Sebuah mobil mainan bagi orang dewasa mungkin tak bernilai, tapi tidak bagi anak kecil. Mobil mainan yang hilang bisa membuatnya menangis hingga sakit
BAYANGKAN ada berapa anak yang kehilangan mainan saat banjir bandang menyapu Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) 15 Januari 2014? Bukan hanya mainan itu baju mereka dan seluruh isi rumah mereka lenyap tak tersisa. Coba bayangkan perasaan mereka.
Alasan itulah yang membuat Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Seto Mulyadi alias Kak Seto sangat prihatin dengan kondisi anak-anak korban banjir. Ia datang ke Kota Manado ketika mengetahui banjir bandang kali ini merupakan terparah dalam sejarah kota ini. Bukan hanya melihat kondisi daerah yang tertimpa banjir, Kak Seto pun mengunjungi beberapa posko pengungsian yang terdapat banyak anak-anak.
Kain warna-warni tiba-tiba berubah menjadi payung, Jumat (24/1/2014) dan membuat puluhan anak yang duduk melantai di salah satu ruangan Kantor DPRD Sulut kaget. Mereka terus menyaksikan perubahan yang terjadi terhadap payung itu. Atraksi sulap Kak Seto di posko pengungsian khusus korban banjir di wilayah Sario ini merupakan satu dari berbagai metode untuk menghibur anak-anak.
Kak Seto juga mendongeng mengunakan boneka tangan. Dongeng yang singkat tapi maknanya sangat mendalam. "Lucu ceritanya..saya senang," ungkap Puput, seorang anak korban banjir. Menurut Puput, cerita dari Kak Seto sangat menghiburnya. Rasa sedih karena kehilangan boneka kesayangannya pun seperti lenyap. "Ada banyak mainan saya hilang. Baju sudah basah dan ada minta baju dari orang," ujarnya. Puput terhibur dengan kedatangan Kak Seto. "Ia terhibur. Kalau ada kakak-kakak kasih permainan sangat terhibur," katanya lalu tersenyum.
Menurut Kak Seto, ada dampak trauma bagi anak-anak korban banjir. Rasa takut, tidak percaya diri dan sakit mental lainnya karena mainan dan rumah yang mungkin diandalkannya sudah lenyap. Belum lagi rasa kehilangan yang bisa menyebabkan perubahan sikap atau karakter emosional bagi anak yang menuju dewasa. "Anak- anak korban banjir harus mendapat perhatian khusus. Bukan hanya soal makanan yang bergizi tapi juga hiburan yang membuat mereka tidak trauma," ujarnya.
Kak Seto menyebutkan ada metode khusus yang bisa diterapkan untuk membuat anak-anak terhibur dan menyembuhkan mereka dari trauma. Melalui permainan yaitu permainan aktif atau permainan pasif. Permainan aktif antara lain mengajak anak bernyanyi, bermain dalam games kuis, tebak kata atau permainan yang membuat anak-anak ikut berpikir tapi dalam keceriaan. Permainan pasif seperti anak mendengarkan dongeng dan sebaiknya dongeng itu disampaikan pesan-pesan yang positif seperti 'jangan buang sampah sembarangan' atau 'jangan buang sampah di sungai karena itu salah satu penyebab terjadinya bencana banjir.'
Menurut Kak Seto, ada banyak cara dan sebaiknya bisa diterapkan relawan atau pihak-pihak yang ingin membantu anak-anak korban banjir agar tidak mengalami masalah dalam masa pertumbuhannya. "Ada banyak cara untuk menghibur anak- anak dan memang anak-anak korban banjir harus mendapat perhatian khusus yaitu dihibur dengan permainan-permainan dan tentu hal-hal positif supaya mereka tidak trauma. Trauma bisa menyebabkan mereka tidak percaya diri, menjadi pemarah, cepat frustrasi dan tentu saja akan berpengaruh dalam cara berpikir hingga masa depan seorang anak," jelasnya.
Kak Seto berharap ada banyak relawan yang akan membantu pemulihan para korban banjir khususnya anak-anak. Disebutnya pula jika ada pihak yang ingin membantu anak-anak dalam bentuk materi sebaiknya diprioritaskan bantuan berupa baju bersih, buku-buku pelajaran, buku tulis, buku gambar, makanan, popok, alat mandi dan menjamin ketersediaan air bersih untuk minum dan mandi agar anak- anak terhindar dari sakit.
Senada diungkapkan Jull Takaliuang, Ketua Komisi Daerah Perlindungan Anak (Komda PA) Sulut. Menurutnya anak-anak harus mendapat perhatian khusus karena mereka adalah generasi penerus daerah dan bangsa ini. "Mental anak-anak harus dijaga kalau mereka menjadi orang-orang yang trauma nanti maka sudah bisa ditebak bangsa ini akan menjadi seperti apa ke depan," katanya.
Jull menuturkan pihaknya telah mendirikan posko khusus bantuan anak-anak di Jalan Garuda Kompleks Wisata Kuliner Wakeke yang merupakan Sekretariat Komda PA. "Posko anak sudah dibuka ada sejak tanggal 16 Januari 2014 yang khusus menggalang bantuan untuk anak-anak korban bencana. Selain susu, popok, biskuit, pakaian, posko peduli anak kami juga sedang berupaya untuk menggalang bantuan seragam bagi anak-anak sekolah," tuturnya.
Pihak Komda PA Sulut bersama Persatuan Minahasa dan Bakudapa Kawanua Sedunia (BKS) yang mendampingi Kak Seto selama berada di Manado. Kak Seto tiba di Manado pada Kamis (23/1) sore dan langsung menemui anak-anak korban banjir di Ranotana Weru, Tikela dan Paal 4. Pagi ini sebelum mengunjungi dan menghibur anak-anak di posko pengungsian DPRD Sulut, Kak Seto juga mengunjungi ratusan anak-anak korban banjir di SDN 01 Ketang Baru. Situasi di sekolah dasar ini sangat mengerikan karena air lumpur masih mengenangi sekolah ini, merusak buku-buku, meja dan kursi. Kak Seto juga ke Polda Sulut mempertanyakan kasus anak yang diduga dibakar sekelompok pemuda tahun 2010.
Maksud kedatangan Kak Seto ke Manado juga untuk mengunjungi Ramadhan dan Nona, anak yang ditelantarkan ibunya di Kalasey dan saat ini sudah tinggal di Panti Asuhan Assalam, Tuminting.(yudith rondonuwu)
Sumber: Tribun Manado 25 Januari 2014 hal 1