Gagasan Penanggulangan Bencana Banjir Manado

Oleh Seth Albert Lengkong
Pensiunan Pegawai Depdikbud


MULA-mula penulis ingin menyampaikan sungai-sungai yang mengalir ke Kota Manado yang menjadi penyebab banjir. Terdapat lima sungai, namun hanya tiga sungai yang bermuara di pantai Manado.

Kelima sungai dimaksud, yakni pertama Sungai Tondano. Sungai ini hulunya di Danau Tondano, lalu mengalir melalui Desa Tonsea Lama, Tanggari, Sawangan (Minahasa Utara), Kuwil, Maumbi, Kairagi, Kombos, Wenang Permai, Komo Luar, Karame, dan bermuara di jembatan Megawati/Soekarno.

Kedua Sungai Tikala yang berasal dari lereng utara Gunung Mahawu, lalu mengalir melalui Desa Rumengkor, Sampiri, Kaleosan, Sawangan (Kecamatan Tombulu), Tikela, Paal IV, Tikala Baru, Banjer, Tikala Ares, Tikala, kemudian bertemu dengan Sungai Tondano kira-kira 100 meter sesudah jembatan Tikala yang berada dekat dengan kediaman Panglima Kodamar. Tapi, sungai ini tidak bermuara di pantai Manado.

Ketiga sungai Saluhesem yang berasal dari lereng utara Gunung Mahawu lalu mengalir melalui Desa Kembes, Koka, Kamangta, dan bertemu dengan sungai Tikala di sekitar Desa Sawangan. Sungai ini juga tidak bermuara di Pantai Manado.

Keempat sungai Sario juga berasal dari lereng utara Gunung Mahawu lalu mengalir ke desa Koka, perumahan Citraland, kawasan Pasar Karombasan, melewati jembatan Sario dekat patung Sam Ratulangi melewati jembatan dekat Supermarket Hawa Baru, kemudian bermuara di sekitar Mantos.

Sungai Malalayang juga berasal dari lereng utara Gunung Mahawu melalui desa/kelurahan Kali, Lotta melalui jembatan Malalayang (dekat patung Imam Bonjol), Bahu, dan melewati jembatan dekat Pasar Bahu dan bermuara di pantai Manado.

Pengenalan di atas karena penulis sudah banyak kali melaluinya dengan berjalan kaki menuju Desa Tombuluan untuk menjenguk orangtua dan saudara pada masa Permesta. Makanya, duga gagasan yang hendak ditawarkan untuk menangulangi bencana di Manado, yakni mengalihkan aliran Sungai Tikala mulai dari sekita Desa Sawangan (Kecamatan Tombulu) ke aliran Sungai Tondano di sekitar Desa Maumbi Kairagi.

Daerah aliran sungai (DAS) Tikala hanya berjarak 1,5 kilometer dengan DAS Tondano dan tidak melalui perbukitan yang tinggi. Sesudah air yang telah bersatu melalui jembatan Kairagi selanjutnya disesuaikan dengan rencana Kota Manado yang akan membuat Water Front City, maka gagasan ini dapat menghilangkan daerah banjir, seperti Tikela, Paal IV, Tikala Baru, Banjer, Tikala Ares, Tikala, Perkamil, Dendengan Dalam/Kampung Merdeka.  Ditambah dengan rencana pembuatan Water Front City maka akan membebaskan daerah banjir seperti Kombos, Ternate Tanjung, Karame, Komo Luar, Calaca, Wenang Permai.

Kedua, mengalihkan aliran Sungai Sario dari sekitar Koka dan Kali menuju ke aliran Sungai Malalayang dekat Desa Lotta Pineleng. DAS Sario hanya berjarak 2 kilometer dengan DAS Malalayang dan tidak melalui perbukitan tinggi. Sesudah kedua air sungai menjadi satu, air itu mengalir dan bermuara di Bahu. Jika demikian, maka dapat menghilangkan daerah banjir seperti, Citraland, Pakowa, Wanea, Sario, Tanjung Batu, Ranotana, hingga Mantos.

Untuk melaksanakan kedua gagasan diperlukan biaya yang relatif rendah, dibandingkan dengan biaya yang diperlukan untuk merelokasi puluhan ribu penduduk yang mendiami daerah banjir. Gagasan ini hanya sebagai sumbangan pemikiran dari penulis, agar ada pertimbangan dari pemerintah untuk menurukan ahlinya ke lokasi guna melakukan peninjauan soal layak dan tidaknya.(*)

Sumber: Tribun Manado, 24 Februari 2014 halaman 10
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes