Lembata tak hanya manis, semanis musik dan syair lagu Sedon Lewa Papan karya Nelys Manuk yang viral mendunia.
Lembata tak cuma cantik, secantik nona Lembata rambut merah-merah. Lembata tak sekadar tenar, setenar semburan mamalia Pausnya yang melegenda global.
Anak-anak Lembata juga hebat mengolah si kulit bundar. Begitu piawainya mereka sampai dulang ikan pun ikut bernyanyi riang.
Begitu Cesar Making cetak gol telat kemenangan ke gawang Perse Ende 2-1 pada babak kedua extra time, TPI Lewoleba meledak dalam sukacita.
Dalam video yang beredar luas, termasuk diunggah Oa Fince Bataona di akun Facebooknya, terlihat ema-ema (emak-emak) penjual ikan bersorak girang.
Dejavu seolah menghampiri. Macam terdengar seruan magis khas Lamalera, baleoooo ... baleoooo...baleooo..!
Seorang emak cantik pukul dulang ikan sekencang-kencangnya. Pantat ember juga jadi sasaran. Ada pula yang lari berjingkrak-jingkrak.
Ekspresi spontan. Natur. Apa adanya. Membuktikan sekali lagi betapa sepak bola itu mempesona. Bola selalu melahirkan perayaan kemanusiaan.
***
Perayaan lebih heboh menggetarkan hati terjadi di Tempat Kejadian Perkara (TKP), Stadion Oepoi Kota Kupang.
Penonton tumpah ruah pada hari Jumat, 21 Maret 2025 ketika berlangsung babak semifinal El Tari Memorial Cup 2025 antara Perse vs Persebata, Perseftim Flores Timur vs Bintang Timur Atambua.
Makin malam semakin membludak. Kapasitas tempat duduk di Stadion Oepoi Kota Kupang itu maksimum 10.000 orang.
Panitia sempat kerepotan karena penonton terus datang mengalir terutama menjelang laga semifinal kedua antara Perseftim vs Bintang Timur Atambua.
Pertandingan tertunda lebih dari satu jam dari jadwal pukul 18.30 Wita gara-gara membanjirnya penonton.
Mau tolak mereka tak mungkin, terima pun ada dilema karena seluruh tribune Stadion Oepoi telah sesak berdesak.
Opsi tersisa adalah menempatkan penonton di sisi lapangan setelah pagar pembatas stadion.
Meski tidak sesuai standar PSSI-FIFA, demi keamanan dan kenyamanan pemain dan ofisial pertandingan, mau bilang apa?
Ribuan penonton pun berdiri berjejer di pinggir lapangan. Padat amat. "Seperti pertandingan tarkam," kata teman karib saya, Bli Komang Agus Ruspawan lewat pesan WA-nya dari Denpasar.
Saya kira banyak yang degdegan. Waswas, mengingat sempat terjadi kericuhan pada babak penyisihan El Tari Memorial Cup 2025 pekan lalu.
Bagaimana kalau tiba-tiba penonton menyerbu masuk lapangan karena merasa tidak puas? Tentu berbahaya bagi pemain, wasit dan perangkat pertandingan.
Syukur alhamdulilah. Puji Tuhan. Kekhawatiran itu pupus karena semua berjalan baik-baik saja.
Pertandingan antara Perseftim vs Bintang Timur Atambua selama 90 menit berlangsung ketat, keras tapi indah, menawan hati. Serangan silih berganti. Pemain sportif.
Bintangnya malam itu milik Bintang Timur dari timurnya Timor. Macan tapal batas menang tipis 1-0 atas "laskar kepala batu" yang tidak benar-benar kepala batu.
Pemainnya hangat. Penontonnya sopan, respek dan tetap ceria berdendang. Perseftim kalah secara terhormat.
Setelah puasa mencapai babak semifinal ETMC lebih dari 12 tahun, Perseftim 2025 sangat menghibur. Lebih dari itu tim ini punya masa depan cerah.
Mereka juga masih berpeluang lolos ke seri nasional, asalkan bisa mengatasi Perse Ende dalam perebutan juara ketiga ETMC, Minggu 23 Maret 2025.
Penonton pertandingan "tarkam" Jumat malam berlaku tertib tentunya berkat kehadiran aparat keamanan yang bekerja profesional.
Hormat dan salut pada anggota Polri - terkhusus brimob yang gagah, tenang dan berwibawa di Stadion Oepoi malam itu.
Senjata laras panjang mereka bukan untuk menakutkan. Senjata itu demi kenyaman dan keamaan semua.
Semoga suasana tertib dan nyaman berlangsung pada hari puncak, babak final Liga 4 NTT El Tari Memorial Cup, Minggu petang hingga malam, 23 Maret 2025.
Dalam spirit persaudaraan Flobamora, saya yakin perayaaan yang indah berkesan pada Jumat malam akan terulang.
Danke banyak untuk kerja keras dan kerja cerdas panitia di bawah pimpinan Ibu Reny Marlina Un.
Terima kasih Ketua Asprov PSSI NTT, Om Chris Mboeik, adik-adikku pengurus teras PSSI, Abdul Muis, Pieter Fomeni, Lukman Hakim dkk.
Terima kasih juga buat saudaraku Karel Muskanan dan seluruh kru Bidora Channel yang menghadirkan kejuaraan ini begitu dekat dengan Anda semua pemuja bola di seantero Flobamora dan diaspora NTT seluruh dunia.
Keterlaluan bila dikau tidak berterima kasih kepada pengelola kanal YouTube Bidora. Tanpa mereka ETMC 2025 takkan seheboh dan sedekat dirimu sekarang.
Sebelum mengakhiri catatan omong kosong soal bola ini, beta mau berkata jujur soal satu hal.
Jujur le, beta amat terusik kalimat dari netizen ini, entah dengan tuan dan puan.
"Saya nggak ngerti yang main bola bule lawan bule, tapi yang kalah Indonesia. Hahaaa..."
Aue...kaka Patrick Kluivert, apa kabarmu hari ini?
Mari berkomtemplasi sejenak. Bae sonde bae, Marselino Ferdinan, anak kita bukan. Flobamora lebe bae kan?
Selamat berakhir pekan. Salam bola! (*)
Sumber: Pos Kupang