Mereka Masak untuk Seribu Warga Komo

Tak sedikit yang bekerja dengan sepenuh hati untuk membantu korban bencana banjir dan tanah longsor di Manado 17 Februari 2013.
HINGAR-bingar kemacetan lalulintas di Jalan Sudirman pada sore hari tidak mematahkan semangatnya untuk mengaduk beras 10 kilogram dalam panci ukuran 200 liter. Beras itu  diaduk-aduknya dengan sendok kayu. Kaleng-kaleng yang berisi ikan telah dibuka semua untuk dimasak dalam wajan berdiameter sekitar 1 meter.

Di bawah tenda yang didirikan di pinggir jalan mereka memasak makanan dan minuman untuk warga Komo Luar yang terkena banjir.  Susunan karung-karung beras berukuran 10 kilogram, air meneral, ikan kaleng dalam kardus, membatasi antara kendaraan yang lewat dengan tenda yang di depannya bertuliskan Posko Tagana Manado. "Nasinya biar matang merata, makanya harus diaduk. Habis rebus telur, kemudian memasak ikan kaleng," ujar Kordinator Dapur Tagana Manado Yudistira saat ditemui di Posko Tagana Manado di Jalan Sudirman, Komo Luar, Selasa (19/2/2013).

Dia bersama sembilan anggota Tagana lainnya bertugas menyiapkan makanan bagi warga Komo Luar terdiri dari tiga lingkungan dan dengan jumlah penduduk sekitar seribu orang. Mereka diberi makan pagi, siang dan malam hari. "Kami bekerja terdiri dari dua shift, yaitu shift siang dan malam hari," katanya.

Posko tersebut baru didirikan, dengan bahan makanan sumbangan BUMN. Hal ini karena pada tiga hari lalu, fokus Tagana mengevakuasi warga di dua lokasi, yaitu Paal Dua  dan Komo Luar dengan jumlah personel diturunkan sebanyak 69 orang. Setelah evakuasi  beres, baru didirikan posko untuk menyediakan makanan bagi warga. Alat  yang digunakan untuk memasak milik Tagana. "Untuk peralatan masak, kami lengkap," katanya. Posko tersebut akan beroperasi sampai dengan empat hari ke depan.

Pada saat  evakuasi warga, kata Yudistira,  banyak kendala yang dihadapi seperti keengganan warga dipindahkan. Baru setelah air semakin tinggi mereka mau dipindahkan. "Selain itu, sempitnya gang, sehingga menyulitkan kami untuk mengevakuasi karena mobil tidak bisa masuk," tuturnya. Untung ada bantuan dari Pemko Manado berupa kendaraan ATV yang bisa masuk di gang sempit.

Di sebelah Tagana, terdapat posko Dokkes Polda Sulut. Di tempat tersebut tumpukan obat dari dos kecil sampai besar tersusun rapi di meja. Tiga anggota  tim kesehatan, terlihat sibuk melayani masyarakat yang terkena gangguan kesehatan.  "Hari ini kami melayani 120 orang yang  terganggu kesehatannya, pada hari sebelumnya180 orang," ujar dr Sri Sandag dari  Dokkes Polda Sulut .

Menurutnya, warga yang datang umumnya mengalami gangguan kesehatan seperti flu, panas, batuk serta gatal-gatal. Hal ini karena lingkungan tidak bersih. "Kami langsung berikan obat gratis, karena di sini untuk obat cukup lengkap," katanya. Adapun  tenaga kesehatan yang siaga sebanyak tiga orang. Mereka melayani pengobatan dari pukul 9.00-18.00 Wita. Posko tersebut  berdiri sejak tiga hari lalu dan baru berhenti melayani sampai warga korban banjir dan longsor tidak lagi membutuhkan.

IOF Manado
Langkah cepat membantu korban pun dilakoni Tim Indonesia Offroad (IOF) Manado yang diketuai  Harley Mangindaan. Mereka  langsung bergerak ke perumahan Citraland setelah mendengar kabar tanah longsor menerjang Gereja Kristen Kalam Kudus, Minggu (17/2) sekitar pukul 09.30 Wita. Terjangan tanah menghantam gereja dan menghancurkan 12 unit mobil dan satu sepeda motor milik jemaat yang hendak mengikuti ibadah hari Minggu.

Anggota tim ini bahkan ada yang tidak tidur dua hari saat hujan terus turun sejak Sabtu lalu. "Yang turun Hengky Wong, Totot dan Walter Barakti. Mereka  tak tidur selama dua hari," kata Ai, sapaan akrab Harley Mangindaan  saat ditemui,  Senin (18/2).
Ai yang juga wakil wali kota Manado mengakui  saat terjadi longsor  di Citraland,  IOF  paling pertama tiba di lokasi. Komunitas mobil jeep 4x4 itu bergerak menuju lokasi longsor setelah mendapatkan informasi dari Radio RAPI. Sebanyak 15 mobil pun bahu-membahu mengevakuasi mobil yang tertimbun longsor di Gereja Kristen Kalam Kudus, Citraland.

Tiba di lokasi, tim IOF mengangkat korban yang terjebak longsor serta membersihkan puing-puing. Pada proses evakuasi tersebut IOF menyiapkan sendiri 300 liter bensin untuk 15 mobil jeep. Menurut Ai, proses evakuasi semacam ini  biasa dilakukan IOF yang teruji saat melakukan Offroad melintasi hutan. Dalam suatu kejuaran, para Offroader saling membantu jika terjebak di dalam lumpur. "Makanya biasa mereka melakukan itu. Bagi tim kami, evakuasi kemarin sedikit lebih mudah dibandingkan waktu di hutan saat di kejuaraan," tuturnya.(herviansyah/kevrent sumurung)

Sumber: Tribun Manado 20 Februari 2013 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes