Perjuangan berat mendapatkan air bersih antara lain dialami Donatus Lagu. Udara dingin Kota Ruteng pada pukul 01.00-02.00 Wita, Kamis (5/11/2015), tak dihiraukan Donatus. Menenteng jeriken di tangan kanan dan kiri, warga Jalan Satar Tacik, Kelurahan Tenda, Kecamatan Langke Rembong itu masuk ke halaman rumah tetangga di sisi selatan.
Beberapa saat sebelumnya, tetangganya itu memberitahu kalau air PDAM di rumah itu sedang keluar. Bak air kamar mandi, ember dan jeriken mereka telah terisi penuh. Kini giliran bagi Donatus mengambilnya. Mengambil air dari rumah tetangga pada tengah malam hingga dinihari dilakoni Donatus sejak bulan Agustus sampai November 2015.
Itu terjadi karena air PDAM di rumahnya tidak menetes sama sekali. Tahun silam, kata Donatus, memang dia kesulitan air, namun tidak separah tahun 2015. "Dua malam sekali saya harus mete (begadang) satu jam untuk isi semua ember, jeriken dan bak mandi. Ini air khusus masak dan minum. Sekarang terbantu air hujan untuk mandi dan cuci," kata Donatus, Jumat (6/11/2015).
Lain pula kisah keluarga Robertus Mboe, yang domisili di belakang Gudang BGR Kelurahan Satar Tacik. Air PDAM di rumahnya hanya keluar sekali dalam seminggu dengan debit sangat kecil. Hanya mengisi penuh satu drum.
"Kami masih baik, tinggal dekat Wae Decer sekitar 100-200-an meter dari rumah. Di sekitar rumah juga ada beberapa mata air. Kalau meteran PDAM tidak jalan, kami ke kali. Mata air besar dan bersih untuk minum, masak, mandi dan cuci," ujar Robertus di rumahnya, Jumat (6/11/2105). Hujan yang mulai mengguyur Kota Ruteng sejak pekan lalu disyukuri Robertus. Cuci perabot rumah tangga, pakaian dan mandi tak perlu lagi ke kali. Mereka andalkan air hujan.
Krisis air juga dialami warga Pong Ara, Kelurahan Pitak, Ruteng. Tiga tahun lalu mereka masih bisa timba air minum dari bak penampung, mandi bahkan gunakan WC umum yang dikerjakan Dinas PU Manggarai. Namun, kini bak penampung, WC dan kamar mandi itu tidak digunakan lagi karena ketiadaan air.
Pada Kamis (5/11/2015) pukul 13.00 Wita, Pos Kupang mendapati Febriyanti Claudia Watar (8) dan Monika Ojing (48), warga Pong Ara duduk mengitari ember bak hitam. Di dalam ember bak itu terdapat cerek plastik ukuran sedang yang mereka pasang ke keran yang airnya keluar sangat kecil.
Setelah cerek penuh, air dituangkan ke dalam jeriken. Mendapatkan satu jeriken lima liter dibutuhkan waktu 9-10 menit. Begitu seturusnya sampai semua jeriken terisi penuh baru dibawa pulang ke rumah masing-masing. Seharian, Monika mengangkat lima sampai delapan jeriken. Pembatasan jumlah jeriken yang boleh diambil berlaku bagi warga Pong Ara agar semua bisa kebagian air.
Mengingat faktor usia, Monika mengaku selalu kelelahan setelah mendaki bukit 200-an meter membawa jeriken air ke rumah. Waktunya juga habis menunggu air di keran PDAM. "Ini air khusus masak dan minum. Hampir semua anak sekolah jarang mandi pagi ke sekolah, hanya cuci muka. Untuk mandi dan cuci, kami jalan kaki sekitar satu kilometer ke selokan di Karot," kata Monika.
Claudia, mengatakan menunggu air di keran itu merupakan tugas rutin membantu orangtua setelah pulang sekolah di SDI Karot sekitar 1 km dari Pong Ara. "Saya bantu mama angkat dua jeriken," kata sulung dari dua bersaudara ini.
Tua adat Pongara, Primus Neha (65) menuturkan satu keran air ini menjadi sandaran 64 kepala keluarga atau sekitar 350 warga mendiami RT 15, diambil mulai pukul 04.00 Wita sampai pukul 23.00 Wita. Supaya semua rumah tangga kebagian, mereka hanya boleh mengambil lima jeriken air ukuran lima liter.
"Kalau tidak dibagi seperti itu, bisa muncul perselisihan bahkan perkelahian. Kalau pagi-pagi prioritaskan untuk anak-anak cuci muka ke sekolah. Mereka jarang mandi pagi," ujar Primus.
Sulit air bersih pada musim kemarau tahun ini juga diderita warga Gang Bintang Timur, Kelurahan Poco Mal. Meski berdomisili pada satu gang, penghuni gang bagian barat menikmati air PADM dengan baik. Sedangkan penghuni gang sebelah timur gigit jari, air yang keluar sangat kecil.
"Pas jadwal mengalir kami (di sebelah timur) harus begadang sampai tengah malam supaya bisa isi ke bak mandi. Air kerluar kecil sekali. Kalau tidak tarik selang dari tetangga sebelah jalan yang air keluar besar. Begitu setiap malam selama ini," ujar Yohanes Safrudin, ketua RT 03/RW16, Kelurahan Poco Mal. Sedangkan warga di ujung gang bagian selatan memanfaatkan pipa pembuangan air PDAM untuk mandi, cuci dan air bersih. Setiap waktu, tempat itu ramai dikunjungi warga yang membawa cucian, ember dan jeriken. (ius)
Sudah Lama Dengar Keluhan
DIREKTUR Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Komodo Manggarai, Klemens Man, S.H tidak menampik krisis air yang mendera sebagian dari 71 ribu warga di Kota Ruteng. Usaha rehabilitasi jaringan distribusi, menjadwal distribusi dua hari sekali pada wilayah krisis air seperti Pong Ara, Karot, Kumba, dan Satar Tacik pun belum bisa mengatasi kesulitan warga pada musim kemarau. Keadaan ini bertambah berat karena debit lima sumber mata air utama menurun drastis.
"Sudah lama saya dengar keluhan. Banyak pelanggan klaim ke sini (PDAM). Banyak juga warga terpaksa ke saluran irigasi, ke kali dan tadah air hujan untuk mandi, cuci, masak dan minum," ujar Klemens Man di Ruteng, Jumat (6/11/2015).
Klemens menyebukan, di Kota Ruteng PDAM Tirta Komodo mengelola 10 sumber mata air serta belasan mata air milik perorangan dan komunitas adat. "Memang benar kata banyak orang, Ruteng limpah mata air. Tapi masih banyak yang orang mengeluh sulit air," ujar Klemens.
Sejak memimpin PDAM Ruteng tahun lalu, Klemens menemukan banyak masalah yang butuh upaya besar dan biaya besar. Sebab, akar masalahnya terjadi dari hulu (mata air) sampai ke hilir (konsumen). Gonta ganti manajemen PDAM belum tentu dapat menjawab semua soal, kalau masalah pokok tidak diselesaikan.
Soal utama di hulu, kata Klemens, brond captering (penangkapan) air, usianya sudah uzur. Mata air Wae Rowang dikerjakan tahun 1968, Wae Palo dan Nggernggok (1980), Wae Ces dan Wae Pong (1990). Air di sumber tidak seluruhnya masuk ke brond captering dan ke reservoar. Jaringan transmisi ke pusat kota Ruteng juga berusia uzur, yakni dibangun pada tahun 1968-1970 bersamaan dengan pembangunan brondcap di Wae Rowang. Sebagian jaringan ini ditutup jalan dan bangunan karena pesatnya hunian penduduk. Pertumbuhan penduduk dan desakan kebutuhan lahan hunian dan kebun menjangkau kawasan sumber mata air. Kawasan
hutan di sekitar hutan dirusak mengurangi wilayah tangkapan air di Kota Ruteng.
"Kami tidak mampu deteksi secara akurat keadaan jaringan transmisi berada di bawah gedung dan jalan. Usia teknis tidak layak dipakai, kemungkinan air bocor ke mana-mana. Sama halnya juga jaringan pipa ke rumah tangga dipasang asal-asalan tidak dikaji secara teknis,"kata Klemens Man.
Menurut Klemens, semua soal ini dapat teratasi dengan review desain ( tata ulang) jaringan transmisi dan distribusi mengikuti tata kota. Kewenangan itu dimiliki pemerintah (pusat dan daerah) dan membutuhkan dana besar. PDAM yang mengandalkan penyertaan modal dari APBD tidak mampu atasi kesulitan air.
"Sekian lama, pemda dan PDAM bukan tidak melakukan upaya. Ruangnya tidak tersedia dan uangnya tidak ada. Butuh biaya besar harus dari APBN. PDAM hanya punya sumber air, tidak punya uang. Kalau tidak ada upaya besar seperti itu, hanya malaikat yang bisa. Soalnya besar dan berat," tegas Klemens.
Klemens mengapresiasi pemerintah daerah dan DPRD Manggarai menghasilkan Perda Penyertaan Modal ke PDAM yang disepakati dua pekan lalu. Pemda membenamkan sejumlah uang sebagai penyertaan modal selama kurun waktu 2015-2019. Investasi itu akan dikembalikan pemerintah pusat sebagai hibah.
Investasi itu, kata Klemens, mensyaratkan ada perda, tingkat pelayanan konsumen rendah, potensi sumber daya tercukupi, kesiapan masyarakat menerima program dan kesiapan PDAM mengembangkan jaringan rumah tangga. Dengan ruang yang diberikan itu, Klemens optimistis program hibah APBN 2015-2019 bisa menambah akses air bersih meski tidak sampai 100 persen seperti target pemerintah pusat.
"Target 100 persen masyarakat terlayani air bersih tentu berat. PDAM Manggarai pasang target 80 persen dari akses air bersih saat ini 32 persen," ujar mantan Direktur Teknik PDAM Kupang itu.
Klemens menjelaskan, PDAM Tirta Komodo Manggarai berdiri pada 14 Januari 1991 berdasarkan Perda Manggarai Nomor 2 Tahun 1991. Total sambungan di seluruh Kabupaten Manggarai 13.565. Khusus di Kota Ruteng, total pelanggan 9.896 (kondisi Juli 2015) meliputi 90 persen pelanggan rumah tangga, 3 persen pelanggan niaga, 2 persen pelanggan kantor dan 5 persen pelanggan lembaga sosial, MBR, panti asuhan, paroki, masjid dan gereja. Adapun harga jual air per meter kubik, harga terendah Rp 1.150 meter/kubik. Tertinggi Rp 2.600/meter kubik. Ideal harga terendah Rp 2.000/meter kubik. (ius)
News Analysis Paulus So
Anggota Komisi B DPRD Manggarai
Pelihara Hutan
KESULITAN air minum bersih yang dialami sebagian warga Kota Ruteng akan diselesaikan bertahap. Selama ini, manajemen PDAM Tirta Komodo tidak bisa melakukan intervensi terlampau jauh karena terbatasnya investasi. Merehabilitasi jaringan pipa induk berusia tua dan jaringan ke rumah tangga butuh biaya besar.
Menjawab keluhan masyarakat dan manajemen PDAM Tirta Komodo Manggarai, maka Pemda dan DPRD bersepakat membuat Perda 2015 tentang Penyertaan Modal Pemda ke PDAM. Seluruh dana penyertaan dari Pemda itu akan dikembalikan utuh oleh pemerintah pusat.
Memang di 2013 sudah dialokasikan dana Rp 1 miliar dan tahun 2014 sebesar Rp 1 miliar untuk rehabilitasi dan perluasan jaringan. Tetapi tidak cukup kuat mengatasi masalah di PDAM. Karena itu mulai tahun 2016 disepakati Rp 4 miliar, sedangkan alokasi 2017 (Rp 6 miliar), 2018 (Rp 8 miliar) dan 2019 sejumlah Rp 10 miliar.
Dana penyertaan modal itu unuk perluasan jaringan dari jaringan induk sampai ke rumah tangga dan perbaikan jaringan tua. Perbaikan manajemen dan sumber daya manusia pengelola. Saya salut kinerja direktur, Pak Klemens Man. Selama ini kita anggap manajemen PDAM sudah bagus. Ternyata ketika dia mulai tata ulang muncul masalah serius. Sudah mulai tampak hasil pengelolaan internal, keuangan, pembayaran rekening online. Tenaga teknis lapangan dikirim belajar penataan jaringan di Bali.
Manajemen yang baru ini memberi harapan perbaikan dan menjanjikan profesionalitas.Masyarakat diharapkan bersabar. DPRD akan terus memantau perbaikan oleh PDAM membuka jaringan baru pelayanan ke rumah tangga. Prinsipnya, warga harus menikmati pelayanan air bersih. Namun, masyarakat juga berpartisipasi memelihara jarangan, tidak tempuh jalan pintas mendapatkan air dengan cara merusak pipa lewat di depan rumah atau di kebun.
Untuk perlindungan sumber mata air dari intervensi pemukiman dan perusakan kawasan hutan, bulan Januari 2015 DPRD Manggarai sudah menyelesaikan Perda Perlindungan Pengelolaan Sumber Mata Air. Teknis pelaksanaanya belum dihasilkan pemerintah.
Poin penting perda perlindungan mata air menegaskan, radius 100 meter dari sumber mata air tidak boleh diganggu dan diklaim oleh siapapun sebagai miliknya. Pengecualian terhadap pemilikan yang sudah terjadi sebelum dibuat Perda. Meski pemilik kebun pada kawasan sumber mata air diwajibkan memelihara sumber mata air, tidak menebang pohon dan mendirikan bangunan.
DPRD akan terus pantau kinerja PDAM. Targetnya mulai 2016, 2017 dan 2018 terlihat hasilnya. Keluhan kekurangan air teratasi. Masyarakat juga harus berperan memelihara kawasan hutan, tidak menebang pohon, membakar hutan dan merusak jaringan pipa PDAM. (ius)
PDAM Tirta Komodo Manggarai
Berdiri; Tanggal 14 Januari 1991, berdasarkan Perda Manggarai Nomor: 2 Tahun 1991.
Lokasi: Jalan Raya Ulumbu Kota Ruteng, Kecamatan Langke Rembong.
Kondisi Eksisting:
Kabupaten Manggarai;
-Total Manggarai; 32 persen (108.512 jiwa) dari jumlah penduduk 337.276 jiwa.
-Cakupan tujuh Kecamatan; Reo, Cibal, Cancar, Iteng,Langke Rembong, Narang dan Wae Rii.
-Total sambungan; 13.565 sambungan
-Jumlah penduduk wilayah teknis air bersih; 108.512 Jiwa atau 47 persen dari total penduduk di wilayah teknis air bersih 231.971 jiwa.
Kota Ruteng:
-Total Pelanggan: 9.896 (kondisi Juli 2015) meliputi 90 persen pelanggan Rumah Tangga, 3 Persen pelanggan Niaga, 2 persen pelanggan
kantor dan 5 persen pelanggan lembaga sosial, MBR, Panti asuhan, paroki, masjid, gereja.
Harga jual air meter kubik:
*Harga PDAM Ruteng; Harga terendah Rp 1.150 meter/kubik. Tertinggi Rp 2.600/meter kubik.
*Ideal harga terendah: Rp 2.000/meter kubik.
*PDAM Subsidi Rp 850/meter kubik untuk pelenggan tarif terendah Rp 1.150/meter kubik.
*Harga di Kota Kupang; Terendah Rp 3.000meter kubik, tertinggi Rp 9.000 meter kubik.
Keunggulan PDAM Ruteng:
Kecuali Wae Decer, semua mata air menggunakan sistim gravitasi, sehingga biaya produksi rendah.
Konsumsi air bersih/orang/liter/hari di Ruteng;
-Rata-rata nasional: 60 liter/orang/hari
-Rata-rata Ruteng: 100 liter/orang/hari
Grafis (Data): 10 Mata Air di Ruteng Dikelola PDAM Ruteng;
1. Wae Rowang :30 liter/detik
2. Wae Reget : 2,5 liter/detik
3. Wae Palo : 2,5 liter/detik
4. Wae Nggerenggok : 1,5 liter/detik
5. Wae Lerong : 8 liter/detik
6. Wae Mese : 100 liter/detik
7. Wae Sosor : 1 liter/detik
8. Wae Ces : 20 liter/detik
9. Wae Decer : 150 liter/detik
10. Wae Ri'i : 5 liter/detik
Debit mata turun di musim kemarau;
1. Wae Palo; 2,5 liter/detik menjadi 0,5 liter/detik
2. Wae Nggerengggok: 1,5 liter/detik menjadi 0,5 liter detik
3. Wae Rii; 5 liter detik menjadi 2 liter/detik
4. Wae Lerong; 8 liter detik menjadi 1 liter/detik
Potensi; Tidak terdata pada PDAM ada puluhan mata air di Kota Ruteng dimiliki perorangan dan komunitas adat dan desa dikelola sebagai air swadaya.
Sumber: Pos Kupang 26 November 2015 halaman 1