MANADO, TRIBUN - Wali Kota Manado Dr GS Vicky Lumentut menyatakan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Kelurahan Tingkulu atau di Jalan Ringroad Mandao segera ditempati warga korban banjir bandang. Hal tersebut disampaikan Lumentut seusai rapat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara di Kantor Gubernur, Selasa (3/2/2014).
"Rusunawa sudah akan digunakan warga. Saya sudah mengarahkan camat, untuk korban banjir di wilayah Wanea dan sebagian Tikala yang rumah hanyut atau rusak berat, diajak apakah mau pindah? Semua yang di Ranotana Wru hampir 70 rumah hanyut itu," katanya.
Lumentut menjelaskan, selama enam bulan penghuni rusunawa tidak dipungut biaya sewa. "Setelah enam bulan baru bayar. Harga sewanya mungkin paling murah di dunia, Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu," katanya.
Lumentut merincikan, tarif sewa rusunawa untuk ruangan di lantai dasar Rp 200 ribu per bulan. Lantai sesudahnya Rp 150 Ribu dan makin ke atas tinggal Rp 100 ribu per bulan. "Masyarakat sewa disitu selama dia suka disitu, tapi bukan kepemilikan," ungkapnya.
Guna merelokasi warga korban banjir di Kota Manado, pemerintah memberikan empat opsi atau pilihan. Selain rusunawa, masih ada tiga opsi lainnya yang bisa dipilih warga korban banjir.
Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Siswa Rachmat Mokodongan,tiga opsi itu yakni ganti rugi tunai, pemberian biaya sewa rusunawa dan pembangunan rumah di tanah yang disiapkan Pemerintah Provinsi Sulut.
"Dari BNPB(Badan Nasional Penanggulangan Bencana) ada uang sewa rusunawa di Tingkulu, kemudian bangun rusunawa baru. Dananya sedang diperjuangkan gubernur di Kementerian Perumahan. Kita siapkan tanah di Pandu atau Kalasey milik pemerintah provinsi, nanti rumah bantuan dari pusat akan dibangun di sana. Pembangunan dibantu BNPB, hanya tanahnya di luar Manado," kata Mokodongan.
Opsi keempat yakni bantuan uang tunai dengan rincian, untuk rumah rusak berat 50 juta, rusak sedang Rp 35 juta dan rusak ringan Rp 25 juta. "Tapi jangan bangun rumah di bantaran sungai, nanti menjadi korban lagi," katanya. Kini, kata Mokodongan, pemerintah tengah menyusun data rumah yang rusak untuk menerima bantuan "Data harus by name, by address dan foto," sebutnya.
Seperti diwartakan sebelumnya, sebanyak 4.542 kepala keluarga (KK) yang menjadi korban banjir bandang dan longsor di Kota Manado 15 Januari 2014. Mereka terdiri dari 3.702 KK yang rumahnya rusak berat sebanyak 840 KK yang rumahnya hanyut tersapu banjir.
Kepada Tribun Manado, Kamis (30/1) malam, Sekretaris Daerah Kota Manado Harvey Sendoh menuturkan, rusunawa yang akan dibangun tahun ini memang dikhususkan bagi korban banjir dan tanah longsor 15 Januari lalu.
"Sesuai petunjuk dari Menko Kesra, pemerintah pusat siapkan dana untuk pembangunan rusunawa sebagai tempat relokasi korban banjir dan longsor. Yang kehilangan rumah dan yang rumahnya tidak memungkinkan lagi untuk ditempati karena rusak berat akan diprioritaskan," tutur Sendoh.
Pemerintah pusat, kata dia, meminta Pemko Manado menyiapkan lahan untuk rusunawa tersebut. "Kemarin wali kota sudah menggelar rapat dengan camat-camat, dan telah memberi intruksi agar menyiapkan lahan minimal 5 ribu meter persegi di masing-masing kecamatan," ujarnya..
Sendoh menyebutkan, kecamatan yang diminta menyiapkan lahan yaitu kecamatan yang paling parah kena dampak bencana yakni Paal 2, Wanea, Tikala, Mapanget, Singkil, Tuminting, Wenang dan Sario. "Jadi rusunawa akan dibangun di masing-masing kecamatan," ujar Sendoh. Setiap camat diminta segera memasukan laporan terkait lahan untuk rusunawa.
Menyadari bahwa warga korban bencana yang kehilangan rumah perlu direlokasi, menurut Sendoh, Pemko Manado mendapat saran dari gubernur untuk membangun lokasi relokasi sementara. "Gubernur memberi usulan untuk memanfaatkan lahan pemprov di Kalasey, termasuk beberapa kantor pemerintah yang kosong bisa dimanfaatkan untuk relokasi sementara," demikian Sendoh. (ryo)
Ninu Berharap tak Ada Potongan
PEMERINTAH berencana memberikan bantuan ganti rugi sebesar Rp 50 juta bagi korban banjir di Mandao yang rumahnnya rusak berat. Korban banjir berharap bantuan bisa diterima utuh. Harapan itu antara lain diungkapkan Ninu (33), warga Kelurahan Komo Luar Manado.
Rumah tinggal Ninu langganan banjir. Kalau tahun lalu air hanya tergenang sebatas paha atau sekitar 1 meter, saat banjir bandang 15 Januari 2014 rumahnya tertutup air hingga atap bahkan hanyut dibawa arus banjir. Yang tersisa cuma lantai beton.
Ia mengaku sudah didata oleh aparat pemerintah setempat. Informasi bakal menerima ganti rugi Rp 50 juta pun sudah ia dengar. Ninu berharap bantuan kali ini utuh ia terima, karena pengalaman tahun lalu ada pegawai yang mengurus administrasi pencairan meminta jatah sampai 10 persen.
"Saat banjir bandang 17 Februari 2013 rumah kita kena juga. Pemerintah kasih bantuan Rp 10 juta untuk rehabilitasi rumah.Cuma masalahnya kami dimintai Rp 1 juta untuk biaya semacam ucapan terima kasih," katanya kepada Tribun Manado, Minggu (2/2).
Ninu mengisahkan, mengurus pencairan dana itu cukup lama. Sekitar 9 bulan ia menunggu sampai akhirnya terima pencairan di Bank Sulut lewat rekening pribadi.
"Waktu pencairan kami sudah ditunggui (oknum petugas administrasi), kami antre di bank. Pas cair kami kasih Rp 1 juta, sisa 9 juta kami simpan untuk dipakai beli bahan bangunan," ujarnya.
Sekitar bulan Desember 2013, Ninu membeli bahan bangunan seperti semen, pasir, dan seng. Bahan semen dan pasir dibuat mencor lantai, sedangkan seng untuk atap bagian belakang rumah. Baru sebulan dibangun, Januari 2014 banjir kembali datang lagi dan rumahnya pun tak tersisa. "Sisa pasir depan rumah ikut hanyut, terus daun seng di belakang rumah juga hanyut," katanya.
Ia juga mengharapkan, bantuan bencana tahun cepat direalisasikan. Bencana Februari pencairan dana bulan Desember. Apalagi kini, Ninu tak punya rumah. Kalau nanti dapat bantuan, Ninu tetap membangun rumah di tanah tempatnya sekarang, meski langga banjir ia mengaku sudah terbiasa. Lagipula ia tak tinggal kira-kira 200 meter dari sungai. Sepengatahuannya yang tidak boleh bangun rumah dalam batas 15 meter dari bantaran sungai. Dia berharap bisa mendapat rumah susun. "Syukur-syukur kalau dapat rusun, tapi saya lebih suka tinggal di sini (Komo Luar) karena di sini tempat bekerja saya dan suami," sebutnya lagi.
Kawet, warga Tikala Ares masih menatap pesimis bantuan rehabilitasi dari pemerintah. "Sudah banyak yang datang survei, pala (kepala lingkungan) dan camat. Tapi saya tanyakan kapan terima, belum tahu kapan," ujarnya. Wanita ini kehilangan bangunan rumah sekaligus tempat usahanya ikut dibawa air. Kalau dapat bantuan, ia mau membangun kembali rumah sekaligus kios makanan. (ryo)
Tersedia 94 Unit
WALI KOTA Manado GS Vicky Lumentut menyebutkan, ada 94 unit ruangan rusunawa di Jalan Ringroad Manado yang kini siap untuk ditempati warga korban banjir bandang.
Lumentut juga memastikan seluruh fasilitas pendukung untuk warga yang akan tinggal di sana disiapkan Pemerintah Kota Manado. "Semua fasilitas disiapkan pemerintah. Tdak mungkin dibebankan lagi ke warga yang juga kesulitan sekarang ini," ujarnya seusai acara pencanangan Gerakan Manado Bangkit di ItCenter Manado, Senin (3/2) malam.
Fasilitas dimaksud antara lain listrik, air, kasur, lemari, kompor gas lengkap dengan tabung gas, peralatan masak, dan lain-lain. Penempatan di rusunawa ini diakui Vicky Lumentut sifatnya sementara. Namun, untuk warga yang memilih ingin menetap maka setelah masa enam bulan tinggal gratis, harus menandatangi perjanjian sewa. "Lewat enam bulan, untuk warga yang ingin menetap dipersilahkan dengan catatan bersedia menandatangani perjanjian sewa gedung dengan pembayaran sewa yang sudah diatur," ujarnya. (ika)
Sumber: Tribun Manado 4 Februari 2014 hal 1