INFORMASI tentang ambruknya tiga bangunan toko di Jalan Siliwangi Kupang pada hari Selasa subuh, 19 Agustus 2008 berlangsung sangat cepat baik lewat pesan singkat (SMS) maupun pembicaraan dari mulut ke mulut. Sebagian warga Kota Kupang agak kurang percaya mengingat peristiwa semacam itu tidak lazim di kota karang ini.
Informasi tersebut ternyata sungguh terjadi. Seperti disiarkan media massa, tiga bangunan toko di Jalan Siliwangi, Kelurahan LLBK-Kupang ambruk sekitar pukul 04.00 Wita hari Selasa lalu. Batu karang penopang tiga bangunan itu terbelah menjadi dua bagian. Empat tiang beton sebagai penyanggah patah karena tidak mampu menahan beban. Semua bangunan yang runtuh berlantai dua dan sedang dalam tahap renovasi.
Kita prihatin atas terjadinya peristiwa ini. Tentu saja kerugian dialami para pemilik bangunan yang ambruk yaitu Gregorius Angga Wijaya, Hendri Supit dan Yuliana Malelak. Nilai kerugian pasti tidak sedikit.
Namun, kita juga bersyukur karena ambruknya tiga bangunan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Waktu kejadian sekitar pukul 04.00 sehingga belum ada aktivitas manusia di sana. Sulit membayangkan dampaknya jika ketiga bangunan tersebut ambruk pada siang hari.
Kita semua tahu Jalan Siliwangi adalah pusat pertokoan yang sangat ramai di Kota Kupang. Kendati telah tumbuh pusat-pusat pertokoan lain di Kota Kupang tetapi kawasan Siliwangi tetap memiliki daya tarik sendiri. Wilayah itu selalu dipadati pengunjung yang berbelanja aneka kebutuhan hidup.
Ambruknya ketiga bangunan tersebut merupakan peringatan dini yang sangat penting untuk ditindaklanjuti. Pemerintah melalui instansi atau lembaga berkompeten perlu turun tangan segera. Peristiwa itu perlu diteliti dan dikaji secara cermat mengenai penyebab serta kemungkinan dampak selanjutnya.
Menarik apa yang diungkapkan para pemilik bangunan, para pekerja bangunan serta saksi mata yang menyatakan ada rongga di bawah bangunan itu. Mereka juga mendengar bunyi patahan dan ada bagian bangunan yang runtuh dalam skala kecil beberapa pekan terakhir. Artinya, sudah ada tanda-tanda sebelumnya bahwa ketiga bangunan toko tersebut berdiri di atas fondasi yang rawan ambruk.
Kita boleh menduga bahwa batu karang yang selama ini kokoh-kuat sebagai fondasi alamiah bangunan di kawasan pertokoan Siliwangi dan sekitarnya telah tergerus oleh proses abrasi yang kian dasyat. Ini terkait erat dengan masalah lingkungan hidup yang sedang menjadi keprihatinan masyarakat dunia.
Sudah berulangkali kita katakan bahwa perubahan iklim dunia semakin sulit diprediksi dampaknya. Maka dibutuhkan kewaspadaan yang tinggi. Kita tidak boleh lengah. Secara geologis ada perubahan besar yang sedang terjadi di Pulau Timor. Batu karang yang dulu mampu menahan abrasi pantai dan tahan terhadap guncangan gempa, ternyata kondisinya sudah jauh berubah. Maka penelitian dari instansi berkompeten sangat dibutuhkan guna memperoleh gambaran yang utuh dan bisa menjelaskan peristiwa itu secara rasional. Agaknya kita tidak kekurangan pakar di bidang lingkungan, pakar konstruksi dan lainnya.
Hasil penelitian dan pengkajian itu akan bermanfaat bagi pemilik lahan dan bangunan di kawasan Siliwangi serta pemerintah dalam memutuskan kebijakan di masa mendatang. Rekomendasi penelitian akan memberi solusi bagaimana sebaiknya merancang konstruksi yang tepat agar bangunan tidak ambruk. Seandainya kondisi lingkungan di sana berdampak jangka panjang, maka di kawasan tersebut tidak diperkenankan untuk mendirikan bangunan baru. Bangunan yang lama pun perlu diteliti lebih jauh seberapa mampu akan bertahan.
Harapan dan ikhtiar kita sama yaitu peristiwa serupa tidak boleh terulang dan jangan sampai menimbulkan korban nyawa. Alam sudah memberi tanda. Alam dengan caranya sendiri telah memberi peringatan dini. Jadi, sikap terbaik adalah menerjemahkan tanda-tanda alam tersebut melalui aksi nyata yang bermanfaat bagi semua orang. ** Salam Pos Kupang edisi Kamis, 21 Agustus 2008, halaman 14
Informasi tersebut ternyata sungguh terjadi. Seperti disiarkan media massa, tiga bangunan toko di Jalan Siliwangi, Kelurahan LLBK-Kupang ambruk sekitar pukul 04.00 Wita hari Selasa lalu. Batu karang penopang tiga bangunan itu terbelah menjadi dua bagian. Empat tiang beton sebagai penyanggah patah karena tidak mampu menahan beban. Semua bangunan yang runtuh berlantai dua dan sedang dalam tahap renovasi.
Kita prihatin atas terjadinya peristiwa ini. Tentu saja kerugian dialami para pemilik bangunan yang ambruk yaitu Gregorius Angga Wijaya, Hendri Supit dan Yuliana Malelak. Nilai kerugian pasti tidak sedikit.
Namun, kita juga bersyukur karena ambruknya tiga bangunan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Waktu kejadian sekitar pukul 04.00 sehingga belum ada aktivitas manusia di sana. Sulit membayangkan dampaknya jika ketiga bangunan tersebut ambruk pada siang hari.
Kita semua tahu Jalan Siliwangi adalah pusat pertokoan yang sangat ramai di Kota Kupang. Kendati telah tumbuh pusat-pusat pertokoan lain di Kota Kupang tetapi kawasan Siliwangi tetap memiliki daya tarik sendiri. Wilayah itu selalu dipadati pengunjung yang berbelanja aneka kebutuhan hidup.
Ambruknya ketiga bangunan tersebut merupakan peringatan dini yang sangat penting untuk ditindaklanjuti. Pemerintah melalui instansi atau lembaga berkompeten perlu turun tangan segera. Peristiwa itu perlu diteliti dan dikaji secara cermat mengenai penyebab serta kemungkinan dampak selanjutnya.
Menarik apa yang diungkapkan para pemilik bangunan, para pekerja bangunan serta saksi mata yang menyatakan ada rongga di bawah bangunan itu. Mereka juga mendengar bunyi patahan dan ada bagian bangunan yang runtuh dalam skala kecil beberapa pekan terakhir. Artinya, sudah ada tanda-tanda sebelumnya bahwa ketiga bangunan toko tersebut berdiri di atas fondasi yang rawan ambruk.
Kita boleh menduga bahwa batu karang yang selama ini kokoh-kuat sebagai fondasi alamiah bangunan di kawasan pertokoan Siliwangi dan sekitarnya telah tergerus oleh proses abrasi yang kian dasyat. Ini terkait erat dengan masalah lingkungan hidup yang sedang menjadi keprihatinan masyarakat dunia.
Sudah berulangkali kita katakan bahwa perubahan iklim dunia semakin sulit diprediksi dampaknya. Maka dibutuhkan kewaspadaan yang tinggi. Kita tidak boleh lengah. Secara geologis ada perubahan besar yang sedang terjadi di Pulau Timor. Batu karang yang dulu mampu menahan abrasi pantai dan tahan terhadap guncangan gempa, ternyata kondisinya sudah jauh berubah. Maka penelitian dari instansi berkompeten sangat dibutuhkan guna memperoleh gambaran yang utuh dan bisa menjelaskan peristiwa itu secara rasional. Agaknya kita tidak kekurangan pakar di bidang lingkungan, pakar konstruksi dan lainnya.
Hasil penelitian dan pengkajian itu akan bermanfaat bagi pemilik lahan dan bangunan di kawasan Siliwangi serta pemerintah dalam memutuskan kebijakan di masa mendatang. Rekomendasi penelitian akan memberi solusi bagaimana sebaiknya merancang konstruksi yang tepat agar bangunan tidak ambruk. Seandainya kondisi lingkungan di sana berdampak jangka panjang, maka di kawasan tersebut tidak diperkenankan untuk mendirikan bangunan baru. Bangunan yang lama pun perlu diteliti lebih jauh seberapa mampu akan bertahan.
Harapan dan ikhtiar kita sama yaitu peristiwa serupa tidak boleh terulang dan jangan sampai menimbulkan korban nyawa. Alam sudah memberi tanda. Alam dengan caranya sendiri telah memberi peringatan dini. Jadi, sikap terbaik adalah menerjemahkan tanda-tanda alam tersebut melalui aksi nyata yang bermanfaat bagi semua orang. ** Salam Pos Kupang edisi Kamis, 21 Agustus 2008, halaman 14