Ada Jejak Portugis di Minahasa Selatan

Benteng Portugis di Amurang 2013
Gajah  mati meninggalkan gading, manusia  meninggalkan nama.  Di Minahasa Selatan (Minsel) pernah hidup manusia dari seberang lautan, dari bangsa yang berbeda  yaitu Portugis. Jejak kehidupan mereka di masa lalu masih berbekas hingga sekarang yaitu berupa benda dan bangunan bersejarah.

Di Minahasa Selatan, ada peninggalan sejarah Portugis  yang  masih berdiri kokoh meski sudah termakan usia berabad-abad. Benteng Portugis itu berada di kompleks Pasar Amurang, Kelurahan Uwuran. Benteng tersebut menghadap ke Teluk Amurang, dibangun tahun 1512 oleh bangsa Portugis yang datang ke wilayah yang dulunya masih dikenal dengan Minahasa.

Bangunan ini berbentuk stengah lingkaran, sementara di bagian belakang ada satu anak tangga menuju lantai atas. Sekarang bagian tengah benteng sudah terisi penuh dengan tanah. Tampak bangunaan tersebut disanggah dengan kaki-kaki beton.  Masih ada bekas pintu yang sudah ditutupi dengan semen.

Warga Amurang meyakini bangunan tersebut sangat luas. Yang tersisa saat ini hanya bagian kepala dari benteng Portugis. "Menurut ceritanya, bangunan benteng ini cukup luas, dan sungai di Bitung tersebut merupakan tempat kapal masuk," kata warga setempat Kris Rampi,  Sabtu (2/11/2013)..

Rampi mengaku pernah  melihat ruangan bawah tanah dari benteng tersebut. "Di dekat rumah saya itu, ada bekas lubang seperti menuju ruangan bawah tanah," jelasnya. Menurut dia, di benteng tersebut, sebenarnya ada empat meriam, yang hingga sekarang tidak diketahui keberadaanya. "Katanya ada meriam di situ, namun sudah diangkat dan dipindahkan di beberapa tempat," ujarnya.Ada lagi, menurut informasi yang dia peroleh, di benteng tersebut ada ruangan untuk tahanan an ruang penyiksaan."Yang saya tahu seperti itu," kata Rampi.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Minsel,  Agustina Tampeno mengatakan bangunan tersebut  baru dipugar tahun 2012, yaitu  menambah pagar sekelilingnya. "Mungkin sebelumnya sudah pernah dipugar, tapi yang terakhir itu tahun 2012," kata Agustina. Namun, dia merasa heran karena papan nama benteng diganti, bukan nama benteng Portugis, tapi benteng Amurang. "Kami juga heran kenapa bisa begitu," jelasnya.

Agustina mengakui, pihaknya ingin sekali mengetahui rahasia di dalam benteng yang sudah tertimbun tanah. "Masih misterius isinya, dan untuk menggali harus dari arkeolog, tidak bisa kami yang lakukan," ujarnya. (alpen martinus)

Sumber: Tribun Manado 3 November 2013 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes