Selamat Jalan Monsinyur Turang

 

Mgr. Petrus Turang

Refleksi Seorang Pengusaha

Oleh: Theodorus Widodo

Ketua Forum Pembauran Kebangsaan FPK-NTT

POS-KUPANG.COM -  Ada rasa sedih yang mendalam ketika saya dan isteri terakhir kali mengunjungi Uskup Emeritus Mgr.Petrus Turang pada tanggal 6 Februari 2025 di wisma KWI, Jalan Kemiri Jakarta. 

Sosok yang dikenal tegar dan berwibawa itu sekarang terlihat begitu rapuh. Rasa sedih ini terbawa pulang sampai berhari-hari kemudian. 

Saya sedih karena merasa ini pasti pertemuan terakhir, walaupun monsinyur ketika itu bertutur bahwa kesehatannya sudah membaik dan sekarang hanya perlu rutin cuci darah. 

Monsinyur bahkan mencontohkan beberapa orang yang bisa bertahan hidup puluhan tahun dengan cuci darah rutin. Pertanda beliau memang ingin hidup lebih lama.

Kesedihan saya akhirnya terbukti. Jumat, 4 April 2025. Tuhan memanggil pulang hambanya, sang gembala baik yang setia sampai akhir hayat dalam panggilan imamatnya, baik sebagai imam maupun sebagai Uskup Agung Kupang.

Walaupun kita tahu, beliau sakit dan terus dirawat intensif di rumah sakit, kepergian monsinyur ini terasa terlalu cepat. Kita semua pasti masih ingin ia hidup lebih lama lagi. 

Kita semua pasti masih ingin mendapatkan banyak saran dan nasehat. Apalagi monsinyur rindu pulang Kupang untuk menjalani sisa hidupnya bersama umat yang setia dilayaninya selama 27 tahun. Apa mau dikata. Tuhan punya rencana lain.

Dalam keheningan malam ini, ketika mata sulit terpejam, kenangan bersama Monsinyur Turang muncul kembali seperti halaman-halaman buku yang terbuka dengan sendirinya. Satu persatu.

Sebagai awam yang berada dalam wilayah yurisdiksi pastoral dengan Mgr. Petrus Turang sebagai pemimpin tertingginya, saya merasa beruntung dapat banyak kesempatan belajar dari beliau dan jadi suatu kehormatan pula ketika saat ini bisa menyuguhkan kembali sedikit penggalan kenangan selama 28 tahun mengalami pelayanan pastoral Monsinyur.

Penggalan kenangan itu salah satunya berasal dari tulisan Monsinyur sendiri tentang dunia usaha di halaman satu buletin Keuskupan Agung Kupang edisi Pastoral Kategorial dengan judul ASG PIKAT Usahawan Express tanggal 13 Juni 2010. Tulisan itu masih saya simpan.

Artikel ini disampaikan ketika komunitas  PIKAT mengadakan wisata rohani sekaligus rekoleksi di paroki Sta. Helena Lili- Camplong pada tanggal 13 Juni 2010.

PIKAT ini singkatan dari Pendalaman Iman Katolik. Terbentuk dari diskusi antara sesama teman yang prihatin pada kedangkalan pemahaman iman kami. 

Hal-hal mendasar saja seperti tiga pilar iman Katolik yaitu Alkitab, Tradisi Suci dan Ajaran Magisterium tidak kami pahami. 

Kami tidak tahu alasan di balik empat dogma penting Gereja tentang Bunda Maria yang membuat Bunda Yesus ini sangat dihormati dan menempati posisi tertinggi di antara semua orang kudus. 

Keprihatinan ini membawa kami pada satu keputusan. Pengetahuan yang dangkal ini harus didalami agar kami tahu alasan dibalik semuanya. 

Beriman dengan nalar itu baik adanya. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan termulia karena ia berakal budi.

Maka setelah berdiskusi dengan para pastor dan terutama dengan Mgr. Turang, terbentuklah Komunitas Pendalaman Iman Katolik disingkat PIKAT pada tanggal 15 Juli 2005. 

Sejak itu "kuliah" gratis dengan pengajar kaum tertahbis (tidak boleh awam) ini rutin dilaksanakan sampai sekarang. 

Harapan Monsinyur, PIKAT harus bisa jadi salah satu gerakan awam Katolik untuk melengkapi semua gerakan yang ada semisal Kharismatik, Legio Maria, Marriage Encounter, Pasukris dll yang misi gerakannya bukan pada pengajaran tentang iman atau doktrin Gereja. 

Pesan Monsinyur, kami harus terus lakukan pendalaman iman secara komprehensif, bukan hanya Alkitab saja. Iman Katolik tidak hanya bertumpu pada Alkitab saja.

Salah satu pesan Monsinyur yang disampaikan dalam artikel beliau ketika itu adalah tentang panggilan hidup.

Bahwa manusia harus bekerja supaya ia hidup baik dan berkecukupan. Dengan kerja, manusia membangun hubungan dengan sesama dan alam ciptaan Tuhan. 

Manusia berperan sebagai mitra Allah dalam mengembangkan dunia agar jadi indah dan bermutu bagi manusia itu sendiri. 

Dan manusia yang berkegiatan ekonomi adalah pemeran utama dalam mewujudkan ketersediaan kebutuhan hidup. Dengan tersedianya barang dan jasa, manusia mengambil peran dalam karya penciptaan Tuhan.

Dengan bergiat dalam bidang ekonomi, manusia menjawab panggilan Tuhan untuk "mengolah dan memelihara" dunia ciptaanNya.

Juga para pengusaha dalam pelbagai kegiatan ekonominya harus belajar menjadi murid Kristus yang baik. 

Mereka harus membangun kekudusan diri dengan prinsip tidak boleh merugikan sesama, terutama yang miskin dan lemah.

Ini sejalan dengan Ajaran Sosial Gereja yang bertumpu pada solidaritas yang merupakan perwujudan perintah cinta kasih Kristus dalam tata dunia yang baik dan harmonis. 

Solidaritas kristiani adalah peduli sesama tanpa memandang suku, agama dan golongan dalam semua aspek kehidupan. Sebagai makluk sosial, manusia perlu membangun semangat persaudaraan dan persahabatan. 

Termasuk di dalamnya adalah kegiatan ekonomi yang pasti lebih berat karena sangat akrab dengan persoalan "untung rugi". 

Di sini kita perlu saling melayani dan melengkapi untuk membangun jati diri manusia beriman yang lebih lengkap.

Kebersamaan dengan Mgr.Petrus Turang ini jadi kenangan indah yang sulit dilupakan.

 Pesan pesannya terus membekas serta menjiwai perjalanan hidup kami sebagai pengusaha. Juga teman teman yang berprofesi lain.

Salah satu kenangan indah lain "pertransit benefaciendo" Mgr. Petrus Turang adalah ketika bersama beliau mengunjungi paroki St.Kristoforus di Ba'a, Kabupaten Rote  Ndao yang saya lupa tanggalnya.

Dalam perjalanan patroli Monsinyur yang memang suka patroli ini, kami dapat banyak tambahan pengetahuan dan pesan tentang bagaimana seharusnya seorang pengusaha menjalani profesinya.

Beliau kembali menekankan tentang Ajaran Sosial Gereja. Satu hal penting yang saya ingat dari pelayaran dari Bolok-Kupang menuju Ba'a-Rote ini adalah ajaran beliau yang selalu dikenal rasional tentang hutang budi. 

Bahwa sukses seorang pengusaha karena ia murah hati tidak harus dilihat dari perspektif iman semata. Siapapun yang dibantu pasti akan merasa berhutang budi. 

Maka bila ada peluang usaha yang ia ketahui, anda pasti akan jadi orang pertama yang ditawarinya. 

Tempat pertama yang akan didatanginya ketika ia ingin membeli sesuatu pasti tempat jualan anda yang pernah menolongnya. 

Masih banyak yang ingin saya tulis. Berbagi cerita bersama Monsinyur selama masa masa pembangunan Taman Doa Yesus Maria di Oebelo -Kupang. 

Seringkali beliau berada di sana selama berjam-jam. Kadang datang pagi dan pulang ketika hari mulai gelap.

Perjalanan bersama dalam patroli Monsinyur ke paroki Hati Tersuci Maria-OeEkam. Perjalanan ke paroki Yesus Gembala Yang Baik di Kalabahi-Alor. 

Pentahbisan kapela kapela yang dibangun komunitas PIKAT termasuk Kapela 

terakhir Maria Bertaburan Rahmat (MBR) Kuasaet-Petuk pada tanggal 25 Februari 2024. 

Dalam sambutan pentahbisan Gereja ini, ada ucapan Monsinyur yang membuat kami sedih. "Ini pasti kapela terakhir yang saya tahbiskan".

Akhirnya, sekali lagi saya harus bersyukur karena mendapatkan begitu banyak kesempatan  untuk menimba ilmu dari dari Monsinyur Turang.

Kalau diminta pendapat tentang seberapa luas pengetahuan seorang Monsinyur Turang, bagi saya hanya ada satu kalimat. "Monsinyur tahu segalanya". 

Bukan hanya tentang Gereja, tapi juga tentang kesehatan, pendidikan, sejarah, sosial, antropologi, ekonomi, politik dan lain-lain. Pokoknya tahu semua.

Terlalu berlebihan? Tidak. Ini juga kesan sesama teman tentang Monsinyur.

Kadangkala muncul  pertanyaan. Beliau tahu semua itu dari mana? 

Padahal Monsinyur nyaris tidak pernah keluar dari kompleks Keuskupan  Agung Kupang selain patroli atau tugas ke luar daerah.

Pertanyaan ini mungkin sulit dijawab tapi satu hal yang pasti, kalau kita ke ruang kerja Mgr.Turang untuk urusan apapun, beliau selalu sedang membaca. 

Monsinyur Turang, Uskup Agung yang berwawasan sangat luas dan selalu rasional.

Kadang muncul juga ide, kalau sudah jadi Uskup Emeritus nanti kami ingin sekali meminta beliau jadi narasumber ceramah di berbagai bidang. Sayangnya "jabatan" Emeritus ini terlalu singkat.

Selamat jalan Monsinyur.

Keinginanmu untuk kembali pulang di saat perjumpaan terakhir kita sekarang sudah terpenuhi. Di sini, di tanah ini kami akan selalu bisa mengunjungimu. Sampai kapanpun. Tidak akan ada lagi yang bisa memisahkan kita.

Atas iman dan perbuatan baik Monsinyur, kami yakin, engkau sekarang sudah berbahagia di surga dan selamanya Monsinyur akan jadi pendoa bagi kami semua.

Kami semua sudah belajar banyak. Terutama tentang "Pertrancit Benefaciendo". (*)

Sumber: Pos Kupang


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes