Harim

BUNG Kanis Pari, politisi terkemuka NTT yang hidup membujang sampai akhir hayatnya itu -- indah dan berisi melukiskan tentang harim, bahasa Kupang yang artinya perempuan. Ketika menyampaikan pendapat akhir Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (F-PDI) terhadap Rancangan Pola Dasar Pembangunan Daerah Propinsi NTT di Gedung DPRD NTT tanggal 31 Maret 1984 yang juga dihadiri Gubernur Ben Mboi, meluncurlah kalimat-kalimat berikut ini dari bibir sang orator.

Arkian, di suatu pagi firdaus cemerlang, bangunlah Adam dari tidurnya nikmat. Puas menguap enak menarik badan, pria utama itu melayangkan pandangan. Terkejut! Semua ciptaan, merumput mencari makan, dua-duan. Ia, ciptaan paling tinggi, semalam tadi sampai ini pagi, sepi sunyi tidur sendiri.
Sumber demokrasi, mengapa didiskriminasi? Adam bergegas menghadap Sang Pencipta. "Mengapa semua lain Kau ciptakan berdua-dua, dan aku ini, sengaja diciptakan sesuai gambar diri-Mu sendiri, Kau biarkan bosan tanpa kawan?"

Tuhan menjawab, "Kau meragukan kemahabijakan-Ku Adam? Baiklah! Aku akan menciptakan bagimu seorang teman hidup. Terikat padamu seumur Aku di dunia. Tidurlah sekarang, tidurlah nyenyak!"

Di waktu Adam nyenyak itu, Tuhan mencipta makhluk baru. Namun, sudah hari istirahat, bahan baku sisa tidak sesuai syarat. Maka Tuhan mengambil sedikit-sedikit dari semua: bening bundarnya rembulan, perseginya bebintang, bebirunya lazuardi, kelamnya lebat hutan, genitnya kupu-kupu nakal bercanda, desir-desaunya air kali menjilat celah, licin melumut lendir batu basah, pedasnya sengatan lebah, tajamnya duri wewangi puspita, berkanjangnya ombak mengecup pantai, gelora gelum gelombang lautan, teriknya panas, taringnya padas, beningnya ketinggian bisanya ular.

Tidak melupakan kelembutan oi sayang: heningnya awam-gumawan-semilirnya bayu sepoi basah-basah, jinaknya merpati, manjanya kucing lagi birahi, beningnya dasar kolam, sendunya udara perbukitan.

Disentak rusuknya, Adam terkejut bangun. Betapa ia terpesona, aih campuran segala macam tidak karuan, di tangan Maha Seniman, menjadi kecantikan rupawan, oi bukan buatan. Bertitahlah Dia: "Bawalah ini perempuan!"

Esok hari amat pagi, Adam mengetuk pintu Sang Pencipta kembali. Makhluk apakah gerangan itu perempuan? Berbaring di sisiku, ia bertolak belakang. Dijamah ia marah, baru memeluk tangan saya ia tepuk, ingin kecup begitu rapat bibirnya ia katup. Putus asa memeluk, ia merajuk, saya nyenyak ia menangis terhenyak-henyak, menyapa sayang tangannya mencakar menggerayang. Waktu akhirnya saya menyerah kalah, ia sengaja melirik genit, senyum manja mengoda-goda. Semalam suntuk, saya akhirnya cuma tidur duduk. Ambil pulang Tuhan, ini perempuan!

Waktu besok malam Tuhan menahan Eva menginap di kayangan, Adam lagi-lagi terpaksa tidur sendirian. Ayam belum sempat berkokok pertama kali, Adam menghadap lagi. Oi Tuhan oi! Malam kemarin saya tidur duduk, malam ini saya tidur mabuk. Kepala pening, kerongkongan kering, bangun berjalan dunia serasa miring. Tuhan, di mana gerangan itu harim?

Tuhan mengulur lengan Eva: Bawalah ini perempuan, hiduplah setia berdua, sampai akhir zaman. Di saat itulah Adam mengucapkan kalimat: Ai Tuhan! Dengan wanita saya kepala sakit, tanpa wanita saya sakit kepala!
(Dari buku Jangan Takut Berpolitik, Bank Naskah Gramedia-Pakem 2004, hal 55-57).
***

TANPA perempuan, Adam sakit kepala. Bukankah kenyataan itu sedang terjadi hari ini? Terjadi di tengah rimba politik nasional dan lokal Flobamora yang didominasi laki-laki? Subordinasi perempuan kini melahirkan jerit. Jerit rintihan Adam sakit kepala nyaring melengking, menyayat hati.

Adam -- sebagaimana tabiat aslinya --- berusaha jaga gengsi. Pura-pura tangguh di mata meski sedih membalut batin. Dari Jalan Polisi Militer-Kupang akhir pekan lalu KPU mengumumkan, sejumlah partai politik belum memenuhi kuota 30 persen keterwakilan perempuan dalam pengajuan calon anggota legislatif (caleg) untuk pemilihan anggota DPRD NTT 2009.

Rumusnya sederhana, tiga berbanding satu. Di antara tiga orang caleg, mutlak satu orang perempuan. Tegas dan jelas Perintah Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 tersebut. Sebagian besar elite parpol "hapal di luar kepala". Mudah memformulasi regulasi, tak gampang realisasi. Tiga puluh delapan partai memburu caleg perempuan! Sakit kepala memang. Bukankah Adam belum sepenuhnya rela disetarakan dengan Eva?

Perempuan, figur langka di ranah politik. Tidak selalu begitu. Jangan-jangan mereka ada dan banyak yang bermutu tinggi. Kompeten dan berbobot sama dengan laki-laki. Tapi belum tentu mereka mau dibujuk menjadi caleg. Dipinang belum tentu terima. Tak kan luluh hatinya meski dirayu. Dipuji jangan- jangan malah tuan kena cakar dan cubit. Ini bukan jinak-jinak merpati dalam kisah Bung Kanis 24 tahun silam. Ini realitas di rumah besar Flobamora 2008.

Maka ending pencalonan anggota legislatif 2009 mudah ditebak. Asal comot, asal isi daftar demi memenuhi syarat formal. Haruskah kita menjerit bila daftar calon adalah kumpulan keluarga besar? Ada anak, ada istri, ipar, keponakan, besan, menantu? Juga figur-figur kutu loncat? Praktik demokrasi kita kiranya masih di level itu. Membeli kucing dalam karung. (email: dionbata@poskupang.co.id)

Rubrik Beranda Kita (BETA) edisi Senin, 25 Agustus 2008 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes