Candi Prambanan |
RATUSAN umat Hindu mengikuti upacara Abhiseka di Candi Prambanan Yogyakarta, Selasa (12/11). Ritual ini baru pertama kali diadakan sejak Candi Prambanan berdiri 1.163 tahun lalu atau tepatnya pada tahun 856 masehi.
Koordinator Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Made Astra Tanaya mengatakan ini merupakan pertama kali penyelenggaran Abhiseka Candi Prambanan.
Abhiseka adalah upacara penyucian dan peringatan diresmikan Candi Prambanan oleh Rakai Pikatan Dyah Seladu pada Wualung Gunung Sang Wiku (856 M) untuk menandai puncak kekuasaan kerajaan Mataram Kuna.
"Kita menemukan dalam prasasti bahwa pendirian Candi Prambanan pada tanggal 12 November tahun 856 Masehi. Waktu itu bulan purnama, saat ini pun bulan purnama, jadi tepat kita menyelenggarakannya," ujarnya.
Berpatokan pada hal itu, kata Tanaya, maka umat Hindu mengelar upacara Abhiseka. Bisa dibilang ini peringatan peresmian Candi Prambanan yang ke-1.163. Ia menjelaskan upacara ini bertujuan membersihkan dan menyucikan candi Hindu terbesar di Indonesia tersebut.
Made Astra Tanaya menjelaskan Candi Prambanan sempat terbengkalai ketika Mataram Hindu pindah ke Jawa Timur. Terlebih saat itu ada letusan dahsyat Gunung Merapi yang mengubur seluruh dataran sekitarnya termasuk candi. "Kebetulan Merapi meletus dan banyak candi yang terpendam," ujarnya.
Menurut dia, upacara Abhiseka menjadi titik balik untuk mengembalikan energi Candi Prambanan. "Ini sangat berarti untuk mengembalikan energi. Kita menguatkan vibrasi, getaran candi ini yang akan berimbas ke umatnya dan untuk Indonesia," katanya.
Upacara dimulai sejak Sabtu (9/11) dengan rangkaian acara matur piuning sebagai tanda kulonuwun kepada leluhur Prambanan akan ada upacara Abhiseka. Pada hari Minggu (10/11) diadakan yoga serta bersih-bersih candi.
Pada hari Senin (11/11) berlangsung pertemuan api abadi mrapen dan 11 mata air. Arak-arakan dimulai dari Candi Ratu Boko, depan Ramayana kemudian bertemu di pertigaan Candi Prambanan dan masuk ke Wisnu Mandala.
Tanggal 12 November 2019 menjadi puncak acara dengan adanya ritual Abhiseka (sembahyang pembersihan). Sesaji yang digunakan sebagaimana disebutkan dalam 25 prasasti masa Mataram Hindu.
Pada kesempatan itu dilangsungkan sendratari siwagrha menampilkan rekontruksi peresmian Candi Prambanan oleh Rakai Pikatan. Di tengah sendratari ada ritual manusuk sima oleh 16 pendeta Jawa-Bali. "Ini akan dilakukan rutin tiap tahun," kata Made Astra Tanaya,
Lulusan Arkeologi UGM
Nur Khotimah (27) adalah sosok dibalik terselenggaranya Abhiseka perdana ini. Ia lulusan S2 Arkeologi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarya. Gagasan itu muncul saat ia mengerjakan tesis pada Mei-Juli 2019 berjudul Pemanfaatan Candi Prambanan untuk Kepentingan Agama Hindu.
"Dalam latar bekalang tesis pasti menyebutkan tentang sejarah Candi Prambanan. Dalam riset itu tiba-tiba saya menemukan beberapa buku yang membahas prasasti siwagrha, di situ disebutkan wualung gunung sang wiku yang artinya 778 Saka atau 856 Masehi," ujarnya.
Ia pun menelusuri literatur LC Damais, seorang epigraph dari Prancis yang piawai membaca candra sengkala. Di sana dijelaskan bahwa berdirinya Candi Prambanan adalah 12 November 856 Masehi.
Sejak menemukan sejarah itu, Nur berusaha menjelaskan kepada umat Hindu. "Awalnya susah karena saya berbasis ilmiah dan umat Hindu berbasis ritual, ya harus dijelaskan pelan-pelan. Ada pro dan kotra yang pasti," jelasnya.
Pada akhirnya banyak umat yang mendukung, terbukti pengisi acara kali ini banyak dari luar DIY. Misalnya PHDI Jakarta yang menampilkan tari rejang.
"Selama ini kita menggunakan Candi Prambanan untuk tawur agung, tapi itu untuk pembersihan alam semesta, sedangkan untuk candinya belum dilakukan pembersihan," ujarnya.
Lantaran baru pertama kali diadakan, tak banyak umat yang berpartisipasi jika dibandingkan upacara keagamaan lainnya. Acara ini rencananya digelar saban tahun dan ia optimistis pada tahun-tahun mendtang semakin banyak umat yang berpartisipasi. (santo/tribunjogja)
Sumber: Tribun Bali 13 November 2019 halaman 1