KUPANG, PK -- Sesepuh NTT di Jakarta, Frans Seda, telah tiada. Salah satu pesannya yang terakhir untuk NTT adalah agar segenap warga propinsi ini tetap menjaga Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pesan Frans Seda untuk NTT itu disampaikannya melalui Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya dalam pertemuan terakhir di Jakarta, Juli 2009. Saat itu Frans Seda berpesan agar warga NTT jangan mudah terprovokasi isu yang ingin memecah belah NKRI. Warga NTT harus ikut menjaga keutuhan NKRI.
Pesan almarhum untuk NTT itu disampaikan Gubernur Lebu Raya di Kupang, Jumat (1/1/2010). Frans Seda, kata Gubernur, berpesan pula agar Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Pancasila harus terus dijaga di kawasan timur Indonesia.
"Beliau berpesan agar NTT dijaga baik-baik. Bangun kesejahteraan rakyat melalui peningkatan infrastruktur, sumber daya manusia, ekonomi kerakyatan, kesehatan, dan kerja sama antarkelompok masyarakat," kata Gubernur Lebu Raya.
Dia mengatakan akan menggelar misa arwah bersama warga di Kupang, 6 Januari 2010. Dalam misa itu warga NTT mendoakan Frans Seda dam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sebab, kedua tokoh itu memiliki peran besar bagi Indonesia umumnya dan NTT khususnya.
Frans Seda meninggal dunia di rumahnya di Jalan Metro Kencana V No. 5 Pondok Indah, Jakarta, Kamis (31/12/2009) pagi. Jenazahnya dikebumikan di Sandiego Hills, Kerawang, Sabtu (2/1/2009) setelah misa requiem di Gereja Katedral Jakarta yang dipimpin Uskup Agung Jakarta, Kardinal Julius Darmaatmadja.
Banyak tokoh nasional, termasuk Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri, melayat ke rumah duka untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Frans Seda.
Di mata SBY, Frans Seda adalah tokoh tiga zaman. "Kita mengenal beliau tokoh tiga zaman. Beliau pernah menjadi menteri di era Bung Karno dan menteri di berbagai portofolio pada masa Pak Harto. Juga pada era reformasi berkontribusi dalam pengembangan demokrasi dan pengembangan era baru ini," kata Kepala Negara.
Frans Seda, katanya, adalah tokoh bangsa dan pemikir yang kritis yang memberikan solusi untuk kepentingan pembangunan. Presiden menambahkan, semua yang masih menjadi cita- cita Frans Seda adalah tanggung jawab semua pihak untuk mewujudkannya demi menuju masa depan yang lebih baik.
Almarhum Frans Seda punya nasehat yang selalu diingat Megawati Soekarnoputri. "Om Frans selalu bilang saya enggak boleh menyerah," kata Mega usai melayat di rumah duka, Jumat (1/1/2010) malam.
Di mata Mega, Frans Seda adalah sesepuh PDI Perjuangan. "Sampai akhir hayatnya, Om Frans tetap PDI Perjuangan," tuturnya.
Sejumlah tokoh dan mantan pejabat pemerintah juga tampak melayat, seperti mantan Menperindag Rini Suwandi, mantan Menteri Negara Perumahan Rakyat Siswono Yudo Husodo, dan mantan Wapres Try Sutrisno.
"Beliau selalu memikirkan perekonomian yang ditata sesuai dengan aturan ekonomi kerakyatan yang berdasar Pancasila itu," tandas Try.
Wapres Boediono saat melayatm berpesan kepada Johanna Maria Pattinaja, istri Frans Seda, "Negara merasa kehilangan, terutama atas jasa di bidang ekonomi. Tabah ya Bu."
Menurut Wapres, Frans Seda adalah ekonom nasionalis yang mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kelompok dalam menjalankan tugas dan peran. Ia meminta semua komponen bangsa meneladaninya.
Mantan Wapres Jusuf Kalla, yang sedang di Australia, juga menyatakan duka mendalam atas berpulangnya Frans Seda. Frans Seda dikenalnya gigih dalam memperjuangkan kepentingan bangsa, khususnya pembangunan di wilayah timur Indonesia. "Semangat hidup dan semangat memikirkan bangsa ini luar biasa. Kadang kala semangatnya itu berlebihan untuk orang seusia dia," kata Kalla.
Kalla mengisahkan suatu peristiwa dua tahun silam. Dengan menggunakan kursi roda, Frans Seda mengunjunginya di Istana Wapres. Frans Seda bicara soal utang Pemerintah Indonesia yang terlalu besar dan menawarkan diri untuk membicarakan soal itu dengan koleganya di Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
"Saya bilang, kolega Bapak di sana tentu sudah pensiun. Jadi, Bapak istirahat saja, jaga kesehatan dengan baik," kata Kalla.
Selain di bidang kenegaraan, Frans Seda turut berperan dalam kelahiran harian Kompas, 28 Juni 1965, bersama PK Ojong (almarhum) dan Jakob Oetama. Jakob menyebutkan, almarhum merupakan sosok yang tidak pernah membosankan diajak berdiskusi.
"Orangnya tegas, pandai. Saya kenal lama. Pak Frans juga salah satu pendiri Kompas yang selalu menulis tentang keresahan di negeri ini," ujar Jakob Oetama.
Jakob mengakui terakhir bertemu Frans Seda sekitar setengah tahun lalu saat ia berkunjung ke Kompas. "Itu hanya sebentar. Beliau sudah sulit bicara," ujarnya.
Sebagai pejabat negara, Jakob menambahkan, Frans Seda adalah sosok yang tak pernah membedakan daerah satu dengan yang lain. "Beliau selalu meperhatikan semua daerah, infrastruktur yang rusak diperbaiki, dan tidak ada diskriminasi," katanya.
Frans Seda meninggalkan seorang istri dan dua anak, Francisia Saveria Sika Seda dan Yoanesa Maria Yosefa Seda. Frans Seda lahir dari pasangan Paulus Setu Seda dan Sipi Soa Seda, 4 Oktober 1926, di Lekebai, Desa Bhera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka, sekitar 30 kilometer sebelah barat Maumere. (kompas.com/kor/sem)
Biodata:
Nama lengkap: Franciscus Xaverius Seda
Tempat dan tanggal lahir: Maumere, 4 Oktober 1926
Agama: Katholik
Istri: Johanna Maria Pattinaja
Anak:
1. Francisia Saveria Sika Seda (Ery)
2. Yoanesa Maria Yosefa Sipi Seda (Nessa)
Alamat rumah: Jln. Metro Kencana V No. 5 Pondok Indah, Jakarta 12310, Telp. (021) 769-5625
Pendidikan:
- Sekolah Rakyat (SR), Ndao, Flores (1940)
- Koles Xaverius Muntilan, Jawa Tengah
- SMP Bopkri, Yogyakarta (1946)
- Hollandsche Burgerschool (HBS), Surabaya (1950)
- Jurusan Ekonomi di Katholike Economische Hogeschool, Tilburg, Nederland, Belanda (1956)
Perjalanan Karir:
- Ketua Umum Partai Katolik (1961-1968)
- Anggota Dewan Penasihat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) (sejak 1971)
- Anggota DPRGR dan MPRS (1960-1964)
- Menteri Perkebunan (27 Agustus 1964- 28 Maret 966)
- Menteri Pertanian (28 Maret 1966-25 Juli 1966)
- Departemen Keuangan (25 Juli 1966-17 Oktober 1967)
- Menteri Keuangan (17 Oktober 1967-6 Juni 1968)
- Menteri Perhubungan (6 Juni 1968-28 Maret 1973)
- Duta Besar untuk Masyarakat Ekonomi Eropa di Brussel,
Kerajaan Belgia dan Luxemburg (1973-1976)
- Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) (1976-1978)
- Presiden Komisaris PT Kredosindo Perkasa
- Penasihat Ekonomi Presiden BJ Habibie (1 Juni 1998-
Oktober 1999)
- Penasihat Ekonomi Presiden Abdurrahman Wahid
- Penasihat Ekonomi Presiden Megawati Soekarnoputri
Kegiatan Lain:
- Anggota Laskar Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS)
- Anggota Batalyon Paraja/Lasykar Rakyat GRISK/TNI
Masyakarakat (1945-1950)
- Ketua Pemuda Indonesia di Surabaya
- Anggota Panitia Pembubaran Negara Jawa Timur
- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sementara Daerah Jawa Timur (Mewakili Pemuda)
- Anggota Panitia Konggres Pemuda di Surabaya, Jawa Timur
- Peserta Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia I di
Yogyakarta (1949-1950)
- Anggota PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) di Nederland,
Belanda
- Pendiri/pengurus Ikatan Mahasiswa Katolik Indonesia (IMKI) di Nederland (1950-1959)
- Wakil Ketua Yayasan Bentara Rakyat (Penerbit Harian Kompas)
- Anggota Dewan Komisaris PT Gramedia
- Presiden Komisaris PT Narisa
- Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Asosiasi Perdagangan Tekstil Indonesia (1982-1988)
- Ketua Asian Federation of Textile Industries-AFTEX (1983-1985)
- Anggota Dewan Penasehat untuk Asia dari Sears & Roebuck World Trade, Chicago, Amerika Serikat (1983-1984)
- Anggota Komisaris PT Bayer Indonesia (sejak 1982)
- Ketua Joint Working Party Indonesia United Kingdom (1981-1985)
- Presiden Komisaris PT Pantara Wisata Jaya (kerja sama dengan Japan Airlines dalam promosi pariwisata di Indonesia)
- Komisaris PT Saowisata Seaside & Diving Resort
- Ketua Umum Yayasan Atma Jaya (Penyelenggara Universitas Atma Jaya, Jakarta (1961)
- Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya, Jakarta (1961-1964)
- Ketua Bidang Dana KONI (1980-1982)
- Anggota Desan Harian Nasional Angkatan '45 Ketua Bidang Ekubang
- Anggota Komisi Kepausan mengenai Keadilan dan Perdamaian (Iustitia Et Pax) di Roma, Italia (1984-1989)
- Dewan Pertimbangan PMI Pusat (sejak 1986)
Penghargaan:
- Bintang Mahaputra Adipradana II dari Republik Indonesia
- Grandcross of St. Silvester dari Paus Paulus II di Vatican
- Grandcross de L'Ordre de Leopold II dari Kerjaan Belgia
- Grandcross in de Orde van Oranje Nassau dari Kerajaan Belanda
- Grandcross de L'Ordre Royal du Saha Metrei dari Kerajaan Kamboja
- Grandcross of St. Thomas University dari Filipina
- Commander in the Order of Maritime Merit dari State California (USA) dan San Francisco Port Authority (Governor Ronald Reagan)
Pos Kupang edisi Minggu, 3 Januari 2010 halaman 1