Barong Mata Tiga Pemberi Kekuatan Niskala


ilustrasi
Di wilayah Kabupaten Bangli, Bali, pralingga barong bermata tiga terdapat di dua Desa Pakraman yakni Desa Pakraman Kuning dan di Desa Pakraman Pengotan.

KRAMA Desa Pakraman Kuning, Bangli menggelar upacara pemelaspas dan masupati Pralingga Ida Bhatara Tri Sakti, Kamis (21/11). Ritual pasupati pralingga berwujud barong bermata tiga itu dilakukan seusai masa ngodakin (perbaikan).

Ketua Panitia Upacacara di Pura Penataran Agung Padangrata, Ngakan Perasi Shemarabawa mengungkapkan, prosesi masupati  merupakan puncak acara yang telah dimulai sejak 19 September lalu. Prosesi diawali mengosongkan pralingga yang akan diperbaiki.

“Perbaikan pralingga Ida Bhatara hampir 63 hari oleh Anak Agung Anom Putra Adnyana dari Puri Kawan Bangli yang tentunya dibantu oleh semua krama. Pada hari ini prosesi diupasaksi niskala dua arca lingga yakni arca lingga saking Desa Pakraman Manuk, Kecamatan Susut dan arca lingga Desa Pakraman Siladan, Kecamatan Bangli,” ujarnya.

Upacara pemlaspas dan pasupati dipuput Ida Pedanda Putra Kediri dari Geria Selat, Susut. Ngakan Perasi mengatakan, pralingga Ida Bhatara Tri Sakti berbeda dengan pralingga di tempat lain. Pralingga tersebut berwujud barong mata tiga.

Di wilayah Kabupaten Bangli, kata dia, pralingga barong bermata tiga terdapat di dua Desa Pakraman yakni Desa Pakraman Kuning dan di Desa Pakraman Pengotan.

“Di Desa Pakraman Pengotan sebagai penguasa serta penjaga Bangli utara dan di sini (Pura Penataran Agung Padangrata) sebagai pemberi kekuatan niskala serta penjaga Bangli selatan.  Karena pura ini ada kaitannya dengan silsilah Raja Tamanbali.  Sepengetahuan kami, untuk pemberi kekuatan Bangli tengah berstana di Pura Dalem Purwa yang diempon oleh Desa Pakraman Kawan. Namun pralingganya bukan berwujud barong,” ujarnya.

Upacara pemlaspas dan pasupati ini merupakan prosesi ketiga. Ngakan Perasi menjelaskan, upacara pertama digelar tahun 1997 setelah pembuatan duplikat selesai. Sepuluh tahun kemudian atau tahun 2007, upacara serupa kembali diselenggarakan.

“Ini adalah proses ketiga kalinya untuk ngodakin busana, ngodakin pererai, jangkep dengan arca lingga-arca lingga lainnya. Sesungguhnya pralingga Ida Bhatara yang kami upacarai hari ini adalah duplikat, sebab pralingga yang lama masih ada, tetapi sudah agak keropos secara fisik. Namun secara sakralisasi masih ajeg. Yang asli pun masih ada dan masih disimpan sampai sekarang. Bentuknya sama persis dengan duplikatnya serta diperkirakan telah berusia ratusan tahun,” ungkapnya.

Selain diyakini sebagai penguasa kekuatan niskala Bangli selatan, krama Desa Pakraman Kuning  meyakini bahwa Ida Bhatara Tri Sakti banyak menganugerahkan kesembuhan bagi masyarakat yang nunas tamba. Diakui banyak warga yang nunas tamba dengan keluhan berbagai penyakit.

“Kalau nunas ke sini kami tidak buka, tetapi langsung melalui pemangku alit dengan mendatangi ke rumahnya. Nanti pemangku yang nunas meriki tirtanya. Setahu saya keluhan penyakitnya macam-macam. Ada yang sakit stroke, setelah nunas tirta bisa sembuh. Namun, seluruhnya kembali pada keyakinan masing-masing. Kalau untuk yang nunas selain dari krama Desa Pakraman Kuning, juga ada dari Desa Tamanbali,” katanya. (muhammad fredey mercury)

Sumber: Tribun Bali 22 November 2019 halaman 1

Abhiseka Candi Prambanan Yogyakarta


Candi Prambanan
Upacara  Abhiseka menjadi titik balik untuk mengembalikan energi  Candi Prambanan. Menguatkan vibrasi dan  getaran candi yang akan berimbas kepada umatnya dan untuk Indonesia.

RATUSAN umat Hindu mengikuti upacara Abhiseka di Candi Prambanan Yogyakarta, Selasa (12/11). Ritual ini baru pertama kali diadakan sejak Candi Prambanan berdiri 1.163 tahun lalu atau tepatnya pada tahun 856 masehi.

Koordinator Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Made Astra Tanaya mengatakan ini merupakan  pertama kali penyelenggaran Abhiseka Candi Prambanan.

Abhiseka adalah upacara penyucian dan peringatan diresmikan Candi Prambanan oleh Rakai Pikatan Dyah Seladu pada Wualung Gunung Sang Wiku (856 M) untuk menandai puncak kekuasaan kerajaan Mataram Kuna.

"Kita menemukan dalam prasasti bahwa pendirian Candi Prambanan pada tanggal 12 November tahun 856 Masehi. Waktu itu bulan purnama, saat ini pun bulan purnama, jadi tepat kita menyelenggarakannya," ujarnya.

Berpatokan pada hal itu, kata Tanaya,  maka umat Hindu mengelar upacara Abhiseka. Bisa dibilang ini peringatan peresmian Candi Prambanan yang ke-1.163. Ia menjelaskan upacara ini bertujuan membersihkan dan menyucikan candi Hindu terbesar di Indonesia tersebut. 

Made Astra Tanaya menjelaskan Candi Prambanan sempat terbengkalai ketika Mataram Hindu pindah ke Jawa Timur. Terlebih saat itu ada letusan dahsyat Gunung Merapi yang mengubur seluruh dataran sekitarnya termasuk candi.   "Kebetulan Merapi meletus dan banyak candi yang terpendam," ujarnya.

Menurut dia, upacara  Abhiseka menjadi titik balik untuk mengembalikan energi  Candi Prambanan. "Ini sangat berarti untuk mengembalikan energi. Kita menguatkan vibrasi, getaran candi ini yang akan berimbas ke umatnya dan untuk Indonesia," katanya.

Upacara dimulai sejak Sabtu (9/11) dengan rangkaian acara matur piuning sebagai tanda kulonuwun kepada leluhur Prambanan  akan ada upacara Abhiseka. Pada hari Minggu (10/11) diadakan yoga serta bersih-bersih candi.

Pada hari Senin (11/11) berlangsung pertemuan api abadi mrapen dan 11 mata air. Arak-arakan dimulai dari Candi Ratu Boko, depan Ramayana kemudian bertemu di pertigaan Candi Prambanan dan masuk ke Wisnu Mandala.

Tanggal 12 November 2019 menjadi  puncak acara dengan adanya ritual Abhiseka (sembahyang pembersihan). Sesaji yang digunakan sebagaimana disebutkan dalam 25 prasasti masa Mataram Hindu.
Pada kesempatan itu dilangsungkan sendratari siwagrha menampilkan rekontruksi peresmian Candi Prambanan oleh Rakai Pikatan. Di tengah sendratari ada ritual manusuk sima oleh 16 pendeta Jawa-Bali. "Ini akan dilakukan rutin tiap tahun," kata Made Astra Tanaya,

Lulusan Arkeologi UGM

Nur Khotimah (27) adalah sosok dibalik terselenggaranya Abhiseka perdana ini. Ia lulusan S2 Arkeologi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarya. Gagasan itu muncul saat ia mengerjakan tesis pada Mei-Juli 2019 berjudul Pemanfaatan Candi Prambanan untuk Kepentingan Agama Hindu.

"Dalam latar bekalang tesis pasti menyebutkan tentang sejarah Candi Prambanan. Dalam riset itu tiba-tiba saya menemukan beberapa buku yang membahas prasasti siwagrha, di situ disebutkan wualung gunung sang wiku yang artinya 778 Saka atau 856 Masehi,"  ujarnya.

Ia pun menelusuri literatur LC Damais, seorang epigraph dari Prancis yang piawai membaca candra sengkala. Di sana dijelaskan bahwa berdirinya Candi Prambanan adalah 12 November 856 Masehi. 

Sejak menemukan sejarah itu, Nur berusaha menjelaskan kepada umat Hindu.  "Awalnya susah karena saya berbasis ilmiah dan umat Hindu berbasis ritual, ya harus dijelaskan pelan-pelan. Ada pro dan kotra yang pasti," jelasnya.

Pada akhirnya  banyak umat yang mendukung, terbukti pengisi acara kali ini banyak dari luar DIY. Misalnya PHDI Jakarta yang menampilkan tari rejang. 

"Selama ini kita menggunakan Candi Prambanan untuk tawur agung, tapi itu untuk pembersihan alam semesta,  sedangkan untuk candinya belum dilakukan pembersihan," ujarnya.

Lantaran baru pertama kali diadakan, tak banyak umat yang berpartisipasi jika dibandingkan upacara keagamaan lainnya. Acara ini rencananya digelar saban tahun dan ia optimistis pada tahun-tahun mendtang semakin banyak umat yang berpartisipasi. (santo/tribunjogja)

Sumber: Tribun Bali 13 November 2019 halaman 1

Kajeng Kliwon Mengangkat Tradisi Sakral Bali

ilustrasi
Selain sukses menampilkan sisi magis adat istiadat Bali yang harus dipertahankan, Bambang pun berhasil memvisualkan sisi keindahan Pulau Dewata, Penggarapan film ini memakan waktu kurang lebih satu bulan,

SEBUAH film yang mengangkat kebudayaan masyarakat Hindu Bali berjudul Kajeng Kliwon resmi dirilis, Jumat (8/11). Gala premiere dan konferensi pers peluncuran film bergenre horor ini berlangsung di Trans Studio Mall  XXI Denpasar. 

Kajeng Kliwon merupakan upacara memberikan korban suci sebagai persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam kebudayaan Bali termasuk upacara Dewa Yadnya. Masyarakat Bali percaya Kajeng Kliwon sifatnya suci dan dianggap keramat.

Sutradara Bambang Drias mengatakan keunikan tradisi Kajeng Kliwon mendorong dirinya  membuat film ini dibumbui cerita mistis yang memang diyakini masyarakat Pulau Dewata.

"Film Kajeng Kliwon menceritakan tentang malam sakral di mana Rangda keluar. Masyarakat  Bali sangat percaya dengan cerita-cerita mistis di balik upacara Kajeng Kliwon," tuturnya.

Singkat cerita, perjalanan cinta sepasang kekasih yang diperankan Amanda Manopo sebagai Agni, dokter cantik berdarah Bali dan Crist Laurent sebagai Niko tak seindah dibayangkan karena ternyata Agni memiliki garis keturunan pengleak. Selalu ada saja kejadian mistis yang terus menghantui hidup keduanya.

Selain sukses menampilkan sisi magis adat istiadat Bali yang harus dipertahankan, Bambang pun berhasil memvisualkan sisi keindahan Pulau Dewata, Penggarapan film ini memakan waktu kurang lebih satu bulan dengan seting tempat strategis di Tabanan, Ubud dan Singaraja.

Sebelumnya, kata Bambang, film ini akan diberi judul Rangda. Namun, untuk alasan universalitas, maka judul Kajeng Kliwon yang dipakai.

''Kalau Rangda kan belum tentu semua paham. Nah saya ganti Kajeng Kliwon biar universal karena di Jawa juga ada mitos Malam Jumat Kliwon,'' katanya.

Dengan begitu, dia mengharapkan film ini bisa menjadi media pengenalan pesona alam Bali serta pelestarian budaya.  ''Produksi film ini juga melibatkan masyarakat Bali dan tokoh agama,'' tambahnya.

Konferensi pers dihadiri Executive Producer Watin Ciptawan, aktor dan aktris yang membintangi film ini seperti Amanda Manopo dan Cristh Laurent sebagai bintang utama.
Film garapan Applecross dan 9 advertising Sabah dibintangi pula artis senior seperti Egy Fedly, Mutia Datau, Catherine Wilson dan Indah Kalalo.

Ada artis Malaysia Atiqah Suhaemi, Vincent dan Weda Nanda. Film ini rencananya  didistribusikan di Kamboja, Malaysia dan Vietnam.

Watin Ciptawan menambahkan film ini memiliki daya tarik tersendiri di pasar Asia mengingat Bali yang sudah dikenal dunia internasional.

Watin menjelaskan, film Kajeng Kliwon ikut mengedukasi masyarakat untuk melestarikam tradisi dan budaya Kajeng Kliwon yang sangat sakral. "Jadi tidak hanya mampu menampilkan sisi magis di Bali tapi  juga memperlihatkan bagaimana pesona keindahan Pulau Dewata," ujarnya.

Film ini tayang serentak di Indonesia dan Malaysia pada awal tahun 2020.  Film Kajeng Kliwon ikut Busan Festival Film pada 3-12 Oktober 2019. (m ulul azmy)

Sumber: Tribun Bali 9 November 2019 halaman 1

Hai Bung, Kita Malu!


ilustrasi
MALAM tanpa bintang tersaji di Stadion I Wayan Dipta Gianyar, Bali 15 Oktober 2019. Riuh desah gerutuan dan omelan. Teriakan “Simon Out” bertalu-talu.

Simon McMenemy memberikan keterangan pers dalam suasana galau. Malam itu tim nasional ( timnas) sepak bola Indonesia takluk 1-3 atas tamunya Vietnam.

Kekalahan keempat yang menyesakkan dada. Garuda yang diharapkan berkiprah lebih tinggi di ajang kualifikasi Piala Dunia 2022 kembali memetik hasil buruk.

Tim asuhan Pelatih Simon McMenemy sudah kemasukan empat belas gol dan hanya bisa mencetak tiga gol. Impian lolos ke final Piala Dunia semakin jauh dari kenyataan.

Buruk rupa cermin dibelah. Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia pun diwarnai perilaku tidak sportif penonton Indonesia. Kerusuhan pecah di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta Kamis, 5 September 2019. Timnas Malaysia mengalahkan Indonesia 3-2.

Malam itu berubah kelam. Jadi malam jahanam malah. Suporter yang kecewa berulah brutal. Mempermalukan Ibu Pertiwi di mata dunia.

• Suasana Hati Buruk hingga Kejadian Mengerikan, 3 Zodiak Mengalami Nasib Sial November Ini

• FS Sumpal Mulut Bayi yang Dilahirkannya Sendiri Lalu Menyimpannya di Lemari

Kericuhan bermula dari tribune bagian selatan. Ada sejumlah oknum fans Indonesia yang berusaha masuk ke pinggir lapangan dan menghampiri tribune suporter Malaysia.

Aparat keamanan sempat meringkus perusuh, namun bentrokan tetap tak terhindarkan. Alih-alih reda, fans Indonesia justru melempar aneka benda ke arah suporter Malaysia yang jumlahnya tak seberapa, mulai dari balon tepuk sampai botol air mineral.

Tak hanya botol, perusuh pun menyulut kembang api lalu mengarahkan kepada petugas keamanan. Menantang membabi-buta. Merawak rambang!

Sikap tidak sportif sebenarnya sudah terlihat beberaja jam sebelum laga malam itu. Fans Garuda membawa spanduk-spanduk yang pesannya provokatif dan mengintimidasi lawan. Sama sekali tidak memperlihatkan sepak bola berwajah damai dan santun di ini negeri.

Pascakerusuhan di Gelora Bung Karno, Federasi Sepak bola Malaysia mengadukan Indonesia ke badan sepakbola tertinggi dunia, FIFA.

Permintaan maaf dari pemerintah RI tidak mengurungkan niat negara tetangga kita itu melaporkan sikap melawan prinsip fair play FIFA. Bertambah satu lagi rapor merah Indonesia. Prestasi bola dan sikap suporternya sama-sama buruk.

Shanghai 24 Oktober 2019.  FIFA sontak mewartakan kabar gembira yang disambut ceria riuh seantero negeri.

• Pakai Jaket Loreng Jaket Resmi TNI, Seorang Pengendara Motor Dihentikan dan Diperiksa

• Sebabkan Iritasi, Jangan Semprot Parfum di 5 Area Tubuh Ini

Dari negeri tirai bambu itu Presiden FIFA Gianni Infantino mengumumkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021. Kita unggul atas Brasil dan Peru pada pemilihan suara. “Selamat buat Indonesia.” kata Infantino.

Luar biasa! Ini akan menjadi yang pertama bagi Indonesia menggelar turnamen berkelas FIFA. Sebagai tuan rumah event internasional, rapor kita memang tidaklah buruk amat.

Indonesia pernah menjadi host Piala Asia 2007 bersama tiga negara Asia Tenggara yakni Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Indonesia juga sukses menggelar pesta olahraga multievent Asian Games 1962 dan 2018.

Hanya lima hari setelah kabar gembira dari Shanghai, Ibu Pertiwi bermuram lagi. Bulu kuduk merinding melihat kebringasan suporter Persebaya Surabaya merusak fasilitas Stadion Gelora Bung Tomo seusai laga melawan PSS Sleman Yogyakarta, Selasa 29 Oktober 2019.

Persebaya kalah di kandang dengan skor 2-3 dalam lanjutan kompetisi Liga 1 Indonesia musim 2019. Sikap melawan fair play merebak lagi.

Oknum suporter klub berjulukan Bajul Ijo ini mengamuk. Mereka membakar dan meremukkan sejumlah fasilitas penting di dalam stadion nan megah. Bahkan rumput lapangan tampak gosong bekas jilatan api. Bau asap masih tercium sampai 24 jam kemudian.

Tak pelak lagi malam kelam di Gelora Bung Tomo di penghujung Oktober yang terik itu merobek perasaan dua srikandi Jawa Timur (Jatim), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. Keduanya tak sekadar galau tapi merintih perih dan sedih hati.

"Setelah tahu kejadian semalam, beliau sedih. Ibu Risma berharap (stadion) diperbaiki lagi. Kewajiban kami sebagai dinas harus segera menyelesaikan kerusakan ini," kata Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya, Afghani Wardhana.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga berduka. Dia menyayangkan aksi bonek yang rusuh di Stadion Gelora Bung Tomo. "Jangan tanya perasaan saya melihat ini ? Saya sangat sedih dan prihatin." tulis Khofifah di Instagramnya @khofifah.ip.

Ia menegaskan, stadion itu dibangun dengan uang rakyat. Oleh sebab itu, seharusnya dijaga dan dirawat secara bersama bukan malah justru dirusak hanya karena kecewa setelah tim kesayangan kalah.

Khofifah sedih karena perusakan fasilitas stadion mencederai sportivitas, keutamaan nilai dalam olahraga. "Kalah menang dalam pertandingan itu hal biasa. Karena yang terpenting dalam sebuah pertandingan olahraga itu adalah sportivitas," kata Khofifah.

***

Begitulah tuan dan puan wajah sepak bola Indonesia. Kita belum beranjak dari lumpur.

Prestasi dan nama baik bagaikan kaki langit, nun jauh di sana, seolah tak terjamah. Bahkan di level Asia Tenggara pun kita sulit bersaing. Terakhir sepak bola juara Sea Games 1991. Hampir 30 tahun lalu.

Kiprah kepengurusan PSSI selalu diwarnai isu mafia pertandingan, pengaturan skor yang belum pernah ditangani secara serius.

Hasil kerja Satgas Anti Mafia Bola bentukan Polri masih jauh dari ekspetasi publik. Organisasi PSSI seolah dikuasai oligarki yang sulit ditembus bahkan oleh tangan negara sekalipun.

Kendati FIFA merekomendasikan agar Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI baru dilaksanakan 20 Januari 2020, namun PSSI sudah menyelenggarakan pada hari ini, 2 November 2019 di Jakarta. Mereka sepakat memilih ketua umum dan anggota Exco di tengah gerutuan sejumlah pihak yang merasa adanya kejanggalan dan ketidakjujuran.

Mochamad Iriawan alias Iwan Bule terpilih sebagai ketua umum PSSI setelah meraih dukungan 82 suara dari total 86 pemilik suara. Tiga pemilih abstain dan satu tidak ikut pemilihan. Terpilih sebagai wakil ketua umum Cucu Soemantri dengan perolehan 81 suara dan Iwan Budianto 74 suara.

Kita menanti gebrakan Iwan Bule yang sejak lama memang terlihat sangat antusias untuk memimpin PSSI. Kiranya mantan Kapolda Metro Jaya itu bisa menyembuhkan penyakit kronis PSSI yaitu berkeliarannya mafia sepak bola yang masuk jauh sampai ke level Liga 3.

Tak segampang membalik telapak tangan, tapi Iwan Bule mesti menunjukkan kinerja kepengurusannya berbeda dengan ketua umum PSSI sebelumnya.  Membersihkan PSSI dari mafia pertandingan merupakan harapan yang boleh kita sandarkan ke pundak Iwan.

Sikap ngotot PSSI tetap menggelar KLB untuk memilih pengurus baru serta kerusuhan di Gelora Bung Karno dan Bung Tomo tentu menjadi atensi FIFA.

Berharap badan tertinggi sepakbola dunia itu tidak mengubah keputusannya memilih Indonesia menyelenggarakan Piala Dunia U-20 dua tahun mendatang.

Memang dunia belum kiamat. Kita masih diberi waktu berbenah diri dengan kesungguhan hati. Khusus untuk Piala Duna U-20, sejauh ini FIFA dikabarkan sudah memilih enam stadion di Indonesia,

Setelah resmi ditunjuk, Indonesia melalui PSSI menyerahkan daftar 10 stadion kepada FIFA.

Palagan tersebut adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), Stadion Pakansari (Bogor), Stadion Patriot (Bekasi), Stadion Wibawa Mukti (Cikarang), Stadion Gelora Bandung Lautan Api (Bandung), Stadion Si Jalak Harupat (Soreang), Stadion Manahan (Solo), Stadion Mandala Krida (Yogyakarta), Stadion Gelora Bung Tomo (Surabaya) dan Stadion Kapten I Wayan Dipta (Bali).

“FIFA akhirnya memilih 6 dari 10 stadion itu," kata Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PSSI, Iwan Budianto di Kantor Kemenpora, Senayan Jakarta, Selasa 29 Oktober 2019.

Kendati begitu Iwan Budianto belum bisa menyebutkan stadion mana yang dipilih FIFA. Y ang pasti stadion-stadion tersebut harus memiliki tempat latihan sesuai standar FIFA.

Tim FIFA sudah melakukan inspeksi. "Ketika mereka melakukan inspeksi 10 stadion, fisik sudah jadi, tetapi mereka bertanya minimal ada lima lapangan latihan di sekitar stadion dengan kualitas rumput yang sama," ujar Iwan Budianto seperti dikutip dari Kompas.com, 30 Oktober 2019.

Pekerjaan rumah jangka pendek Indonesia adalah mempersiapkan stadion dengan sebaik-baiknya. FIFA sudah menetapkan standar yang harus dipenuhi.

Tidak boleh ada tawar-menawar lagi. Keputusan FIFA memilih Indonesia karena badan dunia tersebut percaya anak bangsa ini sanggup mewujudkannya.

Ketika harapan pecinta sepak bola Tanah Air menyaksikan timnas Indonesia berlaga di Piala Dunia 2022 nyaris pupus lantaran kalah melulu – bersiap diri sebagus mungkin menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 semoga bisa membangun citra positif Indonesia di mata masyarakat internasional.

Pembangunan fisik kiranya bukan soal pelik. Sisi gelap yang patut menjadi perhatian lebih serius adalah menghentikan aksi kekerasan oknum suporter dalam blantika sepak bola Indonesia. Tantangan berat justru di sini karena berurusan dengan sikap mental manusia.

Fanatisme suporter Indonesia luar biasa. Semangat itu merupakan aset berharga bagi sepak bola kita. Akan tetapi jika terus-menerus melampaui batas dan berujung anarkis, sepak bola Indonesia pula yang merana.

Gara-gara kekerasan suporter, sejumlah pertandingan Liga 1 Indonesia musim 2019 tertunda. Polisi tidak memberikan izin pertandingan karena sepak bola bukan lagi media penebar tawa ceria tapi berubah wujud menjadi aktivitas yang membahayakan masyarakat.

"Jika amit-amit sampai begitu, siapa yang dirugikan? Pernahkah itu terpikir di benak kita? Secara prestasi sepak bola Indonesia ini belum memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. Jadi jangan lagi ditambah dengan hal-hal yang sifatnya memperburuk citra sepak bola Indonesia," ujar Bambang Pamungkas, mantan kapten timnas Indonesia suatu ketika.

Menjadi suporter sepakbola damai dan santun mesti getol kita kampanyekan mulai hari ini. Tugas manajemen klub, organisasi suporter, pengurus PSSI semua level, pemerintah serta siapa saja yang mencintai olahraga sepak si kulit bundar.

Ayo bergerak bersama. Tunjukkan pada dunia bahwa Nusantara adalah sekeping surga yang jatuh ke bumi, yang penghuninya orang-orang beradab.

Malam datang menggantikan senja. Ingatlah selalu malam kelam di Gelora Bung Karno dan Gelora Bung Tomo belum lama berselang. Hai bung, kita malu kalau sampai terulang!

Pada akhirnya ini tentang sukacita memberi. Memberi kedamaian bagi terselenggaranya putaran final Piala Dunia U-20  kiranya menjadi ikhtiar seluruh anak bangsa Indonesia terutama tuan dan puan yang mengklaim diri sebagai penggemar sepak bola sejati. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes