kotak penalti. Sedemikian jauh, Torres sering menjadi pelayan bagi gelandang serang Spanyol untuk menghasilkan gol. Kunci permainan Jerman vs Spanyol akhirnya terletak di lapangan tengah. Ballack bentrok dengan Xavi atau Fabregas.
Materi pemain kedua tim sama bagus. Soliditas tim pun sudah teruji. Jerman pernah kalah dan menang. Spanyol menang terus. Rasa percaya diri sedang di ubun-ubun. Tidak dapat mengatakan salah satu finalis lebih diunggulkan dan yang lain underdog. Inilah final ideal. Pemenang tergantung daya tahan dan konsentrasi selama 90 menit. Semoga tidak terjadi antiklimaks sehingga pertandingan berakhir dalam waktu normal seperti final 2004 antara Yunani vs Portugal.
Campeone! Buku sejarah Eropa akan menulis sang juara malam ini. Spanyol menebus kerinduan 44 tahun atau Jerman menambah koleksi keempat setelah 1972, 1980 dan 1996.
Menurut penyair Ludwig Harig, bola adalah seni yang dihasilkan oleh kaki, karena itu di dalamnya juga tersimpan inspirasi dan misteri. Sudah pasti bola adalah seni dan sumber inspirasi yang tak pernah habis diulas dan ditulis. Dikuras tak pernah berkurang pesonanya. Tapi siapa juara Eropa 2008, masih sebuah misteri. Jadi, sebaiknya Anda menonton akhir fiesta Austria-Swiss 2008. Menanti sampai wasit asal Italia, Roberto Rosetti (40) meniup peluit panjang. **
Pos Kupang edisi Minggu, 29 Juni 2008 halaman 1