ilustrasi |
Kawasan hutan produksi di kaki Gunung Klabat merupakan salah satu sasaran penebangan liar yang tak terkendali. Penebang mengincar pohon kelapa yang tersebar di kawasan hutan lindung. Kondisi tersebut diungkapkan aparat Desa Laikit, Edison Tuegee.
Tuegee mengatakan, kecuali hari Minggu, hampir tiap hari pohon kelapa dibabat. Bahkan pohon kelapa yang berusia muda dan produktif pun jadi sasaran, sementara peremajaan kelapa sangat minim. "Coba saja jalan ke hutan. Pasti dengar bunyi sensor (gergaji mesin) bukan cuma satu. Banyak banyak yang menebang," ujar Tuege kepada Tribun Manado, Rabu (16/5/2012).
Menurut perhitungan Tuege, sudah puluhan ribu pohon kelapa yang ditebang. Sebenarnya ada upaya melestarikan. Bupati Minahasa Utara (Minut) pernah mengeluarkan instruksi tertulis untuk peremajaan kelapa. Isinya, warga yang menebang satu pohon kelapa, harus menanam sepuluh pohon. "Kenyataanya tak terealisasi, makanya saya kembalikan surat asli instruksi itu waktu ada DPRD reses, saya cuma pegang fotocopynya," tuturnya.
Tuegee mengatakan, pemerintah desa bukan tanpa upaya. Tak sedikit waktu dihabiskan memburu para penebang liar. Pernah aparat desa menangkap enam penebang liar bersama barang bukti gergaji mesin. Sayang tak ada tindaklanjut, setelah diserahkan ke Dinas Kehutanan Minut. Tuegee mengatakan, sejauh ini petugas dinas kehutanan belum bisa diandalkan untuk menjaga hutan. Tribun Manado pun pernah menelusuri lokasi penebang liar pohon kelapa di hutan produksi Desa Laikit dipandu seorang buruh perkebunan kelapa.
Memasuki hutan produksi, awalnya suara gergaji mesin terdengar samar-samar. Lebih jauh memasuki hutan, suara gergaji mesin makin keras, bahkan terdengar bersahut-sahutan. Bermodalkan sepeda motor, hutan berhasil ditembus meski medan agak sulit. Tiba di satu di antara lokasi penebangan, dari amatan Tribun Manado, banyak kelapa bertumbangan meski masih berusia muda. Di beberapa titik, pohon telah dibentuk menjadi balok yang siap dipakai. Tampaknya pohon-pohon kelapa tersebut belum lama ditebang. Sayang Tribun belum sempat menemui para penebang. Menurut pemandu, kemungkinan para penebang menghentikan aktivitas setelah tahunada orang yang datang ke lokasi. Kata pemandu masih banyak lokasi lain yang keadaannya serupa.
Kepala Dinas Kehutanan Minut Joppy Lengkong mengakui instruksi bupati soal tebang 1 tanam 10 kelapa masih berlaku. Banyak warga meminta izin untuk menebang dan wajib menyediakan bukti berupa bibit dan surat pernyataan serta ada petugas yang mengawasi penebangan itu.
"Kalau wilayah penebangan semuanya merata, cuma banyak di Dimembe, Likupang juga," ujarnya. Soal penebangan liar, Lengkong mengakui kesulitan menindak karena kekurangan personel polisi hutan. Idealnya 60 personel, namun kenyataannya personel hanya belasan orang di Minut.
Penebangan tak terkendali serta minimnya peremajaan menyebabkan populasi dan produksi kelapa di Provinsi Sulawesi Utara terus menurun setiap tahun. Kenyataan ini diakui Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) Imanuel Tapang melalui seorang Kabid Marthin Luther kepada Tribun, Rabu (16/5/2012).
"Selain penebangan dan minimnya peremajaan, populasi kelapa menurun karena banyak terkena penyakit busuk pucuk," kata Luther. Luther menyebut data produksi dari tahun 2009 menunjukkan trend penuruan itu. Tahun 2009 produksi kelapa di Minsel 52.270 ton, pada tahun 2010 turun menjadi 49.349 ton dan tahun 2011 naik sedikit menjadi 51.252,82 ton.
Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) merupakan sentra utama tanaman kelapa di Provinsi Sulut. Lahan kelapa di Minsel seluas 48.360,76 ha merupakan lahan kelapa terluas di Sulut disusul Minahasa Utara Minut 47.858,98 ha, Minahasa Tenggara (Mitra) 33.362,47 dan Bolaang Mongodow (Bolmong) 26.339,21 ha. Menurut Luther, di Minsel kelapa diubah menjadi beberapa produk turunan. "Umumnya kopra, tepung kelapa, tempurung dan minyak kelapa," jelasnya. (ryo/amg)
Kami Sangat Kesulitan
PETANI kelapa di Amurang mengeluhkan harga kopra yang kian anjlok. "Harga kopra biasanya Rp 7-8 ribu per kilogram, saat ini hanya Rp 5 ribu. Jujur saja kami sangat kesulitan," jelas Noly Sawotong, petani kelapa yang ditemui, Rabu (16/5).
Sawotong mengeluh lantaran proses menghasilkan kopra yang siap dijual tidaklah mudah.
"Ambil dari pohon, kemudian kupas dan diasapi lalu dipisahkan dari tempurung," katanya. Utu Waroka petani kelapa lainnya juga mengeluh hal yang sama. Untuk mencapai jumlah satu ton, kata dia, mereka harus menunggu selama 2,5 bulan."Karena buah kelapa kan tidak selalu banyak, jadi kami kumpulkan dulu, kemudian kami bakar satu kali," jelasnya, sambil merapikan kopra yang akan diasapi. Selain menjadi kopra, biasanya kelapa dijual dalam bentuk utuh dengan harga Rp 1.000 per biji."Itu penjual kelapa yang beli, biasanya sampai 300 biji," jelasnya.
Sedangkan batang kelapa yang tidak produktif dijual Rp 100 ribu per batang. Waroka pun mengeluhkan harga sabut kelapa yang anjlok. "Harganya hanya Rp 50 ribu untuk satu truk," jelas Waroka. Petani di Amurang juga makin mahal membayar sewa pemanjat dan pengupas. "Sekarang biaya panjat Rp 5 ribu per pohon dan biaya kupas Rp 50 ribu per hari," jelas Waroka sambil mengharapkan intervensi pemerintah untuk menstabilkan harga
Maxi Ruwata, petani kelapa di Kecamatan Kombi, Kabupaten Minahasa mengatakan usaha perkebunan kelapa saat ini tidak lagi memberikan hasil memuaskan karena harga jual kopra tidak sebanding dengan biaya perawatan dan ongkos produksi. Setiap musim panen dia menggunakan 10 tenaga kerja untuk memanjat, mengumpulkan, mengupas, dan mengolah kelapa menjadi kopra. Satu tenaga kerja diupah Rp 50 ribu per hari. "Hasil kelapa saat ini tidak terlalu menjanjikan. Saya lebih mengutamakan perkebunan cengkeh," ujarnya.
Anjloknya harga kelapa memaksa para petani di Desa Dumara, Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongodow (Bolmong) mulai beralih menanam kakao. Harga jual kakao jauh lebih tinggi dibandingkan kelapa. Paling murah pengepul membeli kakao Rp 15 ribu per kilogram. Bandingkan dengan harga kopra saat ini Rp 3 hingga Rp 5 ribu per kilogram. Seperti yang dilakukan Masnap Momodompit, petani kelapa asal Dumara. "Lahan yang saya garap untuk kelapa 2.5 ha. Namun, sekarang satu ha sudah ditanami kakao. Para petani lain pun melakukan hal yang sama," kata dia, Rabu (16/5/2012).
Selain harga jual rencah, Masnap mengatakan kendala petani kelapa adalah ongkos pemeliharaan. Hama yang paling ditakuti adalah busuk pucuk. Jika sudah terkena hama tersebut, maka pohon kelapa tak terselamatkan. Perubahan tanaman juga terjadi di Desa Ambanf Dua, Kecamatan Bolaang. Para petani di daerah tersesebut siap-siap menanam kelapa sawit sebagai pengganti kelapa. Tak kurang dari 100 hektare yang siap ditanam kelapa sawit. "Ada perusahaan yang membiayai penanaman kelapa sawit tersebut. Para petani yang akan mengelolanya," ujar Misran Lamba dari Desa Ambang Dua. (amg/luc/suk/uke)
Terbanyak di Minsel
Kabupaten Luas Area (ha) Produksi(ton)
Minsel 48.360,76 51.252,82
Minut 47.858,98 43.771,64
Mitra 33.362,47 35.407,59
Bolmong 26.339,21 31.072,04
Talaud 22.383,56 18.287,57
Sangihe 19.947,55 19.655,40
Minahasa 18.08,50 19.340,05
Bolmut 17.196,50. 14.114,58
Bitung 14.638,50 9.831,66
Boltim 9.076,46. 9.009,34
Bolsel 8.343,96 15.325,56
Sitaro 4.436,13. 3.265,19
Manado 3.893 3.476,05
Tomohon 1.167,28 210,47
Kotamobagu 976,55. 1.005,53
Total 276.069,41 275.024,50
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sulut
Tabel Ekspor Kelapa ke Luar Negeri
No Produk Volume (ton) Negara Tujuan Nilai USD
1 Tepung Kelapa 260,9 Jerman, Mesir, Selandia baru, 520.061
Rusia, Austria, Argentina
Tunisia, Polandia, New Zeland
2. Minyak Kelapa 4.227,94 Bangladesh, Belanda, 5,62 Juta
Amerika Serikat
3. Bungkil Kelapa 5.610,12 Korea Selatan, Vietnam 929.395
China
4. Arang Tempurung 75 Brazil, Filiphina dan China 183.750
5. Kopra 2.401,7 Vietnam dan Filiphina 1,55 Juta
Total Devisa 8,80 Juta
Sumber : Data Diperoleh Dari Berbagai Sumber
Ekspor ke 16 Negara
Komoditi Ekspor
1. Tepung Kelapa 260,9 ton (520.061 USD)
2. Minyak Kelapa 4.227,94 ton (5,62 juta USD)
3. Bungkil Kelapa 5.610,12 ton (929.395 USD)
4. Arang Tempurung 75 ton (183.750 USD)
5. Kopra 2.401,7 ton (1,55 juta USD)
Negara tujuan: AS, Belanda, Bangladesh, Jerman, Mesir, Selandia Baru, Rusia, Austria, Argentina, Brasil, Polandia, Tunisia, Vietnam, Filipina, China, Korea Selatan.
Lahan Kelapa di Sulut: 276.069,41 ha (2011)
Total Produksi : 275.024,50 ton (2011)
Sumber : Berbagai Sumber + Dinas Perkebunan Provinsi Sulut
Sumber: Tribun Manado 18 Mei 2012 hal 1