Rona Kehidupan Atlet Legendaris Sulut (2)

ilustrasi
Jantung berdegup. Rasa bangga pun membuncah jika medali emas terkalung di leher. Tapi apakah rasa bangga  bisa bertahan di tengah ketidakpedulian?

WAJAH Vicky  tetap ceria. Sepatu olahraga tua dan sebuah kaos you can see melekat di badannya. Sekilas melihat tato di pergelangan tangan dan anting di telinga kiri,  mungkin orang banyak mengira dia tukang ojek biasa. Siapa sangka pria bernama lengkap Vicky Tahumil itu seorang petinju yang pernah mengharumkan nama Sulut dan Indonesia di tingkat nasional maupun intenasional.
Sebagai petinju amatir, ia  merebut perunggu di Pra PON 1994 dam perunggu di PON 1996.  Ia meraih medali perak kejuaraan Sarung Tinju Emas (STE) 1997.

Tahun yang sama merebut perunggu kejurnas di NTT. Tahun 2000 ia pindah ke tinju profesional dan jadi juara nasional. Ikut kejuaraan PABA tahun 2004 dan 2006 dan menjadi juara. Tahun 2007 Vicky  gantungkan sarung tinju.

Prestasi Vicky ternyata tidak cukup mengetuk hati pemerintah serta masyarakat olahraga Sulut memberikan hadiah yang sepadan untuk masa depannya. Vicky  sekarang tinggal di tempat kos dan menyambung hidup bekerja sebagai tukang ojek. Ia mengaku memiliki tiga anak yang masih kecil yaitu Pernel (10), Putri (8) dan Vicky Jr. (7). Semua biaya kehidupan anak-anaknya lebih banyak ditanggung  orangtuanya. "Mau bagaimana lagi, urus diri sendiri saja susah bagaimana mengurus anak-anak? Hidup saya sudah hancur. Nanti kalau ada kelebihan uang baru saya berikan uang untuk anak-anakku," ujarnya, Rabu (25/4/2012).

Pria yang  naik ring sejak kelas tiga SMP ini berharap pemerintah bisa memerhatikan mantan-mantan atlet seperti dirinya. "Saya contohkan Elyas Pical. Semua lupa akan prestasinya. Nanti setelah ada kasus baru pemerintah meliriknya. Saya sempat berpikir lebih baik buat kasus saja supaya diperhatikan. Sekurang- kurangnya mereka harus datang dan mendengarkan keluhan kami. Banyak di antara kami yang malu untuk meminta,"katanya. Vicky  sakit hati dengan perlakuan yang diterima saat ini. "Saya tidak tahu hidupku akan hancur seperti ini. Kalau saya sudah tahu dari dulu saya sudah memperkuat daerah lain,"katanya.

Setali tiga uang juga dialami Melky "Macis" Lelemboto. Petinju yang memulai karir dengan menjuarai piala Polres Bolmong tahun 1997 baru bangun tidur ketika Tribun berkunjung ke tempat kosnya, Rabu (25/4). Maklumlah sampai sekarang ia belum punya pekerjaan tetap sejak gantung sarung tinju tahun 2006.


Kehidupan Melky memiriskan hati jika mengingat prestasinya dulu. Ia juara nasional junior tahun 1997 dan juara piala Gubernur DKI tahun yang sama. Juara nasional junior itu dipertahankan sampai tahun 2004 sampai masuk tinju profesional. Ia juara piala Gubernur Kalteng, piala Gubernur DKI, Kaunang Cup, Panther Cup  tahun 1998. Tahun 2000 ia mendapatkan perunggu di PON. Ia kemudian merebut medali emas STE tahun 2009,  juara King's Cup 2002, medali perunggu kejuaraan Asia dan medali perak PON 2004. Ia seharusnya juga mengikuti Asian Games di Korea tapi tiba-tiba Pertina memilih Bara Gomes.
Pria kelahiran 23 Mei 1983 ini mengaku hidupnya hancur ketika berkas usulan menjadi PNS tahun 1994 tidak jadi diproses.

"Mereka menjanjikan posisi PNS kepada saya tapi berkas saya tidak pernah diurus sampai sekarang. Saya frustasi," kata Melky sambil mengaku hidupnya masih dibiayai orangtua.  Melky  telah coba cari kerja ke  mana-mana. "Saya  memasukkan lamaran sebagai satpam Unsrat tapi  saya belum terima panggilan,"ujarnya. Senada dengan Vicky, ia berharap pemerintah perhatikan nasib mantan atlet yang telah berjasa bagi daerah dan bangsa. "Minimal wali kota mau melihat kami,"tandasnya. (david manewus)

Sumber: Tribun Manado 26 April 2012 hal 1

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes