You, Anak Kecil atau Anak Besar?


Romo Amanche Ninu

Oleh RD Amanche Ninu

Seorang Romo dengan langkah malu malu dan harap harap cemas bertemu Bapak Uskup Turang di Rumah Keuskupan. Pagi pagi beberapa tahun yang lalu.

Romo itu mau izin. Ikut Festival Sastra di Makassar, MIWF, Makassar International Writers Festival, tahun 2013.

"Selamat paaagiii Bapak Uskup..." Romo itu beri salam untuk Bapak Uskup. Sapaan khas dengan nada suara tarikan khas orang Dawan Timor. Sopan santun yang paling halus. Tata krama tingkat tinggi. Strategi!

Selamat...! You, bagaimana?? Balas Bapak Uskup Turang, halus tapi tegas. 

"Saya ada perlu dengan Bapak Uskup", jawab Romo muda itu dengan dada dan jantung berdenyut, dag dig dug, darah model ke mo stop, nafas diatur bae bae. Sambil tunduk malu malu pus. Meo meo isbai bai tutu kolo, kol paka lele manse nsae. 

Ya, Bagaimana?? Bapak Uskup tanya lagi. Kali ini dengan tatapan tajam. Mata Uskup adalah mata elang yang melihat si Romo muda yang su noe model burung puyuh su basah kuyub.

"Saya mau izin ikut kegiatan sastra di Makassar"....Ini Romo mo maen "to the point" deng Baptua.

'You stop! You Guru atau Sastrawan??" Tanya dan tantang Bapak Uskup, saat itu. Memang, itu Romo tu Guru. SK Guru di SMA milik Keuskupan. Tugasnya mengajar. Kenapa dia pi maen sastra, pantun puisi dan "puiteko"

"Saya Guru Bapak Uskup", Romo itu jawab dengan malu, tapi dia pung hati su noe. Jantung dag dig dug deg dog. Hehe. Harapan untuk berkegiatan sastra pupus. Tiket su di tangan. Uang saku su di saku. Bahkan su makan stengah. Ailo...

"You kurang fokus ya. You Guru bukan sastrawan. You urus sekolah, bukan urus kegiatan kegiatan yang tidak penting", tambah Bapak Uskup. Kali ini makin tegas.

You pulang, pulang.., urus sekolah dan anak-anak, demikian keputusan Bapak Uskup.

Tapi dasar "anak tukang palese". Itu Romo son abis akal. Saat Bapak Uskup marah dan tegas. Saat itu jurus jitunya keluar. Dia menangis. Batareak. Ingos keluar. Panjang. Napas sat satu. 

Bapak Uskup pukul meja....

Itu Romo makin gas, menangis batarea. Ingos kaluar makin panjang. Kaka Ronya, karyawati lari dari dapur, kasi tinggal ikan yang sementara digoreng. Mungkin itu ikan tu angos saat itu. Kaka Ronya pikir Bapak Uskup su "cekik" ini anak. Hehe. Kasian.

Karena itu Romo pung suara tangis makin kencang, tamba batarea dan ingos malele.

Maka Bapak Uskup pukul meja tambah besar dan dengan suara tegas.

"Amancheeeee....., you anak kecil atau ANAK BESAR???

Saya ANAK BESAR Bapak USKUP....

Amarah Bapak Uskup mereda bersamaan dengan suara tangis yang mereda juga.

Izin diberikan kepada "anak" Amanche..

Cium tangan Bapak Uskup. Tarik nafas. 

Ya...You boleh jalan. Tapi pulang, fokus urus sekolah ya.

Amanche anak yang besar itu keluar dengan air mata yang sudah dihapus dengan ketegasan dan kasih sayang Bapak Uskupnya, Mgr Petrus Turang. Dia ke Makassar, ikut MIWF 2013, bersastra. Dan pulang tetap fokus urus sekolah sampe sekarang. 

Bapak sayang. Bapak terkasih. Bapak Mgr Petrus Turang. Engkau adalah Bapak dan kami adalah anak. Dari ketegasan dan kasih sayangmu, kami hidup, bertumbuh dan berkembang. Terima kasih Bapak. Dari sikapmu yang "keras", saya belajar untuk tidak main-main. 

Dan dari kasih sayangmu, saya tau, betapa Allah sangat mencintai kita. Maaf Bapak Uskup karna kadang kami anak-anak ini, hanya "taputar", tak tentu arah, dan itu kadang membuatmu marah. Kami mendoakanmu Bapak, karna kami percaya bahwa Engkau mendoakan kami juga dari kebahagiaan abadi di surga. Amin.

Dari akun Fb Romo Amanche


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes