Makam Riedel Banyak Dikunjungi Warga

Makam Johann Friedrich Riedel di Tondano (finne 2013)
PEKABARAN Injil dan Pendidikan Kristen di Minahasa tak lepas dari dua sosok yang diutus Tuhan untuk daerah ini, yakni Johann Friedrich Riedel dan Johann Göttlieb Schwarz.Pada 12 Juni 1831 kedua warga Jerman itu di tanah Toar Lumimuut, dan hari itu dipakai sebagai peringatan Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di Minahasa yang saat ini sudah menginjak tahun ke-182.  Riedel tiba dan menetap di Tondano pada tanggal 14 Oktober 1831.

Seperti dikutip dari karya AF Parengkuan GMIM dan Penginjilan, saat kedatangan Riedel, pengenalan orang Tondano akan kekristenan masih kurang. Banyak orang hidup tidak tertib. Karena itu pula usaha pertama Riedel dalam kegiatan penginjilan adalah memberi perhatian pada sekolah yang sudah ada. Baginya, keteraturan, kebersihan dan kesopanan dapat diajarkan melalui pendidikan agama.

Dengan topangan istrinya, Riedel mengadakan pendekatan terhadap orang kampung. Ia menerima mereka di rumahnya, mengadakan percakapan mengenai kehidupan sehari-hari dan ia juga melakukan kunjungan ke rumah-rumah. Setelah keakraban terjalin barulah Riedel mengalihkan perhatian orang-orang Tondano kepada pengajaran Kristen.

Orang Tondano ternyata menerima. Selain jumlah mereka yang mengikuti kebaktian semakin banyak, perkembangan di bidang pendidikan semakin tampak oleh banyaknya anak-anak yang rajin ke sekolah. Riedel memanfaatkan antusias jemaat itu dengan menyelenggarakan kelompok belajar Alkitab. Melalui pendidikan kepada anak-anak maka keteraturan dalam kehidupan masyarakat semakin lama semakin baik. Pengajaran yang disuguhkannya kepada jemaat telah mendorong banyak orang memberi diri dibaptis. Perlu dicatat pembaptisan dilakukan setelah para calon baptisan mengikuti pelajaran khusus setiap sore.

Karya Riedel tak sia-sia, terbukti hingga sekarang warga Tondano dan sekitarnya hidup dengan Injil dan pendidikan Kristen yang dibawanya. Riedel yang lahir di Jerman 8 Juni 1798 wafat di Tondano pada 12 Oktober 1860. Tubuhnya menyatu dengan tanah yang dilayaninya. Riedel dimakamkan di Tempat Pekuburan Umum di Kelurahan Ranowangko Lingkungan IV Kecamatan Tondano Timur.

Hari Rabu (30/10/2013), Tribun Manado menyambangi makam Riedel. Makam Riedel berada di tengah-tengah TPU, dari pinggir jalan memasuki jalan setapak yang sudah dicor beton selebar setengah meter. Setapak itu berujung pada sebuah makam putih, tampak megah,  jauh berbeda dengan kuburan di sekitarnya. Makam itu beratap beton dengan tiang beton penyangganya, ada lima pusara di situ. Riedel dimakamkan bersama empat anggota keluarganya, AS Rooker Geb Riedel, H Rooker, H W Nooij dan Ds Joh Kawengian. Tulisan di kelima pusara  klasik, dengan ejaan tempo dulu. Pusaranya tak seperti sekarang  diukir di keramik, tulisan pada kelima pusara itu diukir di beton yang menyatu  dengan keseluruhan badan makam. Dari badan makam, bangunan hingga lantai berkeramik putik, kecuali pusara yang terlihat berwarna beton asli.

Tribun Manado bertemu dua orang pria, yang sehari-hari berkebun di lahan TPU. Mereka adalah Johny Toar dan Maxi Mandolang. Keduanya kebetulan merupakan pelayan di GMIM Sion Ranowangko. Johny sebagai Penatuan Kaum Bapa dan Maxi sebagai mantan kostor gereja. Menurut Johny, makam Riedel sering dikunjungi warga baik warga Indonesia maupun turis asing.  Saat HUT GMIM bersinode tahun ini, pengunjung tak henti-hentinya datang. "Makam ini ramai, orang bergantian datang untuk ziarah," kata Johny.

Saat ini Pemerintah Kabupaten Minahasa sedang merenovasi makam  Riedel. "Pemkab mencat, memasang keramik di setapak dan akan pasang gapura di depan. Baru pada Bupati JWS ini direnovasi, beberapa waktu lalu ibu bupati bersama timnya juga datang membersihkan makam," kata Johny.

Johny beserta jemaatnya dan jemaat se-wilayah Tondano Satu tergerak untuk memperbaiki akses menuju makan Riedel. Dengan swadaya dan dana seadanya mereka membangun jalan setapak tersebut. "Jemaat Sion kumpul swadaya semen dan minta dana sedikit dari wilayah Tondano I, lalu kami bangun setapak ini. Kalau tidak dicegah, akses ke makam ini sudah ditutup dengan kuburan warga. Masyarakat sudah gali lubang akan buat makam," ujarnya.

Johny mengatakan, banyak masyarakat tidak mengetahui keberadaan makam Riedel. Umumnya hanya tahun makam Swarch di Langowan karena berlokasi di tengah kota. Berbeda dengan makam Riedel di dalam kampung. Jemaat GMIM se - wilayah Tondano I pun memasang tanda di depan berupa baliho.

Sebagai warga GMIM yang merasakan betul karya Riedel di waktu sebelumnya, Johny sangat mengharapkan agar makam Riedel benar-benar diperhatikan, terlebih dari Sinode GMIM. "Sinode seharusnya memperhatikan makam ini, adakan pembangunan dan pemeliharaan. Ini bisa jadi aset wisata gereja. Bukan apa-apa, ini hanya sebagai bentuk penghargaan terhadap Riedel yang dipakai Tuhan untuk memberitakan injil di Tondano. Kalau dia tidak datang, tidak tahu kita sudah jadi apa sekarang ini," ujar Johny. (finneke wolajan)

Sumber: Tribun Manado 31 Oktober 2013 hal 1

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes